You are on page 1of 30

PRESENTASI KASUS

STATUS EPILEPTIKUS

Pembimbing:
dr. Edi Prasetyo,
Sp.S
Oleh:
Mochammad Adam Eldi (1102010169)

KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI RSUD SUBANG


UNIVERSITAS YARSI PERIODE JANUARI FEBRUARI 2015

I. IDENTITAS PASIEN

Nama
: Nn. Esti
Umur
: 16 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Mangunjaya
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Status Pendidikan
: SMA
Suku
: Sunda
Agama
: Islam
No CM
: 35-58-45
Tanggal Masuk
: 14 Januari 2015

II. SUBJEKTIF
Anamnesis dilakukan secara
alloanamnesis tanggal 16 Januari
2015 di Ruang melati

a. Keluhan
utama:

Kejang-kejang sejak
3 hari SMRS

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RSUD Subang dengan
keluhan kejang-kejang sejak 3 hari SMRS.
Sebelumnya pasien sudah dibawa ke
puskesmas dengan keluhan yang sama. Pada
saat kejang pasien mengalami penurunan
kesadaran dan anggota gerak (kaki dan
tangan) sebelah kanan pasien tidak
bergerak. Pasien mengalami berhenti kejang
5 menit dan kembali kejang. Kejang yang
dialami pasien terjadi terus menerus. 1 hari
sebelum kejang pasien mengaku demam
tinggi dan sempat terjatuh ditangga sekolah,
benturan dikepala disangkal. Pasien
menyangkal mengalami pusing, nyeri kepala,

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang demam pada usia 1 tahun


Riwayat trauma kepala disangkal
Riwayat pingsan tiba-tiba disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit paru dan asma
disangkal
Riwayat alergi disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit dengan gejala yang sama
seperti pasien

e. Riwayat Sosial
Pasien sering habiskan waktu di sekolah
Pasien memiliki ketergantungan yang
tinggi pada orang tua

III. OBJEKTIF
Status Generalis (16 Januari 2015 pukul 09.00)
Keadaan Umum : Sakit sedang
Tekanan darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 76x/ menit reguler
Respirasi
: 20x/ menit
Suhu
: 36,8 oC
Kepala
: normocephal
Leher
: tidak ada pembesaran KGB
Thorax
: Cor BJ I-II reguler normal, Murmur (-),
Gallop (-)
Pulmo SN Ka=Ki vesikuler, Rhonki (-/-),
Wheezing
(-/-)
Abdomen
: Supel, BU + normal, NT/NL (-/-)
Ekstremitas
: Akral hangat di keempat ekstremitas,
edema
tidak ada di keempat ekstremitas

Status Neurologis
GCS

E4 M6 V 5

Pupil

Reflex cahaya (L/TL) : +/+


Diameter
: 3mm

Tanda
Rangsang
Meningeal

Kaku kuduk
Laseque
Kernig
Brudzinski I
Brudzinski II

: (-)
: >70/ >70
:>135/>135
: -/: -/-

Nervus
Cranialis
N. I

Subjektif
Objektif

(Baik)

N. II
Visus
Baik
Lapang Pandang
Baik
Melihat Warna
Baik
Fundus Okuli
Tidak dilakukan
N. III, IV, VI
Pergerakan Mata
Baik / Baik
Strabismus
-/Exophtalmus
-/Nistagmus
-/Diploplia
Baik

N. V
Membuka mulut
Baik / Baik
Mengunyah
Baik / Baik
Menggigit
Baik / Baik
Reflek Kornea
+/+
Sensibilitas Muka
Baik
N. VII
Mengerutkan dahi
+/ +
Menutup mata
+/ +
Memperlihatkan gigi + / +
Lekukan nasolabialis +/ +
N. VIII
Detik arloji
baik
Suara berbisik
baik
Tes Schwabach
Tidak dilakukan
Tes Rinne
Tidak dilakukan
Tes Webber
Tidak dilakukan

N. IX
Sensibilitas Faring
Tidak dilakukan
N. X
Arkus Faring
Baik
Menelan
Baik
N. XI
Mengangkat bahu
Baik / Baik
Memalingkan kepala
Baik
N. XII
Pergerakan lidah
Baik, tidak deviasi
Tremor lidah
Artikulasi
Baik

Badan
Respirasi
Teratur
Pergerakan Kolumna Vertebralis
Tidak
dilakukan
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
(Tidak dilakukan)
Suhu

Anggota Gerak Atas


Motorik
Pergerakan
+/+
Kekuatan
4/5
Kesan:
hemiparese dekstra
Trof
(-)
Tonus
(baik)
Reflek Fisiologis
Biceps
(+/+)
Triceps
(+/+)
Sensibilitas
Taktil
Baik
Nyeri
Baik
Suhu
Tidak dilakukan
Diskriminasi 2 titik Baik

Anggota Gerak Bawah


Motorik
Pergerakan
+/+
Kekuatan 4 / 5
Kesan:
hemiparesis dekstra
Trof
(-)
Klonus
Tonus
(baik)
Patella
Reflek Fisiologis
Kaki
Patella
(+/+)
Sensibilitas
Achilles
(+/+)
Taktil
Reflek Patologis
Nyeri
Chaddock - / Suhu
Schaeffer - / D 2 titik
Oppenheim - / Gordon
-/Mendel
Td
Rossolimo Td

(+)
(+)
Baik
baik
(Td)
baik

Koordinasi, Gait, dan Keseimbangan


Cara Berjalan
: Tidak dilakukan
Romberg Test : (-/-)
Disdiadokokinesis: (-/-)
Ataksia
: (-/-)
Rebound Phenomen : (-/-)
Dismetri
: (-/-)

Gerakan gerakan Abnormal


Tremor
: (-)
Athetose
: (-)
Mioklonik
: (-)
Chorea
: (-)

Alat Vegetative
Miksi
: Td
Defekasi
: Td
Reflek Anal
: Td
Reflek Kremaster : Td
Reflek Bulbukavernosus : Td

IV. ASSESMENT
a) Dx 1
Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis
Diagnosis

klinis : hemiparese dekstra


topis : edema serebri dextra
etiologis: infeksi suspek viral
patologis: status epileptikus

b. Dx2: c. Dx3: d. Dx4: -

VI. PLANNING
a.Diagnostik

: CT-Scan (kesan: edema serebri dekstra)


Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan darah rutin

Fungsi ginjal (ureum, kreatinin)


EEG

b. Terapi
Medikamentosa

IVFD Nacl 0,9% 20


gtt/mnt
Phenytoin 3 x 100mg
Acyclovir 3 x 400mg

Non medikamentosa

fsioterapi

c. Monitoring
b. EKG

: a. Tanda vital (HR,TD,RR,Suhu)

d. Edukasi : - Diberikan edukasi seputar penyakitnya


- Motivasi penderita untuk tetap minum obat sesuai
anjuran
(teratur)

VII. PROGNOSIS
a. Ad vitam
b. Ad sanam
c. Ad fungsionam

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA
STATUS EPILEPTIKUS
DEFINISI
Menurut Epilepsy Foundation of America (EFA):
keadaan dimana terjadinya dua atau lebih
rangkaian kejang tanpa adanya pemulihan
kesadaran diantara kejang atau aktivitas
kejang yang berlangsung lebih dari 30 menit.

ETIOLOGI

infark otak mendadak, anoksia otak, bermacammacam gangguan metabolisme, tumor otak,
menghentikan kebiasaan minuman keras secara
mendadak, atau berhenti makan obat anti kejang.
Penderita yang sebelumnya tidak mempunyai
riwayat epilepsi, mungkin mempunyai riwayat
trauma kepala, radang otak, tumor, penyakit
pembuluh darah otak, infeksi, hipoglikemia,
hipoksemia.
Faktor pencetus lain yang harus diperhatikan
adalah alkohol, keracunan kehamilan, uremia dan
lain-lain.

PATOFISIOLOGI

Fase I (0-30 menit) - mekanisme terkompensasi. Pada fase


ini terjadi:
Pelepasan adrenalin dan noradrenalin
Peningkatan cerebral blood flow dan metabolisme
Hipertensi, hiperpireksia
Hiperventilasi, takikardi, asidosis laktat
Fase II (> 30 menit) - mekanisme tidak terkompensasi.
Pada fase ini terjadi:
Kegagalan autoregulasi serebral/edema otak
Depresi pernafasan
Disritmia jantung, hipotensi
Hipoglikemia, hiponatremia
Gagal ginjal, rhabdomyolisis, hipertermia dan DIC

GEJALA KLINIS

Epilepsi fokal dengan manifestasi kejang otot


lokal sampai separuh tubuh, gerakan adversif
mata dan kepala, sering merupakan awal dari
status epileptikus.
Kejang tonik akan diikuti oleh sentakan otot atau
kejang klonik. Proses ini berlangsung terus,
sambung-menyambung tanpa diselingi oleh fase
sadar. Dalam bentuk klinis seperti ini penderita
berada dalam keadaan status epileptikus.

KLASIFIKASI

Status Epileptikus Tonik-Klonik Umum (Generalized


tonic-clonic Status Epileptikus)
Status Epileptikus Klonik-Tonik-Klonik (Clonic-TonicClonic Status Epileptikus)
Status Epileptikus Tonik (Tonic Status Epileptikus)
Status Epileptikus Mioklonik
Status Epileptikus Absens
Status Epileptikus Non Konvulsif
Status Epileptikus Parsial Sederhana
Status Epileptikus Parsial Kompleks

Gambar 2 Fase tonik dan klonik

DIAGNOSIS

Anamnesis
Pemeriksaan fsik
Status Generalis
Status Neurologi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah lengkap
Kimia darah
CT-Scan/MRI
EKG
EEG

PENATALAKSANAAN
1. Stabilisasi penderita.
2. Menghentikan kejang.
3. Menegakkan diagnosis.

KOMPLIKASI

Asidosis
Hipoglikemia
Hiperkarbia
Hipertensi pulmonal
Edema paru
Hipertermia
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Gagal ginjal akut
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Edema otak
Aspirasi Pneumonia

PROGNOSIS
Tergantung pada:
Penyakit dasar
Kecepatan penanganan kejang
Komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

Arthur C Guyton M D. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.


Sistem Saraf. Jakarta: ECG : 2004
Bag/SMF Ilmu Penyakit Saraf. Pedoman Diagnosis
dan Terapi, Edisi III. Surabaya : Rumah Sakit Dokter
Soetomo, 2006.
Dr. Harsono, DSS. Kapita Selekta Neurologi, Edisi II.
Hal 132, Yogyakarta : Gajah Mada University Press,
2009.
Priguna Sidharta, M.D., Ph. D. Neurologi Klinik Dalam
Praktek Umum. Jakarta : PT Dian Rakyat, 2008.
Soetomenggolo TS, lsmael S. Buku Ajar Neurologi
Anak Ed. Pertama. Jakarta, BP IDAI. 1999

You might also like