You are on page 1of 11

ANATOMI SINUS PARANASALIS

Pada bab ini akan dibahas mengenai anatomi sinus paranasalis. Pembahasan
terutama ditekankan pada sinus ethmoid dan struktur2 sekitarnya untuk kepentingan sinus
surgery. Sinus ethmoid biasanya disebut sebagai labirin karena kompleksitas dan
variasinya antar individu. Ahli rinologi dan bedah membedakan labirin tersebut menjadi
beberapa lamella berdasarkan embriologinya. Lamella-lamella ini terletak oblik dan
terletak paralel satu sama lain. Dengan pengalaman struktur-struktur ini dapat dikenali
pada saat pembedahan.
Lamella pertama adalah prosesus unsinatus; lamella kedua berhubungan dengan
bulla ethmoid; yang ketiga adalah lamella basal dari middle turbunate; dan yang keempat
adalah lamella superior turbinate. Lamella basal dari middle turbinate terutama sangat
penting, struktur ini membagi ethmoid menjadi anterior dan posterior. Sinus maksilaris,
frontalis dan ethmoidalis berasal dari, dan drainasenya ke meatus media. Sinus ethmoid
posterior berasal dari, drainasenya ke meatus superior dan suprema. Sinus sphenoid
drainasenya ke resesus sphenoethmoidal. Lamella-lamella tersebut relatif konstan antara
berbagai individu, sehingga merupakan marker yang penting dalam operasi.
ETHMOID ANTERIOR
Agger Nasi
Pada rinoskopi anterior, dapat dilihat penonjolan yang terdapat di depan tempat
insersi concha media ke dinding lateral. Area ini disebut agger nasi. Bahasa latin Agger
berarti penonjolan. Penonjolan ini selalu tampak pada pemeriksaan hidung. Pada banyak
kasus agger nasi mengalami pneumatisasi seperti sel-sel ethmoidalis anterior, disebut
sel-sel agger nasi. Selulae-selulae ini berasal dari bagian superior infundibulum atau
resesus frontalis. Sel agger nasi dibatasi di anterior oleh prosesus frontalis os maxilla,
superior oleh resesus/sinus frontalis, anterolateral oleh os nasal, inferomedila oleh
prosesus uncinatus os ethmoid, inferolateral oleh os lacrimalis. Hubungan antara sel-sel
tersebut dengan os lacrimal dapat dijelaskan dengan terjadinya epifora pada pasien-pasien
sinusitis. Agger nasi penting pada sinusitis frontalis dan pentalaksanaannya. Bagian
superior sel-sel agger nasi merupakan lantai anteromedial resesus frontalis. Hal ini

penting untuk mengerti patofisiologi sinusitis frontalis dan terapi operatif sinus frontalis.
Agger nasi dpat mengalami pneumatisasi ke inferomedial sampai ke prosesus uncinatus.
Pada beberapa pasien, pneumatisasi bisa sangat jelas, dan terbentuk bulla pada prosesus
uncinatus.
Prosesus Uncinatus
Prosesus

uncinatus

dapat

dilihat

jelas

pada

potongan

sagital

dengan

mendefleksikan middle turbinate ke superior. Struktur ini letaknya hampir sagital, dan
hampir paralel dengan bulla ethmoid. Ukurannya kira-kira 3-4 mm lebarnya dan 1,5-2 cm
panjangnya. Batas posteriornya tidak melekat pada tulang. Hiatus semilunaris terletak
tepat di belakang margin posterior prosesus uncinatus. Bagian anterior dan superior
meletak pada crista ethmoid os maxilla, tepat inferior dari tempat melekatnya concha
media bagian anterior dan agger nasi. Bagian posterior dan inferior prosesus uncinatus
melekat pada prosesus ethmoidalis concha inferior. Pelekatan ini tebal, dan prosesus
uncinatus sering terpisah (split) atau melebar pada daerah ini untuk bergabung degan
stouter inferior turbinate. Pada batas posterior dan superior, prosesus uncinatus
memberikan penonjolan tulang untuk melekat pada lamina perpendicularis os palatina.
Prosesus uncinatus tidak memiliki perlekatan pada tulang di anterior dan posterior
pada perlekatannya dengan inferior turbinate. Sehingga dinding nasal lateral tidak
terbentuk dari tulang melainkan oleh mukosa meatus media, sedikit lapisan jaringan ikat,
dan mukosa sinus. Area ini disebut sebagai fontanel anterior dan posterior. Fontanel
posterior lebih besar dan lebih jelas daripada yang anterior. Hubungan dengan sinus
maksilaris, ostium acessorius, dapat sering terlihat dari sini dan sering salah disangka
sebagai ostium sinus maksilaris. Ostium acessorius sering terdapat di fontanel posterior
pada 20-25% pasien.
Kembali ke bagian superior, prosesus uncinatus menonjol ke posterior dan
superior dari tempat melekat middle turbinate dan biasanya berbelok ke lateral untuk
berinsersi pada lamina papiracea orbita. Inferior dan lateral dari bagian ini terletak
superior dari infundibular air space (resesus terminalis). Bagian superior dan medial dari
bagian ini (biasanya) terletak pada lantai resesus frontalis. Secara alternatif, prosesus
uncinatus dapat melekat di sentral (tengah) pada dasar tengkorak atau ke medial pada

bagian superior dari lamella vertikal concha media di dekat insersi concha tersebut pada
lamina cribrosa. Prosesus uncinatus juga dapat bergabung dengan selulae ethmoidalis
anterior, seperti pada agger nasi. Stammberger menekankan bahwa bagian superior dari
prosesus uncinatuis dapat dibagi perlekatannya ke lamina papiracea, dasar tengkorak,
dan concha media. Sehingga masing-masing dapat membentuk septa yang membagi
secara komplit atau parsial.
Prosesus uncinatusmembentuk batas anteromedial dari infundibulum ethmoid.
Secara keseluruhan, prosesus uncinatus merupakan struktur 3 lapis, anteromedial
merupakan mukosa nasal atau meatus media, tulang ethmoid, dan mukosa infundibulum
pada posterolateral. Prosesus uncinatus terhadap dinding lateral dan lamina papiracea
membentuk sudut kira-kira 140o; tapi tetap terdapat variasi pada individu. Prosesus
uncinatus dapat displaced ke lateral pada hipoplasia sinus maksilaris, atau displaced ke
medial pada penyakit polipoid yang luas di infundibulum.
Bulla Ethmoid
Bulla ethmoid merupakan struktur yang konstan dan terbesar dari selulae ethmoid
anterior. Terletak di dalam meatus media tepat posterior dari prosesus uncinatus dan
anterior dari lamella basal middle turbinate. Selulae dasarnya pada lamina papiracea dan
menonjol ke medial ke meatus media. Sel-sel tersebut terlihat sebagai bulla; penonjolan
tulang yang bulat, hollow (kosong) dan berdinding tipis. Di superior, dinding anterior
bulla ethmoid dapat meluas ke dasar tengkorak dan membentuk batas posterior resesus
frontalis. Di posterior, bula dapat bergabung dengan lamella dasar (basal).
Variasi anatomis dapat terjadi pada bulla ethmoid. Jika pneumatisasi berlebihan,
bulla ethmoid dapat merupakan selulae ethmoidalis anterior yang terbesar dan terletak
pada bagian bawah meatus media. Pada kasus-kasus tertentu, bulla letak rendah dapat
menyempitkan infundibulum ethmoidalis dan mengganggu transport mukosiliaris dan
ventilasi. Bulla ethmoid dapat terjadi akibat pneumatisasi dari atau di belakang lamella
basal kedua atau bulla lamella. Jika tidak tejadi pneumatisasi, tonjolan tulang dari lamina
papiracea menjadi yang disebut torus lateralis. Hal ini diperkirakan terjadi pada 80%
individu.

Hiatus Semilunaris
Hiatus semilunaris merupakan lubang yang berbentuk bulan sabit antara margin
posterior prosesus uncinatus dan dinding anteror bulla ethmoid. Celah ini merupakan
hubungan antara meatus media dengan infundibulum ethmoid. Yang ini menurut
Grunwald disebut sebagai hiatus semilunaris inferior, yang dibedakan dengan hiatus
semilunaris superior yang bentuknya lebih kecil dan kurang berbentuk bulan sabit. Hiatus
semilunaris superior adalah celah yang terbentuk antara dinding posterior bulla ethmoid
dan lamella basal middle turbinate, yang merupakan hubungan antara meatus media
dengan sinus lateral ( resesus retrobullar dan suprabullar).
Infundibulum Ethmoidalis
Infundibulum ethmoidalis merupakan saluran yang berbentuk funnel-shaped
dimana sekresi dari berbagai selulae ethmoidalis anterior, sinus maksilaris, dan pada
kasus-kasus tertentu sinus frontalis dibawa ke meatus media. Infundibulum ethmoidalis
merupakan struktur 3 dimensi yang terletak di bagian anterior ethmoid, dibatasi di medial
oleh prosesus uncinatus yang dilapisi mukosa, lateral oleh lamina papiracea, dan anterior
dan superior oleh prosesus frontalis os maxilla, di superolateral oleh os lacrimal. Jika
dilihat dari potongan sagital, infundibulum ethmoidalis bentuknya melengkung (curved)
sesuai dengan prosesus uncinatus dan bulla ethmoid. Dinding anterior bulla ethmoid
membentuk batas posterior infundibulum ethmoidalis. Infundibulum ethmoidalis
berhubungan dengan meatus media melalui hiatus semilunaris. Jika dilihat pada potongan
coronal pada level ostium sinus maksilaris, batas medial dari infundibulum adalah
prosesus uncinatus, batas lateralnya lamina papiracea, dan ostium sinus maksilaris
membentuk batas inferior. Batas superior dibentuk oleh dinding anterior bulla ethmoid,
sehingga batas superior medial dibentuk oleh hiatus semilunaris.
Bagian superior infundibulum penting karena berhubungan dengan resesus
frontalis. Hubungan ini sebagian besar ditentukan oleh perlekatan prosesus uncinatus.
Seringnya, prosesus uncinatus berbelok ke lateral untuk melekat pada lamina papiracea
dan membentuk batas superior dari infundibulum ethmoidalis (resesus terminalis).
Resesus frontalis drainasenya ke uncinatus, jika prosesus uncinatus melekat ke lamina
papiracea. Selain itu, prosesus uncinatus dapat melekat ke atap ethmoid atau berinsersi ke

middle turbinate. Pada kasus-kasus ini resesus frontalis akan berhubungan dengan
infundibulum ethmoidalis.
Bagian inferior dari infundibulum juga penting, karena hubungannya dengan
ostium sinus maksilaris. Ostium sinus maksilaris sering terletak pada 1/3 posteroinferior
infundibulum ethmoidalis. Bagian paling inferoposterior dari infundibulum berakhir dan
pada meatus media dan bergabung dengan mukosa fontanel posterior.
Sinus Lateralis (Resesus suprabullar dan Retrobullar)
Sinus lateralis merupakan rongga udara yang tidak selalu ada yang terletak di
belakang dan di atas bulla ethmoid dan juga disebut sebagai resesus suprabullar dan
resesus retrobullar. Rongga ini pertama kali di kemukakan oleh Grunwald, yang dapat
sangat berkembang dan pada beberapa kasus dibatasi oleh atap ethmoid di superior,
lamina papiracea di lateral, atap bulla ethmoid dan dinding posterior di inferior dan
anterior, serta lamella basar middleturbinate di posterior. Karena sinus lateralis terletak
anterior dari lamella basal middle turbinate, sehingga menjadi bagian dari ethmoidalis
anterior. Tapi dapat juga tidak dianggap sebagai bagian dari ethmoidalis anterior karena
tidak memiliki ostium khusus untuk ventilasi dan drainasenya.. Sehingga lebih dianggap
sebagai resesus atau ruang yang berhubungan dengan meatus media melalui hiatus
semilunaris superior. Stamberger menyatakan bahwa bila bulla ethmoid tidak meluas
sampai ke basis cranii untuk membentuk dinding posterior resesus frontalis, sinus
lateralis dapat berhubungan dengan resesus frontalis dan hiatus semilunaris inferior. Bulla
ethmoid sering berhubungan dengan sinus lateralis di posteriornya.
Ostiomeatal Unit
Ostiomeatal unit bukan merupakan suatu struktur anatomi yang berdiri sendiri
tapi lebih merupakan gabungan antara beberapa struktur di sekitar meatus media, antara
lain: prosesus uncinatus, infundibulum ethmoid, selulae ethmoidalis anterior, dan ostium
sinus ethmoidalis anterior, sinus maksilaris, dan sinus frontalis. Ostiomeatal unit leibh
merupakan struktur fungsional daripada struktur anatomis, seperti dinyatakan oleh
Naumann pada patofisiologi sinusitis. Ia menyakan bahwa bila terjadi sumbatan kecil

pada daerah kritis tersebut dapat mengakibatkan suatu penyakit yang lebih besar di sinus
frontalis dan sinus maksilaris.
Sinus Frontalis dan Resesus Frontalis
Sinus frontalis drainasenya ke meatus media dan cavum nasi melalui saluran yang
kompleks. Penamaan anatomis di daerah ini membuat perdebatan yang banyak. Beberapa
pengarang menyebutkan bahwa duktus nasofrontal yang menjadi hubungan nasofrontal.
Tapi pada dissections anatomic memperlihatkan bahwa duktus yang sebenarnya yaitu
sturktur tubular yang berisi cairan tersebut tidak ada. Sehingga diperlukan penamaan
yang lebih akurat untuk daerah anatomi tersebut, istilah resesus frontalis lebih dapat
diterima/direkomendasikan.
Resesus frontalis merukan bagian paling anterosuperior dari sinus ethmoidalis
anterior yang membentuk hubungan dengan sinus frontalis. Batas-batas resesus frontalis
adalah lamina papiracea di lateral, middle turbinate di medial, dinding posterosuperior sel
agger nasi (bila ada) di anterior, dan dinding anterior bulla ethmoid di posterior. Jika
dinding anterior bulla ethmoid tidak mencapai basis cranii dan membentuk dinding
posterior yang komplit, resesus frontalis akan berhubungan dengan resesus suprabullar.
Kompleksitas anatomis dari resesus frontalis oleh Stamberger dinyatakan bahwa
selulae ethmoidalis anterior dapat berkembang dari resesus frontalis. Sel-sel agger nasi,
frontalis, dan concha bullosa dinyatakan juga berasal dari resesus frontalis. Jadi, strukturstruktur yang dinyakatakan oleh para pengarang yang merupakan batas-batas resesus
frontalis dapat membentuk resesus frontalis itu sendiri.
Sinus Maksilaris
Sinus maksilaris biasanya hanya merupakan satu ruang, yang batas-batasnya
antara lain lantai orbita di superior, bagian dental dan alveolar maxilla di inferior,
prosesus zigomatikus di lateral, dan sebuah dinding tulang tipis yang memisahkan rongga
tersebut dengan fossa infratemporal dan pterygopalatina di posterior, serta prosesus
uncinatus, fontanel dn inferior turbinate di medial. Ostium sinus maksilaris terletak di
dalam 1/3 bagian paling posteroinferior infundibulum (71,8%).

Variasi anatomis tersering dari sinus maksilaris adalah sel-sel ethmoidalis


infraorbital atau disebut Hallers cell. Haller, seorang ahli anatomi pada abad ke-18,
pertama kali menyatakan sel ethmoidal yang excavates os planum dan os maxilla, di luar
berhubungan dengan kapsula labiurin ethmoid. Selulae ini adalah selulae ehtmoid yang
mengalami penumatisasi ke lantai orbita di sinus maksilaris, letaknya inferolateral dari
bulla ethmoid, dan berhubungan erat dengan infundibulum ehtmoid dan ostium sinus
maksilaris. Sel Haller ini dikatakan berasal dari ethmoidalis anterior (88%) dan
ethmoidalis posterior pada (12%). Nama-nama lain untuk sel Haller ini antara lain adalah
sel maxillo-orbital, sel maxilloethmoidal, dan sel orbitoethmoidal. Tapi penamaan sel
Haller untuk sekarang dipakai sel ethmoidalis infraorbital. Istilah ini lebih tepat,
berdasarkan lokasi dan asal dari sel ini dan membedakannya dari sel supraorbital yang
berasal dari resesus frontalis atau resesus suprabullar.
Variasi anatomis lainnya adalah hipoplasia atau atelektasis sinus maksilaris. Pada
variasi ini, sinus maksilaris lebih kecil dan dikelilingi oleh tulang maksila yang lebih
tebal, prosesus uncinatus juga mengalami hipolasia dan terletak pada bagianinferomedial
orbita; jadi infundibulum juga mengalami atelektasis. Uncinektomi menjadi sulit pada
pasien-pasien ini karena lateral displacement dari struktur tersebut dan resiko masuk ke
orbita.
Middle Turbinate
Middle turbinate tulang ethmoid, yang berasal dari ethmoturbinal kedua, memiliki
beberapa bagian yang penting. Di anterior, turbinate melekat ke lateral pada daerah agger
nasi, tepatnya pada crista ethmoidalis (eminatnia ethmidalis) maxilla. Dari sini, turbinate
berjalan ke superior dan medial tuntuk melekat secara vertikal di bagian lateral lamina
cribrosa (cribriform plate). Perlekatan ini meluas sampai insersi berjalan secara
horizontal menyilang basis cranii dan ke inferior untuk melekat pada lamina papiracea
dan/atau dinding medial sinus maksilaris. Segmen ini terletak hampir koronal di anterior
dan hampir horizontal di posterior. Struktur ini membagi labirin ethmoid menjadi
komponen anterior dan posterior; dan disebut sebagai lamella basal middle turbinate.
Bagian paling postrior middle turbinate pada perlekatan di inferior pada dinding lateral

crista ethmoidalis prosesus perpendicularis os palatina, tepat anterior dari foramen


sphenopalatina.
Variasi pada bagian tengahlamella basal middle turbinate penting untuk diketahui.
Walaupun terletak pada bidang koronal, merupakan struktur yang tidak mudah untuk
ditentukan. Bentuk middle turbinate sangat bervariasi, dan dapat mengalami
pneumatisasi. Pneumatisasi middle turbinate disebut concha bullosa. Terdapat variasi
yang sangat besar antara masing-masing orang untuk derajat pneumatisasinya. Jika
bagian vertikal atau lamella middle turbinate mengalami pneumatisasi, sel-sel yang
terbentuk disebut sebagai sel interlamelar. Sel interlamellar dibedakan dengan concha
bullosa. Concha bullosa letaknya lebih inferior dan pada bagian bulbus dari turbinate.
Concha bullosa yang besar merupakan variasi anatomis yang dapat menyempitkan
meatus media dan mengurangi mucocilliary clearace dan ventilasi. Masih terjadi
perdebatan dari manakah asalnya pneumatisasi middle turbinate; dinyakan dapat berasal
dari ethmoidalis anterior, posterior atau dari resesus frontalis.
Sinus Ethmoidalis Posterior
Sinus ethmoidalis posterior adalah kumpulan dari satu sampai lima sel-sel
ethmoid yang drainasenya ke meatus superior dan suprema. Terbentuk dari primary
furrow kedua dan ketiga. Sinus ethmoidalis posterior dibatasi di anteror oleh lamella
basalis middle turbinate, dinding aterior sinus sphemoid di posterior, lamina papiracea di
lateral, di medial oleh bagaian vertikal concha superior dan suprema berserta meatusnya,
dan di superior dibatasi oleh atap ethmoid. Pengetahuan anatomis mengenai batas-batas
sinus ethmoidalis posterior sangat penting bagi seorang ahli bedah untuk menghindari
komplikasi intraoperatif. Sinus ethmoidalis posterior mempunyai kepentingan dalam
pembedahan karena kedekatannya dengan basis cranii dan nervus optikus.
Variasi anatomis sinus ethmoidalis posterior sangat penting untuk dimengerti.
Onodi meneliti variabilitas anatomi sinus ethmoidalis posterior, dan ia menekankan
hubungan sel paling posterior dari ethmoidalis posterior dengan nervus optikus. Onodi
mengemukakan ada 38 variasi pada hubungan sinus ethmoidalis posterior dengan nervus
optikus, dan dibagi menjadi 12 kelompok utama. Ia menemukan bahwa sel paling
posterior dari sinus ethmoidalis posterior pneumatisasinya sangat baik (luas), sehingga

meluas ke posterior sepanjang lamina papiracea ke dinding anterior sinus sphenoid.


Disesksi sinus ethmoidalis posterior dapat menyebabkan trauma pada nervus optikus dan
menyebabkan kebutaan, terutama jikakurang mengetahui variasi anatomisnya. Ahli bedah
endoskopi yang modern mulai menyebut variasi anatomis ini sebagai Onodi Cell; tapi
dapat juga istilah Sphenoethmoidal Cell dipergunakan, dimana nama ini lebih tepat untuk
penamaan anatomisnya. Jika sel sphenoethmoidal ini besar, canalis caroticus dapat
menonjol (bulging) ke sinus ethmoidalis posterior.
Onodi telah mencoba berkali-kali untuk meyakinkan para ahli THT pada
zamannya bahwa sinus sphenoid tidak selalu berada tepat di belakang sinus ethmoidalis
posterior. Ia mengingatkan para ahli bedah bahwa untuk mencapai sinus sphenoid, hanya
diperlukan diseksi sampai batas belakang sinus ethmoidalis posterior. Diseksi sinus
ethmoidalis

posterior arahnya

harus inferomedial, bukan superolateral, untuk

menghindari trauma cranial atau orbital.


Sinus Sphenoid
Terletak di tengah di dalam tengkorak, sinus sphenoid dibatasi oleh beberapa
struktur penting. Lateral dari sinus terletak arteri carotis, nervus optikus, sinus
cavernosus, N. II,IV,V, VI. Jika sinus sphenoid pneumatisasinya baik, nervus optikus dan
arteri karotis dapat sangat dekat dengan sinus, dibatasi hanya oleh dinding tulang yang
tipis. Pada beberapa kasus, daerah ini mengalami dehisensi. Diseksi sinus sphenoid dapat
menyebabkan kerusakan dari arteri karotis dan nervus optikus.
Sinus sphenoid kiri dan kanan dipisahkan oleh septum intersinus. Struktur ini
sangat bervariasi, bentuknya dapat oblik dan bukan sagital. Septum yang inkomplit juga
sering terjadi. Manipulasi septum sphenoid harus dilakukan dengan sangat hati-hati,
dimana septum intersinus diketahui menempel pada midline, dekat atau pada canalis
karotikus.
Atap Ethmoid
Suatu daerah yang juga perlu perhatian khusus adalah atap ethmoid. Dari orbital
plate, os frontalis memberikan perluasan ke ethmoid, yang terbuka di superior, untuk
bergabung dengan lamella lateralis cribriform plate. Perluasan os frontalis membentuk

atap ethmoid, yang membatasi berbagai selulae ethmoid dan membelah untuk
membentuk indentasi atau foveolae; terutama, foveolae ethmoidalis os frontalis. Atap
ethmoid dapat bervariasi arahnya dari mendekati horizontal sampai mendekati vertikal;
tetapi pada kebanyakan pasien, atap ethmoid terletak diatas lamina cribrosa, jadi atap
tersebut merupakan bagian superomedial. Permukaan medial dari atap ethmoid dibentuk
oleh lamellae lateral lamina cribrosa, juga dikenal sebagai lamina lateralis lamina
cribrosa karena menonjol ke superior atau superomedial dari lamina cribrosa.
Keros menggambarkan 3 tipe basis cranii yang mempunyai relevansidengan sinus
surgery. Pada tipe pertama, sulcus olfactorius dalamnya 1-3 mm, lateral lamella pendek ,
dan terdapat bagian os frontalis yang terletal di belakang ke atap ethmoid, sehingga atap
menjadi tebal dan pada operasi sinus menjadi aman. Pada tipe 2, sulcus olfactorius
dalamnya 3-7 mm, lateral lamella membentuk bagian medial dari atap ethmoid. Pada tipe
3, sulcus olfactorius dalamnya 7-16 mm, dan atap ethmoid terletak tepat diatas lamina
cribrosa. Lamina lateral yang tipis tersebut merupakan bagian terbesar dari atap ethmoid,
dan bagain penting atap ethmoid tidak terletak di belakang os frontalis yang tebal.,
sehingga dalam operasi sinus menjadi berbahaya. Pada saat operasi dekat basis kranii
harus sangat hati-hati, terutama di medial pada daerah lamella lateralis lamina cribrosa
yang tipis. Pada studi anatomis menggunakan mikroskop, perluasan os frontalis yang di
belakang atap ethmoid diukur kira-kita 0,5 mm tebalnya, dimana lateral lamella diketahui
hanya setebal 0,2 mm tebalnya. Sulcus ethmoidalis, suatu lekukan di lamella lateralis
tempat berjalannya arteri ethmoidalis anterior, tulangnya diukur kira-kira hanya 0,05 mm,
10 kali lipat lebih tipis daripada atap ethmoid. Daerah ini diketahui merupakan tempat
tersering terjadinya kebocoran LCS pada bedah sinus endoskopi.
Arteri ethmoidalis anterior merupakan struktur penting pada atap ethmoid
anterior. Ketika arteri tersebut memasuki ethmoid dari orbita, ia berjalan melintang atap
ethmoid, di dalam kanal pada atau dibawah atap. Kemudian berjalan ke kanterior dan
menyilang dari lateral ke medial, dan menembus lamella lateral untuk masuk ke sulcus
olfactorius. Mengetahui anatomi arteri ethmoidalis anterior sangat membantu dalam
bedah sinus endoskopi. Identifikasi dan menghindari diseksi pembuluh darah tersebut
dapat mengurangi resiko perdarahan dan hematom orbital, mengurangi kemungkinan

cedera pada basis cranii dan bocornya LCS, dan membantu identifikasi dan diseksi
resesus frontalis.
Variasi Anatomis
Variasi anatomis diketahui biasanya pada pemeriksaan CT sca. Beberapa penulis
menyatakan bahwa variasi anatomis merupakan faktor potensial untuk terjadinya
gangguan ventilasi sinus dan mucociliary clearance yang mejadi faktor predisposisi
terjadinya sinusitis. Variasi anatomis yang diduga sebagai faktor-faktor yang mungkin
menyebabkan sinusitis antara lain adalah concha bullosa, infraorbital ethmid cell (sel
Haller), concha media yang secara paradoksal membengkok, septum deviasi, dan
abnormalitas prosesus uncinatus. Data ini ditunjang dengan tingginya frekuensi concha
bulllosa pada pasien-pasien sinusitis kronis atau rekuren. Tapi ada juga penelitian yang
menyatakan bahwa variasi anatomis terjadi tapi tidak disertai dengan penyakit sinus.
Kesimpulan
Anatomi sinus paranasalis kompleks dan sangat bervariasi, dan terutama pada sinus
ethmoidalis. Seperti sidik jari, tidak ada 2 sinus ehtmoid yang betul-betul sama. Operator
untuk operasi ethmoid perlu pendalaman anatomi untuk menghindari komplikasi.

You might also like