You are on page 1of 26

BAB 1

PENDAHULUAN

Definisi
Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan
infeksi akut pada kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di
atas kulit yang sembab. Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi
yaituHSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I) dan HSV-Tipe II (Herpes Simplex
Virus Type II).
HSV-Tipe I biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes),
sedangkan HSV-Tipe II biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus
(Genital Herpes). HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang
terasa nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes
genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebakan gelembung berisi
cairan yang terasa nyeri pada membran mukosa alat kelamin.
Herpes simpleks merupakan penyakit yang diakibatkan karena virus.
Penyakit menular seksual ini disebabkan oleh virus Herpes Simpleks tipe I (HSVI) atau Herpes Simpleks tipe 2 (HSV-2). Kontak langsung dengan penderita
melalui air liur merupakan cara utama dalam penyebaran penyakit ini. Studi
seroepidemiologi mengindikasikan bahwa prevalen HSV berhubungan langsung
dengan usia dan status sosial ekonomi. Herpes simpleks Virus 1 biasanya
ditemukan di atas pinggang sedangkan Herpes Simpleks Virus 2 biasanya
ditemukan pada daerah genital. HSV juga dapat ditularkan dari ibu kepada
bayinya yang akan menyebabkan Neonatal Herpes.

Wilson (2001) menjelaskan bahwa prevalensi herpes simpleks di negara


teringgal 90% masyarakatnya yang berumur 30 tahun memiliki antibodi HSV -1.
Sedangkan di Amerika Serikat Antibodi HSV-1 ditemukan antara 50-60% pada
masyarakat kelas menengah dan 90% pada masyarakat tingkat sosial ekonomi
rendah. HSV-1 yang menyerang mata merupakan salah satu penyebab umum dari
kerusakan korneadan kebutaan di negara-negara berkembang. Infeksi tersebut
biasanya menginfeksikonjungtiva dan kornea. HSV yang menyerang kepala biasa
disebut HSV enchepalitis.
Masih menurut Wilson (2001), deteksi antibodi HSV-2 sebelum puber
tidak biasa dilakukan. Virus jenis ini berhubungan dengan aktivitas seksual.
Mayoritas penyebaran HSV-2 disebabkan oleh transmisi seksual langsung. Sekitar
15-30% dari aktivitas seksual usia dewasa di negara-negara industri barat
memiliki antibodi HSV-2. Virus ini dapat diisolasi dari serviks dan uretra. Dari 512% usia dewasa yang mengahadiri pengobatan penyakit menular seksual, banyak
dari mereka yang tidak terdapat gejala ataupun hanya gejala ringan, lesi yang
tidak terasa di penile dan kulit vulvar. Genital herpes tidak dapat dilaporakan
secara pasti tetapi diestimasikan ada 500.000 kasus baru terjadi tiap tahun.
Dibandingkan HSV-1, Kasus HSV-2 lebih parah, 70% dari infeksi
penyakit genital di Amerika Serikat disebabkan oleh virus ini. Tingkat prevalensi
dari herpes neonatal sangat besar dengan estimasi 1/2500 lahir hidup di Amerika
Serikat.

Etiologi
Penyebab infeksi adalah Virus herpes simpleks termasuk dalam famili
herpesviridae, subfamili alphaherpesvirinae. genusSimp leksviru s, spesies HSV
tipe 1 dan tipe 2, keduanya dapat dibedakan secara imunologis (terutama kalau
digunakan antibody spesifik atau antibody monoklonal). HSV tipe 1 dan tipe 2
juga berbeda kalau dilihat dari pola pertumbuhan dari virus tersebut pada kultur
sel, embryo telur dan pada binatang percobaan.

Gambar 1.1 Virus Herpes Simpleks

Pembungkus berasal dari selaput inti sel yang terinfeksi. Pembungkus ini
mengandung lipid, karbohidrat, dan protein, dan dapat menghilangkan eter.
Genom ADN beruntai-untai ganda (BM 85-106 X 106) berbentuk lurus. Tipe 1
dan 2 memperlihatkan 50% urutan homologi.

Patofisiologi
Herpes Simpleks virus secara patogenesis menghasilkan infeksi akut dan
laten (Wilson, 2010).
1. Infeksi Akut
Pada infeksi akut, perubahan patologisnya yaitu pekembangan atau
pertumbuhan dari multinukleat giant cell, penggelembungan penurunan sel epitel,
fokal nekrosis, eosinofil intranuklear masuk dalam tubuh dan respon peradangan
khusus oleh sebuah polimolekuler neutrofil menembus dan infiltrasi sel subsekuen
mononuklear. Virus tersebut dapat menyebar memlaui intra ataupun interneuronal
atau melewati sel pendukung jaringan pada axon atau nerve. Hasilnya, pada
infeksi laten disensor dan syaraf autonom ganglion. Penyebaran virus dapat terjadi
melalui dari sel ke sel dan dapat sampai saat itu tidak dipengaruhi oleh sirkulasi
imun globulin.
2. Infeksi Laten
Pada manusia infeksi laten oleh HSV-1 telah ditunjukkan dengan teknik
co-kultivasi di trigeminal, superior sevik dan pada syaraf fagal ganglia dan
kadang-kadang pada dorsal sensori akar ganglion (S 2-3). Infeksi laten HSV-2
ditunjukkan pada skral ganglia (S2-3). Infeksi laten pada jaringan neural oleh
HSV tidak menimbulkan kematian sel akan tetapi mekanisme latensi genom virus
merupakan maksud dari penyempunaan. HSV genom bertahan dalam bentuk
siklus pada infeksi laten sel neuronal. Transkripsi hanya dari bagian kecil dari
genom virus yang gagal dan tidak mampu muncul untuk disatukan dengan jumlah
yang dapat dideteksi dini, contohnya pol atau TK atau polipeptida yang baru. Obat

antivirus yang langsung menyerang DNA polimerase virus yang tersedia saat ini
tidak mampu memberantas virus dalam fase laten.
Reaktifasi virus dari infeksi laten sel ganglion kemudian mengeluarkan
virion infeksius dengan banyaknya infeksi yang kambuh pada genital dan oral
labial. Mekanisme reaktifasi tidak diketahui. Faktor yang mempercepat reaktifasi
herpes simpleks misalnya demam, trauma (misalnya inkubasi oral dan paparan

ultra violet ).

Gambar 1.2 Patogenesis Infeksi Herpes Simpleks

Gejala klinik
Gejala klinis pada herpes simpleks tergantung pada stadium penyakit, yaitu:

Gambar 1.3 Gejala klinis Herpes Simpleks

1. Infeksi Primer
Masa Inkubasi tiga sampai dengan 7 hari. Tempat predileksi HSV-1 di
daerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan hidung, biasanya
dimulai pada usia anak-anak. Inokulasi dapat terjadi secara kebetulan,
misalnya kontak kulit dengan perawat, dokter gigi, atau pada orang yang
sering menggigit jari. (Herpetic Whitlow). Virus ini juga sebagai penyebab
herpes ensefalitis. Infeksi primer HSV-2 mempunyai tempat predileksi di
daerah pinggang ke bawah, terutama daerah genital Pada wanita tempat
7

predileksinya adalah pada labium mayor, minor, klitoris, vagina, serviks


dan anus. Sedangkan pada pria dapat terjadi di batang penis, gland penis
dan anus. HSV-2 juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi
neonatus. Daerah predileksi ini sering kacau karena adanya cara hubungan
seksual secara oro-genital, sehingga herpes yang terjadi di daerah genital
kadang-kadang disebabkan oleh HSV-1 sedangkan di daerah mulut dan
rongga mulut dapat disebabkan oleh HSV-2. (Handoko, 2007)
Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3
minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise dan
anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening
regional. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok
di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan
kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang
mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada
perabaan tidak terdapat indurasi. Kadang-kadang dapat timbul infeksi
sekunder sehingga memberikan gambaran yang tidak jelas. Umumnya
didapati pada orang yang kekurangan antibody virus herpes simpleks.
Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi HSV pada
genetalia eksterna disertai infeksi pada serviks. (Handoko, 2007)
Herpetic

ginggivostomatitis

dan

faringitis

sebagian

besar

berhubungan dengan infeksi primer HSV-1. Gejala infeksi primer pada


mulut mirip dengan apthous stomatitis dan lesi ulseratif pada mulut yang
melibatkan palatum molle, durum, lidah dan mukosa bukal. (Marques et
al, 2008)

Gambar 1.4 Herpetic Ginggivostomatitis

Gambar 1.5 Herpetic Whitlow

Gambar 1.6 A. Herpes Genitalis pada Pria; B. Herpes Genitalis pada Wanita

2. Fase Laten
Fase ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi
HSV dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis
3. Infeksi Rekurens
Infeksi ini berarti HSV pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan
tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit
sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa
trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual dan
sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan dapat
pula timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang.Gejala
klinis yang muncul lebih ringan daripada infeksi primer dan berlangsung
kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodormal lokal
sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi
rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau pada tempat
lain/tempat disekitarnya (non loco). (Handoko, 2007)
Reativasi virus menimbulkan lesi kulit pada daerah perioral,
terutama bibir dimana 1/3 luar bibir bawah merupakan daerah tersering.
Lokasi wajah yang lain meliputi hidung, dagu, pipi hanya sekitar 10% dari
semua kasus reaktivasi. Dua pertiga lesi pada labial, melibatkan tepi
vermilion. (Marques et al, 2008)

10

Gambar 1.7 Rekurens Herpes Labialis

1. Herpes simpleks tipe 1


Manifestai klinik dari infeksi HSV-1 umumnya ditemukan pada
daerah di atas pinggang. Manifstasi klinik terdiri dari lesi vesikular khusus
dalam bentuk kelompok atau tunggal yang dapat menjadi pustular dan
bersatu membentuk satu atau banyak ulcus. Di permukaan yang kering,
ulcus menjadi keropeng sebelum sembuh; pada permukaan mukosa, ulcus
kembali membentuk jaringan epitel dengan cepat. HSV dapat diisolasi dari
seluruh lesi ulceratif. Infeksi pada umumnya menyerang jaringan
eksoderm (kulit, mulut, vagina, matadan sistem syaraf).

2. Herpes Simpleks Tipe 2


Penderita yang disebabkan pada umumnya tidak menunjukan
gejala klinis dengan beberapa lesi ditubuh dan penderita tidak mengetahui
bahwa mereka telah terinfeksi.
- Infeksi Genital Herpes Primer
Masa inkubasi infeksi tipe ini dari mulai kontak pertama sampai timbulnya
lesi adalah 5 hari. Lesi berawal dari eritema kecil ang terlihat bening lalu
11

kemudian menjadi nanah. Selama 5 sampai 3 hari lesi vesikuloputula


pecah dan membentuk kumpulan bisul yang menyakitkan yang kemudian
mengering, beberapa membentuk kerak padakulit (krus) dan akan sembuh
dengan sendirinya.infeksi genital herpes primer umumnya banyak,
bilateral dan ekstensif. Uretra dan serviks juga diinfeksi secara berkala,
dengan ciri-ciri atau kumpulan ulcer pada eksoserviks. Perluasan secara
bilateral pada titik-titik limfa umumnya tampak dan dapat berlangasung
selama berbulan-bulan. Sekitar 2-3 penderita memperlihatkan gejala
sistemik seperti demam, malaise, myalgia, dan 1 10 % berkembang
aseptis meningitis dengan leher yang kaku dan sakit kepala. Tahap pertama
dari penyakit ii umumnya berlangsung selama 20-30 hari.

Pemeriksaan Penunjang
1.Tzanck test
Tzanck smear bisa membantu menegakkan diagnose secara cepat
tetapi kurang sensitive dibanding kultur virus dan direct
fluorescent antibody. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan
scraping dasar dari vesikel yang baru saja pecah, diletakkan pada
objek glass dan kemudian dicat dengan pengecatan Giemsa atau
Wright. Dikatakan positif jika ditemukan multinucleated giant cell
dengan intranuceal inclusion body.

12

Gambar 1.8 Tzanck smear; multinucleated giant cell.

2.Pemeriksaan mikroskopik electron


3. Kultur jaringan
Pada pasien yang terdapat lesi kulit, isolasi virus melalui kultur
dapat dilakukan. Sensitifitas kultur tergantung dari kuantitas virus
pada specimen. Pemeriksaan ini berhasil selama lesi yang dikultur
berada dalam stadium vesikel atau pada pasien herpes yang
imunocompromised.
4.Pemeriksaan Serologis untuk Mendeteksi Antibody
Dalam keadaan pasien tanpa lesi pada kulit, konseling kesehatan
pada pasien dalam kondisi hamil atau konseling pasien dengan
pasangan yang mengalami herpes genital mengenai kemungkinan
tertular, dapat dilakukan pemeriksaan serologis untuk detekasi
antibody HSV

13

Gambar 1.9 Klasifikasi Herpes Simpleks

Pencegahan
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV.
Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat
terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus.
Sampai sekarang belum ada vaksin yang terbukti dapat mencegah terkenanya
herpes simpleks ataupun menurunkan angka kejadian infeksi rekurens. Untuk
menurunkan rekurensi, macam-macam usaha yang dilakukan dengan tujuan
meningkatkan imunitas seluler, misalnya pemberian preparat lupidon H (untuk
HSV-1) dan lupidon G (untuk HSV-2) dalam satu seri pengobatan. Pemberian
levamisol dan isoprinosin atau acyclovir secara berkala menurut beberapa
penyelidik dapat memberikan hasil yang baik karena levanisol dan isoprinosi ialah
sebagai imunomodulator.(Handoko, 2007)

14

Diagnosis Banding
1. Herpes sekitar mulut dan hidung dibedakan dengan Impetigo bulosa dan
aphtous stomatitis
2. Herpes pada daerah genetalia dibedakan dengan ulkus durum, ulcus molle
dan ulcus mikstum maupun ulcus yang mendahului limfogranuloma
venereum
3.

Pemfigus vulgaris

Komplikasi

Radikuloneurapati

Ensefalitis

Hepatitis

Monoartikular arthritis

Eritema multiforme

Bells palsy

Penatalaksanaan
Beberapa antivirus telah dikembangkan untuk dapat menghambat
HSV. Yang umum digunakan adalah analog asam nukleat acyclovir, yang
dikonversi dengan enzim virus menjadi monoposfat, dan enzim sel menjadi
triposfat yang merupakan penghambat kompeten bagi polimerasi DNA virus.
Acyclovir secara signifikan menurunkan durasi dari infeksi primer tetapi
kurang efektif untuk infeksi kambuh. Valacyclovir merupakan hasil samping

15

dari acyclovir yang dapat diseraplebih baik dan dapat digunakan untuk dosis
dan frekuensi pemakaian yang lebih rendah (Wilson, et al, 2001).
Famcyclovir adalah obat oral yang dikonversi dengan pencyclovir,
memiliki bioavabilitas yang baik, merupakan ekuivalen dengan acyclovir
tetapi dapat juga diberikan dengan frekuensi yang lebih rendah. Famcyclovir
menurut beberapa penelitian merupaka obat yang tepat untuk digunakan pada
tahap awal infeksi guna menurunkan kesempatan virus untuk menyebar luas
dikemudian hari secara signifikan. Famcyclovir dikonsumsi sebanyak 250mg
dalam 3 kali sehari selama 5 hari dimulai dari tahap pertama infeksi (Anonim,
2010).
Infeksi HSV kambuh dapat mengkomsumsi aspirin 125 mg per hari.
Aspirin dapat mengurangi tingkat prostaglandin yang dapat memicu inflamasi.

Prevention

Skin-to-skin contact should be avoided during

Topical Antiviral

outbreak of cutaneous HSV infection.


Approved for herpes labialis; minimal efficacy.

Therapy

Acyclovir 5% ointment Apply q3h, 6 times daily for 7


days. Approved for initial genital herpes and limited
mucocutaneous

HSV

infections

in

immunocompromised individuals.
Penciclovir 1% cream Apply q2h while awake for
recurrent orolabial infection in immunocompetent
Oral Antiviral

individuals.
Currently, anti-HSV agents are approved for use in

Therapy

genital herpes Presumably, similar dosing regimens


are effective for nongenital infections. Drugs for oral
HSV therapy include acyclovir, valacyclovir, and
16

famciclovir. Valacyclovir, the prodrug of acyclovir,


has a better bioavailability and is nearly 85%
absorbed after oral administration. Famciclovir is
equally effective for cutaneous HSV infections.
First episode Antiviral agents more effective in
treating primary infections than recurrences.
Acyclovir 400 mg 3 times daily or 200 mg 5 times
daily for 710 days
Valacyclovir 1 g twice daily for 710 days
Famciclovir 250 mg 3 times daily for 510 days
Recurrences Most episodes of recurrent herpes do not
benefit from pulse therapy with oral acyclovir. In
severe recurrent disease, patients who start therapy at
the beginning of the prodrome or within 2 days after
onset of lesions may benefit from therapy by
shortening and reducing severity of eruption;
however, recurrences cannot be prevented.
Prognosis
Sekurang-kurangnya 80% penderita dengan gejala klinik infeksi
primer HSV yang jelas akan berkembang menjadi tahap rekuren herpes dalam
waktu 12 bulan. Pada penderita dengan lesi kambuh rata-rata waktu
kambuhnya adalah 4 atau 5 kali dalam setahun (Wilson, et all, 2001)

BAB 2
17

LAPORAN KASUS

I.

II.

Identitas Pasien
Nama

: Sdr. Ali Sadikin

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 25 tahun

Alamat

: Ploso-Jombang

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Belum Kawin

Pekerjaan

: Wiraswasta

Suku Bangsa

: Jawa

Tanggal Pemeriksaan

: 07 Juni 2011

Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri dan panas di hidung-bibir kiri atas
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan panas dan nyeri disekitar hidung dan
bibir atas 2 hari yang hilang timbul, kadang-kadang terasa gatal. Pasien
juga mengeluh jika sedang nyeri pasien merasa kepala pusing dan cekotcekot. Saat ini pasien juga merasa demam dan tidak enak badan. Pasien
tidak mengkonsumsi obat apapun, baik obat minum atau obat luar berupa
salep dan yang lainnya.
Riwayat Atopik :
Tidak ada
Riwayat Penyakit Dahulu :

18

Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada
Riwayat Pengobatan :
Tidak ada
III.

Status Present
Status Dermatologis:
I.

Lokasi :

Pada regio nasolabialis sinistra

Distribusi : Effloresensi

: Pada regio nasolabialis (supra labialis sinistra)

didapatkan grup vesikel dengan dasar makula eritematosa, pustula (+),


krusta kekuningan

Status Generalis :
19

II.

III.

Keadaan Umum

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos mentis

Hygiene

: Cukup

Gizi

: Cukup

Nadi

: Tidak dilakukan pemeriksaan

RR

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Kepala

: Sesuai status dermatologis

Leher

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Thorax

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Axilla

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen

: dbn

Ektremitas

: dbn

Diagnosis Banding

Impetigo bulosa

Aaphtous stomatitis

Pemeriksaan Penunjang
Tzanck test
Pemeriksaan mikroskopik electron
Kultur jaringan
Pemeriksaan Serologis

IV.

Diagnosis

V.

Herpes simpleks labialis

Penatalaksanaan

20

1. Anti virus
Valacyclovir (Valvir) 500mg 2x1 selama 5 hari.
2. Analgesik
Asam Mefenamat (Mefinal) 500mg 3x1 selama 5 hari.
3. AB Topikal
Natrium Fusidat (Fuladic) cream

VI.

Follow up
Kontrol setelah obat habis (5 hari lagi) untuk mengevaluasi hasil
pengobatan dan kemajuan penyakit (keluhan subyektif dan tanda
obyektif)

VII.

Prognosis
Baik

21

BAB 3
PEMBAHASAN
Pasien Sdr. AS (25thn) datang dengan keluhan panas dan nyeri disekitar
hidung dan bibir atas 2 hari yang hilang timbul, kadang-kadang terasa gatal.
Pasien juga mengeluh jika sedang nyeri pasien merasa kepala pusing dan cekotcekot. Saat ini pasien juga merasa demam dan tidak enak badan. Pasien tidak
mengkonsumsi obat apapun, baik obat minum atau obat luar berupa salep dan
yang lainnya.
Hasil efloresensi pada pasien ini adalah: Pada regio nasolabialis (supra
labialis sinistra) didapatkan grup vesikel dengan dasar makula eritematosa,
pustula (+), krusta kekuningan.
Pasien ini berjenis kelamin laki-laki dengan usia 25 tahun, hal ini tidak
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa HSV tipe 1 biasanya menyerang
pada usia anak anak. Akan tetapi infeksi HSV 1 pada labialis dapat terjadi pada
dewasa jika merupakan kasus rekurensi. Sedangkan HSV tipe 2 biasanya terjadi
pada dekade II-III hal ini karena pengaruh aktivitas seksual.
Lesi pada pasien ini ada di daerah nasolabial, hal ini sesuai dengan
literatur yang menyebutkan bahwa predileksi infeksi HSV tipe 1 adalah di daerah
pinggang ke atas terutama mulut dan hidung. Akan tetapi Handoko (FKUI)
menyebutkan bahwa predileksi tempat infeksi HSV tipe 1 dan tipe 2 dapat rancu
karena cara hubungan seksual seperti orogenital sehingga HSV tipe 2 dapat terjadi
di daerah labialis.
Pasien merasa panas dan nyeri pada daerah sekitar lesi, hal ini sesuai
dengan gejala prodromal berupa rasa panas (terbakar), timbul lesi berupa vesikel

22

yang mudah pecah, bergerombol di atas eritem dan di sertai rasa nyeri
(Murtiastutik, 2005).
Pada pemeriksaan fisik pada regio nasolabialis sinistra didapatkan grup
vesikel dengan dasar makula eritematosa, pustula (+) dan terdapat krusta
kekuningan. Dari literatur yang ada, diketahui bahwa herpes simplek merupakan
penyakit yang ditandai dengan vesikel yang bergerombol di atas kulit yang
eritematus, sementara kulit diantara gerombolan satu dengan yang lain normal.
Pada pasien ini juga didapatkan krusta berwarana kuning. Hal ini juga sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa vesikel pada HSV1 dapat berubah
menjadi seropurulent dan dapat menjadi krusta dan kadang kadang mengalami
ulserasi yang dangkal.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi simptomatis berupa
analgesic, pasien mendapatkan terapi valvyr tablet 2 x 500mg sehari selama 5
hari, terapi tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa infeksi HSV
dapat diatasi dengan pemberian acyclovir atau valacyclovir.
Impetigo vesiko bulosa yang lesinya menyerupai infeksi herpes labialis
merupakan salah satu diagnosa banding herpes simpleks. Kedua penyakit ini
dapat dibedakan dengan melihat bentukan vesikel yang bergerombol pada herpes
dan adanya bulla pada impetigo, juga dapat dibedakan area predileksinya.
Prognosis untuk kesembuhan HSV tipe 1 pada pasien ini adalah baik.
Akan tetapi hal ini tergantung pada kondisi pasien. Seperti yang disebutkan pada
literatur bahwa pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya pada penyakitpenyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan

23

imunosupresan yang lama, atau fisik yang sangat lemah, menyebabkan infeksi ini
dapat menyebar ke organ dalam dan dapat menjadi fatal.

24

BAB 4
KESIMPULAN

Pasien Sdr. AS (25thn) datang dengan keluhan panas dan nyeri disekitar
hidung dan bibir atas 2 hari yang hilang timbul, kadang-kadang terasa gatal.
Pasien juga mengeluh jika sedang nyeri pasien merasa kepala pusing dan cekotcekot. Saat ini pasien juga merasa demam dan tidak enak badan. Pasien tidak
mengkonsumsi obat apapun, baik obat minum atau obat luar berupa salep dan
yang lainnya. Hasil efloresensi pada pasien ini adalah: Pada regio nasolabialis
(supra labialis sinistra) didapatkan grup vesikel dengan dasar makula eritematosa,
pustula (+), krusta kekuningan.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi simptomatis berupa
analgesic, pasien mendapatkan terapi valvyr tablet 2 x 500mg sehari selama 5
hari, terapi tersebut sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa infeksi HSV
dapat diatasi dengan pemberian acyclovir atau valacyclovir. Prognosis untuk
kesembuhan HSV tipe 1 pada pasien ini adalah baik.

25

DAFTAR PUSTAKA
Barakbah,Jusuf dkk.2007. Herpes Genitalis Dalam Atlas Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Surabaya: FK UNAIR.
Handoko R. 2010. Herpes Simpleks dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
FKUI: Jakarta: p 380-382.
Murtiastutik D, Sunarko M, Hans L. 2005. Herpes Simpleks dalam Pedoman
Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. RSUD Dr
Soetomo: Surabaya.
Marques, Adriana and Stephen E. Straus. 2008. Herpes Simplex In Fitzpatricks
Dermatology in General Madicine 7thedition chapter 193. New York: The
McGraw-Hill Companies.
Wilson, Walter R. And Merle A. Sande. 2001. Current Diagnosis & Treatment in
Infectious Diseases. The McGraw-Hill Companies, United States of
America.

26

You might also like