Professional Documents
Culture Documents
keratinisasi atau peningkatan vaskularisasi. Pigmentasi dapat terbatas pada tempat tertentu saja,
difus, atau pada beberapa tempat. Dapat disebabkan pigmen yang bersifat endogen maupun
eksogen. Berdasarkan warnanya, pigmentasi terbagi menjadi:
a. Lesi vaskular biru/ungu, contoh hemangioma, varises, angiosarkoma, sarkoma Kaposi,
teleangiektasis.
b. Lesi melanotik coklat, contoh epulis, nevus biru, melanoma maligna, melanosis karena obat,
pigmentasi fisiologis, pigmentasi cafe au lait, dll.
c. Lesi coklat yang berhubungan dengan hem, contoh ekimosis, petekie, hemokromatosis.
d. Pigmentasi abu-abu/hitam, contoh tatto amalgam, lidah berambut, menelan metal seperti
merkuri, bismut.
Leave a comment
Posted in Kelainan Mukosa Gigi
Penyebab terjadinya suatu lesi putih adalah penebalan lapisan epitel, adanya material superfisial,
adanya pemadatan struktur jaringan ikat di bawah epitel, atau kombinasi ketiganya.
1. Granula fordice
Terlihat gambaran titik-titik putih dengan luas 1 cm2. Merupakan struktur kelenjar sebasea yang
ektopik dan biasanya multifokal. Diameter 2 mm dan warna kekuningan. Dapat terjadi pada
semua usia dengan prevalensi 80-90% dan tidak ada predileksi jenis kelamin.
1. Linea alba
Merupakan garis putih dimukosa bukal setinggi garis oklusal dengan kontur mengikuti keadaan
gigi-geligi tapi sedikit mengalami keratinisasi.
3. Luka bakar
Lesi putih yang terjadi karena trauma fisik termis dan dapat disebabkan makanan yang panas,
asap rokok, instrumen gigi yang panas, dan lain-lain. Lesi putih ini nonkeratotik dan bersifat
sementara. Ulkus berwarna abu-abu keputihan dan jika disebabkan makanan yang panas
biasanya terletak di bagian tengah palatum durum. Luka bakar ini dapat terjadi karena obat
analgesik asam asetilsalisilat yang sering diletakkan pada lipatan mukosa bukal untuk meredakan
rasa sakit pulpitis dan periodontitis pada beberapa pasien. Bentuk lesi tidak teratur, putih, di
mana pseudomembran dan seluruh mukosa pipi bisa terkena. Jika pseudomembran diangkat akan
timbul rasa sakit dan daerah yang terangkat kasar serta berdarah. Penatalaksanaannya adalah
dengan menghentikan aplikasi aspirin, mengontrol infeksi dengan antiseptik dan antibiotik, serta
irigasi lesi dengan akuades untuk menghilangkan obat yang masuk.
4. Radiation mucocitis
Terjadi karena terapi radiasi pada keganasan daerah leher dan kepala yaag terjadi pada akhir
minggu pertama radioterapi. Lesi berwarna merah difus terutama pada mukosa berkeratin tipis,
lama-kelamaan terjadi pseudomembran, dan jika epitel terlepas akan terjadi ulkus.
Penatalaksanaannya adalah mengontrol terjadinya infeksi sekunder, peningkatan kebersihan
mulut, dan pemberian antiseptik dengan bahan dasar klorheksidin glukonat 0,12% dan antibiotik
spektrum luas.
2. Traumatic keratosis
Suatu daerah yang terbatas pada mukosa mulut, berupa penebalan berwarna keputihan dan jelas
berhubungan dengan iritasi lokal berupa gigi yang tajam, kawat gigi tiruan, dan lain-lain yang
akan sembuh jika iritasi dihilangkan.
Banyak terdapat pada ras kulit putih, tidak ada predileksi jenis kelamin, dan terjadi pada orang
dewasa.
D. Lesi putih dan lesi metah hiperkeratosis dengan kecenderungan menjadi ganas
l. Leukoplakia
Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa mulut, yang baik secara klinis maupun
histopatologik, tidak dapat dimasukkan pada penyakit lain. Identik dengan eritroplakia dan
sering dihubungkan dengan keganasan.
Etiologi
o Lokal, misalnya penggunaan tembakau, kandidosis
o Sistemik, misalnya sifilis tersier, defisiensi vitamin B dan asam folat, anemia, xerostomia,
radiasi dan obat antikolinergik.
Leukoplakia dapat ditemukan pada berbagai tempat, terutama di mukosa bukal, gingiva, dan
batas bibir kulit (vermillion). Lesi di dasar mulut dan lidah lebih jarang namun keganasan lebih
tinggi. Semula lebih sering pada pria, namun sekarang perbandingannya lebih kurang sama,
mungkin akibat perubahan kebiasaan merokok. Kedua lesi ini sering terjadi pada usia 60-70
tahun.
Manifestasi Klinis
1. Leukoplakia homogen. Secara keseluruhan tampak homogen dengan pola garis halus
(crustae), berkerut, dan papilomatosa
2. Leukoplakia nonhomogen
o Eritroleukoplakia (eriosit): lesi berwarna putih merah.
o Nodular: permukaan lesi berbenjol-benjol seperti nodul
o Verukosa: pada permukaan lesi terdapat proyeksi-proyeksi tajam dari epitel.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan sitologi atau biopsi untuk menentukan ada
tidaknya displasia sel. Bila perlu, dilakukan biopsi ulang dalam waktu 6-12 bulan, terutama bila
terdapat perubahan ukuran atau karakteristik lesi.
Penatalaksanaan
Dapat dengan dua cara yaitu terapi nonbedah dan terapi bedah. Terapi nonbedah dengan
pemberian vitamin A 1 x 25.000 IU atau 50.000 IU/hari selama tiga bulan, vitamin E, makanan
dengan kadar karoten tinggi, penghentian rokok dan pemakaian obat kumur beralkohol, serta
pemakaian obat jamur selama 1-2 minggu.
2. Eritroplakia
Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan
klinis serta histopatologi tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain. Sebagian besar lesi ini,
terutama yang berada di bawah lidah, dasar mulut, palatum molle, dan pilar faucial anterior
memiliki kecenderungan menjadi ganas. Diduga sebagai lesi awal karsinoma sel skuamosa oral.
Jarang ditemukan karena tidak mencolok dan asimtomatik, karena itu pemeriksaan mulut harus
dilakukan dalam keadaan kering dan dengan teliti. Tidak memiliki predileksi jenis kelamin,
meski mungkin berhubungan dengan kebiasaan merokok dan minuman keras.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pengolesan lesi dengan toluidin biru 1% topikal dengan swab atau kumur. Diagnosis
pasti dengan biopsi.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan sama dengan leukoplakia. Biopsi harus dilakukan namun observasi selama 1-2
minggu sambil menghilangkan iritan yang dicurigai dapat diterima.
Diagnosis Banding
Kandidosis, stomatistis dentata, tuberkulosis, histoplasmosis, iritasi mekanis.
3. Liken Planus
Suatu penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat kronik, dan mudah terjadi eksaserbasi.
Etiologinya belum jelas tetapi diduga karena stres, pemakaian obat, dan defisiensi vitamin B
kompleks jangka panjang.
Mirip dengan leukoplakia, namun liken planus lebih difus, distribusinya menyeluruh, terdapat
minimal satu lesi seperti renda. Kelenturan kulit tidak berubah.
Manifestasi Klinis
o Kulit
Khas adanya papul dengan permukaan dan berbentuk poligonal, berwarna keungu-unguan,
mengkilat, gatal, diameter 1 cm dan distribusinya terutama pada ekstremitas.
o Mukosa mulut
Distribusi lesi pada nukosa bukal, bibir, lidah, dan gingiva. Lesi biasanya bilateral tetapi tidak
simetris. Bentuk lesinya bervariasi yaitu retikular, papular, lesi seperti plak, atopik, bula dan
erosif.
Merupakan suatu kondisi prakanker karena pada pemeriksaan histopatologis terlihat adanya
hiperkeratosis, parakeratosis, ortokeratosis, penebalan lapisan granulosum, rete pegs, dan
degenerasi likuifaksi sel basal.
Merupakan lesi yang identik dengan lesi liken planus tetapi disebabkan oleh pemakaian obatobatan. Bila pemakaian obat dihentikan, maka lesi akan hilang. Obat-obatan yang dapat
menginduksi adalah obat antihipertensi, antibiotik, antiparasit, antiartritis, obat
antihiperglikemia, dan lain-lain. Anamnesis harus lengkap sehingga diketahui riwayat pemakaian
obat pada pasien. Penatalaksanaannya adalah mengganti jenis obat.
5. Kandidosis
Kandidosis adalah lesi akibat infeksi Candida albicans dengan gambaran papul putih menyebar
dan plak yang bila dirobek akan berdarah.
Faktor Predisposisi
Pemakaian obat seperti antibiotik spektrum luas, antibiotik multipel, kortikosteroid, sitotoksik,
imunosupresif, antikolinergik; kelainan endokrin seperti diabetes melitus, hipotiroid,
hipoparatiroid, hipoadrenalin, poliendokrinopati; kelainan hematologi seperti anemia aplastik,
agranulositosis, limfoma, leukemia; defisiensi imun seperti HIV, hipoplasia timus; kelainan
leukosit seperti leukopenia, agranulositosis, neutropenia; keganasan seperti leukemia, timoma,
dan kanker lanjut; defisiensi nutrisi seperti defisiensi vitamin, malnutrisi, malabsorpsi; dan
keadaan lain seperti kehamilan, usia lanjut, radioterapi.
Manifestasi Klinis
Papul putih menyebar dan plak yang bila dirobek akan berdarah.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya penyakit yang menjadi faktor predisposisi,
contohnya:
o Urinalisa untuk mencari diabetes melitus
o Hematologi: pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis leukosit
o Serologi: HIV
Diagnosis Banding
Plak susu, debris makanan.
Penatalaksanaan
o Cari faktor predisposisi dan diterapi.
o Beri terapi oral atau sistemik dengan obat golongan azol, mikostatin oral 1-2 mg.
Leave a comment
Posted in Kelainan Mukosa Gigi
sama dengan lesi intraoral tetapi ditutupi krusta kekuningan dan terletak di daerah merah bibir
dan sirkum oral.
Faktor Predisposisi
Rekurensi dapat terjadi karena virus laten pada saraf. Faktor predisposisi yang dapat
mengaktifkan virus laten adalah demam, stres, trauma lokal pada ganglion saraf, alergi,
defisiensi nutrisi, dan kelelahan fisik.
Penatalaksanaan
Pemberian asiklovir, terapi simtomatik, terapi suportif, dan pencegahan rekurensi dengan
menghindarkan faktor-faktor predisposisi.
Infeksi Virus Varicella Zoster
Manifestasi Klinis
Infeksi virus Varicella zoster menyebabkan infeksi primer atau rekurens yang bersifat laten bila
menyerang jaringan saraf. Virus Varicella zoster menimbulkan penyakit varisela dan herpes
zoster. Petanda varisela adalah lesi mukopapular yang berkembang menjadi vesikel dengan
dasar eritema dan cepat pecah menjadi ulkus di seluruh tubuh, termasuk mukosa mulut. Pada
penderita herpes zoster akan didahului gejala prodromal selama 2 sampai 4 hari. Lalu muncul
erupsi yang khas, yaitu vesikel berkelompok dengan dasar eritem sesuai dermatom saraf yang
terkena dan lesi pada mukosa mulut maupun wajah akan timbul bila virus ini menyerang cabang
ketiga atau cabang pertama nervus trigeminus. Herpes zoster ditegakkan berdasarkan riwayat
nyeri dan adanya lesi yang khas, segmental, dan unilateral.
Komplikasi
Pada keadaan tertentu infeksi dapat sangat hebat sehingga menimbulkan komplikasi, yaitu:
Neuralgia pascaherpetik yaitu rasa sakit yang hebat akibat inflamasi fibrosis pada saraf
sensoris.
Sindrom Ramsay Hunt, yaitu suatu kumpulan gejala kelumpuhan yang mengenai saraf
motorik nervus fasialis (kelumpuhan muka).
Penatalaksanaan
Untuk penderita varisela maupun herpes zoster pada usia muda diberikan pengobatan
simtomatis atau ditambah dengan asiklovir untuk mempercepat penyembuhan, dan mengurangi
rasa nyeri. Beri vitamin neurotropik, dan lakukan perawatan lesi ekstraoral dengan antiseptik
atau bedak salisil untuk mencegah infeksi sekunder yang dapat menyebabkan skar.
Kebersihan mulut yang buruk sehingga terjadi penimbunan makanan dan karang gigi, merokok,
emosi/stres, kelelahan fisik, dan penyakit kelainan darah.
Manifestasi Klinis
Terdapat rasa sakit akut pada gingiva yang menyeluruh, keluhan perdarahan gingiva, hilangnya
pengecapan dan bau mulut, dan adanya gejala sistemik seperti sakit kepala, demam, dan
limfadenopati.
Pada gingiva terlihat nekrosis yang menyeluruh atau lokal, terdapat pseudomembran, hilangnya
papil interdental, jaringan mudah sekali berdarah, dan bagian mukosa mulut lain yang menempel
pada gingiva, di mana lesi terdapat juga akan terkena sehingga timbul ulkus datar, multipel, dan
teratur sebagai abkatch ulcera.
Penatalaksanaan
o Hilangkan gejala aktif dengan cara mematikan dan mengontrol bakteri dengan penisilin 4 x
500 mg/hari, kumur dengan H2O2 1,5-2%, dan pemberian roboransia vitamin C atau B kompleks.
Penatalaksanaan
Harus disertai dengan terapi penyakit penyebabnya, selain diberikan emolien topikal, seperti
orabase, pada kasus yang ringan dengan 2-3 lesi ulserasi minor. Pada kasus yang lebih berat
dapat diberikan kortikosteroid, seperti triamsinolon atau fluosinolon topikal, sebanyak 3 atau 4
kali sehari setelah makan dan menjelang tidur. Pemberian tetrasiklin dapat diberikan untuk
mengurangi rasa nyeri dan jumlah ulserasi. Bila tidak responsif terhadap kortikosteroid atau
tetrasiklin, dapat diberikan dapson dan bila gagal juga maka diberikan talidomid.
Infeksi Herpes Simpleks Rekurens
Infeksi Herpes simpleks rekurens pada mulut, yaitu pada bibir atau intraoral terjadi pada pasien
yang pernah menderita infeksi Herpes simpleks dan memiliki antibodi pelindung, sehingga
disebut juga sebagai reaktivasi bukan reinfeksi. Pemicunya adalah demam, haid, sinar ultraviolet,
stres, dan imunosupresi.
Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul adalah gejala prodromal diikuti timbulnya vesikel-vesikel kecil berdiameter
1-3 mm yang berkelompok sebesar 1-2 cm pada bibir. Lesi pada intraoral sama dengan lesi yang
muncul pada bibir, tapi sangat cepat pecah sehingga membentuk ulserasi. Biasanya pada mukosa
berkeratin tebal, yaitu gingiva, palatum, dan jembatan alveolar. Lesi akan bertambah besar dan
menyebar ke mukosa di sekitarnya, pada daerah yang mengandung sedikit keratin, seperti
mukosa rongga mulut, mukosa bibir, dan dasar rongga mulut. Penyakit ini akan sembuh dalam 12 minggu.
Penatalaksanaan
Tergantung keluhan pasien. Pemberian asiklovir 5 x 200 mg dapat diberikan sebagai profilaksis
bukan saat penyakit ini kambuh.
Penatalaksanaan
Pemberian kortikosteroid sistemik dosis tinggi bersama dengan imunosupresan seperti
siklosporin atau azatioprin.
d. Ulkus traumatik
Lesi ini disebabkan trauma karena gigi, makanan, alat yang dipasang pada rongga mulut, panas,
atau bahan kimia dan akan sembuh dalam 1 minggu. Lesi ini harus dibedakan dari karsinoma
sel skuamosa.