Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
2.1 Vulvitis
2.1.1 Pengertian
Vulva terdiri atas komponen- komponen sebagai berikut : mons veneris,
labia mayora, labia minora, klitoris, vestibulum dengan orifisium uretra
eksternum, glandula bartolini, dan glandula parauretralis. Peradangan pada
selaput lendir, labia dan sekitarnya di sebut sebagai Vulvitis.
2.1.2 Etiologi
Vulvitis disebabkan oleh hygiene yang kurang seperti wanita yang gemuk
dan tua, adanya infeksi gonococcus, candida albicans, trichomonas,
oxyuris, pendiculi pubis, diabetes, vulvitis juga dapat terjadi sekunder,
terhadap leucorrhoea dan fistel traktus genitalis.
2.1.3 Manifestasi Klinis
1. Perasaan panas dan nyeri terutama waktu kencing
2. Leucorhoe yang sering disertai perasaan gatal shingga terjadi iritasi
oleh garukan,
3. adanya gangguan coitus,
4. labia menjadi merah dan bengkak dan sering tertutup oleh secret.
2.1.4 Patofisiologi
Umumnya vulvitis dapat terbagi 3 golongan:
1) Lokal
Infeksi pada glandula bartholini sering timbul karena gonorea, infeksi
streptococcus, E.Coli
Infeksi pada orifisium uretra externa, glandula para uretralis erring
disebabkan karena gonorea
Infeksi pada kulit, rambut, glandula sebasea, glandula eksokrin
keringat, bisa timbul karena luka atau sebab lain
2) Timbul bersama-sama dengan vaginitis atau timbul akibat vaginitis
3) Permulaan atau menefestasi penyakit umum, antara lain
Penyakit kelamin klasic, yaitu gonorea, sfilis, ulkus mole,
limfogranuloma venerum
Vulvitis yang disebabkan virus, termasuk limfogranuloma venerum,
herpes genetalis dan kandiloma
Vulvitis pada DM
2.1.5 Penatalaksanaan
Terapi yang paling baik adalah dengan terapi causal. Misalnya pada
infeksi oleh kuman kuman dapat di berikan obat yang mengandung obat
antimikroba, atimycotika sering dengan kortison
Trichomonas dapat di obati dengan derivate imidasol, oxyuriasis
dengan piperasin, pediculi dengan DDT.
Pada anak- anak kita selalu harus ingat akan vulvitis gonorrhica, pada
orang dewasa kemungkinan diabetes selalu harus di pertimbangkan.
Secara umum dapat di berikan zitbad.
2.2 Vaginitis
2.2.1 Definisi
Vaginitis adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi di
pelayanan primer. Pada sekitar 90% dari perempuan yang terkena, kondisi ini
disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis vulvovaginal.
Vaginitis merupakan infeksi vagina yang dapat terjadi secara langsung pada luka
vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal
terbatas (Wiknjosastro, 2007).
Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh vaginisis
bakterial, kandidiasis/ trikomoniasis vulvo vaginal, dan zat yang bersifat iritatif
(Mochtar, 2003). Vaginosis bakterialis diketahui kemudian sebagai infeksi
superfisial pada vagina yang menyertai keadaan menghilangnya laktobasili yang
normal dan disertai oleh pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme lain dalam
konsentrasi yang tinggi.
Vaginosis bakterial didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal pada
ekosistem vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus
yang tinggi sebagai flora normal vagina oleh konsentrasi bakteri anaerob yang
tinggi, terutama Bacteroides sp., Mobilincus sp., Gardnerella vaginalis, dan
Mycoplasma hominis Jadi vaginosis bakterial bukan suatu infeksi yang
disebabkan oleh satu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan
pertumbuhan berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.
Etiologi
Bakterial vaginosis disebabkan oleh ketidakseimbangan flora alami bakteri
(bakteri yang biasa ditemukan dalam vagina wanita). Bakterial vaginosis tidak
sama dengan kandidiasis (infeksi jamur) atau kandidiasis (infeksi jamur)
Trichomonas vaginalis (trikomoniasis) yang tidak disebabkan oleh bakteri.
Bakterial vaginosis umumnya terjadi karena pengurangan jumlah hidrogen
peroksida normal yang memproduksi lactobacilli dalam vagina. Salah satu
penyebab bakterial vaginosis adalah organisme Gardnerella vaginitis, namun
organisme tersebut bukan satu-satunya penyebab bakterial vaginosis. Bila
beberapa jenis bakteri menjadi tidak seimbang, seorang wanita dapat mengalami
bakterial vaginosis. Meskipun tidak berbahaya, tetapi kondisi ini dapat
mengganggu.
Secara bersamaan, ada peningkatan konsentrasi bakteri jenis lain, terutama
bakteri anaerob (bakteri yang bisa tumbuh tanpa oksigen). Akibatnya, diagnosis
dan pengobatan tidak sesederhana seperti mengidentifikasi dan menghilangkan
salah satu jenis bakteri. Penggabungan bakteri menyebabkan infeksi yang tidak
diketahui.
Vaginitis dapat disebabkan oleh:
1. Infeksi
a. Bakteri (misalnya klamedia gonokokus)
b. Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes dan wanita
hamil serta pemakai antibiotic.
c. Protozoa (misalnya trikomonas vaginalis)
d. Virus (misalnya HPV dan Herpes)
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif
Misalnya spermisida, pelumas, diafragma, penutup serviks dan spons,
pembilas vagina, pakaian dalam yang terlalu ketat yang tidak berpori dan
tidak menyerap keringat
3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
4. Perubahan hormonal.
2.2.4 Tanda dan Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari
vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat
atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih
kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam.
Misalnya bisa seperti keju atau kuning kehijauan atau kemerahan.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna
putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan
hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin
menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin
banyak yang tumbuh. Vulva terasa gatal dan mengalami
iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa
terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina
keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita
5. Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh
kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium
6. Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan
hubungan seksual
7. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus
papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal yang
belum menyebar ke daerah lain)
8. Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi
herpes atau abses
9. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan oleh kanker atau sifilis
10. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah
vulva.
2.2.5 Patofisiologi
Flora vagina terdiri atas banyak jenis kuman, antar lain basil doderlein,
streptokokkus, stafilokokkus, difteroid, yang dalam keadaan normal hidup dalam
simbiosis diantara mereka. Jika simbiosis ini terganggu dan kuman-kuman seperti
streptokokkus, stafilokokkus, basil koli dan lain-lain dapat berkembang biak,
timbullah vaginitis non spesifik. Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, stress
dan hormon dapat merubah lingkungan vagina dan dapat memungkinkan
organisme pathogen tumbuh. Pada vaginosis bkcterial dipercayai bahwa beberapa
kejadian yang provokatif menurunkan jumlah hydrogen peroksida yang
diproduksi C. acidophilus organism. Hasil dari perubahan pH yang terjadi
memungkinkan perkembangbiakan berbagai organisme yang biasanya ditekan
pertumbuhannya seperti G. vaginalis, M.Hominis, dan Mobiluncus spesies.
Organism tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti amine,
yang akan meningkatkan pH vagina dan menyebabkan ekspoliasi sel epitel
vagina. Amine inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak pada infeksi
vaginosis bacterial dengan fisiologi yang sama, perubahan lingkungan vagina,
seperti peningkatan produksi glikogen pada saat kehamilan dan tingkat
progesterone karena kontrasepsi oral memperkuat penempelan C.albikans ke sel
epitel vagina dan memfasilitasi pertumbuhan jamur. Perubahan ini dapat
mentransformasi kondisi
Jenis-jenis Vaginitis
2.2.9
Pengobatan
Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan
peradangan panggul.
Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi
menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari. Selain
antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan
vagina lebih asam sehingga mengurangi
Pengobatan
a. Miconazole, clotrimazole, atau terconazole (krim,
Bakteri
berat
digunakan
larutan
nitrogen
atau
fluorouracil
(dioleskan dikutil)
Virus Herpes
Acyclovir (tablet atau salep)
Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres
dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin. Untuk mengurangi gatal-gatal
yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid
dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk
Gardnerella/
Mobilincus sp
Bacteroides
(1+) : 1
(2+) : 2
(3+) : 3
(4+) : 3
(4+) : 0
(1+)-(2+) : 1
(3+) : 1
(3+)-(4+) : 2
(2+) : 2
(1+) : 3
(0) : 4
Keterangan: Skor 0-3 dinyatakan normal; 4-6 dinyatakan sebagai
intermediate; 7-10 dinyatakan sebagai vaginosis bakterial.
objek akan segera membentuk gelembung busa ( foaming bubbles) karena adanya
sel darah putih yang karakteristik untuk trikomoniasis atau pada vaginitis
deskuamatif, sedangkan pada vaginosis bakterialis atau kandidiasis vulvovaginal
tidak bereaksi.
2.2.11 Pencegahan
Pencegahan kandidiasis, jenis yang paling umum dari vaginitis, dimulai
dengan kebersihan yang baik: pengeringan sepenuhnya setelah mandi,
mengenakan pakaian segar, dan menyeka dari depan ke belakang setelah buang air
besar semua membantu untuk mencegah kontaminasi dari vagina dengan bakteri
berbahaya. Pencegahan vaginosis bakteri termasuk diet sehat dan perilaku serta
meminimalkan stres karena semua faktor ini dapat mempengaruhi keseimbangan
pH vagina. Mengkonsumsi bakteri baik dalam produk dengan hidup-budaya,
seperti yoghurt, atau hanya melalui suplemen probiotik, seseorang dapat
mengurangi
kemungkinan
mengembangkan
vaginitis
karena
antibiotik.
dari daerah bebas kuman ostium uteri internum. Walaupun begitu canalis
cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan
barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis
dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion
(Sarwono, 2008).
Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan.
Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea
yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks).
Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari
persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai. Pada mulut rahim luka lokal
disembuhkan dengan cairan albutil tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar
dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya (cryosurgery). Penyembuhan
servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan
merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.
2.3.2 Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti: trikomonas vaginalis,
kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina
seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus. Kuman-kuman ini
menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik
dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Dapat juga disebabkan oleh
robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion atau alat kontrasepsi,
tindakan intrauterine seperti dilatasi dan lain-lain.
Servicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang
paling umum adalah:
a.
Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus.
Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2.3.3 Klasifikasi
1. Servisitis Akuta
a) Pengertian
Infeksi ini dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah
satu infeksi hubungan seksual. Pada infeksi setelah keguguran dan 15
persalinan disebabkan oleh stafilokokus dan streptokokus.
b) Gejala
Gejala infeksi ini adalah pembengkakan mulut rahim, pengeluaran
cairan bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat menjalar ke sekitarnya.
c) Pengobatan
Pengobatan pada infeksi ini dengan memberi antibiotika dosis tepat
dan menjaga kebersihan daerah kemaluan (Manuaba, 2009).
2. Servisitis kronika (Menahun)
a) Pengertian
Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah
melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus atau
abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endoserviks dan
kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun (Prawirohardjo,
2008).
b) Gejala
Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak,
dapat terjadi perdarahan saat hubungan seks (Manuaba, 2009).
c) Pengobatan
Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah
42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai. Pada mulut rahim
luka lokal disembuhkan dengan cairan al-butil tingtura, cairan nitrasargenti
tingtura, dibakar dengan pisaulistrik, termokauter, mendinginkannya
(cryosurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena
dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat
kelamin bagian atas (Manuaba, 2009)
2.3.4 Patofisiologi
Beberapa gambaran patologis servisitis:
d. Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, A9NO3 10% atau
albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa
kemudian dari ganti dengan epitel gepeng berlapis banyak
e. Servisitis kronik pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi
radral dengan termokauter atau dengan krioterapi
f. Kalau serviks tidak spesifik dapat diobati dalam argentetas netrta
menyebabkan dengan epitel slindris, dengan harapan bahwa kamudian diganti
dan epitel gepeng berlapis banyak
g. Kauterisasi-radikal dengan termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah
kauterisasi terjadi nekrosis. Jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira
2 minggu dan diganti tambahan oleh jaringan menahun mencapai endoserviks
jauh kedalam
kanalis
crevikalis.
Perlu dilakukan
konisasi dengan
Endometritis
Endometritis adalah suatu peradangan pada endometrium yang biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan.
Endometritis paling sering ditemukan terutama:
a.
Setelah seksio sesarea
b.
Partus lama atau pecah ketuban yang lama
Diagnosa banding endometritis meliputi infeksi traktus urinarius, infeksi
pernafasan, septicemia, tromboflebitis pelvis, dan abses pelvis.
Penatalaksanaan pada endometritis:
a.
b.
c.
d.
e.
Demam
b)
c)
d)
Lochia berbau
Lochia lama berdarah bahkan metrorhagia
Tidak menimbulkan nyeri jika radang tidak menjalar ke
peritoneum
Terkadang ada tendensi pada anus karena proses dekat pada rectum
dan sigmoid
f.
Pada periksa dalam, nyeri jika portio digoyangkan, nyeri kiri dan kanan
5.
1)
a.
b.
nanah.
Bentuk dengan pembentukan nanah yang menimbulkan douglas abses.
Pelvioperitonitis akut
Gejala : Nyeri diperut bagian bawah.
Diagnosa :
Pada periksa dalam teraba infiltrat dalam cavum douglasi, tapi kadangkadang hanya ada penebalan lipatan cavum douglasi yang teraba sebagai
piggir yang keras. Sebagai akibat pelveoperitonitis dapat terjadi douglas
abces. Douglas abcas ini dapat pecah ke dalam rectum atau ke dalam
fornix posterior vaginae.
Douglas abses dapat terjadi karena :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
sedang berkembang).
Gejala :
a)
Demam intermitens, pasien menggigil.
b) Tanesmi ad anum.
Diagnosa :
a)
Pada periksa dalam teraba masa yang kenyal yang berfluktuasi
dalam cavum douglasi dan nyeri tekan.
b)
KED tinggi dan gambaran darah toksis.
Diagnosa banding :
a)
Haematocele retroutenia : terjadi lambat laun dan setelah beberapa
lama menjadi keras.
b) Tumor tumor retrouterin: biasanya batas batasanya jelas, kadang
kadang dapat digerakkan.
c) Abses dalam parametrium: terletak dalam ligamen sakro uterinum
Terapi :
a) Antibiotik bordspecrtum
b)
Istirahat dalam letak flower
c)
Opiat untuk mengurangi rasa nyeri
d) Infus untuk mempertahankan galance elektrolit
e)
Dekompresi dengan Abott Miller Tube
f)
1.
2.
3.
Fitz-Hugh-Crutis
adalah
terjadinya
perlengketan
fibrosa
perihepatik akibat proses peradangan PID. Ini dapat menyebabkan nyeri akut dan
nyeri tekan kuadran kanan atas (Sarwono,2011;h.231).
1.
Infertilitas
PID dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada tuba fallopi.
Jaringan parut tersebut dapat menyumbat saluran tuba fallopi dan mencegah
2.
2.4.6 Penanganan
Terapi PID harus ditunjukan untuk mencegah kerusakan tuba yang
menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik, serta pencegahan infeksi kronik.
Banyak pasien yang berhasil diterapi dengan rawat jalan dan terapi rawat jalan
dini harus menjadi pendekatan terapeutik permulan. Pemilihan antibiotika harus
ditunjukan pada organisme etiologic utama ( N. gonorrhea atau C. trahomatis)
tetapi juga harus mengarah pada sifat polimikrobial PID.
Untuk pasien denagn PID ringan atau sedang terapi oral dan parenteral
mempunyai daya guna yang sama. Sebagian besar klinisi menganjurkan terapi
parenteral paling tidak selama 48 jam kemudian dilanjutkan dengan terapi oral 24
jam setelah ada perbaikan klinis.
1. Terapi Parenteral
a.
Rekomendasi terapi parenteral A
1)
Sefotetan 2 g intravena setiap 12 jam atau
2)
Sefoksitin 2 g intravena setiap 6 jam ditambah
3)
Doksisiklin 100 mg oral atau parental setiap 12 jam
b.
Rekomendasi terapi parenteral B
1)
Klindamisin 900 mg setiap 8 jam ditambah
2)
Gentamisin dosis muatan intravena atau intramuskuler (2 mg/kg
berat badan) diikuti dengan dosis pemeliharaan (1,5 mg/kg berat
badan) setiap 8 jam. Dapat digantikan dengan dosis tunggal harian.
c.
Terapi parenteral alternatif
Tiga terapi alternatif telah dicoba dan mereka mempunyai cakupan
spektrum yang luas.
1)
Levofloksasin 500 mg intravena 1x sehari dengan atau tanpa
2)
b.
1)
2)
3)
dapus
Majeroni BA. Bacterial Vaginosis: an update. Am Fam Phys 1998: March 15.
Mochtar, Rustam. 2003. Sinopsis Obstetry I. Jakarta: EGC.
Wiknjsastro, Hanifah.
2007.
Jakarta: