Professional Documents
Culture Documents
____________________________________________________________
:
Musim haji yang merupakan dambaan para agamawan, surga para penzikir, dan
momentum para hamba salih telah kembali tiba. Tahun ini pun, gelombang umat
berdatangan dari berbagai penjuru dunia untuk menghadiri pertemuan akbar ini.
Tenggelam dalam lautan cahaya ibadah khusuk sambil mengenang masa-masa awal
Islam dan mencari rumus-rumus keberuntungan dan kehormatan yang telah
mengangkat sepetak bumi ini (Makkah) bagai mentari cemerlang di atas langit
sejarah nun jauh, adalah keuntungan-keuntungan perdana untuk hati dan pikiran
musafir yang dahaga dan sadar.
Di tempat inilah, hawa nafsu, noda, dan kelalaian yang berbungkus pakaian dan
jasmani yang indah akan ditanggalkan, kendati untuk sementara. Sebagai gantinya,
kain putih ihram yang melambangkan keihlasan, kesucian, dan kesamaan warna
membalut jasmani dan hati. Jalan akan terbentang untuk penglihatan, pendengaran,
dan pemahaman yang merupakan sumber kebahagiaan abadi. Tunas-tunas kebajikan,
makrifat, dan semangat persaudaraan Islam akan tumbuh rimbun, dan tangan hidayah
Ilahi pun akan terlihat.
Tempat ini adalah tempat pertemuan akbar umat Islam, tempat berlatihnya jiwa
ilahiah dan kerakyatan, agar dapat bebas dari diri-diri yang penuh dusta dan tercemar
kesyirikan untuk kemudian bergabung dengan diri yang hakiki dan ilahiah. Di sini
adalah tempat berlepas diri dari iblis dan setan untuk kemudian bergabung dengan
balatentara Sang Maha Pengasih, tempat memperbaharui janji:
Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin.
Di sini adalah tempat manifestasi umat Islam yang satu dan kehormatan spiritual dan
kekuatan insaniah umat Islam. Berbagai keistimewaan ini semakin menemukan
maknanya pada zaman kita sekarang dimana pertentangan antara yang hak dan yang
batil atau antara kekuatan yang baik dan yang buruk telah memasuki episode yang
sangat genting dan krusial.
Hari ini seruan Nabi pembawa rahmat terdengar lebih jelas. Gema panggilan Islam
yang menyerukan keadilan, kebebasan dan kebahagiaan kini lebih bergema. Malammalam kelabu arogansi, tirani, dan egoisme yang bersumber dari kebejatan,
kebodohan, khurafat, dan keterpedayaan oleh pihak lain telah meningkatkan taraf
kebutuhan manusia kepada sinar kebahagiaan dan kehausannya kepada keadilan dan
perdamaian. Hari ini bergema seruan malakut:
Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami
dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah..
Sebuah seruan penolakan terhadap daya dan kekayaan yang dituhankan. Seruan yang
merupakan barikade perlawanan terhadap kezaliman dan kaum tiran. Seruan yang
kini semakin membuai pendengaran dan hati mereka yang tertawan dan tertindas.
Adalah satu berita gembira untuk mereka firman Allah yang berbunyi:
Sesungguhnya Allah Maha Berdaya untuk menolong mereka.
Audien utama firman Ilahi ini adalah bangsa-bangsa Muslim. Kebangkitan Islam
akan menciptakan gelora di barat dan timur Dunia Islam serta mengembalikan
identitas dan kepribadian mereka. Panji kehormatan dan kejayaan Islam telah
berkibar di Iran. Bangsa Palestina yang teraniaya telah menciptakan iklim frustasi
bagi Zionisme. Kaum muda di negara-negara Islam telah menjejakkan kaki di atas
medan perjuangan untuk cita-cita. Mereka telah membuat satu intimidasi untuk para
agresor dan kaum arogan dunia.
Sekarang, walaupun terdapat agitasi dan distorsi yang disebarkan oleh pusat-pusat
propaganda kaum Zionis dan para arogan, arus simpati kepada Islam serta para
pendakwahnya yang pemberani dan siap berkorban justru mengalir deras. Ajaran
Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAWW dan keluarganya secara bertahap telah
menampakkan citranya untuk masyarakat dunia. Semua orang secara bertahap
menyadari bahwa Islam adalah agama keadilan, kebebasan, kebahagiaan, rasional,
kecerdasan, dan pengetahuan. Islam adalah agama kehidupan. Akantetapi Islam
memandang kehidupan yang jauh dari kemuliaan, kebebasan, dan kehormatan
sebagai kematian. Agama adalah intelektualitas. Namun agama memerangi hawa
nafsu yang menganggap dirinya sebagai intelektualitas dan menjadi modal orangorang yang menganggap para Rasul sebagai orang-orang gila.
Sayid Ali Khamenei
Penterjemah :
Editor
:
Moh. Moesa
Abdurrahman Baragbah