Professional Documents
Culture Documents
Feed gas jenuh mengalir melalui sponge iron dan terjadi reaksi :
Fe2O3.6H2O + 3H2S
Fe2S3.6H2O + 3H2O
(+Q)
b)
c)
Menyebabkan foaming.
Dengan demikian senyawa sulfur harus dihilangkan. Selanjutnya gas yang bersih
dari belerang keluar dari bagian bawah Desulfurizer.
a. Unit Dehidrasi
Proses Dehidrasi adalah penghilangan kadar air yang ada dalam gas alam.
Feed gas dari desulfurizer masih mengandung uap air akibat kejenuhan dari
desulfurizer dan uap air yang terbawa dari gas sumber. Uap air ini harus
dihilangkan karena pada tahap pemisahan hidrokarbon dimana feed gas harus
didinginkan sampai 18 C sehingga uap air akan terkondensasi dan membentuk
hidrad solid dengan hidrokarbon berat yang akan menyumbat valve atau
menempel pada permukaan alat pendingin sehingga mengurangi efisiensi alat
tersebut. Proses penghilangan air adalah dengan absorbsi oleh larutan triethylene
glycol di dalam absorber.
Feed gas masuk melalui bagian bawah absorber dan naik ke atas melewati
sepuluh Bubble Cap Trays, sedangkan larutan lean glycol (glykol bebas air)
mengalir counter current (berlawanan arah) sehingga keduanya kontak langsung
dan air terabsorbsi. Temperatur lean glycol masuk absorber harus dijaga sekitar 6
2)
Feed gas yang sudah bebas dari air terpisah menjadi dua arus. Arus utama yang
melalui bagian shell dari Feed Gas Exchanger 204-C (A-B-C-D) dan arus kedua
melalui bagian tube dari Feed Gas Exchanger 206-C. Kemudian kedua arus ini
bersatu kembali masuk bagian tube dari Feed Gas Chiller 203-C. Hidrokarbon
berat dipisahkan dengan pendinginan pada suhu 18C dan tekanan 25,3 kg/cm2.
Pada temperature ini HHC akan terkondensasi. Proses ini terjadi di chiller dimana
digunakan refrigeran ammonia yang di supply dari daerah sistem Process
Refrigerant atau dari Package Unit.
Sesudah Hidrokarbon berat dicairkan, kedua aliran masuk ke Feed/fuel
separator (206 F) dimana cairan HHC ini diatur oleh LC-201, sehingga jika
permukaannya tinggi dapat mengalir ke bagian shell dari Feed Gas Exchanger,
dimana cairan ini dapat mendinginkan salah satu dari aliran gas hidrokarbon yang
panas, dipanaskan lebih lanjut dalam alat yang dinamakan Steam Heated
Hydrocarbon Liquid Vaporizer (205-C) yang dipanaskan dengan uap hidrokarbon
yang menguap kedalam Fuel Gas K.O Drum (207-F), dimana gas dapat langsung
dikirim ke Fuel Gas System sebagai bahan bakar atau dapat juga dibuang ke
atmosfir yang diatur oleh pengatur tekanan PICa-208. Juga terdapat HIA-210
untuk memperingatkan kita jika terdapat banyak cairan dalam Fuel Gas K.O
Drum (207-F). Untuk mengatasi hal ini disediakan kerangan pembuangan dimana
cairan ini dialirkan ke Burn Pit.
Feed gas yang hidrokarbon beratnya sudah dipisahkan keluar dari atas
Feed/fuel separator dan masuk ke bagian tube dari Feed Gas Exchanger 204-C
dan mendinginkan feed gas yang akan masuk separator.
c. Pemisahan CO2
Kandungan CO2 yang ada dalam gas alam ( 10 %) sebelum masuk ke
primary reformer harus dipisahkan karena dapat berpengaruh pada jumlah aliran
gas alam yang akan direaksikan di primary reformer. Selain itu penghilangan CO2
juga untuk mengurangi beban pada absorber CO2 dan metanator.
Feed gas yang seharusnya sudah bebas air dan hidrokarbon berat
dipanaskan dalam bagian shell dari Natural Gas Exchanger dan kemudian
didinginkan dalam Carbon Dioxide Absorber Overhead Cooler (207-C) dan
selanjutnya masuk Absorber K.O Drum (201-F) untuk memisahkan cairan
Benfield yang terbawa oleh gas. Cairan ini dikembalikan ke sistem masuk ke
b.
2KHCO3
(T = 16 40 oC)
Larutan Rich Benfield atau larutan benfield yang sudah menyerap CO2
akan turun dari bawah absorber dan dikirim kembali ke regenerator 202-E. Pada
waktu larutan terserak (flashes) di dalam regenerator bagian atas, sebagian CO2
terlepas dari larutan. Larutan mengalir ke bawah melalui dua lapisan Packed
Tower Carbon Steel Flexiring dengan sedikit SS flexirings bagian atas lapisan
pertamadan sebelah bawah dan atas lapisan bawah. Reaksi yang terjadi :
2KHCO3
(T = 120 oC)
Larutan terkumpul di atas sebuah Trap Out Pan dan mengalir ke reboiler
202-C yang dipanaskan oleh steam, selanjutnya larutan ini menguap dan kembali
ke regenerator 202-E hingga Rich benfield akan menjadi Lean benfield untuk
bersirkulasi kembali ke absorber. Sebagai tambahan, dalam sirkulasi larutan Lean
benfield terdapat saringan Benfield Lean Solution Carbon Filter 202-F dimana ada
sebagian kecil dari larutan Lean Benfield akan dilewatkan dalam filter ini dan
selanjutnya bersatu kembali dengan flow yang ke absorber.
karena dapat meracuni katalis dalam primary reformer. Proses ini dilakukan
dalam desulfurizer (102 D). Kompresor feed gas 102-J yang digerakkan oleh
turbin mengambil isapan (suction) dari puncak CO2 Absorber K.O Drum 201-F
dan dikeluarkan melalui Feed Gas Interchanger 209-C. Setelah dikompresi, feed
gas dipanaskan lebih dahulu di feed gas interchanger di atas, feed gas ini bersatu
dengan Hydrogen rich gas dan masuk ke feed gas heater 103-B untuk dipanaskan
sampai mencapai suhu yang diperlukan untuk reaksi di Desulfurizer102-D.
Gas campuran kemudian masuk ke Desulfurizer102-D yang berisikan dua
lapisan katalis. Bagian atas diisi dengan katalis Cobalt molybdenum dan bagian
bawah dengan zinc oxide. Campuran gas mengalir ke bawah meleati lapisanlapisan katalis tersebut sehingga sulfur (zat belerang) diubah dan dipisahkan dari
campuran gas.
Hidrogenasi antara senyawa sulfur organik dalam gas alam dengan
hidrogen membentuk senyawa H2S pada suhu 350 - 360 C dan tekanan 39,5
kg/cm2.
Reaksi yang terjadi adalah :
RSH + H2
RSH + H2
RH + H
Gas H2S yang terbentuk akan bereaksi dengan katalis ZnO. Reaksinya adalah :
H2S + ZnO
H2S + ZnO
ZnS + H
gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia
(pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan
dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu
absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik.
Absorber atau penyerap, dalam hal ini penyerapan gas adalah suatu operasi
dimana cairan gas dikontakkan dengan cairan untuk menyerap satu atau lebih
komponen dalam campuran. Dalam peristiwa ini terjadi perpindaha massa dari gas
ke cairan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya-gaya fisik (pada
absorbsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia (pada absorbs
kimia, juga disebut absorpsi kimia). Kecepatan absorbsi merupakan ukuran
perpindahan massa antara fasa gas dan fasa cair, disamping pada perbedaan
konsentrasi dan luas permukaan absorben.
Hasil Perhitungan dari data DCS Asam Sulfat, laju alir gas dari reaktor
(bed 3) menuju ke absorber (T-1302) tidak terhitung. Sehingga perhitungan laju
alir dimulai dari feed furnace, dan telah didapat laju alir gas dari bed 3 sebesar
7631,61 kgmol/jam. Dari perhitungan neraca massa pada absorber (T-1302).
didapat nilai efisiensi yang tetap dari tanggal 19-23 September 2012 adalah
99,95%. Ini dikarenakan saat perhitungan laju alir Asam Sulfat dari tangki (D1301) juga memakai beberapa data aktual. Dapat dibandingkan data desain dan
data aktual, terdapat perbedaan efisiensi absorber yang diunjukkan dalam tabel
berikut. Kinerja Absorber Efisiensi merupakan salah satu indikator untuk
menentukan kinerja dari suatu alat yang digunakan. Dari perhitungan neraca
massa di absorber didapatkan nilai efisiensi yang konstan untuk 5 hari berturutturut, ini dikarenakan saat perhitungan laju alir Asam Sulfat dari tangki (D-1301)
juga memakai beberapa data aktual. Grafik perbandingan efisiensi absorber data
aktual dengan data desain pada tanggal 19 28september 2012 dapat dilihat pada
gambar 2.
Evaluasi perbandingan penyerapan SO3 pada absorber (T-1302) data actual (99,95%)
dan data desain (99,90%). Dapat disimpulkan kinerja absorber (T-1302) masih
cukup baik. Efisiensi data aktual tersebut didasarkan ada perhitungan neraca massa
pada absorber (T-1302). Gas yang masuk absorber (T-1302) akan mengalami kontak dengan
larutan asam sulfat sebagai media peyerap sehingga terjadi difusi masa SO 3 dalam
larutan asam sulfat karena adanya beda kelarutan, sehingga kadar SO3 dalam gas
berkurang dan terjadi perubahan massa SO3 dalam gas yang masuk absorber.
Akumulasi SO3 yang terserap dalam larutan asam sulfat merupakan parameter
untuk mengetahui efisiensi peyerapan SO3. Kinerja absorber juga dipengaruhi
oleh umpan gas-gas yang masuk absorber (gas yang berasal dari reaktor). Dengan
data feed Sulfur pada furnace konstan 79 8ton/jam selama 5 hari dan feed udara
kering yang berbeda-beda dihasilkan laju gas (SO2, N2 , O2) yang berbeda-beda
pula. Dan gas hasil dari pembakaran akan dikonversi dalam reaktor menjadi gasgas (SO3 , SO2, N2 , O2) yang kemudian diteruskan ke absorber. Perubahan feed
udara kering pada furnace mempengaruhi umpan gas masuk absorber yang nantinya
gas SO3 akan diabsorbsi air kanduangan dari asam sulfat danmenjadi asam sulfat
(98,5%). Berikut garafik perbandingan laju outlet asam sulfat karena perbedaan
kondisi gas gas yang masuk absorber.
Dari perhitungan neraca panas, di dapatkan adanya panas yang hilang ke lingkungan (Q
loss). Hal ini disebabkan karena pada proses absorber terjadi penurunan suhu
(suhu gas) dan peningkatan suhu (suhu larutan asam sulfat).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2012.
Laporan
Kerja
Praktek
PT.Petrokimia
Gresik.
2012.
Laporan
Kerja
Praktek
PT.
Pupuk
Sriwijaya.
Http://www.scribd.com/doc/132453235432423542849/tugas-khusus-WWC.
Diakses Pada 27 Saptember 2014.
Ayu, Risma. 2012. Aplikasi Absorber. Http://rismaayushy.blogspot.com/2012/12/
aplikasi-absorber.html. Diakses Pada 27 September 2014.
Harefa, Allensius Karelsta. 2010. Aplikasi Absorber Dalam Industri Kimia.
Http://id.scribd.com/doc/2010/89765909654444442290/. Diakses Pada 27
September 2014.
Lisa, Mona. 2011. Wetted Wall Absorption Column. Http://monalisaa9.blogspot.
com/2011/119989/wetted-wall-absorption-. Diakses Pada 27 September
2014.
Wijaya, Karna. 2012. Absorpsi. Http://karna34.blogspot.com/2012/8/Absorpsi.
Diakses Pada 21 September 2014.
Zainudin, Ahmad. 2010. Wetted Wall Absorption Column Pada PT. Pupuk
Sriwijaya.Http://Ahmadzainudin.blogspot.com/2010/934567/wetted-wallabsorption-colum.html. Diakses Pada 21 September 2014.