You are on page 1of 9

PROTOTYPE AUTOMATIC TRANSFER SWITCH

KAPAL ISAP PRODUKSI PT.TIMAH (PERSERO ) TBK


Dudy3, Eko Henfri Binugroho1, Surojo2
1)
Dosen Jurusan Teknik Mekatronika
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jln raya ITS Sukolilo, surabaya 60111,
Tel: (031) 5947280, Fax: (031)594 6114
2)
Dosen Jurusan Teknik Elektronika
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
Jln. Timah Raya Kawasan Industri Air KantungSungailiat-Bangka 33211,
Tel: 0717-93586, 95252, Fax: 0717-93585
2)
PT.Timah (Persero) Tbk
Jl.Jendral Sudirman No.51 Pangkalpinang 33121
Tel: 0717-4258000 ext 26807, Fax:0717-4258080
sragen@eepis-its.edu
surojo@polman.ac.id
dudy@pttimah.co.id
Change Over Switch (COS) yang dilakukan secara
manual, sehingga dalam proses pemindahan /
switching tersebut terjadi kondisi beban mati total
(Black out) diantara perpindahan saklar dari generator
utama ke generator cadangan.
Untuk menghindari hal tersebut, maka
diguanakan Change Over Switch (COS) yang bekerja
secara manual dengan peralatan yang bekerja secara
otomatis yang di sebut Automatic Transfer Switch
(ATS)
yang
pengendaliannya
menggunakan
mikrokontroler, dimana pengontrolan sumber AC tiga
phase dari kedua generator menerapkan mode
penyaklaran dengan pengendali saklar daya, yaitu
Thyristor sebagai modul kendali, untuk mendapatkan
kecepatan dalam proses switching.

ABSTRAK
Automatic Transfer Switch (ATS) adalah
suatu piranti sistem listrik yang berfungsi untuk
mengatur proses pemindahan sumber listrik dari
sumber listrik yang satu (utama) ke sumber listrik
yang lain (cadangan) secara bergantian yang sesuai
dengan perintah program. Dengan menggunakan
piranti ini, maka tidak diperlukan lagi menggunakan
saklar Change Over Switch (COS) yang dilakukan
secara manual dalam proses pengalihan antara sumber
listrik utama ke sumber listrik cadangan . Dalam
proyek akhir ini dibuat suatu desain sistem ATS yang
dapat melakukan proses pengalihan perpindahan dua
sumber listrik yang aman dan efektif secara sekuensial
sesuai dengan proses kerja yang akan dikendalikan
oleh controller. Controller yang akan melakukan
proses pengendalian kondisi yang akan dilakukan
proses ATS tersebut, dimana pengontrolan sumber
listrik utama ke sumber listrik cadangan menerapkan
atau menggunakan mode penyaklaran dengan
pengendali saklar daya seperti, yaitu Thyristor, untuk
mendapatkan kecepatan dalam proses switching.
Dengan menggunakan ATS berbasis mikrokontroler
tersebut dapat menyelesaikan permasalah pengalihan
perpindahan dua sumber listrik yang aman dan efektif.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Thyristor
Ciri-ciri utama dari sebuah thyristor adalah komponen
yang terbuat dari bahan semiconductor silicon.
Walaupun bahannya sama, tetapi struktur P-N junction
yang dimilikinya lebih kompleks dibanding transistor
bipolar atau MOS. Komponen thyristor lebih
digunakan sebagai saklar (switch) ketimbang sebagai
penguat arus atau tegangan seperti halnya transistor.

Kata Kunci : ATS, Thyristor.

I. PENDAHULUAN
PT.Timah (Persero) Tbk memiliki Kapal Isap
Produksi (KIP) sebagai salah satu alat penambangan
di lepas pantai selain Kapal Keruk (KK), sebagai
sumber pembangit listrik menggunakan generator,
pada KIP terdapat dua generator yang berfungsi
sebagai sumber listrik AC 3 phase yang terdiri dari
generator utama dengan daya 150 KVA dan generator
cadangan dengan daya 45 KVA.
Selama ini untuk melakukan pemindahan
sumber listrik antara generator utama dengan
generator cadangan dengan menggunakan saklar

Gambar 1. Simbol Triac

Gambar 4 di bawah ini memperlihatkan salah satu


cara penyulutan SCR dengan sumber bolak-balik
(AC).

( Sumber : Supriadi, Aplikasi Microcontroler Sebagai


Kendali Automatic Transfer Switch (ATS , hal
20,Penelitian Dosen Muda,Politeknik
Samarinda,Samarinda, 2005.)
Struktur dasar thyristor adalah struktur 4 layer PNPN
seperti yang ditunjukkan pada gambar-1. Jika dipilah,
struktur ini dapat dilihat sebagai dua buah struktur
junction PNP dan NPN yang tersambung di tengah
seperti pada gambar-1b. Ini tidak lain adalah dua buah
transistor PNP dan NPN yang tersambung pada
masing-masing kolektor dan base.

Gambar 4. Rangkaian Penyulut SCR Sumber AC


(Sumber :http://trensains.com/thyristor.htm)

B. Silicon Controlled Rectifier (SCR)


sedangkan jika didekati dengan struktur transistor,
maka struktur SCR dapat digambarkan seperti pada
gambar 2.2. Kondisi awal dari SCR adalah dalam
kondisi OFF ( A dan K tidak tersambung ). salah satu
cara untuk meng-ON kan (menyambung antara A dan
K ) adalah dengan memeberikan tegangan picu
terhadap G (gate). Sekali SCT terhubung maka SCR
akan terjaga dalam kondisi ON (dapat dilihat pada
struktur transistor Gambar 2 untuk mematikan
sambungan A-K, maka yang perlu dilakukan adalah
dengan memberikan tegangan balik pada A-K nya
atau dengan menghubungkan G ke K.

Dengan mengatur nilai R2 (potensiometer), maka


kita seolah mengatur sudut penyalaan (firing delay)
SCR. Untuk penyulutan SCR dengan sumber arus
bolak-balik, harus dilakukan secara terus menerus,
jadi saklar S jika dilepas, maka SCR akan kembali
tidak bekerja
B.

Optocoupler
Optocoupler / optoisolator merupakan piranti
elektronika yang berfungsi sebagai pemisah antara
rangkaian power/ utama dengan rangkaian kontrol.
Optocoupler merupakan salah satu jenis komponen
yang memanfaatkan sinar sebagai pemicu on/off nya.
Opto berarti optic dan coupler berarti pemicu,
sehingga bisa diartikan bahwa optocoupler merupakan
suatu komponen yang bekerja berdasarkan picu
cahaya optic opto-coupler termasuk dalam sensor,
dimana terdiri dari dua bagian yaitu transmitter dan
receiver.

Gambar 2. Struktur SCR jika didekati dengan


strukutur transistor.

http://nubielab.com/elektronika/analog/siliconcontrolled-rectifier-scr
Gambar 3 di bawah ini memperlihatkan salah satu
cara penyulutan SCR dengan sumber searah (dc),
dimana SCR akan bekerja dengan indikasi
menyalanya lampu dengan syarat saklar PB1 dan PB2
di ON kan terlebih dahulu.

Gambar 5. Rangkaian Optocoupler


( Sumber :http://kanakh.com)
Optocoupler memiliki tugas mengisolasi
tegangan tembus antara rangkaian pendeteksi tegangan
ke mikroprosesor dengan menggunakan komponen PC
817 ,sedangkan untuk mengisolasi tegangan AC
terhadap signal output dari mikroprosesor dengan
menggunakan komponen MOC3052.

Gambar 3. Rangkaian Penyulut SCR Sumber DC


(Sumber :http://trensains.com/thyristor.htm)

C. Static Transfer Switches


Static Transfer switch digunakan dalam
elektronika daya untuk memberikan transfer kendali
dari dua sumber tegangan yang berbeda. Dalam hal
ini, harus mendapatkan komponen elektronika daya
yang memiliki kemampuan switching yang baik
dengan sumber tegangan
Pada posisi awal, switch akan melakukan
perubahan pada sumber tegangan yang digunakan

Triggering untuk penyulutan SCR dengan


sumber dc ini tidak perlu dilakukan secara terus
menerus, jika saklar PB1 dibuka, maka lampu akan
tetap menyala atau dengan perkataan lain SCR tetap
bekerja. Dibawah ini Memperlihatkan cara penyulutan
SCR dengan sumber bolak-balik (ac).

untuk menyuplai beban. Saat memisahkan beban yang


berbeda sumber tegangan, maka saklar pensupply
beban tidak akan aktif selama switch lain akan
mengganti sumber tegangan sehingga beban yang di
supply tetap aman.
Thrystor dalam dapat diaplikasikan sebagai
pengganti electro mechanical circuit breakers dan
mechanical circuit breakers dalam menerima beban
maupun sebagai saklar / switching untuk distribusi
beban. Thrystor yang termasuk dalam kelompok
Power Electronic, memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan komponen tersebut, yaitu
thrystor memiliki kemampuan utk kondisi on dan
off dalam waktu mikro detik sehingga
memungkinkan digunakan untuk proses saklar /
switching yang cepat khsusus nya dalam aplikasi
sebagai Ac Switches For Bus Transfer

Gambar 7. Sistem Dasar ATS

Gambar 6. Single phase Ac Swithes


( Sumber : http://adel.gastli.net )

III. PERANCANGAN SISTEM


Gambar 8. Diagram Perancangan

A.

Konfigurasi Sistem
Dalam perancangan sistem ATS ini, ada
beberapa tahap perancangan yang harus dilakukan
yaitu :
secara umum block diagram sistem yang akan
dikerjakan dapat di lihat pada gambar 7.merupakan
blok Dasar Sistem ATS. Prinsip - prinsip kerja dari
blok diagram diatas adalah :
1. Sumber tegangan dari generator1 berfungsi
sebagai sumber listrik utama.
2. Sumber tegangan dari generator 2 berfungsi
sebagai sumber listrik cadangan.
3. ATS Controller berfungsi sebagai pengatur
perpindahan sumber listrik utama ke sumber
listrik cadangan dan sebaliknya secara
otomatis.
4. ATS Controller di kontrol melaui
mikrokontroler ATMEGA16.
Pengaturan gate Thyristor melalui mikroprosesor
sehingga terjadi sinkronisasi antara sumber utama dan
sumber cadangan. Pada tegangan AC, arus akan
bolak-balik. Sehingga Thyristor akan ON dan OFF,
agar konduktiitas tetap terjaga , maka menggunakan
prinsip Basic Cross Prinsiple.

Perancangan sistem terkendali terdiri dari


beberapa diagram rangkaian, antara lain rangkaian
pendeteksi phasa, rangkaian pengendali penyedia
daya, pemindah beban otomatis, alarm kegagalan
penyalaan generator, dan alarm listrik utama menyala
dan besar tegangan generator akan ditampilkan di
LCD.
B. Perancangan Minimun Sistem Mikrokontroler
AT Mega 16
Rangkaian I/O dari mikrokontroler mempunyai
kontrol langsung yang tiap bitnya dapat
dikonfigurasikan secara individual, maka dalam
pengkonfigurasikan I/O yang digunakan ada yang
berupa operasi port ada pula yang dikonfigurasikan
tiap bit I/O. berikut ini akan diberikan konfigurasi dari
I/O mikrokontroler tiap bit yang ada pada masingmasing port yang terdapat pada mikrokontroler.
C. Flow Chart Mikrokontroler
Proses berikutnya merupakan proses utama,
yaitu suatu loop tertutup dimana berguna untuk
mengumpan balik data dari pendeteksi tegangan
generator yang diterima oleh mikrokontroler,
kemudian data tersebut digunakan untuk proses
kontrol dengan menggunakan mikrokontroler untuk
mengirim data / output ke rangkaian / driver .
3

Flowchart rancangan pembuatan perangkat lunak


secara umum :

F.

Perancangan Penyearah (Rectifier)


Power suplly terdiri dari catu daya AC dan catu
daya DC, Rangkaian power supply yang digunakan
untuk memberi supply tegangan mikrokontroler yang
stabil dan mempunyai arus yang cukup untuk
mensupplai mikrokontroler sehingga tidak terjadi drop
tegangan saat mikrokontroler dioperasikan.

Gambar 11. Rangkaian Power Suplly


( Sumber : Supriadi, Aplikasi Microcontroler Sebagai
Kendali Automatic Transfer Switch (ATS) hal
41,Penelitian Dosen Muda,Politeknik
Samarinda,Samarinda, 2005.)
Gambar 11 merupakan rangkaian dasar untuk Power
Supply yang bertugas untuk menyediakan tegangan
bagi semua piranti hardware/ rangkaian elektronika.
Dalam tugas akhir ini supply yang dibutuhkan adalah
12V dan 5V yang mana masing-masing kedua nilai
tersebut diberikan oleh satu buah trafo yaitu trafo 1A .

Gambar 9. Flowchart Sistem Secara Umum


D. Perencanaan Port pada Mikrokontroler Dalam
Proyek Akhir ini digunakan mikrokontroler AT Mega
16 dengan konfigurasi port sebgai berikut :
PORT A sebagai input untuk sensor
pendeteksi tegangan generator.
PORT B sebagai output untuk driver
rangkaian isolasi tegangan tinggi.
PORT C sebagai output untuk LCD sebagai
display status system.
PORT D sebagai output untuk driver
rangkaian isolasi tegangan tinggi .

G.

Perancangan Sensor Tegangan


Sensor / pendeteksi tegangan bertugas
memberikan informasi keberadaan tegangan tiga
phasa kepada I/O mikrokontroler dengan valid. Sebab
fungsi dari rangkaian pendeteksi tegangan adalah
mendeteksi tiap phasa sumber tegangan yang aktif dan
sinyal phasa tersebut yang berupa sinyal analog AC
menjadi sinyal digital DC.

E.

Perencanaan LCD
LCD pada sistem ini berfungsi untuk
menampilkan besaran tegangan dari generator yang
aktif untuk setiap phasa nya. LCD yang digunakan
adalah type 16 x 2. Besaran nilai yang akan
ditampilkan oleh LCD berasal dari rangkaian
pendeteksi phasa tegangan tiap phasa yang berupa
nilai digital untuk dapat di terima oleh mikroprosesor
dan LCD.
Gambar 10 dibawah ini adalah type LCD 16 x
2 yaitu memiliki 16 karakter dan 2 line lcd display.

Gambar 12 Blok Rangakaian Sensor Tegangan


( Sumber : Supriadi, Aplikasi Microcontroler Sebagai
Kendali Automatic Transfer Switch (ATS) hal
42,Penelitian Dosen Muda,Politeknik
Samarinda,Samarinda, 2005.)
Kegagalan kerja rangkaian pendeteksi tegangan
menyebabkan kontroller tidak bekerja seperti yang
telah direncanakan yaitu tidak bisa mengaktifkan
trigger pada scr.

Gambar 10. LCD 16 x 2


( Sumber : http://www.skpang.co.uk )

H.

Perancangan Unit Driver


Untuk mengaktifkan beban AC, dalam hal ini
untuk mengaktifkan gate dari masing masing SCR,

diperlukan rangkaian driver seperti yang direncanakan


yaitu :

Gambar 15. Basic Cross Prinsiple


( Sumber : Bertuzzi, Giancarlo., Cinti ,Ugo
Stefano., Cevenini, Emiliano., Nalbone
,Alessandro., Static Transfer Switch (STS):
Application Solutions. Correct Use of the STS in
Sistems providing Maximum Power Reliability)

Gambar 13.. Driver Isolator AC


Pada rangkaian driver tersebut, digunakan
komponen oprocoupler type MOC 3052 yang
memiliki range tegangan sampai 600 Volt AC dan
arus 1 A. driver ini akan aktif jika mendapatkan signal
high (5 volt dc) dari port output mikrokontroler. Jika
optocoupler mendapat signal, sehingga triac akan aktif
dan menghubungkan gate dengan sumber AC.selain
menggunakan rangkaian tersebut, untuk isolator
tegangan AC bisa juga menggunakan rangkaian solid
state relay.
Sedangkan untuk beban dc, menggunakan
rangakaian driver dengan komponen optocoupler PIC
817, driver ini digunakan untuk rangkaian pendeteksi
tegangan dengan tujuan untuk menghilangkan
pengaruh isolasi dari tegangan AC dari sumber
generator sehingga signal yang masuk ke
mikrokontroler benar benar murni tegangan
DC,seperti pada gambar dibawah
ini.

IV. PENGUJIAN ALAT


Pada pengujian perangkat lunak dan keras ini
terbagi menjadi tiga pengujian :
Pengujian LCD.
Pengujian Power Supply.
Pengujian program kontrol Switching.
Pengujian rangkaian sensor tegangan.
Pengujian rangkaian Basic Cross Principle
dengan komponen module Thyristor SKKT.
Pengujian sistem ATS.
B. Pengujian LCD
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
LCD masih berfungsi dengan baik. Jika berfungsi
dengan baik, akan menampilkan tulisan TESTING
...LCD OKE !!! pada LCD. Waktu yang diperlukan
untuk menampilak data ke layar LCD adalah 0.5 detik.
Sebagai output LCD ini, digunakan PORT C

Gambar 16. Pengujian LCD


C.

Power Supply
Power supply pada proyek akhir ini dibutuhkan
untuk mensupplai tegangan pada rangkaian kontrol
pendeteksi tegangan phasa dan sistem minimum
sebesar 5 vdc dan 12 Vdc dengan arus beban berkisa
95mA.
.

Gambar 14. Driver Isolator DC


I.

Perancangan Daya Sistem STS


Dalam perencanaan penggunaan Thyristor
ini, digunakan sistem Cross Basic Prinsiple yaitu
kemampuan kecepatan switching power supply
memuat antara dua sumber energi, dan dapat
menghindari gangguan yang diberikan pada
beban.
Kedua sumber tersebut sebagai masukan
(input) yang berbeda pada sistem Cross dan
memiliki independen satu sama lain pada sumber
masukannya (input) .berdasarkan gambar Cross
blok diagram, unit switching menggunakan dua
SCR yang disusun paralel dengan pengontrolan
kompleks yang disesuaikan dengan kondisi yang
diinginkan.

Gambar 17. Power Supply


Power supply yang dibuat mampu memberikan energi
lebih besar, sehingga dapat menggantikan tegangan
yang hilang diakibatkan oleh tahanan pada kabel
instalasi
Hasil Pengujian :
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut
adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Pengukuran Output Power Supply

Analisa :
Dari hasil pengukuran tersebut, tegangan keluaran
yang didapat dari output ic lm 7805 sebesar 4,96 Vdc,
tegangan ini cukup untuk memberi supply pada
rangkaian kontrol pendeteksi phasa tegangan.
Sedangkan output dari ic lm 7812 sebesar 11,98 Vdc,
tegangan ini cukup untuk member supply pada sistem
minimum AVR ATMega 16.
Gambar 18. Rangkaian Sensor Tegangan
Hasil Pengujian :
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut
adalah sebagai berikut:
`Tabel 5. Data Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan

D.

Program Kontrol Switching


Dari tabel 2 yang menjelaskan kondisi
switching antara generator utama dengan generator
cadangan dalam member sinyal ke driver untuk
mengaktifkan gate scr.
Tabel 2. Tabel kebenaran Generator Utama dan
Generator Cadangan dalam mensuplai beban.

Analisa :
Berdasarkan hasil dari pengukuran pada tabel
5. maka didapatkan bahwa nilai yang didapat
cukup untuk mengaktifkan optocopler dan
masing masing keluaran output besar tegangan
hamper sama, yaitu sebesar 1,53 vdc sampai 1,56
vdc.
Tegangan dan arus tersebut cukup untuk
mengaktifkan optocopler dengan type PC 817X
dengan tegangan max 6 volt dan arus forrward
mak 50 mA.
Berdasarkan tabel 5 telah dilakukan
pengujian nilai sensor tegangan sebagai input ke
mikroprosesor yang sesuai program yang telah di
buat dan hasilnya system minimum dapat
menerima sinyal dari sensor tegangan dengan
baik.
Tabel 6. Data pengujian sensor kondisi tegagan ke
Mikroprosesor

Hasil Pengujian :
Dari hasil pengujian tersebut didapatkan hasil dalam
tabel kebenaran sebagai berikut:
Tabel 3. Tabel Kebenaran konfiguarsi Port untuk
Program Kontrol Switching

Analisa :
Berdasarkan dari tabel kebenaran 3 dan program yang
dibuat berdasarkan skrip program tersebut, yaitu :
Sistem minimum AVR ATMega 16 berfungsi baik
dengan mengeluarkan sinyal sesuai dengan input yang
masuk dari sensor tegangan generator utama dan
generator cadangan.
E.

Pengujian Input Sensor Tegangan


Berdasarkan rangakaian sensor yang telah
direncanakan dan dilakukan pengujian dengan
menggunakan sofware multisim versi 11.0, Sehingga
dapat diketahui nilai tegangan output dan arus output
yang dihasilkan sesuai dengan parameter yang
diinginkan.
Tabel 4. Tabel Kebenaran Sensor Tegangan
F.

Pengujian Switching Thrystor


Untuk pengujian switching ini, sama seperti
sebelumnya, untuk mengetahui prinsip desain dari
Basic Cross Prinsiple. Modul thrystor yang digunakan
adalah type Modul Thrsytor SKKT 27 / 12 E
Semikron, berdasarkan technical data sheet,memiliki
beberapa karakteristik atau parameter nilai teknis,
yaitu :

1.

Memiliki kemapuan meneriman tegangan


(Vrsm) sampai 1300 Volt AC.
2. Memiliki kemapuan meneriman arus
maksimum (Itrsm) sampai 50 Amp.
3. Memiliki kemapuan meneriman Daya sampai
1500 Watt.
4. Tegangan gate (Vgt) min 3 Vdc.
5. Tegangan gound (Vgd) max 0,25 Vdc.
Tabel 7. Data pengujian Modul Thrustor dengan gate
AC

Gambar 20. Gelombang Sumber Tegangan Rangkaian


Daya (220 VAC)
Sumber Tegangan DC 12 Vdc
Skala
: 10 V/ Div
Nilai Tegangan : 1,2 div x 10V/div = 12
Vdc
Maka nilai besar tegangan yang ditampilkan oleh garis
lurus osiloskop sebesar 12 Vdc.

Analisa :
Dari hasil simulasi tersebut, maka didapatkkan
beberapa karakteristik dari rangkaian dasar Basic
Cross Prinsiple tersebut dengan gate AC, yaitu :
Tegangan output yang dihasilkan tetap
berupa gelombang penuh walaupun hanya
menggunakan satu SCR, dengan catatan
untuk tegangan gate harus dari sumber AC.
Sebagai saklar / switching utama, sangat
dipengaruhi oleh SCR yang pertama kali
mengalami kondisi forward, sehingga SCR
yang lain hanya mengikuti saja.

Sumber Tegangan DC 5 Vdc


Skala
: 5 V/ Div
Nilai Tegangan : 1 div x 5/div = 5 Vdc
Maka nilai besar tegangan yang ditampilkan oleh garis
lurus osiloskop sebesar 5 Vdc.

Gambar 21. Gelombang Sumber Tegangan 5 Vdc dan


12Vdc
Analisa :
Berdasarkan hasil pengukuran dan bentuk
gelombang yang dihasilkan oleh osiloskop
menggambarkan bahwa tegangan 1phasa berbentuk
gelombang sinus sebesar 220 Vac dan tegangan dc
berbentuk garis lurus.
H. Pengujian Rangkaian Pendeteksi Phasa
Deteksi phasa berfungsi untuk mendapatkan
kesesuaian phasa, kesesuaian phasa diperlukan untuk
mempermudah pengaturan sudut pemicuan pada SCR,
tergantung pada posisi tegangan phasa terhadap netral.
Hasil Pengujian :
Dari hasil Pengujian sumber tegangan dengan
menggunakan osiloskop menghasilkan gambargambar sebagai berikut:
Skala
: 1 V/ Div
Nilai Tegangan : 1,9 div x 1V/div = 1,9
Vdc
Maka nilai besar tegangan yang ditampilkan oleh garis
lurus osiloskop sebesar 1,9 Vdc.
Analisa :
Berdasarkan gambar 22 bentuk gelombang
yang dihasilkan oleh rangkaian pendeteksi phasa
menghasilkan sinyal dc yang masih mengandung
pengaruh ripple dari tegangan AC, dimana fungsi
diode zener sebagai penstabil tegangan dan capasitor
sebagai filter, pada rangkaian ini,kapasitor sengaja

Gambar 19. Pengujian Gelombang Thyristor SKKT 27


pada Osiloskop
Namun dalam mendesain control dari
mikroprosesor dalam mengirim signal untuk
mengaktifkan thrystor tersebut, Timer OFF harus
lebih lama dari Timer ON dengan tujuan supaya
tidak terjadi cross pada beban, misalnya pada
dibedakan sekitar 0,1 s antara Timer OFF dengan
Timer ON
.
G. Pengujian Sumber Tegangan
Dalam pengujian sumber tegangan pada sistem
ini dibagi menjadi dua sumber, yaitu sumber tegangan
AC 220 Vac dan sumber tegangan dc12 Vdc dan 5
Vdc.
Hasil Pengujian :
Dari hasil Pengujian sumber tegangan dengan
menggunakan osiloskop menghasilkan gambargambar sebagai berikut:
Sumber Tegangan AC 1 Phasa 220 Vac
Skala
: 10 V/ Div
Nilai Tegangan : 2,2 div x 10V/div = 220
Vac
Maka nilai besar tegangan yang ditampilkan oleh
gelombang sinus di osiloskopsebesar 220 Vac.
7

3.

digunakan nilai yang kecil, karean untuk mempercepat


waktu pelepasan muatan.

4.

5.

Gambar 22. Gelombang Keluaran Deteksi Phasa


I.

Sinyal Pemicuan
Sinyal pemicuan merupakan sinyal yang
dihasilkan oleh mikrokontroler pada Port A.0 dan
Port A.1yang berfungsi untuk memicu SCR pada
rangkaian daya.
Hasil Pengujian :
Dari hasil Pengujian sumber tegangan dengan
menggunakan osiloskop menghasilkan gambargambar sebagai berikut:
Sumber Tegangan DC 5 Vdc
Skala
: 5 V/ Div
Nilai Tegangan : 1 div x 5/div = 5 Vdc
Maka nilai besar tegangan yang ditampilkan oleh garis
lurus osiloskop sebesar 5 Vdc.

5.2 Saran
Rangkaian yang telah dibuat ini tentunya
masih banyak terdapat kekurangan, yang di sebabkan
oleh bebera hal yang sifatnya non teknis. Sehingga
perlu beberapa masukan tambahan sebagai berikut.
1. Untuk aplikasi nyata dengan menggunakan
tegangan 3 phasa dari generator,untuk desain
rangkaian pendeteksi tegangan harus bisa
membaca perbedaan sudut dari masing masing
jalur tegangan.
2. Untuk rangkaian kontrol dari rangkaian
pendeteksi tegangan sinyal keluaran dapat
langsung digunakan untuk dikelola dengan cara
ADC ke mikrokontroler sehingga nilai lebig
presisi..
3. Membuat proteksi yang lebih baik terhadap
pengaruh tegangan tembus yang dihasilkan oleh
sumber yang aktif, sehingga tidak mempengaruhi
komponen kontrol dan komponen u tama yang
tidak aktif.
4. Menambah indicator untuk status generator
yang aktif dengan generator yang tidak aktif.
.
DAFTAR PUSTAKA

Gambar 23. Bentuk Gelombang Keluaran dari


Mikrokontroler
Analisa :
Berdasarkan gambar 23 bentuk gelombang
yang dihasilkan oleh mikrokontroler adalah sinyal dc
murni sebesar 5 vdc,sinyal ini akan dikirim ke
optocoupler AC atau SSR untuk mengaktifkan gate scr
dengan tegangan 220 Vac.
Selanjutnya
sinyal
pemicuan
dari
mikrokontroller dilewatkan ke rangkaian optoisolator
dan rangkaian penguat output dari rangkaian ini yang
akan memicu SCR. Optoisolator berfungsi untuk
memisahkan ground pemicuan dan mengisolasi
rangkaian kontrol dari rangkaian daya.

IV.

Pengujian hanya bisa dilakukan dengan


sumber 1 phase (220 Vac) karena untuk
sumber 3 phase harus memiliki gound/netral
yang berbeda.
Rangkaian kontrol AC seperti SCR harus
terpisah
dengan
rangkaian
kontrol
elektronika untuk menghindari pengaruh
induksi tegangan bocor dari SCR.
Pemisahan line ground atau netral untuk
masing masing generator sesuai dengan
generator yang aktif, sehingga tidak
mempengaruhi rangkaian utama, output dan
rangkaian kontrol pada generator yang tidak
aktif.

[1]

Venkant Anant Digital Signal Controller Based


Automatic Transfer Switch,Senior Staff
Aplication
Engineer
Freescale
Semiconductor,Inc.

[2] Pachar,Harpal Tiwari,Ramesh. C. Bansal STS


Based Protection of Sensitive Equipments
During Starting of Induction Motors, Electrical
Engineering Department,SKIT, M&G, Jaipur302025INDIA, ISBN: 978-960-474-152-6, ISSN:

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pengukuran, pengujian
dan analisa yang dilakukan, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Penggunaan Thyristor
dapat digunakan
sebagai pengganti mekanikal kontaktor
dengan kecepatan switching sebesar 1 s.
2. Rangkaian pendeteksi tegangan phase harus
benar benar menghasilkan tegangan DC
murni, sehingga sinyal yang dikirm ke
mikroprosesor dalam keadaan stabil.

1790-5117.

[3] RAMESH PACHAR,HARPAL TIWARI,


Performance Evaluation of Static Transfer
Switch, Electrical Engineering
Department,SKIT, M&G, Jaipur-302025INDIA,
ISSN: 1991-8763, Issue 3, Volume 3, March
2008.
[4]

Bertuzzi, Giancarlo., Cinti ,Ugo Stefano.,


Cevenini, Emiliano., Nalbone ,Alessandro.,

Static Transfer Switch (STS): Application


Solutions. Correct Use of the STS in Sistems
providing Maximum Power Reliability.
[5]

Supriadi, Aplikasi Microcontroler Sebagai


Kendali Automatic Transfer Switch (ATS),
Penelitian
Dosen
Muda,Politeknik
Samarinda,Samarinda, 2005.

[6]

Soebakti, Hendawan., Modul Basic AVR


Microcontroller Tutorial, Politeknik Batam,
Batam, Agustus 201.

[7]

Budiharto, Widodo., BukuPanduan Praktikum


Mikrokontroler AVR ATMega 16,hal 15,
PT.Elex Media, Jakarta, 2008.

[8]

Rafiudin,
Rahmat.,Belajar
Sendiri
Mikrokontroler AVR Seri ATMega 16
Simulasi, Hardware dan Aplikasi, Andi
Publiser, cetakan 1, 2006.

[9]

http://adel.gastli.net

[10]

Krisnandi, Dikdik., Aplikasi Kontrol Switch


Menggunakan Silicon Controlled Rectifier
(SCR) Melalui Parallel Port, Pusat Penelitian
Informatika Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, Jurnal Inkom, Vol 1, No1, 2010.
Kustija, Jaja., Modul Mekatronika, bahan
kuliah : Modul Mekatronika, Mercu Buana,
Jakarta, 2010.

[11]

[12]

Modul.smkn1-Cirebon,Modul.ElkaMR.UM.001.A,2005

You might also like