You are on page 1of 3

1.

PENGELOLAAN
Untuk dapat menanggulangi dan mengatasi masalah yang dihadapi penderita ini, maka
dibutuhkan penanganan secara menyeluruh dan komprehensif. Maka dari itu perlu pengelolaan
secara promotif, preventif, kuratif.
Kuratif, meliputi :
1. Aspek Medika mentosa
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan
plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien
DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada
kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif.
a. Penggantian Volume Plasma
Pada waktu datang ke UGD penderita dalam keadaan panas tinggi dan lemah. Dari hasil
laboratorium darah rutin di UGD didapatkan trombositopenia sehingga penderita diberikan infus
RL 3 cc/kg BB/jam. Dari hasil evaluasi menunjukkan adanya perbaikan yaitu anak tampak
tenang, nadi kuat, tekanan darah stabil. Pemeriksaan nilai trombosit pertama-tama menunjukan
penurunan kemudian meningkat cepat pada pemeriksaan serial ke-6. Pada hari pertama
perawatan anak diberikan infus D5 NS 480/20/5 tpm sebagai maintenance karena anak
didiagnosa sebagai tersangsa infeksi virus dengue, kemudian di hari ke-2 perawatan anak
didiagnosa DHF grade I dan anak diberikan infus RL 3 cc/kg BB/jam selama 6 jam kemudian
dievaluasi dengan melihat hasil laboratorium terutama kadar hemoatokrit.
b. Terapi medikamentosa
Pemberian antibiotik pada DBD diberikan atas indikasi apabila terdapat komplikasi
bakterial. Pemberian vitamin pada DBD juga sebenarnya tidak perlu, karena dari penelitian
terbaru didapatkan hasil bahwa vitamin terutama vitamin C ternyata tidak dapat memperbaiki
fragilitas pembuluh darah.

(8,9)

. Sejak hari ke-1 peroral diberikan parasetamol 500 mg /4-6 jam

jika t 38 oC
c. Pemantauan
Pemantauan keadaan umum, tanda vital, tanda-tanda perdarahan, tanda-tanda syok
dan nilai laboratorium hemoglobin, hematokrit dan trombositopeni penderita ini telah dilakukan
dengan baik. Selama 3 hari perawatan, suhu tubuh menurun dan tidak terjadi kenaikan suhu

tubuh yang berarti. Tidak terjadi komplikasi dan tidak terjadi syok, tanda vital baik, jumlah
trombosit mencapai normal pada hari ke-4 perawatan.
Namun pada pasien ini mengingat hari hari rawan untuk terjadinya syok sudah terlalui
maka pemantauan yang lebih penting untuk dilakukan adalah terhadap kemungkinan terjadinya
repolling, yaitu terjadinya reabsorbsi cairan ekstravaskuler pada fase konvalesen. Hal ini dapat
menyebabkan edema paru dan distress pernapasan, terutama bila cairan intravena masih terus
diberikan.

(10)

Oleh sebab itu pemantauan terutama pemeriksaan fisik thorak harus dilakukan

seteliti mungkin, terutama bila pemeriksaan penunjang lainnya yang membutuhkan biaya tinggi
tidak dilakukan.
2. Aspek dietetik
Pada prinsipnya dietetik peroral pada penderita DBD bukan merupakan kontra indikasi
bahkan sangat dianjurkan terutama untuk mengembalikan keseimbangan cairan tubuh. Pada hari
ke-1 sampai 4 penderita ini diberikan diet 3 x nasi, 3 x 200 cc susu, dan menghindari makan
makanan yang berwarna merah atau coklat.
Pada hari pertama perawatan asupan cairan diberikan lebih banyak untuk mencegah
terjadinya syok akibat hipovolemik (mempercepat pengembalian keseimbangan cairan). Pada
hari perawatan selanjutnya kebutuhan cairan lewat infus dikurangi dan akhirnya dihentikan.
Kemudian asupan cairan sepenuhnya berasal dari asupan makanan peroral. Demikian pula
dengan kebutuhan kalori dan proteinnya
Promotif dan Preventif
Kedua orang tua dijelaskan tentang penyakit DBD serta cara-cara yang dapat dilakukan
dalam rangka pemberantasan dan pencegahan penyakit tersebut.
a. Penjelasan tentang penyakit DBD meliputi :
Penyebab dari penyakit ini adalah virus dengue yang ditularkan dengan perantaraan nyamuk
Aedes aegypti. Nyamuk tersebut hitam berbintik-bintik putih di seluruh tubuh dan kaki,
berkeliaran pada waktu siang sampai sore hari yaitu kurang lebih pukul 10.00 sampai pukul
17.00 dan lebih suka pada tempat genangan air yang bersih. Dijelaskan pula bahwa penyakit
tersebut sangat berbahaya karena dapat mematikan.
b. Perlindungan perorangan untuk mencegah gigitan nyamuk dengan cara :

i. Pemasangan kasa nyamuk, sehingga nyamuk tidak akan masuk ke rumah.


ii. Menggunakan mosquito repellent atau insektisida bentuk spray.
c. Pemberantasan vektor jangka panjang / pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
iii. Menutup tempat-tempat penyimpanan air
iv. Mengubur barang-barang bekas seperti kaleng, botol atau ban bekas serta semua barang
bekas yang memungkinkan nyamuk bersarang.
v. Menguras bak mandi / tempat menampung air.

You might also like