You are on page 1of 22

blog aku

Minggu, 01 Desember 2013

askep keluarga reumatik


BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah
mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi,
perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang
medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut
meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat.
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan
usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di
Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang
per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga
istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah
penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia
50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang
terdapat 822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang
memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh
Negara.
Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga
tahun 1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan
pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman
Pembinaan Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992)
Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otototot akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan
fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara
keseluruhan, dan cara berjalan.
Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan
sistem neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat
kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan
pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan
kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak
dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan
deformitas. Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis
Reumatoid.
Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada
lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang

dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan
seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau
tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo,
1999).
Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang,
lantai yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan
menurun/ adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal
tersebut maka perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting
tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien
(lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien,
Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.

B.
1.
2.

Tujuan
Tujuan Umum
Keluarga klien bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui pemberian
asuahan keperawatan keluarga.
Tujuan khusus
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga klien.
Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga klien
kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga
Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan
kesehatan
Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga klien

C. Manfaat
1. Mahasiswa
Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah kesehatan
keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
2.

Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri,
sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.

BAB II
TINJAUAN TEORI
1.

2.
-

A. KONSEP LANSIA
Pengertian lansia
Menurut UU no. 4 tahun 1965 bahwa dikatakan bahwa lansia adalah mereka yang
berumur 55 tahun ke atas (Dit. Yankes 1991).
Menurut WHO yang dianggap dengan lanjut usia adalah seorang manusia golongan
umur 65 tahun keatas, tetapi ada juga yang mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada
pula yang menganggap orang yang berumur 50 tahun keatas (WHO 1976 ; Dit. Yankes 1991).
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan .
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :
Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia antara 60 sampai 74
Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 sampai 90
Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Perubahan sel
Sistem pernafasan
Sistem pendengaran
Sistem penglihatan
Sistem kardiovaskuler
Sistem pengaturan temperature tubuh
Sistem respirasi
Sistem gastrointestinal
Sistem genitourinaria
Sistem endokrin
Sistem kulit
Sistem musculoskeletal
Perubahan-perubahan mental
Perubahan-perubahan psokososial
Peningkatan spiritual

B.
1.

KONSEP KELUARGA
Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling tergantung.(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk
berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.(Friedman, 1998).

2.

Tipe/Bentuk Keluarga
Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:
Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak saudara misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.
Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian.
Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama-sama.
Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi
membentuk suatu keluarga.

3.

Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang berhubungan
dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat dalam keluarga adalah
sebagai berikut:

Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala
rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota masyarakat.
Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik dan
pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok social dan anggota masyarakat serta
berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.
Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangan
baik fisik, mental dan spiritual.

4.
a.

b.

c.

d.
e.

Fungsi Keluarga
Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga dan
masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan keluarga.
Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga. Keberhasilan melaksanakan
fungsi afektif tampak kegembiraan dan kebahagiaan seluruh anggota keluarga, tiap anggota
keluarga mempertahankan hubungan yang baik.
Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Proses
sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi dalam keluarga.
Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu mencegah
terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan
keluarga untuk melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga
untuk mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan, memberikan perawatan,
memelihara lingkungan dan menggunakan fasilitas kesehatan.

C. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian

Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses


inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua
jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh (Hidayat, 2006).
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
Arthritis adalah istilah medis untuk penyakit dan kelainan yang menyebabkan
pembengkakan/radang atau kerusakan pada sendi. Arthritis sendiri merupakan keluarga besar
inflammatory degenerative disease, di mana bentuknya sangat beragam, lebih dari 100 jenis
arthritis. Istilah arthritis sendiri berasal dari bahasa Yunani /Greek: Arthon /sendi dan it
is/radang (www. wrm-Indonesia.org).
Rhematoid artritis adalah peradangan yang kronis sistemik, progresif dan lebih banyak
terjadi pada wanita, pada usia 25-35 tahun (Brunner, 2002).
2.
a.

b.

c.

d.
e.

f.

g.

Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini, antara lain;
Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang terkuat.
Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang
rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45
tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi diats
usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada
pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan tulang.
Genetik
Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan
dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor
mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain
(metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan dengan
peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi
yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya oateoartritis
paha pada usia muda.

h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya osteoartritis. Hal
ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
3.

Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.

4. Tanda Dan Gejala


1) Tanda dan gejala setempat
a. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan
terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjamjam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak
berlangsung lama.
b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
c. Poli artritis simetris sendi perifer
Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling
sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih
besar seringkali terkena juga
d. Artritis erosif
sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir
tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar
e. Deformitas
Pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas
boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai
penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai
kehilangan kemampuan bergerak yang total
f. Rematoid nodul
Merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang
bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya
oval atau bulat dan padat.
2)

Tanda dan gejala sistemik


Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak,
dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut
diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut
pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang
5.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

6.

Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada
foto rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association (ARA) adalah:
Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.
Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan) pada salah satu sendi
secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
Pengendapan cairan musin yang jelek
Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 4 minggu.
Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati
akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

7. Pencegahan
a. Kurangkan berat badan- ini mengurangkan tekanan pada sendi
b. Kerap bersenam- senaman membantu melancarkan pengaliran darah, memastikan tulang dan
otot kita kuat.
c. Makan makanan yang seimbang

d. Pelihara sendi, kurangkan tekanan pada sendi, gunakan mekanisma badan


8.

1.
2.
3.
4.
a.

b.

c.

d.

e.

Penatalaksanaan
Oleh karena kausa pasti arthritis Reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan
kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada
penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/
gejala memperlambat progresivitas penyakit.
Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :
Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan
Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita
Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi
Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuantujuan tersebut di atas, yaitu :
Pendidikan
Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan
yang cukup tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan
dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan
penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen
program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan
untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh
tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.
Istirahat
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita
merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi
beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini
mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari.
Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas
pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan
suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah.
Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah
mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang
berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya
penyakit.
Diet/ Gizi
Penderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet
dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya.
Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.
Obat-obatan
Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan
penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan
peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Penanganan medis dimulai dengan pemberian salisilat NSAID dalam dosis terapeutik.
Kelompok obat ini mengurangi peradangan dengan menghalangi proses produksi mediator
peradangan. Tepatnya, obat-obat ini menghambat sintetase prostaglandin atau
siklooksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemak sistemik endogen, yaitu asam

arakidonatmenjadi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan radikal-radikal oksigen. Obat


standar yang sudah dipakai sejak lama dalam kelompok ini adalah aspirin dan piroksikam.
Aspirin (analgetik antipiretik) PO (Dewasa) : 325 1000 mg tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan
(tidak lebih dari 4 g/hari).
Aspirin (antiinflamasi) PO (Dewasa) : 2,6 6,2 g/hari dalam dosis terbagi.
Piroksikam PO (Dewasa) : 20 mg/hari dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau dalam 2
dosis terbagi dengan sediaan kapsul : 10 mg, 20 mg supositoria : 10 mg, 20 mg.
Bagi arthritis reumathoid erosif moderat suatu program formal dengan terapi okupasi
dan fisioterapi. Bagi arthritis reumathoid erosive persisten bedah rekonstruksi dan terapi
kortikosteroid seringkali diresepkan. Bagi arthritis rheumatoid yang lanjut dan tidak pernah
sembuh, obat-obat imunosupresi diresepkan mengingat kemampuannya untuk mempengaruhi
produksi antibody pada tingkat seluler. Obat-obat ini mencakup preparat metotreksat dosis
tinggi, siklofosfamid dan azatioprin.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data umum
a. Identitas
Nama
Jenis Kelamin
Suku
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Telp
Alamat
b.

:
:
:
:
:
:
:
:
:

Komposisi Keluarga
Nam
a
Hubu
L
N Ang ngan
/
O gota Kelua
P
kelu
rga
arga
1
1.
2.
3.
4

c.

Genogram

U
m
ur
(th
n)

Pendi
dikan

Kead
aan
Kese
hatan

Ag
am
a

Peke
rjaan

10

Ketera
ngan
K
B

12

2.
a.
b.
c.

Data Khusus Keluarga


Type Keluarga
Tahap Perkembangan Keluarga
Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi

3.

Biologis Keluarga

a. Riwayat keluarga inti


b. Reproduksi / Akseptor KB.
4.
a.
b.
c.
d.
e.

Psikologis Keluarga / stress Dan Koping Keluarga


Keadaan Emosi / Mental
Stres jangka pendek dan jangka panjang
Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor/situasi
Koping Keluarga
Peran Informal

f.

Pola Komunikasi keluarga

g.

Pengambilan Keputusan

h. Rekreasi
5.
a.
b.
c.
6.
a.
b.

7.
a.

Sosial Ekonomi Keluarga


Hubungan Dengan Orang Lain
Keadaan Ekonomi
Kegiatan Organisasi Sosialisasi
Spiritual Keluarga
Keadaan Beribadah
Nilai dan Norma

Lingkungan Rumah
Karakteristik rumah

Denah rumah

b. Karakteristik tetangga dan komunitas


c. Mobilitas geografis keluarga

8.

Pemeriksaan Fisik
Aspek
Nama keluarga
Keadaan umum
TTV
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Dada
Abdomen
Ekstremitas
Genitalia / Anus

Keluarga
9. Harapan
keluarga
B. Diagnosa
Keperawatan
Keluarga
1. Analisa Dan
Sintesa Data

No
Data Penunjang
1
DS :
- Keluarga
mengatakan
mengetahui
penyakit di
keluarganya tetapi
tidak mengetahui
sama sekali apa
penyebabnya.
Keluarga klien
mengatakan hanya
sedikit mengetahui
tentang tanda dan
gejala, serta tidak
mengetahui apa-apa
saja yang harus
dihindari untuk
mencegah
terjadinya penyakit
pada klien.
- Jika ada keluarga
yang sakit, hal
pertama yang
dilakukan adalah
mengerokinnya dan
jika sakitnya
berlarut segera
dibawa ke Bidan
atau ke Puskesmas
terdekat
Klien mengatakan
tidak ada pantangan
makanan

Masalah
Kurang
pengetahuan,
ketidak tahuan
tentang
penyakit

DO :
Keluarga tidak
bisa menjawab
pertanyaan tentang
pengertian penyakit,
pencegahan,
perawatan dan
pengobatannya
- klien bertanya apa
saja makanan yang
harus dihindari agar
tidak sakit. Klien
tampak bingung.
2
DS :
Hambatan
- Klien mengatakan mobilitas fisik

Etiologi
Kurang
informasi
dan
keterbatasan
kemampuan
mencapai
informasi,
ketidakmampuan
keluarga
mengenal
masalah
kesehatan

Nyeri, gangguan
muskulus

3
-

sering merasa linu


di
persendian
kakinya
sehingga
kaku untuk berjalan
Klien mengatakan
ketika bangun pagi
kakinya
merasa
senut-senut (nyeri)
dan berat untuk
berjalan.
Klien mengatakan
pernah hampir jatuh
karena
kakinya
merasa tidak kuat
menopang badannya
Skala nyeri sedang
(6)
Klien tampak
perlahan-lahan saat
berjalan
karena
menahan nyeri.
Klien tampak
lambat
dalam
berjalan.
Tingkat funsional
klien 0, namun
kadang-kadang 1
DS :
Nyeri
Klien mengatakan
sering merasa linu
di
persendian
kakinya
sehingga
kaku untuk berjalan
Klien mengatakan
ketika bangun pagi
kakinya
merasa
senut-senut (nyeri)
dan berat untuk
berjalan.
Klien mengatakan
pernah hampir jatuh
karena
kakinya
merasa tidak kuat
menopang badannya

DO:
skala nyeri sedang
(6)
Klien tampak
perlahan-lahan saat
berjalan
karena

skeletal,
kaku
sendi (AR).

Distensi jaringan
akibat akumulasi
cairan/proses
inflamasi,
destruksi sendi

menahan nyeri
2.

Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


No Diagnosa Keperawatan
1
Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang
informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi,
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2
Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku
sendi, gangguan sensori perseptual.
3
Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik).

3. Prioritas Masalah.
a. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan
kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
KRITERIA
Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera

SKORE
2/3 x 1 = 2/3

Kemungkinan
masalah 2/2 x 2 = 2
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat

Potensial masalah
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah

untuk 2/3 x 1 = 2/3

Menonjolnya
masalah 2/2 x 1 = 1
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani

PEMBENARAN
Klien
mengatakan
sering merasa linu di
persendian
kakinya
sehingga kaku untuk
berjalan. Ketika bangun
pagi kakinya merasa
senut-senut (nyeri) dan
berat untuk berjalan.
Klien pernah hampir
jatuh karena kakinya
merasa
tidak
kuat
menopang badannya
Keluarga
Klien
mengatakan jika ada
anggota keluarga yang
sakit segera dibawa ke
Bidan atau Puskesmas
terdekat, namun belum
ada
pertugas
yang
menjelaskan bagaimana
penyakitnya.
Klien mengatakan sudah
mulai
mengurangi
aktivitasnya
agar
penyakitnya
tidak
bertambah parah, Klien
belum tahu makanan apa
yang harus dihindari.
Klien
mengatakan
penyakitnya mengganggu
aktivitas
geraknya

1 : Tidak perlu segera


ditangani
0 : tidak dirasakan
Total
3 4/3

sehingga menyusahkan
keluarga yang lain.

b. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi, gangguan
sensori perseptual.
KRITERIA
Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan
masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya
masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
Total
c.

SKORE
3/3 x 1 = 1

PEMBENARAN
Klien
mengatakan
penyakitnya mengganggu
aktivitas
geraknya
sehingga menyusahkan
keluarga yang lain.

1/2 x 2 = 1

Keluarga
Klien
mengatakan Klien sudah
bisa
menyeimbangkan
badannya
walaupun
dengan gerakan yang
lambat.
Klien
mengatakan
aktivitasnya terganggu.

2/3 x 1 = 2/3

2/2 x 1 = 1

Klien mengatakan capek


dengan penyakitnya yang
tidak
sembuh-sembuh
dan
mengganggu
geraknya
sehingga
menyusahkan keluarga.

3 2/3

Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik)


KRITERIA
SKORE
Sifat masalah
3/3 x 1 = 1
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
Kemungkinan
masalah 1/2 x 2 = 1
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat

PEMBENARAN
Klien mengatakan ketika
bangun pagi kakinya
merasa
senut-senut
(nyeri) dan berat untuk
berjalan
Klien
mengatakan
nyerinya ketika bangun
pagi tidak hilang-hilang,
padahal sudah minum
obat
dari
warung.
Keluarga
mengatakan
Klien sering tidak mau

Potensial masalah untuk 3/3 x 1 = 1


dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
Menonjolnya
masalah 2/2 x 1 = 1
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
Total
4

diajak
ke
tempat
pelayanan
kesehatan,
kecuali
benar-benar
parah.
Klien
mengatakan
sakitnya tidak bertambah
parah
jika
banyak
beristirahat.
Klien
mengatakan
sakitnya
mengganggu
aktivitasnya,
kadang
Klien tidak tahan dengan
senut-senutnya.

Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :


No Diagnosa Keperawatan
1
Nyeri b.d penurunan fungsi tulang, proses inflamasi
2
Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d
Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan
mencerapai
informasi,
ketidakmampuan
keluarga
mengenal masalah kesehatan.
3
Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus
skeletal, kaku sendi, gangguan sensori perseptual.
C.
N
o
D
x
1

Rencana Asuhan Keperawatan


Tujuan

Intervensi

Rasional

Setelah
1.
dilakukan
asuhan
keperawatan
selama x h
ari, klien
mengalami
penurunan
rasa nyeri
atau dapat
mentolerir
rasa nyeri 2.
dengan
kriteria :
klien

Selidiki
1.
keluhan nyeri,
catat lokasi dan
intensitas
(skala 0-10). 2.
Catat faktorfaktor yang
mempercepat
dan tanda-tanda
rasa sakit non
verbal
Berikan
3.
matras/kasur
keras, bantal
kecil,.

Membantu dalam
menentukan kebutuhan
manajemen nyeri dan
keefektifan program
Matras yang
lembut/empuk, bantal yang
besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran
tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada
sendi yang sakit.
Panas meningkatkan
relaksasi otot, dan
mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan melepaskan

Skore
4
3 4/3

3 2/3

mengetahui
dan dapat
memperagaka
n teknik
distraksi dan3.
relaksasi
3.
klien tidak
banyak
mengeluh
tentang
nyerinya

4.
5.

6.

Setelah
dilakukan
pendidikan
kesehatan,
keluarga
mengetahui
tentang
penyakit yang
diderita
keluarganya
(AR), dengan
kriteria hasil :
Keluarga
dapat
menjelaskan
tentang

Tinggikan linen
tempat tidur 4.
sesuai
kebutuhan
5.
Anjurkan
pasien untuk
mandi air
hangat atau
mandi
6.
pancuran.
Sediakan
waslap hangat
untuk
mengompres
sendi-sendi
yang sakit
beberapa kali
sehari
Berikan
masase yang
lembut
Kolaborasi:
Berikan obatobatan sesuai
petunjuk
(mis:asetil
salisilat)
Beri obat
sebelum
aktivitas/latihan
yang
direncanakan
sesuai
petunjuk.
Tinjau proses
1.
penyakit,
prognosis, dan
harapan masa
depan
2.
Diskusikan
kebiasaan
pasien dalam
penatalaksanaa
n proses sakit
melalui
diet,obat3.
obatan,
dan
program diet
seimbang,
latihan
dan

kekakuan di pagi hari.


meningkatkan
relaksasi/mengurangi nyeri
sebagai anti inflamasi dan
efek analgesik ringan
dalam mengurangi
kekakuan dan
meningkatkan mobilitas.
Meningkatkan realaksasi,
mengurangi tegangan
otot/spasme, memudahkan
untuk ikut serta dalam
terapi

Memberikan pengetahuan
dimana
pasien
dapat
membuat
pilihan
berdasarkan informasi
Tujuan kontrol penyakit
adalah untuk menekan
inflamasi sendiri/ jaringan
lain
untuk
mempertahankan
fungsi
sendi
dan
mencegah
deformitaS
Banyak
produk
mengandung
salisilat
tersembunyi yang dapat
meningkatkan risiko takar
layak obat/ efek samping

pengertian,
penyebab,
tanda
dan
gejala, serta
penalaksanaa
n
pada
penyakit AR.
Keluarga
dapat
melakukan
perawatan
dengan
mengontrol
makananmakanan
yang
harus
dihindari
lansia
3 Setelah
1.
dilakukan
perawatan
selama 5 hari
klien mampu
melakukan
mobilisasi 2.
sesuai
kemampuan,
klien dan
keluarga
mampu
melakukan
perawatan
pada lansia
yang
imobilisasi
dengan
kriteria :
1.
Mampu
memotivasi 3.
diri untuk
melakukan
mobilisasi
sesuai
kemampuan

istirahat.
yang berbahaya
Tekankan
pentingnya
membaca label
produk
dan
mengurangi
penggunaan
obat-obat yang
dijual
bebas
tanpa
persetujuan
dokter.

Evaluasi/lanjut
1.
kan
pemantauan
tingkat
inflamasi/rasa 2.
sakit pada sendi
Pertahankan
istirahat tirah
baring/duduk
jika diperlukan
jadwal aktivitas
untuk
3.
memberikan
periode
istirahat yang
terus menerus
dan
tidur
malam
hari
yang
tidak
terganmggu
Bantu dengan
rentang gerak
aktif/pasif,
demikiqan juga
latihan resistif
dan isometris
jika
memungkinkan

Tingkat aktivitas/latihan
tergantung
dari
perkembangan/resolusi dari
peoses inflamasi
Istirahat
sistemik
dianjurkan
selama
eksaserbasi
akut
dan
seluruh fase penyakit yang
penting untuk mencegah
kelelahan mempertahankan
kekuatan
Mempertahankan/meningk
atkan
fungsi
sendi,
kekuatan otot dan stamina
umum. Catatan : latihan
tidak adekuat menimbulkan
kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan
dapat merusak sendi

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA MANDIRI

Tangg
al

Masalah
Kesehatan

Klien
mengalam
i
reumathik
, klien
mengeluh
kakinya
nyeri, linu
dan susah
digerakka
n. Klien
tidak
megetahui
penyakitn
ya

A.
(1)
(2)
(3)
(4)
B.
(5)
(6)
(7)
C.
(8)

Masalah
Keperawat
an

Nyeri

Keriteria Keluarga MSutiari

Kategor
i/
Simpul
an

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
0
v V v v v v V

Gangguan
mobilisasi
fisik
Kurang
pengetahu
an

Keterangan :
Kriteria Keluarga Mandiri terdiri dari 3 bagian, berikan tanda ceklis ( V ) pada kolom dengan
angka 1 10 sesuai dengan kriteria berikut :
Keluarga mengetahui masalah kesehatan, dengan kriteria :
Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dari masalah kesehatan yang ada
Keluarga dapat menyebutkan masalah kesehatan
Keluarga dapat menyebutkan factor yang mempengaruhi masalah kesehatan
Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah
Keluarga mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan, dengan kriteria :
Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
Keluarga dapat mengungkapkan / menyebutkan akibat dari masalah kesehatan tersebut
Keluarga dapat membuat keputusan yang tepat tentang penanganan masalah kesehatan
tersebut
Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan, dengan kriteria :
Keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang diperlukan
untuk perawatan

(9) Keluarga terampil melaksanakan perawatan pada anggota keluarga (promotif, preventif dan
caretive)
(10) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang mendukug kesehatan
Untuk kategori Keluarga Mandiri/ / Simpulan dibuat berdasarkan penjumlahan criteria di
atas, masing-masing criteria memiliki nilai satu. Pembagian kategori berdasarkan
pengelompokkan sebagai berikut :
Keluarga Mandiri I ( KM I ) : skornya 1 4
Keluarga Mandiri II ( KM II )
: skornya 5 7
Keluarga Mandiri III ( KM III )
: skornya 8- 10

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut UU no. 4 tahun 1965 bahwa dikatakan bahwa lansia adalah mereka yang
berumur 55 tahun ke atas (Dit. Yankes 1991).
Menurut WHO yang dianggap dengan lanjut usia adalah seorang manusia golongan
umur 65 tahun keatas, tetapi ada juga yang mengambil batas 60 tahun keatas, bahkan ada
pula yang menganggap orang yang berumur 50 tahun keatas (WHO 1976 ; Dit. Yankes 1991).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling tergantung.(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu untuk
berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga.(Friedman, 1998).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua
jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan
meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999).
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh (Hidayat, 2006).
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi
tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan,
nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

DAFTAR PUSTAKA
Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta
: Nuha Medika.
Diposkan oleh Tryani Validitta di 22.07
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: askep gerontik reumatik
Lokasi: Indramayu, Jawa Barat, Indonesia

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2013 (1)
Desember (1)

askep keluarga reumatik

Mengenai

Saya

Tryani
Validitta
Lihat profil
lengkapku
Template Watermark. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like