Professional Documents
Culture Documents
MALPRAKTEK MEDIS
(MEDICAL MALPRACTICE)
Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum
LATAR BELAKANG
Malpraktik Medis menjadi pembicaraan :
LATAR BELAKANG
HDP Tradisional
LATAR BELAKANG
HDP Kontemporer
Sejumlah persoalan
Kendala substansi hukum
Ilmu kedokteran tidak murni ilmu pasti, lebih
merupakan experience scient
Kendala pembuktian
Inspanningsverbintenis
Tingginya ekspektasi masyarakat
Profesi kedokteran adalah profesi kedokteran
Hubungan dokter dan pasien tidak sematamata hubungan kebutuhan (pasien lebih
butuh).
Hubungan dokter dan pasien meliputi
hubungan hukum
Pertanggungjawaban dokter tidak sekedar
pertanggungjawaban moral dan profesional
ethic
Juga meliputi pertanggungjawaban hukum
(perdata, pidana dan administrasi)
KEWAJIBAN DOKTER
KODEKI
Hasil yang buruk atau tidak sesuai harapan pasien (tidak sembuh)
tidak serta merta merupakan tindakan malpraktek medik
1. Sikap Bathin
Sengaja
Sangat
Contoh
(1). Duty ;
(2).Dereliction of that duty ;
(3). Direct causation ;
(4). Damage
Melawan hukum
Bertentangan dengan kewajiban dokter untuk
berbuat sesuatu dengan sebaik-baiknya, secermatcermatnya, penuh kehati-hatian, tidak berbuat
ceroboh, berbuat yang seharusnya diperbuat, dan
tidak berbuat yang seharusnya tidak diperbuat.
mengacu kepada hukum, etika profesi, standar
profesi atau standar prosedur medik.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
TANGGUNGJAWAB
o
Pidana
Administrasi
TANGGUNGJAWAB
Wanprestasi
Pasal 39 UU Praktik Kedokteran
Melanggar Kontrak Teraupetik
Karakteristik inspanningsverbintenis
Tidak melakukan prestasi sesuai dengan yang
diperjanjian (mengarah pada tindakan medik yang
dilakukan telah memenuhi atau tidak standar-standar
perlakuan medik
Memberikan prestasi lain dari yang diperjanjikan
Kerugian
TANGGUNGJAWAB
TANGGUNGJAWAB
Beban Pembuktian
Secara umum dibebankan kepada
pasien
(sebagai
kreditur
dalam
wanprestasi dan sebagai pihak yang
dirugikan dalam PMH)
Kesulitan pasien sebagai orang awan
TANGGUNGJAWAB
Beban Pembuktian
Di Negeri Belanda, sejak 1 April 1988 dalam hukum pembuktian yang baru,
bertalian dengan beban pembuktian didasarkan atas dua ketentuan, yaitu :
1.
Pada teori ini yang didasarkan pada akal yang sehat (redelijkheid) dan keadilan
(billijkheid) hakim untuk setiap peristiwa/kejadian secara terpisah harus
membagi beban pembuktian berdasarkan keadilan
TANGGUNGJAWAB
Pidana
Sengaja (secara sadar),
Melawan hukum, telah membahayakan kesehatan dan
jiwa, seperti menyebabkan luka-luka atau kematian)
Perbuatan bertentangan dengan hukum, standar dan
etika profesi, standar prosedur
Tidak termasuk karakteristik khusus (risiko tindakan
medis, reaksi alergi, kecelakaan, Non Negligent clinical
error of judgement
Beberpa contoh : aborsi
menyebabkan kematian, dll.
illegal,
euthanasia,
kelalaian
TANGGUNGJAWAB
Pidana
Beberapa pelanggaran administrasi dapat
dipidana berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004
Pasal 75, 76, 77, 78 dan 79 UU No. 29 Tahun
2009
TANGGUNGJAWAB
Administrasi
Tidak memiliki persyaratan administratif seperti surat tanda registrasi (STR) dokter yang
diterbitkan oleh Konsil Kedokteran (Pasal 29).
dokter lulusan luar negeri yang lulus di Indonesia tidak dilengkapi dengan syarat lulus
evaluasi. Bagi dokter asing selain lulus evaluasi juga harus memiliki ijin kerja (Pasal 30).
tidak memiliki surat ijin praktek (SIP) yang dikeluarkan pejabat kesehatan yang berwenang
di kabupaten/kota tempat praktik (Pasal 36 jo. Pasal 37).
Tidak memenuhi kewajiban pelayanan medis sesuai dengan standar profesi, standar
prosedur operasional dan kebutuhan medis pasien.
tidak merujuk pasien kedokter lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih
baik.
melanggar kewajiban merahasiakan segala sesuatu mengenai pasien (Pasal 14 Kodeki
dan PP 26 Tahun 1960)
tidak melakukan kewajiban melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan
tidak menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
tidak mengindahkan informed consent (penjelasan kepada pasien sebelum melakukan
tindakan), Pasal 45 UU No. 29 Tahun 2004.
TANGGUNGJAWAB
Administrasi
Pencabutan ijin praktek
Beberapa pelanggaran administrasi dapat
dipidana berdasarkan UU No. 29 Tahun 2004
Pasal 75, 76, 77, 78 dan 79 UU No. 29 Tahun
2009