You are on page 1of 5

1.

Fisiologi Sistem Hepatobilier


Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenao sebagai
LOBULUS, yaitu susunan jaringan yang berbentuk hexagonal dan
mengelilingi satu vena sentral. Saluran tipis pengangkut empedu,
kanalikulus biliaris, berjalan di antara sel-sel di dalam setiap lempeng
hati. Hepatosit terus-menerus mengeluarkan empedu ke saluran tipis
ini, yang mengangkut empedu ke duktus biliaris di tepi lobulus.
Duktus biliaris dari berbagai lobulus menyatu untuk kemudian
membentuk duktus biliaris komunis yang kemudian mengangkut
empedu dari hepar ke duodenum.
Empedu disekresikan secara terus-menerus oleh hati dan dialihkan ke
kandung empedu diantara waktu makan. Lubang duktus biliaris ke
dalam duodenum dijaga oleh Sfingter Oddi, yang mencegah empedu
masuk ke duodenum kecuali selama proses pencernaan makanan.
Ketika sfingter ini menutup, sebagian besar empedu yang disekresikan
oleh hati dialirkan balik ke kandung empedu. Empedu kemudian
disimpan dan dipekatkan di kandung empedu diantara waktu makan.
Setelah makan, empedu masuk ke duodenum akibat efek kombinasi
pengosongan kandung empedu dan peningkatan sekresi empedu oleh
hati. Jumlah empedu yang disekresikan /hari adalah 250mL-1L.
Empedu mengandung beberapa konstituen organic yaitu garam
empedu, kolesterol, lesitin dan bilirubin dalam suatu cairan encer
alkalis. Meski empedu tidak mengandung enzim, empedu penting
dalam proses pencernaan dan penyerapan lemak terutama melalui
aktivitas garam empedu.
Garam empedu merupakan turunan kolesterol. Garam empedu secara
aktif disekresikan ke dalam empedu dan masuk ke dalam duodenum
bersamaan dengan konstituen empedu lainnya, ikut serta dalam
pencernaan lemak. Sebagian besar garam empedu diserap kembali ke
dalam darah oleh mekanisme transport aktif khusus di ileum terminal.
Garam empedu dikembalikan ke system porta hati kemudian
diresekresikan ke empedu. Daur ulang antara usus halus dan hati
disebut SIRKULASI ENTEROHEPATIK.

Garam empedu membantu pencernaan lemak melalui efek deterjennya


(emulsifikasi) dan mempermudah penyerapan lemak dengan ikut serta
dalam pembentukan micelle. Istilah efek deterjen merujuk kepada
kemampuan garam empedu untuk mengubah globulus/gumpalan
lemak besar menjadi emulsi lemak yang terdiri dari banyak
tetesan/butiran lemak yang membentuk suspense di dalam kimus cair
sehingga luas permukaan untuk tempat lipase bekerja bertambah.
Molekul garam empedu memiliki bagian yang larut lemak dan bagian
yang larut air bermuatan negatif. Garam empedu terserap di
permukaan butiran lemak, garakan mencampur oleh usus memecah
butiran lemak besar menjadi kecil. Butiran kecil ini akan cepat
bergabung kembali jika tidak ada selubung muatan negatif larut air.
Namun lipase saja tidak cukup untuk dapat menembus lapisan garam
empedu yang terserap di permukaan emulsi lemak, untuk
memecahkannya maka polipeptida kolipase dikeluarkan oleh pancreas
untuk berikatan dengan lipase dan garam empedu sehingga lipase
melekat ke tempat kerjanya.
Garam empedu bersama kolesterol dan lesitin berperan penting dalam
mempermudah penyerapan lemak melalui pembentukan micelle.
Seperti garam empedu, lesitin memiliki bagian yang larut lemak dan
larut air, sementara kolesterol hamper sama sekali tidak larut dalam
air. Untuk itu, bahan produk pencernaan lemak (monogliserida dan
asam lemak bebas) serta vitamin larut lemak diangkut ke tempat
penyerapannya oleh micelle. Selain itu kolesterol, suatu bahan yang
tidak larut air, larut dalam inti hidrofobik micelle. Mekanisme ini
penting dalam homeostasis kolesterol. Jika sekresi kolesterol oleh hati
berbeda jauh dengan sekresi garam empedu dan lesitin (terlalu banyak
kolesterol), maka kelebihan kolesterol di dalam kandung empedu akan
mengendap mikrokristal yang menggumpal yang disebut batu
empedu.

2. Hepatitis D Virus (HDV)


Masa inkubasi 4-7 minggu
Endemis di Mediterania, Semenanjung Balkan, Eropa
bekas Rusia.

Insidensi menurun dengan peningkatan pemakaian


vaksin
Viremia singkat pada infeksi akut dan memanjang pada
infeksi kronis.
Infeksi HDV hanya terjadi pada individu dengan resiko
infeksi HBV.
Transmisi penularan melalui, antara lain :
a. IVDU (Intra Vena Drug User) darah
b. Pasangan Seksual (Homo/biseksual)
c. Resipien donor darah
d. Ditemukan transmisi maternal-neonatal

3. Hepatitis karena Obat-Obatan


Definisi
Penyakit-penyakit hati yang diinduksi oleh obat adalah penyakitpenyakit dari hati yang disebabkan oleh obat-obat yang diresepkan oleh
dokter, obat-obat bebas (over-the-counter), vitamin-vitamin, hormonhormon, herba-herba, obat-obat terlarang, dan racun-racun lingkungan.
Hepatotoksisitas imbas obat merupakan komplikasi potensial yang
hampir selalu ada pada setiap obat yang diberikan, karena hati
merupakan usat disposisi metabolik dari semua obat dan bahan-bahan
asing yang masuk ke tubuh.
Contoh Obat :
Acetaminophen: Memiliki senyawa toksik NAPBN
Amoxcicillin : Meningkatkan SGOT / SGPT / dua-duanya
Amiodarone : Menyebabkan hasil tes fungsi hati tidak normal pada
15%-50% pasien
Chlorpromazine : Obstruktif
Ciprofloxacin : Meningkatkan SGOT, SGPT, dan bilirubin
Patogenesis

Sebagian besar obat bersifat lipofilik sehingga membuat mereka mampu


menembus membrane sel intestinal. Obat kemudian dibuat lebih
hidrofilik

melalui

proses-proses

biokimiawi

dalam

hepatosit,

menghasilkan produk-produk larut air yang diekskresi ke dalam urin


atau empedu. Biotransformasi hepatic ini melibatkan jalur oksidatif
utamanya melalui system enzim sitokrom P-450. Patogenesis dari
Hepatitis karena obat dibagi menjadi dua:
Patofisiologi
a Gangguan Hepatosit
Ikatan kovalen dari

obat

dengan

protein

intraseluler

mmenyebabkan penurunan ATP yang mengakibatkan gangguan


pada akitin di permukaan hepatosit. Sehingga menyebabkan
pecahnya membrane hepatosit.
b Gangguan transportasi protein
c Gangguan aktivasi sel Cytolitic T
Ikatan kovalen obat pada enzim P-450 bertindak sebagai
imunogen yang mengaktifkan sel T dan sitokin secara berlebihan,
sehingga merangsang kekebalan tubuh yang multirespon.
d Apoptosis hepatosit
e Gangguan mitokondria, sehingga produksi ATP terganggu
f Kerusakan sel empedu oleh metabolit toksik yang disekresikan
dalam empedu
Mekanisme toksisitas obat
Obat-obat tersebut dibagi atas dua jenis:
a Hepatotoksin predictable (intrinsic)
Merupakan obat-obatan yang dapat dipastikan selalu akan
menimbulkan kerusakan sel hepar jika dikonsumsi dalam dosis
tinggi. Terbagi atas dua jenis yaitu obat yang langsusng merusak
sel hati (biasanya sudah tidak dipakai lagi. Contoh: kloroform)
dan obat yang tidak langsung merusak sel hati (contoh:
paracetamol dosis berlebihan yang dapat meyebabkan nekrosis,

steroid

kontrasepsi

yang

menyebabkan

ikterus

karena

menghambat pengeluaran empedu)


b Hepatotoksin unpredictable
Hati rusak bukan karena toksisitas intrinsic obat, tapi karena
reaksi idiosinkronasi (reaksi imunologik dengan gejala dan tanda
yang tampak di luar hati) pada orang-orang tertentu (hepatotoksin
yang tidak bisa diramalkan).

Sumber :
Lauralee, Sherwood. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem
Ed.6.Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru. W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI.
Resume Kompilasi Panacea

You might also like