You are on page 1of 13

Mukosa mulut dapat mengalami diskolorasi dalam bentuk pseudomembran dengan peningkatan

keratinisasi atau peningkatan vaskularisasi. Pigmentasi dapat terbatas pada tempat tertentu saja,
difus, atau pada beberapa tempat. Dapat disebabkan pigmen yang bersifat endogen maupun
eksogen. Berdasarkan warnanya, pigmentasi terbagi menjadi:
a. Lesi vaskular biru/ungu, contoh hemangioma, varises, angiosarkoma, sarkoma Kaposi,
teleangiektasis.
b. Lesi melanotik coklat, contoh epulis, nevus biru, melanoma maligna, melanosis karena obat,
pigmentasi fisiologis, pigmentasi cafe au lait, dll.
c. Lesi coklat yang berhubungan dengan hem, contoh ekimosis, petekie, hemokromatosis.
d. Pigmentasi abu-abu/hitam, contoh tatto amalgam, lidah berambut, menelan metal seperti
merkuri, bismut.

Leave a comment
Posted in Kelainan Mukosa Gigi

Lesi Putih dan Lesi Merah


Posted on by admin| Leave a comment
[Menerjemahkan]
Definisi
Lesi putih merupakan suatu istilah yang menunjukkan perubahan mukosa dengan ciri khas
adanya papila opak, pucat (putih), tanpa adanya tanda-tanda pembesaran, eritema, atau ulserasi.

Penyebab terjadinya suatu lesi putih adalah penebalan lapisan epitel, adanya material superfisial,
adanya pemadatan struktur jaringan ikat di bawah epitel, atau kombinasi ketiganya.

A. Variasi struktur/mukosa mulut yang normal


1. Leukodema
Permukaannya halus, fleksibel, dan putih keabu-abuan. Umumnya terdapat pada mukosa bukal,
kadang-kadang pada mukosa labial dan biasanya bilateral. Sedikit berlipat-lipat dan bila mukosa
diregangkan warna putih akan hilang. Tidak perlu dilakukan tindakan apapun.

1. Granula fordice
Terlihat gambaran titik-titik putih dengan luas 1 cm2. Merupakan struktur kelenjar sebasea yang
ektopik dan biasanya multifokal. Diameter 2 mm dan warna kekuningan. Dapat terjadi pada
semua usia dengan prevalensi 80-90% dan tidak ada predileksi jenis kelamin.

1. Linea alba
Merupakan garis putih dimukosa bukal setinggi garis oklusal dengan kontur mengikuti keadaan
gigi-geligi tapi sedikit mengalami keratinisasi.

B. Lesi ulseratif dengan pseudomembran


1. Luka tergigit
Dapat terjadi sewaktu-waktu pada saat pengunyahan atau karena kecelakaan. Biasanya terdapat
di mukosa pipi, lidah, dan bibir. Secara klinis terlihat adanya ulkus yang dikelilingi lapisan putih
terdiri dari jaringan nekrotik, lunak, bentuknya sama dengan gigi penyebab dan jika baru terjadi
biasanya terdapat perdarahan. Penatalaksanaannya adalah penghalusan permukaan gigi yang
tajam, pengontrolan agar tidak terjadi infeksi dengan antiseptik, dan pemberian orabase.

2. Habitual cheek biting


Trauma yang terjadi bersifat kronis dan dihubungkan dengan kebiasaan gugup yang tidak
disadari, pergerakan lidah, dan rahang yang tidak terkontrol. Umumnya terjadi pada pasien
dengan gangguan saraf motorik. Secara klinis lebih sering terlihat pada mukosa pipi; lesi tampak
superfisial karena gosokan yang berulang-ulang, isapan, atau gerakan mengunyah berbatas jelas
dan terasa kasar bila diraba. Penatalaksanaannya dengan pemberian obat kumur antiseptik dan
terapi kelainan neuromuskular.

3. Luka bakar
Lesi putih yang terjadi karena trauma fisik termis dan dapat disebabkan makanan yang panas,
asap rokok, instrumen gigi yang panas, dan lain-lain. Lesi putih ini nonkeratotik dan bersifat
sementara. Ulkus berwarna abu-abu keputihan dan jika disebabkan makanan yang panas
biasanya terletak di bagian tengah palatum durum. Luka bakar ini dapat terjadi karena obat

analgesik asam asetilsalisilat yang sering diletakkan pada lipatan mukosa bukal untuk meredakan
rasa sakit pulpitis dan periodontitis pada beberapa pasien. Bentuk lesi tidak teratur, putih, di
mana pseudomembran dan seluruh mukosa pipi bisa terkena. Jika pseudomembran diangkat akan
timbul rasa sakit dan daerah yang terangkat kasar serta berdarah. Penatalaksanaannya adalah
dengan menghentikan aplikasi aspirin, mengontrol infeksi dengan antiseptik dan antibiotik, serta
irigasi lesi dengan akuades untuk menghilangkan obat yang masuk.

4. Radiation mucocitis
Terjadi karena terapi radiasi pada keganasan daerah leher dan kepala yaag terjadi pada akhir
minggu pertama radioterapi. Lesi berwarna merah difus terutama pada mukosa berkeratin tipis,
lama-kelamaan terjadi pseudomembran, dan jika epitel terlepas akan terjadi ulkus.
Penatalaksanaannya adalah mengontrol terjadinya infeksi sekunder, peningkatan kebersihan
mulut, dan pemberian antiseptik dengan bahan dasar klorheksidin glukonat 0,12% dan antibiotik
spektrum luas.

C. Lesi putih hiperkeratosis tanpa kecenderungan menjadi ganas


1. Stomatitis nikotina
Merupakan lesi spesifik pada perokok berat yang menggunakan pipa atau cerutu. Terjadi pada
palatum dan terbatas pada daerah yang terpapar uap tembakau rokok. Pada tahap awal, mukosa
tampak kemerahan tapi kemudian berubah menjadi putih keabu-abuan, menebal, dan berfisur.
Penebalan terbatas pada muara kelenjar liur minor palatum yang tampak sebagai umbilicated
nodule putih dengan bagian tengah merah dan dapat berubah menjadi coklat karena deposit tar.
Lesi ini bersifat reversibel sehingga akan hilang jika kebiasaan merokok dihilangkan.

2. Traumatic keratosis
Suatu daerah yang terbatas pada mukosa mulut, berupa penebalan berwarna keputihan dan jelas
berhubungan dengan iritasi lokal berupa gigi yang tajam, kawat gigi tiruan, dan lain-lain yang
akan sembuh jika iritasi dihilangkan.

3. White sponge nevus


Merupakan penyakit keturunan autosom dominan yang dapat terjadi di mukosa mulut, genital,
dan anal. Dalam mulut dapat terjadi di mukosa bukal, labial, alveolar ridge, dan dasar mulut.

Banyak terdapat pada ras kulit putih, tidak ada predileksi jenis kelamin, dan terjadi pada orang
dewasa.

D. Lesi putih dan lesi metah hiperkeratosis dengan kecenderungan menjadi ganas
l. Leukoplakia
Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa mulut, yang baik secara klinis maupun
histopatologik, tidak dapat dimasukkan pada penyakit lain. Identik dengan eritroplakia dan
sering dihubungkan dengan keganasan.

Etiologi
o Lokal, misalnya penggunaan tembakau, kandidosis
o Sistemik, misalnya sifilis tersier, defisiensi vitamin B dan asam folat, anemia, xerostomia,
radiasi dan obat antikolinergik.

Leukoplakia dapat ditemukan pada berbagai tempat, terutama di mukosa bukal, gingiva, dan
batas bibir kulit (vermillion). Lesi di dasar mulut dan lidah lebih jarang namun keganasan lebih
tinggi. Semula lebih sering pada pria, namun sekarang perbandingannya lebih kurang sama,
mungkin akibat perubahan kebiasaan merokok. Kedua lesi ini sering terjadi pada usia 60-70
tahun.

Manifestasi Klinis
1. Leukoplakia homogen. Secara keseluruhan tampak homogen dengan pola garis halus
(crustae), berkerut, dan papilomatosa
2. Leukoplakia nonhomogen
o Eritroleukoplakia (eriosit): lesi berwarna putih merah.
o Nodular: permukaan lesi berbenjol-benjol seperti nodul
o Verukosa: pada permukaan lesi terdapat proyeksi-proyeksi tajam dari epitel.

Yang berpotensi menjadi ganas berturut-turut adalah eritroplakia, eritroleukoplakia, nodular


leukoplakia, verukosa leukoplakia, dan homogen leukoptakia.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sitologi atau biopsi untuk menentukan ada
tidaknya displasia sel. Bila perlu, dilakukan biopsi ulang dalam waktu 6-12 bulan, terutama bila
terdapat perubahan ukuran atau karakteristik lesi.

Penatalaksanaan
Dapat dengan dua cara yaitu terapi nonbedah dan terapi bedah. Terapi nonbedah dengan
pemberian vitamin A 1 x 25.000 IU atau 50.000 IU/hari selama tiga bulan, vitamin E, makanan
dengan kadar karoten tinggi, penghentian rokok dan pemakaian obat kumur beralkohol, serta
pemakaian obat jamur selama 1-2 minggu.

2. Eritroplakia
Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan
klinis serta histopatologi tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini,
terutama yang berada di bawah lidah, dasar mulut, palatum molle, dan pilar faucial anterior
memiliki kecenderungan menjadi ganas. Diduga sebagai lesi awal karsinoma sel skuamosa oral.
Jarang ditemukan karena tidak mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus
dilakukan dalam keadaan kering dan dengan teliti. Tidak memiliki predileksi jenis kelamin,
meski mungkin berhubungan dengan kebiasaan merokok dan minuman keras.

Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur. Diagnosis
pasti dengan biopsi.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sama dengan leukoplakia. Biopsi harus dilakukan namun observasi selama 1-2
minggu sambil menghilangkan iritan yang dicurigai dapat diterima.

Diagnosis Banding
Kandidosis, stomatistis dentata, tuberkulosis, histoplasmosis, iritasi mekanis.

3. Liken Planus
Suatu penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat kronik, dan mudah terjadi eksaserbasi.
Etiologinya belum jelas tetapi diduga karena stres, pemakaian obat, dan defisiensi vitamin B
kompleks jangka panjang.

Mirip dengan leukoplakia, namun liken planus lebih difus, distribusinya menyeluruh, terdapat
minimal satu lesi seperti renda. Kelenturan kulit tidak berubah.

Manifestasi Klinis
o Kulit
Khas adanya papul dengan permukaan dan berbentuk poligonal, berwarna keungu-unguan,
mengkilat, gatal, diameter 1 cm dan distribusinya terutama pada ekstremitas.
o Mukosa mulut
Distribusi lesi pada nukosa bukal, bibir, lidah, dan gingiva. Lesi biasanya bilateral tetapi tidak
simetris. Bentuk lesinya bervariasi yaitu retikular, papular, lesi seperti plak, atopik, bula dan
erosif.

Merupakan suatu kondisi prakanker karena pada pemeriksaan histopatologis terlihat adanya
hiperkeratosis, parakeratosis, ortokeratosis, penebalan lapisan granulosum, rete pegs, dan
degenerasi likuifaksi sel basal.

Penatalaksanaannya adalah menghilangkan faktor predisposisi, pemberian kortikosteroid,


vitamin A dosis tinggi, dan obat-obat imunomodulator. Bila setelah pengobatan lesi tidak hilang
maka harus dilakukan biopsi .
4. Reaksi Likenoid

Merupakan lesi yang identik dengan lesi liken planus tetapi disebabkan oleh pemakaian obatobatan. Bila pemakaian obat dihentikan, maka lesi akan hilang. Obat-obatan yang dapat
menginduksi adalah obat antihipertensi, antibiotik, antiparasit, antiartritis, obat
antihiperglikemia, dan lain-lain. Anamnesis harus lengkap sehingga diketahui riwayat pemakaian
obat pada pasien. Penatalaksanaannya adalah mengganti jenis obat.
5. Kandidosis
Kandidosis adalah lesi akibat infeksi Candida albicans dengan gambaran papul putih menyebar
dan plak yang bila dirobek akan berdarah.

Faktor Predisposisi
Pemakaian obat seperti antibiotik spektrum luas, antibiotik multipel, kortikosteroid, sitotoksik,
imunosupresif, antikolinergik; kelainan endokrin seperti diabetes melitus, hipotiroid,
hipoparatiroid, hipoadrenalin, poliendokrinopati; kelainan hematologi seperti anemia aplastik,
agranulositosis, limfoma, leukemia; defisiensi imun seperti HIV, hipoplasia timus; kelainan
leukosit seperti leukopenia, agranulositosis, neutropenia; keganasan seperti leukemia, timoma,
dan kanker lanjut; defisiensi nutrisi seperti defisiensi vitamin, malnutrisi, malabsorpsi; dan
keadaan lain seperti kehamilan, usia lanjut, radioterapi.
Manifestasi Klinis
Papul putih menyebar dan plak yang bila dirobek akan berdarah.

Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya penyakit yang menjadi faktor predisposisi,
contohnya:
o Urinalisa untuk mencari diabetes melitus
o Hematologi: pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis leukosit
o Serologi: HIV

Diagnosis Banding
Plak susu, debris makanan.

Penatalaksanaan
o Cari faktor predisposisi dan diterapi.
o Beri terapi oral atau sistemik dengan obat golongan azol, mikostatin oral 1-2 mg.

Leave a comment
Posted in Kelainan Mukosa Gigi

Lesi Ulseratif, Vesikular, dan Bula


Posted on by admin| Leave a comment
[Menerjemahkan]
Definisi
Banyak penyakit mulut yang memiliki gejala klinis lesi ulseratif, vesikular, dan bula. Untuk itu
diperlukan keterangan tambahan tentang riwayat penyakit selain pemeriksaan klinis. Sedikitnya
harus ditanyakan sejak kapan lesi itu muncul untuk membedakan apakah akut atau kronik,
riwayat penyakit sebelumnya, dan banyaknya lesi yang ada. Penyakit mulut dengan manifestasi
lesi ulseratif, vesikular, dan bula dapat dikelompokkan menjadi:

a. Lesi multipel akut


Lesi multipel akut dapat disebabkan virus Herpes simpleks 1 dan 2, virus varicella zoster, dan
virus Coxsackie. Penyakit mulut yang termasuk lesi multipel akut adalah herpes simpleks
primer, varisela, herpes zoster, eritema multiformis, stomatitis alergika, dan acute necrotizing
ulcerative gingivitis.
Infeksi Herpes Simpleks Primer
Manifestasi Klinis
Pada infeksi Herpes simpfeks primer, 1 atau 2 hari setelah gejala prodromal (demam, malaise,
sakit kepala) muncul vesikel-vesikel berdinding tipis dengan dasar inflamasi dan bila pecah akan
menjadi ulkus terutama di mukosa berkeratin tebal, yaitu palatum durum, dorsal lidah, dan
gingiva. Petanda lain adalah gingivitis marginal akut pada seluruh gingiva, inflamasi faring
posterior, serta pembesaran kelenjar getah bening submandibula dan servikal. Lesi ekstraoral

sama dengan lesi intraoral tetapi ditutupi krusta kekuningan dan terletak di daerah merah bibir
dan sirkum oral.
Faktor Predisposisi
Rekurensi dapat terjadi karena virus laten pada saraf. Faktor predisposisi yang dapat
mengaktifkan virus laten adalah demam, stres, trauma lokal pada ganglion saraf, alergi,
defisiensi nutrisi, dan kelelahan fisik.

Penatalaksanaan
Pemberian asiklovir, terapi simtomatik, terapi suportif, dan pencegahan rekurensi dengan
menghindarkan faktor-faktor predisposisi.
Infeksi Virus Varicella Zoster
Manifestasi Klinis
Infeksi virus Varicella zoster menyebabkan infeksi primer atau rekurens yang bersifat laten bila
menyerang jaringan saraf. Virus Varicella zoster menimbulkan penyakit varisela dan herpes
zoster. Petanda varisela adalah lesi mukopapular yang berkembang menjadi vesikel dengan
dasar eritema dan cepat pecah menjadi ulkus di seluruh tubuh, termasuk mukosa mulut. Pada
penderita herpes zoster akan didahului gejala prodromal selama 2 sampai 4 hari. Lalu muncul
erupsi yang khas, yaitu vesikel berkelompok dengan dasar eritem sesuai dermatom saraf yang
terkena dan lesi pada mukosa mulut maupun wajah akan timbul bila virus ini menyerang cabang
ketiga atau cabang pertama nervus trigeminus. Herpes zoster ditegakkan berdasarkan riwayat
nyeri dan adanya lesi yang khas, segmental, dan unilateral.
Komplikasi
Pada keadaan tertentu infeksi dapat sangat hebat sehingga menimbulkan komplikasi, yaitu:

Neuralgia pascaherpetik yaitu rasa sakit yang hebat akibat inflamasi fibrosis pada saraf
sensoris.

Sindrom Ramsay Hunt, yaitu suatu kumpulan gejala kelumpuhan yang mengenai saraf
motorik nervus fasialis (kelumpuhan muka).

Penatalaksanaan
Untuk penderita varisela maupun herpes zoster pada usia muda diberikan pengobatan
simtomatis atau ditambah dengan asiklovir untuk mempercepat penyembuhan, dan mengurangi
rasa nyeri. Beri vitamin neurotropik, dan lakukan perawatan lesi ekstraoral dengan antiseptik
atau bedak salisil untuk mencegah infeksi sekunder yang dapat menyebabkan skar.

Kortikosteroid prednison 3 x 5 mg selama 5 hari diberikan untuk mencegah komplikasi neuralgia


maupun mengurangi komplikasi pada mata.
Eritema Multiforme
Etiologi
Eritema multiforme adalah penyakit inflamasi akut pada kulit dan mukosa yang menyebabkan
berbagai bentuk lesi akibat deposit imunokompleks. Etiologinya belum jelas tetapi ada beberapa
faktor yang diduga berperan yaitu obat-obatan golongan sulfa, penisilin, analgesik, antipiretik,
mikroorganisme, penyakit autoimun, radiasi, psikis atau keganasan.
Patogenesis
Diduga merupakan suatu reaksi hipersensitivitas dan adanya deposit imunokompleks pada
pembuluh darah superfisial kulit serta mukosa menyebabkan aktivasi komplemen, peningkatan
permeabilitas pembuluh darah, dan penarikan leukosit yang akan melepaskan enzim proteolitik
sehingga terjadi kerusakan jaringan.
Manifestasi Klinis
Kelainan ini timbul cepat dengan gejala prodromal kurang dari 48 jam. Lesi patognomonik
adalah lesi target pada kulit yang terdiri dari bula dikelilingi oleh edema dan eritema. Lesi pada
eritema multiforme lebih besar, tidak teratur, lebih dalam, biasanya berdarah, dan dapat terjadi
pada semua mukosa mulut. Lesi pada bibir khas berbentuk lesi yang ditutupi krusta merah
kehitaman.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus eritema multiforme yang ringan cukup dengan pengobatan suportif,
seperti obat anestesi kumur dan diet makanan lunak. Sedangkan pada eritema multiforme
sedang maupun berat memerlukan kortikosteroid, contohnya prednison atau metilprednisolon
dengan dosis awal 30-50 mg/hari selama beberapa hari.
Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis
Acute necrotizing ulserative gingivitis adalah suatu infeksi bakteri khas yang mengenai papila
dan tepi gingiva. Sering terjadi pada orang dewasa muda dekade dua.
Etiologi
Bakteri penyebab adalah Bacillus fusiformis dan Borellia vincentii. Adanya bakteri-bakteri
tersebut tidak selalu memberikan gejala, kadang gejala baru timbul bila ada faktor predisposisi
yang menurunkan daya tahan jaringan mulut.
Faktor Predisposisi

Kebersihan mulut yang buruk sehingga terjadi penimbunan makanan dan karang gigi, merokok,
emosi/stres, kelelahan fisik, dan penyakit kelainan darah.
Manifestasi Klinis
Terdapat rasa sakit akut pada gingiva yang menyeluruh, keluhan perdarahan gingiva, hilangnya
pengecapan dan bau mulut, dan adanya gejala sistemik seperti sakit kepala, demam, dan
limfadenopati.
Pada gingiva terlihat nekrosis yang menyeluruh atau lokal, terdapat pseudomembran, hilangnya
papil interdental, jaringan mudah sekali berdarah, dan bagian mukosa mulut lain yang menempel
pada gingiva, di mana lesi terdapat juga akan terkena sehingga timbul ulkus datar, multipel, dan
teratur sebagai abkatch ulcera.

Penatalaksanaan
o Hilangkan gejala aktif dengan cara mematikan dan mengontrol bakteri dengan penisilin 4 x
500 mg/hari, kumur dengan H2O2 1,5-2%, dan pemberian roboransia vitamin C atau B kompleks.

Hilangkan atau memperbaiki faktor lokal atau sistemik.

Beri penyuluhan perbaikan kebersihan mulut dan pemeriksaan rutin.

b. Lesi multipel rekurens


Lesi multipel rekurens merupakan masalah yang tersering ditemukan pada penyakit mulut.
Penyakit mulut yang termasuk lesi ini adalah stomatitis aftosa rekurens, sindrom Behcet, infeksi
Herpes simpleks rekurens, eritema multiformis rekurens, dan neutropenia siklik.
Stomatitis Aftosa Rekurens
Etiologi
Stomatitis aftosa rekurens ditandai dengan ulserasi rekurens pada mukosa mulut tanpa petanda
lain. Penyakit ini dapat dihubungkan dengan kelainan imunologi, kelainan hematologis, kelainan
psikologis, maupun alergi.
Manifestasi Klinis
Berdasarkan penampakan lesi, stomatitis aftosa rekurens dapat dibagi menjadi ulserasi minor bila
diameter kurang dari 1 cm dengan penyembuhan tanpa skar; ulserasi mayor bila diameter lebih
dari 1 cm, penyembuhan lebih lama, dan meninggalkan skar; ulserasi herpetiformis bila ulserasi
kecil-kecil dan berkumpul.

Penatalaksanaan
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal, seperti
orabase, pada kasus yang ringan dengan 2-3 lesi ulserasi minor. Pada kasus yang lebih berat
dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4
kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetrasiklin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulserasi. Bila tidak responsif terhadap kortikosteroid atau
tetrasiklin, dapat diberikan dapson dan bila gagal juga maka diberikan talidomid.
Infeksi Herpes Simpleks Rekurens
Infeksi Herpes simpleks rekurens pada mulut, yaitu pada bibir atau intraoral terjadi pada pasien
yang pernah menderita infeksi Herpes simpleks dan memiliki antibodi pelindung, sehingga
disebut juga sebagai reaktivasi bukan reinfeksi. Pemicunya adalah demam, haid, sinar ultraviolet,
stres, dan imunosupresi.
Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul adalah gejala prodromal diikuti timbulnya vesikel-vesikel kecil berdiameter
1-3 mm yang berkelompok sebesar 1-2 cm pada bibir. Lesi pada intraoral sama dengan lesi yang
muncul pada bibir, tapi sangat cepat pecah sehingga membentuk ulserasi. Biasanya pada mukosa
berkeratin tebal, yaitu gingiva, palatum, dan jembatan alveolar. Lesi akan bertambah besar dan
menyebar ke mukosa di sekitarnya, pada daerah yang mengandung sedikit keratin, seperti
mukosa rongga mulut, mukosa bibir, dan dasar rongga mulut. Penyakit ini akan sembuh dalam 12 minggu.
Penatalaksanaan
Tergantung keluhan pasien. Pemberian asiklovir 5 x 200 mg dapat diberikan sebagai profilaksis
bukan saat penyakit ini kambuh.

c. Lesi multipel kronik


Penyakit mulut dengan manifestasi lesi multipel kronik adalah pemfigus, pemfigoid sikatrik, dan
liken planus erosif.
Pemfigus
Penyakit autoimun yang melibatkan kulit dan mukosa dan ditandai dengan adanya bula
intradermal. Ada 4 bentuk, yaitu pemfigus vulgaris, pemfigus vegetans, pemfigus foliaseus, dan
pemfigus eritematosus. Bentuk lesi pada pemfigus tidak bulat, iregular, dan dangkal dengan
tanda Nikolsky yang khas.

Penatalaksanaan
Pemberian kortikosteroid sistemik dosis tinggi bersama dengan imunosupresan seperti
siklosporin atau azatioprin.

d. Ulkus traumatik
Lesi ini disebabkan trauma karena gigi, makanan, alat yang dipasang pada rongga mulut, panas,
atau bahan kimia dan akan sembuh dalam 1 minggu. Lesi ini harus dibedakan dari karsinoma
sel skuamosa.

You might also like