You are on page 1of 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang rentan akan terjadinya bencana. Karena itu,
upaya persiapan dalam menghadapi bencana harus disiagakan setiap waktu
termasuk siap siaga terhadap penanganan masalah kesehatan ibu dan bayi. Upaya
tersebut mencakup masalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) Ekslusif yang secara
ilmiah terbukti sangat bermanfaat baik bagi ibu dan bayinya. Data dalam sebuah
penelitian setelah gempa di Yogyakarta tahun 2006 menunjukan bahwa 75% dari
seluruh bayi di Yogyakarta menerima bantuan susu formula, sehingga angka
kejadian diare meningkat secara signifikan pada anak-anak tersebut.
Angka Cakupan ASI (Air Susu Ibu) Ekslusif 6 bulan di Indonesia hanya
32,3%, masih jauh dari rata-rata dunia, yaitu 38%. Sementara itu, saat ini jumlah
bayi di bawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun
2002 menjadi 27,9% pada tahun 2007.
Masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah karena: (1) Faktor
sosial budaya; (2) Kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya tetap
memberikan ASI; (3) Jajaran kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung
penggunaan ASI; (4) Gencarnya promosi susu formula; dan (5) Kurangnya
dukungan dari masyarakat termasuk dalam hal memberikan tempat dan
kesempatan bagi ibu menyusui berupa shelter khusus untuk memerah ASI (Air
Susu Ibu) nya.

Dalam situasi apapun, hampir semua ibu dapat menyusui bila dibantu
untuk memperoleh rasa percaya diri, rasa aman, rasa tenang serta diberi informasi
mengenai tehnik menyusui yang benar (menegpp, 2009). Oleh karena itu
informasi tentang ASI (Air Susu Ibu) dan teknik menyusui yang termasuk dalam
managemen laktasi penting adanya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa manfaat dan keunggulan ASI (Air Susu Ibu) dibanding susu formula?
b. Bagaimana nutrisi untuk ibu menyusui ?
c. Bagaimana cara merawat payudara selama kehamilan ?
d. Bagaimana cara merawat payudara setelah melahirkan ?
e. Bagaimana cara menyusui yang benar ?
f. Bagaimana cara mengeluarkan dan menyimpan ASI (Air Susu Ibu) ?
g. Apa saja masalah yang terjadi selama menyusui dan bagaimana cara
mengatasinya ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui manfaat dan keunggulan ASI (Air Susu Ibu) dibanding susu
formula?
b. Mengetahui nutrisi untuk ibu menyusui ?
c. Mengetahui cara merawat payudara selama kehamilan ?
d. Mengetahui cara merawat payudara setelah melahirkan ?
e. Mengetahui cara menyusui yang benar ?
f. Mengetahui cara mengeluarkan dan menyimpan ASI (Air Susu Ibu) ?
g. Mengetahui masalah yang terjadi selama menyusui dan cara mengatasinya ?

1.4 Manfaat
a. Mengingatkan kembali para Ibu akan pentingnya menyusui.
b. Mensukseskan program ASI eksklusif.
c. Menepis anggapan bahwa susu formula lebih baik daripada ASI
d. Membuat masyarakat tahu bahwa ASI lebih baik daripada susu formula.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manfaat Dan Keunggulan ASI


Manfaat ASI dan menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek
gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis,
cita rasa, penundaan kehamilan, dan aspek sterilitas.
1) Aspek gizi.
a. Manfaat Kolostrum
Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi
bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. Jumlah kolostrum yang
diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama
kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung
protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah,
sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna
hitam kehijauan (Jaamlal, 2001).
b. Komposisi ASI
Komposisi zat gizi ASI sejak pertama menyusui biasanya berubah dari hari
ke hari. Misalnya kolostrum (cairan bening berwarna kekuningan yang biasanya
keluar pada awal kelahiran) terbukti mempunyai kadar protein yang lebih tinggi,
serta kadar lemak dan laktosa (gula susu) yang lebih rendah dibandingkan ASI
mature (ASI yang keluar hari ke-10 setelah melahirkan). Kandungan kolostrum

yang seperti ini akan membantu system pencernaan bayi baru lahir yang memang
belum berfungsi optimal. Selain itu komposisi ASI pada saat mulai menyusui (
fore milk ) berbeda dengan komposisi pada akhir menyusui ( hind milk ).
Kandungan protein fore milk (berwarna bening dan encer) tinggi, tetapi
kandungan lemaknya rendah bila dibandingkan dengan hind milk (berwarna putih
dan kental). Makanya, jangan terlalu cepat memindahkan bayi untuk menyusu
pada payudara yang lain, bila ASI pada payudara yang sedang diisapnya belum
habis, sedangkan susu formula zat gizinya selalu sama untuk setiap kali minum
(sesuai aturan pakai) (Admin, 2008).
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan
antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein
merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI
mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35 (Jaamlal, 2001; Admin, 2008). Whey
adalah protein utama susu yang berbentuk cair, sedangkan casein adalah protein
utama susu yang berbentuk gumpalan (Admin, 2008). Komposisi ini
menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai perbandingan Whey : Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah
diserap (Jaamlal, 2001; Admin, 2008).
Pembentukan enzim pencernaan bayi baru sempurna pada usia kurang dari
5 bulan. ASI mudah dicerna karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam
ASI tersebut. Susu formula sulit dicerna karena tidak mengandung enzim
pencernaan. Akibatnya, lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses

metabolisme (proses pembakaran zat-zat di dalam tubuh menjadi energi, sel-sel


baru, dan lain-lain) yang membuat ginjal bayi harus bekerja keras (Admin, 2008).
c. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel
otak. Percobaan pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan
berakibat terjadinya gangguan pada retina mata.
Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam
lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan
untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI
sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping
itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk atau disintesa dari substansi
pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat)
dan Omega 6 (asam linoleat) (Jaamlal, 2001).
2) Aspek imunologik
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (IgA) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi.
Sekretori IgA tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan
berbagai virus pada saluran pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang
merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran
pencernaan. Lysosim,enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan
salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada
susu sapi.

Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per
mililiter, terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue
(BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi
jaringan payudara ibu. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung
nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Bakteri ini
menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan
bakteri yang merugikan (Jaamlal, 2001; Admin, 2008).
3) Aspek psikologik

Bukan hanya itu saja keunggulan ASI, faktor kedekatan ibu dan anak
(bonding) selama proses menyusui menjadi hal yang sangat penting (Admin,
2008). Rasa percaya diri ibu untuk menyusui, bahwa ibu mampu menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh
emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon
terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI (Jaamlal,
2001).
Interaksi ibu dan bayi akan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan psikologik bayi. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi menimbulkan
ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi yang terjadi karena berbagai rangsangan
seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas
karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu
yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim (Jaamlal, 2001).

4) Aspek kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point
4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun,
dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang
tidak diberi ASI (Jaamlal, 2001).
5) Aspek neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap dan
bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna(Jaamlal, 2001).
6) Aspek ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian akan
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan
peralatannya (Jaamlal, 2001).
7) Aspek cita rasa
Cita rasa ASI bervariasi sesuai dengan jenis senyawa atau zat yang terkandung di
dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu. Sedangkan susu formula
bercita rasa sama dari waktu ke waktu. (Handajani, 2008; Kushaeri, 2008;
Rawins, 2008).
8) Aspek penundaan kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum
dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL) (Jaamlal, 2001).

9) Aspek sterilitas
Selain alasan nilai gizi yang masih baik untuk anak, ada pertimbangan
yang wajib diketahui para ibu sebelum mereka memberikan anaknya susu formula
salah satunya adalah susu formula bukanlah produk yang steril. Hal itu terbukti
adanya temuan para pakar biologi dari IPB yang menyebutkan adanya kandungan
bakteri dalam susu formula. Ini membuktikan, kualitas ASI lebih baik dari susu
formula jenis dan merek apa pun.
Tidak ada satu pun susu formula yang komposisi dan kualitasnya
mendekati ASI, dan pemberian susu formula bukannya tanpa resiko. ASI juga
mengandung sel-sel hidup yang berperan sebagai zat anti infeksi dan imunitas
alami untuk melindungi bayi dari berbagai ancaman penyakit, dan sel-sel hidup
itu tidak ada dalam susu formula apa pun (Admin, 2008).
2.2 Nutrisi Ibu Menyusui
Setiap ibu seharusnya tahu apa yang sebaiknya dikonsumsi selama
menyusui. Pengetahuan ini akan membuat ibu bisa mengkalkulasikan gizi yang
tersalur melalui ASI ke bayi, dan memulai diet secara mandiri.
1) Kalori
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu
ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil.
Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nurisi baik adalah 70
kal/ 100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang
dihasilkan (Lusa, 2009). Berdasarkan angka kecukupan gizi oleh Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi V tahun 1993, tambahan energi per hari untuk wanita

menyusui pada 6 bulan pertama 700 kalori, pada 6 bulan kedua 500 kalori.
Pada ibu menyusui semua makanan yang dikonsumsi digunakan untuk aktifitas
dan metabolisme dalam tubuh, selain untuk produksi ASI. Keadaan gizi ibu pada
masa sebelum hamil, kenaikan berat badan selama hamil dan masukan makanan
selama laktasi, sangat berpengaruh terhadap produksi ASI (Asmi, 1997). Rata-rata
ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kalori ketika menyusui (Lusa, 2009).
2) Protein
Berdasarkan angka kecukupan gizi oleh Widya Karya Nasional Pangan
dan Gizi V tahun 1993, tambahan protein untuk ibu menyusui pada 6 bulan
pertama + 16 gram per hari dan 6 bulan kedua + 12 gram per hari. Kecukupan
protein untuk wanita tidak sedang hamil dan menyusui adalah 48 gram per hari.
Diperkirakan kebutuhan ini sekitar 0,85 g/kgBB dengan diet yang mengandung
protein yang bernilai biologi tinggi (Asmi, 1997).
3) Lemak
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan serum kolesterol dan trigliserida
masing-masing 25-40% dan 200-400%. Wanita multipara dan umurnya agak
tinggi, terdapat peningkatan angka kejadian angina dan batu empedu kolesterol
akibat dari hiperkolesterolemia pada kehamilan. Pada berbagai penelitian
menunujukkan bahwa diet rendah lemak, tidak mempengaruhi pertumbuhan janin
dan bermanfaat juga bagi ibu hamil. Asam lemak

arachidonic dan

docosahexadonic mungkin berguna untuk perkembangan psikomotor dan


penglihatan anak (Asmi, 1997).

10

4) Vitamin dan Mineral


Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi daripada
selama hamil (Lusa, 2009). Dalam Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V
tahun 1993, angka kecukupan vitamin dan mineral yang dianjurkan adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Kecukupan vitamin dan mineral menurut Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi ke V, 1993.
Vitamin/Mineral
Wanita
Hamil
Menyusui
dewasa (kerja
6 bulan I
6 bulan II
sedang)
Vitamin A (RE) 500
+ 200
+ 350
+ 300
Thiamin (mg)
1
+ 0,2
+ 0,3
+ 0,3
Riboflavin (mg) 1
+ 0,2
+ 0,4
+ 0,3
Niasin (mg)
10
+1
+3
+3
Vitamin C (mg) 60
+ 10
+ 25
+ 10
Besi (mg)
26
+ 30
+2
+2
Kalsium (mg)
500
+ 400
+ 400
+ 400
Asam folat (g) 160
+ 150
+ 50
+ 40
Pada tabel tersebut nampak tambahan asam folat dan besi pada kebutuhan
ibu hamil lebih besar daripada ibu menyusui; asam folat dan besi dibutuhkan
untuk mengimbangi peningkatan volume darah yaitu dalam produksi heme untuk
hemoglobin. Selain itu asam folat juga diperlukan untuk pembentukan sumsum
tulang belakang, dikatakan bahwa kekurangan asam folat dapat menyebabkan
terjadinya spina bifida.
Bahan makanan kaya asam folat antara lain, sayuran, kacang-kacangan,
lauk hasil fermentasi misalnya tempe. Sedangkan zat besi dibutuhkan untuk
pertumbuhan janin dalam kandungan, persediaan ibu selama bulan ke III samapai
bulan ke VI. Kematian janin dan berat badan lahir rendah sering terjadi bila

11

persediaan zat besi ibu kurang. Bahan makanan sumber zat besi antara lain,
daging, hati, kacang-kacangan dan beberapa sayurang hijau.
Penambahan kalsium dianjurkan 400 mg/hari, sedangkan WHO 650
mg/hari baik pada masa kehamilan maupun laktasi. Secara teori kekurangan
masukan kalsium pada masa kehamilan maupun laktasi dapat mengakibatkan
kehilangan kalsium pada tulang ibu, sekresi kalsium pada ASI rendah, dan
gangguan pembentukan tulang pada bayi. Tetapi pada praktek sehari-hari
berhubung masukan kalsium yang bervariasi, maka tidak diketemukan masalah
yang berhubungan dengan defisiensi kalsium.
Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 iu setiap 6 bulan
dianjurkan pada ibu menyusui, untuk mempertahankan konsentrasi vitamin A
pada ASI, disamping diet ibu yang seimbang (Asmi, 1997).
5) Cairan
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Jumlah
cairan yang diminum paling sedikit harus dapat menggantikan cairan yang hilang
sehari. Cairan yang diminum tidak dibatasi tetapi pada orang dewasa dianjurkan
untuk minum 2 liter sehari. Untuk wanita menyusui dianjurkan untuk minum 8-12
gelas atau 2-3 liter sehari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah (Asmi, 1997;
Lusa, 2009).
2.3 Perawatan Payudara Selama Kehamilan
Saat seorang wanita hamil, terjadi perubahan-perubahan pada tubuhnya
yang memang secara alamiah dipersiapkan untuk menyambut datangnya si buah
hati. Perubahan-perubahan itu antara lain berat badan bertambah, perubahan pada
kulit, perubahan pada payudara, dan lain-lain (Anwar, 2005). Banyak ibu hamil

12

mengabaikan perawatan payudara. Boleh jadi lantaran malas atau sesungguhnya


belum mengetahui akan manfaatnya. Padahal perawatan payudara selama hamil
sangat penting untuk kelancaran air susu kelak setelah melahirkan. Malah,
dengan perawatan yang benar, hasilnya bukan cuma produksi yang cukup, tapi
juga bentuk payudara akan tetap baik selama menyusui, kata dr. Suharjanti
Kramadibrata, Sp.OG dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta (Nova, 2010).
Perawatan payudara selama hamil memiliki banyak manfaat, antara lain :
Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu. Melenturkan dan
menguatkan

puting

susu

sehingga

memudahkan

bayi

untuk

menyusu. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak


dan lancar. Dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan
melakukan upaya untuk mengatasinya. Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk
menyusui.
Bila seorang ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara dengan baik
dan hanya melakukan perawatan menjelang melahirkan atau setelah melahirkan
maka sering dijumpai kasus-kasus yang akan merugikan ibu dan bayi. Kasuskasus yang sering terjadi antara lain: ASI tidak keluar, dan baru keluar setelah hari

kedua atau lebih. Inilah yang sering terjadi. Puting susu tidak menonjol sehingga
bayi sulit menghisap. Produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi
bayi. Infeksi pada payudara, payudara bengkak atau bernanah. Muncul benjolan di
payudara,dan lain-lain. Kasus-kasus tersebut insya Allah bisa dicegah dengan
melakukan perawatan payudara sedini mungkin. (Anwar, 2005; Niez, 2010).

13

Perawatan payudara pada masa kehamilan meliputi pemeriksaan payudara


dan pemeriksaan puting susu.

A. Pemeriksaan payudara
Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk mengetahui lebih dini adanya
kelainan, sehingga diharapkan dapat dikoreksi sebelum persalinan. Pemeriksaan
payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama, dimulai dari inspeksi dan
palpasi.
1. Inspeksi Payudara
a. Payudara
1) Ukuran dan bentuk
Tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan
seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi.
2) Kontur atau permukaan
Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau luka pada
kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan di bawahnya.
Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit membengkak, dan
membuat gambaran seperti kulit jeruk.
3) Warna kulit
Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu
diperhatikan adalah adanya warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit
atau bahkan keganasan
b. Kalang payudara

14

1) Ukuran dan bentuk


Pada umumnya akan meluas pada saat pubertas dan selama kehamilan serta
bersifat simetris. Bila batas kalang tidak rata ( tidak melingkar ) perlu
diperhatikan lebih khusus.

2) Permukaan
Dapat licin atau berkerut. Bila ada sisik putih perlu dipikirkan adanya penyakit
kulit, kebersihan yang kurang atau keganasan.
3) Warna
Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna kulit
pada kalang payudara lebih gelap dibanding sebelum hamil.
c. Puting susu
1) Ukuran dan Bentuk
Ukuran puting sangat bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus. Bentuk
puting susu ada beberapa macam, antara lain seperti terlihat pada Gambar 2.1 di
bawah ini, pada bentuk putting terbenam perlu dipikirkan retraksi akibat
keganasan, bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan.

Gambar 2.1 Berbagai Bentuk Putting Susu (Padmawati, 1997)


15

2) Permukaan
Pada umumnya tidak beraturan. Adanya luka dan sisik merupakan uatu kelainan.

3) Warna
Sama dengan kalang payudara karena juga mempunyai pigmen yang sama atau
bahkan lebih.
2. Palpasi Payudara
a. Konsistensi
Konsistensi payudara dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh
hormonal.
b. Massa
Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari massa.
Setiap massa harus digambarkan secara jelas letak dan ciri-ciri masa yang
teraba harus dievaluasi dengan baik, pemeriksaan ini sebaiknya diperluas
sampai kedaerah ketiak.
c. Puting susu
Pemeriksaan

puting

susu

merupakan

hal

yang

terpenting

dalam

mempersiapkan ibu untuk menyusui. Untuk menunjang keberhasilan


menyusui maka pada saat kehamilan setelah ibu periksa bentuk puting susu ,
ibu perlu perlu juga memeriksa kelenturannya dengan cara :
1). Cubit kalang payudara di sisi puting susu dengan ibu jari dan telunjuk,
seperti terlihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.

16

Gambar 2.2 Salah Satu Cara Memeriksa Kelenturan Puting Susu (Padmawati,
1997).
2) Dengan perlahan puting susu dan kalang payudara ditarik, untuk
membentuk dot. Bila puting susu mudah ditarik berarti lentur, bila
tertarik sedikit berarti kurang lentur, dan bila masuk ke dalam berarti
puting susu terbenam.
Jika pada pemeriksaan didapatkan kelenturan yang kurang baik atau puting susu
terbenam, maka tindakan pertama yang dilakukan adalah jangan memvonis ibu
dengan memberitahukan pada ibu bahwa hal ini adalah suatu abnormalitas atau
kelainan. Tapi yakinkan ibu bahwa ia tetap dapat menyusui bayinya, karena hal
tersebut dapat dikoreksi. Bila pada inspeksi dan palpasi ditemukan kelainan, maka
sebaiknya segera ditangani atau dikonsultasikan pada dokter ahli bedah atau
kebidanan (Padmawati, 1997).
B. Perawatan Payudara
Setelah kita melakukan pemeriksaan pada payudara, baru kita lakukan
perawatan payudara dengan masase payudara. Berikut ini adalah tips untuk
merawat payudara pada saat hamil, di bagi berdasarkan fase kehamilan.
1. Umur kehamilan 3 bulan
Periksa puting susu untuk mengetahui apakah puting susu datar atau
masuk ke dalam dengan cara memijat dasar puting susu secara perlahan. puting

17

susu yang normal akan menonjol keluar. Apabila puting susu tetap datar atau
masuk kembali ke dalam payudara (terbenam), maka sejak hamil 3 bulan harus
dilakukan perbaikan (koreksi) agar bisa menonjol.
Ada dua cara untuk memperbaiki (mengkoreksi) agar putting susu dapat
menonjol. Cara pertama adalah dengan gerakan Hoffman (Gambar 2.3),
menggunakan kedua jari telunjuk atau ibu jari, daerah di sekitar puting susu diurut
ke arah berlawanan menuju ke dasar payudara sampai semua daerah payudara.
Dilakukan sehari dua kali selama 6 menit (Klipingku, 2008; Padmawati, 1997).

Gambar 2.3 Gerakan Hoffman (Padmawati, 1997)


Cara kedua adalah dengan menggunakan pompa putting yang telah banyak
dijual di Indonesia. Bila pompa putting susu tidak tersedia, dapat dibuat dari
modifikasi spuit injeksi 10 ml. Bagian ujung dekat jarum dipotong dan kemudian
pendorong dimasukkan dari arah potongan tersebut. Cara penggunaan yaitu
menempelkan ujung pompa (spuit injeksi) pada payudara, sehingga puting berada
di dalam pompa (lihat Gambar 2.4).

18

Gambar 2.4 Penggunaan Modifikasi Spuit Injeksi (Padmawati, 1997)


Kemudian tarik perlahan sehingga terasa ada tahanan dan pertahankan
selama 30 detik sampai 1 menit. Bila terasa sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur
ini diulangi hingga beberapa kali dalam sehari (Padmawati, 1997).
2. Usia Kehamilan 6-9 Bulan
Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa, kemudian puting
susu sampai areola mamae (daerah sekitar puting dengan warna lebih gelap)
dikompres dengan minyak kelapa selama 2-3 menit. Tujuannya untuk
memperlunak kotoran atau kerak yang menempel pada puting susu agar mudah
dibersihkan. Jangan membersihkan dengan alkohol karena dapat menyebabkan
puting susu lecet.
Selanjutnya kedua puting susu dipegang lalu ditarik, diputar ke arah dalam
dan ke arah luar (berlawanan jarum jam). Pemijatan dilakukan dengan kedua
tangan, sekeliling payudara diurut memutar searah jarum jam dan kemudian
berbalik arah atau berlawanan dengan arah jarum jam (lihat Gambar 2.5).

19

Gambar 2.5 Pemijatan Payudara (Klipingku, 2008)

Setelah itu lakukan pengurutan dari bawah menuju putting (pangkal


payudara dipegang dengan kedua tangan, lalu diurut ke arah puting susu)
sebanyak 30 kali sehari (lihat Gambar 2.6), namun putingnya sendiri tak perlu
dimassage karena tak berkelenjar. Usai massage, ketuk-ketuklah payudara
memakai ujung jari. Terakhir pijat kedua areola mamae hingga keluar 1-2 tetes
seperti terlihat pada Gambar 2.7. Setelah itu, puting susu dibersihkan dengan
handuk kering dan bersih (Klipingku, 2008).

Gambar 2.6 Pemijatan Payudara (Niez, 2008)

20

Gambar 2.6 Cara Memijat Areola Mamma (Klipingku, 2008)


C. Pemakaian BH
Untuk mengatasi rasa tidak enak pada saat payudara membesar, pakailah
bra yang pas dan bisa memegang. Jangan pakai yang terlalu ketat atau longgar,
tapi harus benar-benar pas sesuai ukuran payudara saat itu dan dapat menopang
perkembangan payudara. Jika terlalu sempit akan menghambat perkembangan
kelenjar payudara, sedangkan kalau terlalu longgar akan tampak jatuh dan sakit
dipakainya.
Bila anda berencana untuk menyusui anda dapat memulai menggunakan
BH untuk menyusui pada akhir kehamilan anda (lihat Gambar 2.7). Pilihlah bh
yang ukurannya sesuai dengan payudara anda, memakai BH yang mempunyai
ukuran yang tidak sesuai dengan ukuran payudara dapat menyebabkan infeksi
seperti mastitis ( suatu infeksi pada kelenjar susu di payudara).
Jika payudara sangat besar, ada baiknya untuk memilih yang memakai
penyangga kawat. Karena bra yang tak menopang dengan baik pada payudara
besar cenderung akan turun dan membentuk lipatan di bagian bawah payudara.
Sementara jika ibu tak menjaga kebersihan dan kekeringan di bawah lipatan
tersebut, maka jamur biasanya akan tumbuh. Jangan lupa, tubuh ibu hamil

21

cenderung berkeringat. Untuk itu, pilihlah bra dari bahan katun atau campuran
katun sehingga nyaman dipakai dan mudah menyerap keringat. Tali pengikatnya
agar dipilih yang lebar sehingga dapat menyangga payudara dengan baik. Bila
jamur sudah terlanjur hadir, segera bawa ke dokter. Sebab, jika jamur naik hingga
ke seluruh payudara bisa menjadi masalah pada saat menyusui nanti (Niez, 2008).

Gambar 2.7
Bra (BH) Untuk Menyusui
D. Senam Teratur
Payudara pun perlu dirawat dengan senam. Senam payudara berguna
untuk memperkuat otot pektoralis yang berada di dada. Senam ini membantu
mempertahakan kepadatan payudara dan merangsang produksi ASI menjadi lebih
baik. Ada dua macam senam yang bisa ibu lakukan dan mudah dipraktikkan.
Berikut urutannya. Lakukan senam sebelum atau sesudah mandi.
1. Posisi berdiri, tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri dekat
siku, sebaliknya tangan kiri memegang lengan bawah kanan (seperti orang
bersidekap). Kemudian tekan kuat-kuat ke arah dada dengan cara
mempererat pegangan, sehingga otot-otot dasar payudara terasa tertarik.
Selanjutnya lemaskan kembali. Lakukan berulang-ulang hingga 30 kali.
2. Pegang bahu dengan kedua ujung tangan, kemudian siku diputar ke depan
sehingga lengan bagian dalam mengurut (massage) payudara ke arah atas.

22

Diteruskan gerakan tangan ke atas ke belakang dan kembali pada posisi


semula. Lakukan latihan ini 20 kali putaran (Niez, 2008; Klipingku, 2008).
2.4 Perawatan Payudara Setelah Melahirkan
Dambaan setiap wanita selalu ingin tetap tampil cantik setelah melahirkan.
Begitupun dengan bagian yang menonjol pada wanita. Wanita yang setelah
melahirkan biasanya menginginkan payudaranya selalu bersih dan mudah dihisap
oleh bayi. Dengan perawatan payudara, maka dapat membantu memperlancar
pengeluaran ASI. Lakukan sedini mungkin setelah melahirkan selama 1-2 hari.
Berikut beberapa alat dan bahan yang perlu disiapkan :
1) Minyak kelapa bersih atau baby oil
2) Gelas
3) Air hangat dan dingin dalam baskom kecil
4) Handuk mandi bersih 2 buah
5) Kapas
6) Washlap atau handuk kecil untuk kompres
7) Kompres puting susu dengan kapas yang dibasahi minyak atau baby oil
selama beberapa menit.
Mulailah melakukan pengurutan payudara, dengan lima tahap sebagai berikut :
1.

Pengurutan Pertama
a.

Licinkan kedua tangan dengan minyak.

b.

Tempatkan kedua tangan di antara payudara.

c.

Pengurutan dilakukan dimulai ke arah atas, lalu telapak tangan kiri


ke arah sisi kiri dan telapak kanan kearah sisi kanan.

23

d.

Lakukan terus pengurutan dengan arah kebawah dan kesamping.

e.

Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk masing-masing


payudara.

2.

Pengurutan Kedua
a.

Sokong payudara kiri dengan satu tangan kiri, sedangkan tangan


kanan mengepal dan mengurut dengan buku-buku jari pangkal ke arah
puting susu.

b.

Lakukan hal yang sama untuk payudara sebelah kanan.

c.

Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap payudara.

3.

Pengurutan Ketiga
a. Pegang pangkal payudara dengan kedua tangan lalu urut dari pangkal
payudara kearah puting susu sebanyak 1 kali.

4.

Pengurutan Keempat
a.

Pijat puting susu hingga keluar cairan ASI dan tampung dengan
tempat yang bersih atau gelas.

5.

Pengompresan.

Kompres kedua payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti
dengan kompres air dingin 2 menit dan yang terakhir kompres lagi dengan air
hangat selama 2 menit (Evariny, 2009; Melinda, 2010; Andriani, 2010).
2.5 Cara Menyusui Yang Benar
A. Posisi menyusui

24

Ada berbagai macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan adalah dengan
duduk, berdiri, atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi
tertentu seperti menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang
bola (football position), dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan.
Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan
ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak
(Padmawati, 1997).

Gambar 2.8 Beberapa Macam posisi Menyusui dan Cara Menyusui


B. Langkah-langkah menyusui yang benar
1.

Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian


dioleskan pada putting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai
manfaat sebagai disinfektan dan menjaga kelembapan puting susu.

2.

Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara .


a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

25

b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satun ya di
depan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3.

Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
bawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudara saja.

4.

Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan


cara :
a. Menyentuh pipi dengan putting susu atau
b. Menyentuh sisi mulut bayi.

5.

Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke


payudara ibu dan putting serta kalang payudara dimasukan ke mulut bayi.
a. Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap
pada putting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak
adekuat dan putting susu lecet.

26

b. Setelah bayi mulai mengisap payudara tak perlu dipegang atau disangga
lagi (Padmawati, 1997; Suradi 2010).
C. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu
dengan teknik yang benar, dapat dilihat :
a) Bayi tampak tenang
b) Badan bayi menempel pada perut ibu
c) Mulut bayi terbuka lebar
d) Dagu menempel pada payudara ibu
e) Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi
f) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
g) Putting susu ibu tidak terasa nyeri
h) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
i) Kepala tidak menengadah (Padmawati, 1997; Bunda, 2008; Suradi
2010).
6.

Melepas isapan bayi


Setelah menyusu pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti
dengan payudara yang satunya. Cara melepas isapan bayi :
I.
II.

Jari kelingking ibu dimasukan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau,
Dagu bayi ditekan ke bawah.

27

7.

Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan


pada putting susu dan di sekitar kalang payudara, biarkan kering dengan
sendirinya.

8.

Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya
bayi tidak muntah (gumoh-Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan
bayi adalah :
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan,
Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan (Padmawati, 1997).

D. Lama dan frekuensi menyusui


Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand), karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain (kencing, dan sebagainya) atau ibu sudah
merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam
waktu 2 jam.
Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang tak teratur, dan
akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian. Menyusui yang
dijadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa dijadwal,
sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul.
Menyusui pada malam hari sangat berguna bagi ibu yang bekerja, karena dengan

28

sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI, dan juga
mendukung keberhasilan menunda kehamilan.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya
setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan diusahakan kedua
payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai
dengan payudara yang terakhir disusukan. Selam masa menyusui, sebaiknya ibu
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu
ketat (Padmawati, 1997; Suradi 2010).
II.6 Cara Mengeluarkan Dan Menyimpan ASI
A. Pengeluaran ASI
Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui
sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu, untuk menghindari bayi tersedak atau
enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga dilakukan pada ibu bekerja yang akan
meninggalkan ASI bagi bayinya di rumah, ASI yang merembes karena payudara
penuh, pada bayi yang mempunyai masalah mengisap (missal BBLR = Bayi Berat
Lahir Rendah) menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu
sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.
Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara :
1.
Pengeluaran ASI dengan tangan.
Cara ini yang lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan saran dan
lebih mudah.
a) Tangan dicuci sampai bersih
b) Siapkan cangkir atau gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih.
c) Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan dimasase dengan
kedua telapak tangan dari pangkal kea rah kalang payudara, ulangi pemijatan
ini pada sekitar payudara secara merata.
d) Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan jari telunjuk pada
sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara ditekan ke arah dada.

29

e) Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan
memijat atau menekan putting karena dapat menyebabkan rasa nyeri atau
lecet.
f) Ulangi tekan-peras-lepas,tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI tak keluar,
setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.
g) Gerakan ini diulang pada sekitar kalang pada semua sisi, agar yakin bahwa
ASI telah diperas dari semua segmen payudara.

2.

Gambar 2.9 Cara Pengeluaran ASI Dengan Tangan


Pengeluaran dengan pompa
Bila payudara bengkak atau terbendung (engorgement) dan putting susu
terasa nyeri, maka akan lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan pompa
payudara. Pompa dapat digunakan bila ASI benar-benar penuh, tetapi pada
payudara yang lunak akan lebih sukar. Ada 2 macam pompa yang dapat
digunakan yaitu pompa tangan dan listrik, yang biasa digunakan adalah

pompa tangan.
Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara :
a) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara.
b) Ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan putting susu tepat di
tengah , dan tabung benar-benar melekat pada kulit.
c) Bola karet dilepas, sehingga putting susu dan kalang payudara tertarik ke
dalam.
d) Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul pada
lekukan penampung pada sisi tabung.
e) Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alat harus dicuci bersih
dengan menggunakan air mendidih. Bola karet sukar dibersihkan, oleh

30

karenanya bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan


menggunakan tangan (Padmawati, 1997; Suradi 2010).

Gambar 2.10 Pengeluaran ASI Dengan Pompa Payudara


B. Penyimpanan ASI
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat,
bila disimpan :
1. di udara terbuka atau bebas
: 6-8 jam
2. di lemari es (40 C)
: 2 x 24 jam
0
3. di lemari pendingin atau beku (-18 C) : 6 bulan.
ASI yang telah didinginkan bila akan dipakai tidak boleh direbus, karena
kualitasnya akan menurun yaitu unsure kekebalannya. ASI tersebut cukup
didiamkan beberapa saat di dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin, atau dapat
pula direndam di dalam wadah yang telah berisi air panas. ASI yang disimpan di
lemari pembeku perlu dipindahkan ke lemari pendingin untruk mencairkannya
sebelum dihangatkan. ASI yang sudah dihangatkan bila bersisa tidak boleh
dikembalikan ke dalam lemari es, oleh karena itu hangatkanlah ASI secukupnya
sebanyak yang kira-kira bisa dihabiskan oleh bayi dalam sekali minum. Masih
belum ada penelitian yang membuktikan apakah dengan direndam pada air panas
tersebut merusak zat-zat anti yang terdapat pada ASI atau tidak. Pada penelitian
efek pemanasan dengangelombang mikro (microwave) terbukti bahwa dengan
pemanasan yang rendah menurunkan aktifitas lisozim dan IgA, lebih-lebih pada

31

pemanasan yang tinggi semua aktifitas zat anti yang diteliti tidak berfungsi
(Padmawati, 1997; Suradi 2010).
C. Pemberian ASI perasan
Perlu diperhatikan pada pemberian ASI yang telah dikeluarkan adalah
bagaimana cara pemberiannya pada bayi. Jangan diberikan dengan botol atau dot,
karena ini akan menyebabkan bayibingung putting. Berikan pada bayi dengan
menggunakan cangkir atau sendok, sehingga bila saatnya ibu menyusui langsung,
bayi tidak akan menolak menyusu.
Pemberian dengan menggunakan sendok biasanya kurang praktis bila
dibandingkan dengan cangkir, karena membutuhkan waktu yang lebih lama.
Namun pada keadaan dimana bayi hanya membutuhkan sedikit ASI, atau bayi
sering tersedak atau muntah, maka lebih baik bila ASI perasan diberikan dengan
menggunakan sendok.

Cara pemberian dengan menggunakan cangkir :


a) Ibu atau yang memberikan minumbayi duduk dengan memangku bayi.
b) Pegang punggung bayi dengan lengan.
c) Letakkan cangkir pada bibir bawah bayi.
d) Lidah bayi berada di atas pinggir cangkir dan biarkan bayi mengisap ASI
dari dalam cangkir (saat cangkir dimiringkan).
e) Beri sedikit waktu istirahat setiap kali bayi menelan.
Tidak dianjurkan menggunakan empongan (pacifier) karena penggunaan
empongan secara rutin (lebih dari 2 jam seharil) akan mengakibatkan masalah
laktasi, seperti bayi malas minum dan sebagainya. Penggunaan empongan juga
mempunyai korelasi yang tinggi dengan cepatnya penyapihan.

32

Selama di Rumah Sakit atau Rumah Bersalin atau Puskesmas ibu sedapat
mungkin sudah dapat melakukan semua teknik menyusui dengan benar, untuk itu
peran dokter atau petugas kesehatan sangat penting. Akan lebih baik bila terdapat
Kelompok Ibu Pendukung ASI yang dapat menjadi teman berbincang ibu dalam
hal menyusui, karena biasanya komunikasi antar sesama ibu akan lebih terbuka
atau baik (Padmawati, 1997; Suradi 2010).
II.7

Kontraindikasi Pemberian ASI


Ada beberapa kontraindikasi pemberian ASI yaitu :

1. Bayi yang menderita galaktosemia.


2. Dalam hal ini bayi tidak mempunyai enzim galaktase, sehingga galaktosa
tidak dapat dipecah. Bayi demikian juga tidak boleh minum susu formula.
3. Ibu dengan HIV/AIDS yang dapat memberikan susu formula yang memenuhi
syarat AFASS (A= acceptable, F = feasible, A= affordable, S = Sustainable,
S=safe).
4. Ibu dengan penyakit jantung yang apabila menyusui dapat terjadi gagal
jantung.
5. Ibu yang memerlukan terapi dengan obat-obat tertentu misalnya kemoterapi.
6. Ibu yang memerlukan pemeriksaan dengan obat-obat radioaktif perlu
menghentikan pemberian ASI kepada bayinya 5x waktu paruh obat. Setelah
itu bayi boleh menetek lagi. Sementara itu ASI tetap diperah dan dibuang agar
tidak mengurangi produksi (Suradi, 2010).

33

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
1. Bagaimanapun ASI lebih unggul dibanding susu formula dilihat dari berbagai
aspek terutama aspek gizi dan ekonomi.
2. Dengan manajemen laktasi yang baik, yaitu persiapan yang baik pada masa
kehamilan dan dilanjutkan dengan penanganan selanjutnya di tempat bersalin
dan saat akan pulang yang berkesinambungan, maka akan menunjang
keberhasilan menyusui.
3.2 Saran
1. Nasihat perlu diberikan terutama pada ibu-ibu yang baru perttamakali
mempunyai anak, dan belum mengetahui cara menyusui yang benar.
2. Perlunya sosialisasi tentang manajemen laktasi pada ibu hamil dan menyusui.

34

3. Berikan dukungan moral, psikologis, dan tenaga jika perlu dari berbagai pihak
terutama suami dan keluarga, juga tenaga kesehatan kepada ibu hamil dan
menyusui untuk mensukseskan program ASI eksklusif.

35

You might also like