You are on page 1of 12

REVIEW BUKU

FILSAFAT SAINS MENURT AL-QURAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas individu


Mata Kuliah: Keterpaduan Islam dan Iptek

Disusun Oleh :
ARYONO
(59461224)

Biologi.C / VII

FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN IPA-BIOLOGI


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI
CIREBON
2012

FILSAFAT SAINS MENURUT AL-QURAN


A. Informasi Tentang Buku
1. Tentang pengarang
Prof. Mehdi Golshani lahir di Isfahan, Iranpada 1939. Setelah menyelesaikan S1
di

bidang

fisika

di

Universitas

Teheran,

ia

mellanjutkan

ke

Universitas

Carolina,Berkeley dan memperoleh gelar doktoralnya pada 1969, dengan spesialisasi di


bidang fisika prtikel. Sejak 1970 ia mengajar fisika di Universitas Teknologi Syarif,
Taheran dan sempat menjadi ketua jurusan disana. Atas inisiatifnya,niversitas itu pada
1995 mendirikan jurusan Filsafat Sains dan ia menjadi ketuanya. Saat ini ia menjabat
sebagai direktur pada Institut kajian Humaniora dan Budayadi Iran.
Pada 1998, ia termasuk dari sedikit ilmuan Muslim yang diundang untuk
berbicara pada Konferensi Science and Spiritual Quest di Berkeley. Sejak itu, ia kerap
berbicara di forum internasinal mengenai islam dan sains. Sebelumnya pada 1995 ia
pernah menerima Hadiah Templeton untuk Program Mata Kuliah Sains dan Agama.
Semua aktivitas ini tidak menghilangkan dirinya dari riset-riset di bidang fisika
yang hingga kini masih aktif ditekuninya. Saat ini minat risetnya terpusat pada beberapa
masalah dasar dalam kosmologi dan mekanika kuantum, khsusnya implikasi Theorma
Bell dan generalisasi mekanika Bohnian. Pengarang buku ini adalah seorang pakar AlQuran dan menguasai bidang yang dibahasnya (sains). Dialah seorang sarjana Muslim
yang berbicara dengan fasih tentang hukum kausalitas.
2. Gambaran buku secara umum
Buku yang berjudul filsafat islam menurut Al-Quran adalah karangan Dr. Mehdi
Golsani dengan Zainal Abidin bagir sebagai pengantarnya (Pusat Studi Agama dan
Lintas Budaya, Universitas Gajah Mada). Buku ini diterbitkan oleh Mizan Anggota
IKAPI Bandung. Buku setebal 163 halaman ini diterjemahkan oleh Agus Effendi dan
disunting oleh Zainal Abidin. Buku ini adalah edisi kedua dari buku yang diterbitkan
pertama kali pada 1986 dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia pertama kali pada 1988.
Sejak itu, buku ini telah dicetak ulang sebanyak duabelas kali dalam rentang waktu
duabelas tahun. Secara keseluruhan, sekitar 25.000 eksemplar telah dicetak dan hampir
sepertiganya dibeli oleh Departemen Agama.
Buku filsafat menurut Al-Quran ini adalah terjemahan bahasa indonesia, judul
aslinya adalah The Holy Quran and The Science Of Nature. Buku ini terdiri dari empat
Bab dan dalam setiap halamannya terdapat kutipan ayat Al-Quran ataupun hadis yang
diikuti oleh kesimpulan-ksimpulan penulisnya. Buku ini mungkin tidak terlalu canggih

jika dibandingkan dengan filsafat sains dalam pengertian yang lebih umum, sebagai
suatu cabang filsafat yang baru berkembang pesat diawal abad ke-20. Namun tak
berlebihn kiranya jika dikatakan bahwa buku inimampu menjawab pertanyanpertanyaan mendasar yang kerap diajukan mengenai sikap muslim terhadap sains
modern.
3. Latar belakang buku
Ketika buku ini diterbitkan, persoalan Islam dan sains didiskusikan terutama
dalam rangka pembicaraan tentang islamisasi ilmu. Tokoh yang membicarakan hal ini
diantaranya adalah Ziauddin Sardar yang bergiat melalui jurnalnya. Kesemuanya
berbagi kritik tentang sains modern, yaitu secara ringkas sains modern dianggap tidk
sepenuhnya memuaskan lahir dan batin umat Islam. Jalan keluar yang mereka usulkan
adalah pembentukan suatu sistem sains yang didasari oleh pemikiran-pemikiran islam.
Oleh sebab itulah, penulis yaitu Dr. Mehdi Golshani mengarang buku yang berjudul
Filsafat Sains Menurut Al-Quran.
B. POKOK PIKIRAN PENTING TENTANG ISI BUKU
1. Sains dan umat islam
a. Konsepsi islam tentang ilmu
Al-Ghajali mengklasifikasikan ilmu agama dalam dua kelompok yaitu
terpuji (mahmud) da tercela (madzmum). Yang dimaksud dengan ilmu agaa yang
tercela adalah yang tampaknya terarahkan pada syariah. Tetapi nyatanya menyimpang
dari ajaran-ajarannya. Selanjutnya ilmu agama yang terpuji diklasifikasikan dala
empat kelompok:
1) Ushul (dasar-dasar:Al-Quran, Asunah, ijma atau konsesus atau kebiasaan
para sahabat nabi)
2) Furu (masalah-masalah cabang atau sekunder : masalah fiqih, etika, dan
pengalaman mistik)
3) Studi-studi pengantar (qaidah, bahasa arab)
4) Studi-studi pelengkap (membaca dan

menerjemahkan

Al-Quran,

mempelajari masalah-masalah fiqih dll)


Filsafat menurut Al-Ghazali dpat diklasifikasikan kedalamemat bagian:
a) Aritmetika, geometri, yang sah dan dibolehkan.
b) Logika yang merupakan bagian dari teologi.
c) Ketuhanan, yang mendiskusikan sifat-sifat tuhan.
d) Fisikan yang dapat dibagi dalam dua bagian yang terlibat dalam diskusidiskusiyang bertentangan dengan syariah. Bagian kedua mirip dengan ilmu
kedokteran, bagian fisika ini kurang beguna sedangkan ilmu kedokteran
sangat bemanfaat.

Mulla Muhsin Faydh Al-Khasani dalam bukunya Mahajjat Al-Baydha mengatakan:


Mempelajari hiku Islam sesuai kebutuhannya merupakan kewajiban
perseorangan (wajib ain) bagi setiap orang Islam. Lebih jauh, belajar
fiqih utuk memenuhi hajat orang banyak adalah wajib kifayah.
Shadr Al-Din Syirazi (Mulla Sadra), dalam komentarnya atas Ushul Al-Kahfi
tak sepakat dengan Al-Ghazali bahwa ilmu yang wajib bagi seorang musli terbatas
pada masalah-masalah praktik ritual (ibadah dan muamalah). Dalam pandangannya
belajar ilmu agama (seperti tauhid, sifat-sifat Allah dsb) dan ilmu-ilmu kemanusiaan
(seperti watak,kesenangan,dan penderitaan) juga wjib bagi mayoritas manusia.
Kedua, ia percaya bahwa apa yang wajib ain untuk dipelajari oleh seorang Islam
tidak berarti wajib bagi setiap oarng individu dan apa yang wajib untuk seseorang
tidak berarti wajib untuk orang lain.
b. Kriteria ilmu yang berguna dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Seluruh ilmu baik ilmu teologi maupun ilmu kealaman merupakan alat untuk
mendekatkan diri kepada Allah, dan selama memerankan peran ini maka ilmu
itu dianggap suci. Akan tetapi ilmu ini tidak intrinsik sebagaimana
dipaparkan oleh Dr. Bahesyti :
setiap bidang ilmu selama tidak menjadi alat ditangan taghut (anti Allah),
merupakan alat penceraha, jika tidak ilmu bisa jadi alat kesesatan.
2) Dalam perpektif ini, aneka ragam pengetahuan tidak asing satu sama lain,
karna pada masing-masing jalannya sendiri. Sebagaimana Syaikh Mahmud
Syabistari, seorang penyair bijak mengatakan:
Kepadanyalah yang tercerahkan hatinya,
Seluruh alam adalah buku suci milik yang maha agung,
Setiap cakrawala adalah bab-bab yang berbeda
Yang satu Al-Fatihah Yang lain Al-Iklas.
C. Kemunduran sains dalam islam
George Sarton mengakui bahwa selama periode antara 750 m dan 1100 m,
orang-orang Islam adalah pemimpin dunia intelektual yang tak dapat disanggah, dan
antara 1100 m dan 1350 M pusat-pusat belajar dunia muslim sangat penting dan
menarik banyak orang dari berbagai penjuru dunia. Setelah 1350 M, orang-orang
eropa mulai maju sementara dunia muslim tidak saja menjadi jumud, tetapi telah
gagal juga menyerap peradaban yang dibuat oleh orang-orang Eropa. Madrasahmadrasah teologi mengesampingkan seluruh ilmu kealaman dari kurukulum mereka
kecuali astronomi dan matematika. Keterbatasan ini telah mengubur kegemilangan
dunia Islam, yang menyebabkan beberapa akibat, diantaranya adalah:
1) Sementara orang-orang Eropa berjuang menyingkap hukum-hukum alam dan
menemukan cara-cara mengeksploitasi kekayaan dan sumber-sumbernya,

orang Islam menghentikan kegiatan ini dan menyerahkannya kepada orang


lain. Hingga akhirnya orang islam sekarang harus bergantung pada orang
Eropa dan Amerika.
2) Orang islam yang menuntut ilmu empiris kebanyakan terasing dari ilmu
agama, sebagai akibatnya mereka tidak memahami pandangan dunia Islam
karena telah diganti oleh visi aetestik yang mendominasi keilmuan barat.
3) Sebagai kaum muslim dibawah kemajuan orang barat tanpa didasari
pengetahuan agama yang kuat, sampai mereka mencoba menginterpretasikan
Al-Quran dan Sunah sesuai pengetahuan ilmu-ilmu empiris tersebut.
4) Sebagian sarjana menganggap teori ilmiah bertentangan dengan doktrindoktrin Islam dan dengan begitu menunjukan serangannya terhadap sains.
Sebagai akibatnya sebagian orang Islam berpaling dari agama.
2. Kepentingan ilmu kealaman menurut Islam
Di zaman sekarang negara-negara islam berada dibawah pengaruh orang kafir,
kaum Muslim memikul tanggung jawab besar di

pundak mereka. Sebagaimana

diterangkan dalam ayat dibawah ini:


Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa raja yang kamu sanggupi
dan kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.
Sesuai dengan ayat diatas, kaum muslim harus mempersiapkan dan
memperalatin mereka dalam segala masalah dan ilmu empiris saat ini memiliki peran
penting dalam segala aspek materil, maka memperkuat ilmu keislaman merupakan
suatu keharusan. Pada sisi lain, agar dapat meraih kesuksesan kebangkitan sains
dalam kebijaksanaan islam, beberapa masalah penting harus diperhatikan:
a. Kaum Muslim perlu mempelajari sains dan teknologi dari negara-negara maju
dalam bidang ini. Ini bukanlah hal yang tercela, sebagimana sabda Rasullah SAW:
Carilah ilmu walau ke negeri Cina
Hikmah kearifan itu kepunyaan orang mukmin yang hilang , dimana saja ia
mendapatkannya, ia lebih berhak memilikinya.
Ambilah ilmu dari apa yang dikatakan orang-orang
Ali Bin Abi thalib mengatakan:
Dianjurkan bagi orang-orang yang berakal untuk menambahkan pendapat orang
bijak lainnya kepada pendapatnya, dan menambah ilmu para bijak kepada
ilmunya. Juga, ilmu adalah harta mukmin yang hilang, maka ambilah sekalipun
dari tangan-tangan orang musrik.
b. Kita harus menghidupkan kembali semangat ilmiah para sarjana Muslim
pendahulu kita dan semangat mereka untuk membentuk kembali cabang-cabang
ilmu dan memanfaatkannya demi kemajuan peradaban Islam. Hanya dengan jalan

inilah kaum Muslim dapat mengikuti peradaban-peradaban mutakhir yang dibuat


orang barat dan merebut kembali kejayaan Islam dari tangan orang-orang non
islam.
c. Menurut Al-Quran manusia adalah khalifah Allah dibumi:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
(QS.@2:30)
Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa
kafir, kekafirannya akan berbalik pada dirinya sendiri. (QS. 35:39)
Kemudian kami jadikan kamu pengganti-pengganti mereka dimuka bumi
sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.
(QS.10:14)
Dengan demikian kaum Muslim harus mempergunakan sains dan teknologi
mereka dengan tujuan-tujuan suci islam dan kepentingan manusia agar dapat
mengal\plikasikan ayat :
Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang maruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah
(SQ.3:110)
Orang-orag islam dilarang membuat keruakan dibumi dan menyebarkan
kejahatan di muka bumi. Mereka diwajibkan menempati bumi dengan cara yang
diwajibkan oleh Allah SWT:
Dia telah menciptakanmu dari tanah dan menjadikanmu penghuninya.
(QS.11:61)
d. Disekolah dan universitas Islam, perhatian yang cukup harus diperhatikan dalam
rangka mensucikan moral para pelajar. Dengan demikian para lulusan universitas
dapat dibekali dengan keimanan yang kepada Allah SWT. Sebagaimana ucapan
terkenal imim Ali :
Iman itu maju melalui ilmu .
Ilmu tanpa iman tidak akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik daripada
apa yang dihasilkan ilmuan Barat. Dan para ilmuan yang tidak beriman tidak akan
memiliki tujuan, kecuali jabatan dan kekuasaan semata. Al-Quran sendiri ketika
berbicara tentang risalah Nabi, menyebutkan pelatihan spiritual sebagai keharusan
dalam belajar.
Sebagaimana kami telah mengutus kepadamu rassul diantara kalian
membacakan ayat-ayat Kami kepada kalian dan menyucukan kalian dan
mengajarkan kepada kalian Al-Kitab (Al-Quran) dan Al-Hikmah (kearifan).
(QS.2:151)

dan mengajarkan kepada mereka kalian Al-Kitab (Al-Quran) dan AlHikmah (kearifan) serta menyucikan mereka. (QS.2:129)
e. Al-Quran menyebutkan para pengikut Islam sebagai pengikut yang memiliki
keseimbangan yang adil:
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang
adil. (QS. 2:143)
Ya Tuhan kami berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akherat dan
peliharalah kami dari sikada neraka. (QS.2:201)
Dan carilah pada apa yang dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akherat, dan janganlah kamu melupakan bagianmua dari kenikmatan
dunia..(QS.28:27)
Sekarang kita menghadapi dua relitas. Pada satu sisi kita melihat Barat telah
maju dalam berbagai lapangan sains dan teknologi yang mengagumkan, dan di sisi
lain kemajuan matril ini tidak memberikan kepuasan kepada manusia barat. Dalam
keadaan semacam ini, kewajiban seorang muslim adalah mengisi ketimpanganketimpanganmereka dalam bidang sains dan teknologi dengan cara membanggakan
ajaran-ajaran Islam dan pandangan Islam yang luhur menuju kebahagiaan yang sejati.
3. Dimensi keilmuan Al-Quran
a. Al-Quran sebagai sumber pengetahuan ilmiah
Pandangan yang menganggap al-Quran sebagai sumber segala ilmu adalah bukan
hal yang baru, banyak ulama Muslim terdahulu pun yang berpandangan demikian.
Diantaranya Al-ghazali dalam bukunya Ihya Ulum Al-Din beliau mengutip kata-kata Ibnu
Masud.
jika seseorang ingin memiliki pengetahuan masa lampau dan pengetahuan modern,
selayaknya dia merenungkan Al-Quran.
Selanjutnya beliau menambakan:
Ringkasnya seluruh ilmu tercakup dalam karya-karya dan sifat-sifat Allah dan
Al-Quran adalah penjelasan esensi,sifat-sifat dan perbuatan-Nya. Tidak ada batas
terhadap ilmu-ilmu ini dan didalam Al-quran terdapat esensi pertemuannya (AlQuran dan ilmu-ilmu).
Al-Suyuthi juga memiliki pandangan yang sama. Didalam bukunya Al-ithqan fi
Ulumul Al-Quran. Beliau berpendapat bahwa Al-Quran mencakup seluruh ilmu:
Kami tidak melalaikan sesuatu apapun didalam kitab ini. (QS.6;38)
Dan dalam hadis Rasullah :
Rasullah bersabda : Akan terjadi kejahatan-kejahatan. Beliau ditanya, Apa
yang dapat menyelamatkan kita darinya?Beliau menjawab, Kitab Allah

didalamnya terdapat berita-berita tentang apa yang terjadi sebelum kalian dan
berita-berita yang akan terjadi setelah kalian.
b.

Al-Qran kitab petujuk


Al-Syatibhi menghubungkan ayat Al-Quran :
....Kami tidak melalaikan sesuatu pun dalam kitab ini....(QS.6:38)
Dengan kewajiban dan perbuatan ibadah,mengidentifikasi kata Kitabdalam ayat ini
Lembaran yang Terjaga. Pandangan diatas juga telah dikritik oleh beberapa ulama
terkenal pada masa ini. Argumentasi mereka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Tidak dibenarkan menafsirkan kata-kata Al-uran dengan cara yang tidak
diketahui oleh orang arab pada masa Nabi
2) Al-Quran tidak diwahyukan untuk mengajari kita sains dan teknologi, tetapi
merupakan kitab petunjuk. Oleh karena itu, membicarakan ilmukealaman
adalah diluar tujuannya. Makna ayat Al-Quran diatas adalah bahwa AlQuran mencakup apa saja yang diprlukan bagi petunjuk dan kebahagiaan
dunia dan akherat.
3) Sains belum mencakup engetahuan yang paripurna. Oleh karena itu, tidak
dibenarkan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran dengan metode yang dpat
berubah.

c.

Pesan Al-Quran bagi para imuan muslim


Masalah-masalah esensial yang harus diperhatikan oleh parailmuan muslim adalah:
1) Dalam ayat ini, dianjurkan untuk mengkaji seluruh aspk alam dan meneukan
misteri-misteri penciptaan.
Dan pada penciptaan kalian dan pada binatang-binatangyang melata itu
terdapat ayat-ayat bagi kaum yang meyakini. (QS.45:4)
Katakanlah :lihatlah apa yag ada di langit dan bumi.........
Katakanlah: Berjalanlah di muka bumi, dan perhatikan bagaimana Dia
membuat penciptaan yang pertama.
Menurut Al-Quran kita dapat mengenali alam jika kita menggunakan
indera dan intelek. Kenyataannya alasan utama mengapa para ulama besar kita
pada masa keemasan menumpahkan perhatiannya pada ilmu pengetahuan
asing (mialnya Yunani) adalah karena Al-Quran menegaskan tentang alam.
2) Pelajaran paling penting yang kita dapat dari yang disebut ayat-ayat keilmuan
Al-Quran adalah:
a) Prioritas harus diberikan pada penemuan alam dengan menggunakan
indra dan alat akal manusia.
b) Al-Quran dapat memberikan kita pandangan dunia yang benar.

4.Filsafat sains sebuah pendekatan Quran


a. Kemungkinan memahami alam
Dalam Al-Quran banyak sekali ayat yang menyuruh manusia mempelajari alam:
Katakanlah: Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi (QS.10:101)
Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda (Kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
yakin. Dan juga pada jiwamu sendiri . maka apakah kamu tidak memperhatikan?
(QS.51:21-22)
Ayat ini menunjukan bahwa memahami alam adalah mungkin, jika tidak Dia
tidak akan pernah menganjurkannya. Manusia diberi kemampuan mengetahui dan
harus menggunakan fakultas ini dengan segenap kemampuan yang dimilikinya.
b. Masalah Utama Dalam Memahami Alam
Walaupun dalam kacamata Al-Quran tujuan utama dalam memahami alam
adalah untuk mengetahui dan mendekati Tuhan, tetapi ada tujuan-tujuan tambahan
tertentu. Dalam hubungannya dengan fenomena alam, ada beberapa masalah yang
ditunjukan kedalam Al-Quran.
c.Asal-Usul Dan Evolusi Mahluk-Mahluk Dan Fnomena
dan apakah orng-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya. Dan air
kami jadikan segala yang hidup.(QS.21:30)
Tidak kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkattingkat dan menciptakan padanya bulansebagai cahaya, dan menjadikan matahari
sebagai pelita. (QS.71:15-16)
Seluruh ayat ini menunjukan bahwa kita harus berusaha membuka asal-usul
dan evolusi mahluk hidup karena hal ini akan membantu dalam meningkatkan
keimanan manuusia dan membawa manusia lebih dekat kepada Allah SWT.
d.Cara-Cara Memahami Alam
Beberapa ayat Al-Quran memberikan kita cara memahami lam, diantaranya:
Dan Allah mengeuarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran,penglihatan,dan intelek agar
kamu bersyukur. (QS.16:78)
Ayat diatas mengatakan bahwa pemahaman dapat diraih melalui indera mata,
te linga, dan intelek. Diantara indra-indra eksternal mata dan telinga merupakan alat
yang paling utama dalam mengkaji ayat-ayat Allah. Karena dua indera ini lebih
mudah dalam memahami ilmu-ilmu alam.
e.Peran Wahyu Dan Ilham Dalam Memahami Alam

Sumber ilham (inspirasi ) utama manusia dalam maslah pengetahuan adalah


pemberi ilmu yang maha tinggi, yaitu Allah. Akan tetapi tingkat hubungan manusia
dan sumber ini berbeda dari orang ke orang. Sebagian orang berfikir namun tidak
menemukan apapun, namun sebagian lainnya berfikir dan menemukan insfirasi. Ilham
juga brbda-beda tingkatannya, walaupun secara keseluruhan ia lebih rendah dari
wahyu. Realitas-realitas ditampakan ditampakan tanpa uoaya berfikir dangkan yang
kemudianmeraih pengetahuan baru dengan usahanya sendiri.
f. Tingkata-Tingktan Dalam Mahami Alam
Beberapa tingkatan manusia dalam memahami alam adalah:
1). Para perenung
Dan dia menundukan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumisemuanya. Sebagai rahmat dari-Nya. Sesungguhya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berefleksi.
(QS.45:13)
2). Orang yang arif
3). Orang-orang yang memahami (ulil albab)
4). Orang-orang beriman
5). Orang yang berilmu (Alim)
6). Orang-orang sadar
7). Orang-orang yang mendengarkan firman Tuhan
8). Orang-orang yang yakin
9). Orang-orang yang menguji kebenaran, memiliki wawasan dan kebenaran.
g. Faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan akal
1). Mengikuti hawa nafsu,kecenderungan,dan keinginan-keinginan
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran
Maka jika mereka tidak menjawabmu, ketauhilah bahwa sesungguhnya
mereka hanya mengikuti hawa nafsunya. Dan siapakah orang yang lebih sesat
daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat
petunjuk dari Allah sedikitpun? (QS. 28:50)
2). Cinta atau benci buta dan perasangka tak bealasan
Dan seperti kaum Tsamud, mereka telah kami beri petunjuk, tetapi mereka
lebih menyukai kesesatan daripada petunjuk, maka mereka disambar petir
adzab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka lakukan.
(QS.41:17)
3).Takabur
4). Taklid buta terhadap pendapat nenek moyang (para pendahulu) mereka yang
memiliki kekuatan dan pemikiran sendiri yang Jumud.
5).tergesa-gesa dalam memutukan
6).kebodohan
7). Mengikuti perkiraan-perkiraan

8). Konfirmasi dan penolakan yang tak beralasan


9). Kedangkalanan
10). Tidak peduliterhadap kerinduan akan penerimaan kebenar
h. Iman Dan Prinsip Kesatuan Ilahi (Tauhid)
Keyakinan kukuh dalam tauhid mempersenjatai peneliti dengan sebuah
pandangan alam yang komprehensip. Dan ia tidak lagi melihat alam sebagai bagian
yang saling terisolasi. Ttapi ia melihat dari kesalinghubungan yang saling berkaitan
satu sama lainnya. Kesimpulan lain yang dapat diambil dari prinsip monotaisme
tauhid ini adalah bahwa peneliti, dengan melihat berbagai aspek alam, dapat
menemukan suatu kesatuan diantara cabang-cabang ilmu yang berbeda-beda. Dan
memandang setiap cabang ilmu itu sebagai penggambaran dimensi dari keseluruhan
realitas.
i. Keyakinan Terhadap Realitas Dunia Eksternal
Keyakinan pada realitas dunia eksternal merupakan basis eluruh peneliti
dalam ilmu empirisdan tanpa itu, suatu rise ilmiah hanya menjadi sekedar pelatihan
mental. Sebagaimana Einstein dalam makalahnya terhadap Mexwell. Keyakinan di
dunia eksternal yang tak bergantung pada subyek yang mempersepsi adalah basis
seluruh ilmu alam.
j. Keyakinan Terhadap Realitas Suprafisik Dan Keterbatasan Pengetahuan
Manusia
Dari Al-quran kita belajar prinsip-prinsip yang dibahas, diantaranya:
1). Pengetahuan manusia yang terbatas
2). Ada banyak hal yang tidak bisa diraih melalui indra.
C. KOMENTAR
1. Kelemahan Buku
a. Buku ini hanya terdiri dari empat bab dan dalam setiap halamannya terdapat
kutipan ayat Al-Quran dan hadis yang diikuti oleh kesimpulan-kesimpulan
penulisnya, akan tetapi argumentasi Golshani tampak amat Staightforward.
b. Banyak pendapat yang dilontarkan penulis dalam menanggapi permasalahan
yang berkaitan dengan sains modern ,seperti tentang eksploitasi sumberdaya
alam untuk dijadikan teknologi mutakhir, namun sangat disayangkan pendapat
tersebut kurang diperkuat dengan fakta yang mendukung pendapat penulis
tersebut.
c. Bahasa yang digunakan dalam buku ini terlalu bertele-tele dan kurang sekali
penjelasan dari penulis tentang suatu hal yang diangkat, secara umum penulis
hanya mengutip ayat-ayat Al-Quran yang berkaitan dengan masalah sains
tanpa dibarengi penjelasan yang real.

d. Dalam buku ini pula belum terlalu dibahas secara mendalam tentang
pertentangan umat Islam dalam mengintegrasikan Islam dan sains, disini
penulis hanya memaparkan masalah tersebut secara sederhana.
e. Dalam buku ini juga tidak dibahas perjalanan sains Islam dari masa ke masa,
sehingga pembaca sedikit mengalami kesulitan dalam memaknai kisah-kisah
yang dikutip penulis dari ulama-ulama terdahulu.
2. Kelebihan Buku
a. Bahasa yang digunakan penulis cukup berfariasi, namun mudah untuk
difahami sehingga pembaca dengan mudah mampu untuk mendalami isi buku.
b. Buku ini sangat bagus karena mampu mengaitkan sains modern dengan
sumber hukum Islam yaitu Al-Quran dan sunah, sehingga mampu
mempertebal keimanan bagi pembacanya.
c. Setiap sumber rujukan yang digunakan oleh penulis tertulis dengan jelas,
sehingga pembaca tidak merasa rancu dalam mendalami isi buku.
d. Buku ini secara sistematis membahas konsep Islam tentang ilmu dan secara
langsung meletakannya dalam konteks sains modern yang digeluti penulis,
yaitu tentang filsafat sains.
e. Buku ini memberikan landasan normatif kepada para penulis selanjutnya yang
akan membahas tentang Islam dan Sains.
f. Dalam buku ini pengarang berusaha keras untuk menunjukan bahwa ilmuilmu alam yang saat ini dunia Muslim hanya menjadi konsumennya adalah
semata-mata adalah tugas penting, sedemikian penting hingga menggeluti
sains adalah tugas keagamaan Muslim yang merupakan suatu bentuk ibadah.
g. Buku ini memaparkan fungsi sains bukan hanya dalam hal praktisnya, dalam
membangun Dunia Muslim yang sebagian besarnya masih amat terbelakang,
juga peranannya membawa sang ilmuan kepada Penciptanya.
h. Sikap inklusif Golsani yaitu sikap yang tak menolak sains modern, yang
dianggapnya cukup Islami untuk digeluti. Penegasan ini penting, terutama
ketika sebagian uslim memahami gagasan islamisasi sains yang melibatkan
upaya penolakan sains modern,sebagai penolakan dari imperialisme budaya
barat di dunia Islam.
i. Dalam buku ini penulis mencoba memberikan pendapatnya sebagai jalan
keluar dari perbedaan faham diantara umat Islam tentang islamisasi sains
islam.

You might also like