Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dalam situasi apapun, hampir semua ibu dapat menyusui bila dibantu
untuk memperoleh rasa percaya diri, rasa aman, rasa tenang serta diberi informasi
mengenai tehnik menyusui yang benar (menegpp, 2009). Oleh karena itu
informasi tentang ASI (Air Susu Ibu) dan teknik menyusui yang termasuk dalam
managemen laktasi penting adanya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa manfaat dan keunggulan ASI (Air Susu Ibu) dibanding susu formula?
b. Bagaimana nutrisi untuk ibu menyusui ?
c. Bagaimana cara merawat payudara selama kehamilan ?
d. Bagaimana cara merawat payudara setelah melahirkan ?
e. Bagaimana cara menyusui yang benar ?
f. Bagaimana cara mengeluarkan dan menyimpan ASI (Air Susu Ibu) ?
g. Apa saja masalah yang terjadi selama menyusui dan bagaimana cara
mengatasinya ?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui manfaat dan keunggulan ASI (Air Susu Ibu) dibanding susu
formula?
b. Mengetahui nutrisi untuk ibu menyusui ?
c. Mengetahui cara merawat payudara selama kehamilan ?
d. Mengetahui cara merawat payudara setelah melahirkan ?
e. Mengetahui cara menyusui yang benar ?
f. Mengetahui cara mengeluarkan dan menyimpan ASI (Air Susu Ibu) ?
g. Mengetahui masalah yang terjadi selama menyusui dan cara mengatasinya ?
1.4 Manfaat
a. Mengingatkan kembali para Ibu akan pentingnya menyusui.
b. Mensukseskan program ASI eksklusif.
c. Menepis anggapan bahwa susu formula lebih baik daripada ASI
d. Membuat masyarakat tahu bahwa ASI lebih baik daripada susu formula.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang seperti ini akan membantu system pencernaan bayi baru lahir yang memang
belum berfungsi optimal. Selain itu komposisi ASI pada saat mulai menyusui (
fore milk ) berbeda dengan komposisi pada akhir menyusui ( hind milk ).
Kandungan protein fore milk (berwarna bening dan encer) tinggi, tetapi
kandungan lemaknya rendah bila dibandingkan dengan hind milk (berwarna putih
dan kental). Makanya, jangan terlalu cepat memindahkan bayi untuk menyusu
pada payudara yang lain, bila ASI pada payudara yang sedang diisapnya belum
habis, sedangkan susu formula zat gizinya selalu sama untuk setiap kali minum
(sesuai aturan pakai) (Admin, 2008).
Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan
antara Whei dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein
merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI
mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35 (Jaamlal, 2001; Admin, 2008). Whey
adalah protein utama susu yang berbentuk cair, sedangkan casein adalah protein
utama susu yang berbentuk gumpalan (Admin, 2008). Komposisi ini
menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi
mempunyai perbandingan Whey : Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah
diserap (Jaamlal, 2001; Admin, 2008).
Pembentukan enzim pencernaan bayi baru sempurna pada usia kurang dari
5 bulan. ASI mudah dicerna karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam
ASI tersebut. Susu formula sulit dicerna karena tidak mengandung enzim
pencernaan. Akibatnya, lebih banyak sisa pencernaan yang dihasilkan dari proses
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per
mililiter, terdiri dari 3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue
(BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi
saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi
jaringan payudara ibu. Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung
nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri Lactobacillus bifidus. Bakteri ini
menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan
bakteri yang merugikan (Jaamlal, 2001; Admin, 2008).
3) Aspek psikologik
Bukan hanya itu saja keunggulan ASI, faktor kedekatan ibu dan anak
(bonding) selama proses menyusui menjadi hal yang sangat penting (Admin,
2008). Rasa percaya diri ibu untuk menyusui, bahwa ibu mampu menyusui
dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh
emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon
terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI (Jaamlal,
2001).
Interaksi ibu dan bayi akan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan psikologik bayi. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi menimbulkan
ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi yang terjadi karena berbagai rangsangan
seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas
karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu
yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim (Jaamlal, 2001).
4) Aspek kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan sistem saraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point
4.3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun,
dan 8.3 point lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang
tidak diberi ASI (Jaamlal, 2001).
5) Aspek neurologis
Dengan menghisap payudara, koordinasi saraf menelan, menghisap dan
bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna(Jaamlal, 2001).
6) Aspek ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk makanan bayi sampai bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian akan
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan
peralatannya (Jaamlal, 2001).
7) Aspek cita rasa
Cita rasa ASI bervariasi sesuai dengan jenis senyawa atau zat yang terkandung di
dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi ibu. Sedangkan susu formula
bercita rasa sama dari waktu ke waktu. (Handajani, 2008; Kushaeri, 2008;
Rawins, 2008).
8) Aspek penundaan kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum
dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL) (Jaamlal, 2001).
9) Aspek sterilitas
Selain alasan nilai gizi yang masih baik untuk anak, ada pertimbangan
yang wajib diketahui para ibu sebelum mereka memberikan anaknya susu formula
salah satunya adalah susu formula bukanlah produk yang steril. Hal itu terbukti
adanya temuan para pakar biologi dari IPB yang menyebutkan adanya kandungan
bakteri dalam susu formula. Ini membuktikan, kualitas ASI lebih baik dari susu
formula jenis dan merek apa pun.
Tidak ada satu pun susu formula yang komposisi dan kualitasnya
mendekati ASI, dan pemberian susu formula bukannya tanpa resiko. ASI juga
mengandung sel-sel hidup yang berperan sebagai zat anti infeksi dan imunitas
alami untuk melindungi bayi dari berbagai ancaman penyakit, dan sel-sel hidup
itu tidak ada dalam susu formula apa pun (Admin, 2008).
2.2 Nutrisi Ibu Menyusui
Setiap ibu seharusnya tahu apa yang sebaiknya dikonsumsi selama
menyusui. Pengetahuan ini akan membuat ibu bisa mengkalkulasikan gizi yang
tersalur melalui ASI ke bayi, dan memulai diet secara mandiri.
1) Kalori
Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu
ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil.
Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nurisi baik adalah 70
kal/ 100 ml, dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang
dihasilkan (Lusa, 2009). Berdasarkan angka kecukupan gizi oleh Widya Karya
Nasional Pangan dan Gizi V tahun 1993, tambahan energi per hari untuk wanita
menyusui pada 6 bulan pertama 700 kalori, pada 6 bulan kedua 500 kalori.
Pada ibu menyusui semua makanan yang dikonsumsi digunakan untuk aktifitas
dan metabolisme dalam tubuh, selain untuk produksi ASI. Keadaan gizi ibu pada
masa sebelum hamil, kenaikan berat badan selama hamil dan masukan makanan
selama laktasi, sangat berpengaruh terhadap produksi ASI (Asmi, 1997). Rata-rata
ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kalori ketika menyusui (Lusa, 2009).
2) Protein
Berdasarkan angka kecukupan gizi oleh Widya Karya Nasional Pangan
dan Gizi V tahun 1993, tambahan protein untuk ibu menyusui pada 6 bulan
pertama + 16 gram per hari dan 6 bulan kedua + 12 gram per hari. Kecukupan
protein untuk wanita tidak sedang hamil dan menyusui adalah 48 gram per hari.
Diperkirakan kebutuhan ini sekitar 0,85 g/kgBB dengan diet yang mengandung
protein yang bernilai biologi tinggi (Asmi, 1997).
3) Lemak
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan serum kolesterol dan trigliserida
masing-masing 25-40% dan 200-400%. Wanita multipara dan umurnya agak
tinggi, terdapat peningkatan angka kejadian angina dan batu empedu kolesterol
akibat dari hiperkolesterolemia pada kehamilan. Pada berbagai penelitian
menunujukkan bahwa diet rendah lemak, tidak mempengaruhi pertumbuhan janin
dan bermanfaat juga bagi ibu hamil. Asam lemak
arachidonic dan
10
11
persediaan zat besi ibu kurang. Bahan makanan sumber zat besi antara lain,
daging, hati, kacang-kacangan dan beberapa sayurang hijau.
Penambahan kalsium dianjurkan 400 mg/hari, sedangkan WHO 650
mg/hari baik pada masa kehamilan maupun laktasi. Secara teori kekurangan
masukan kalsium pada masa kehamilan maupun laktasi dapat mengakibatkan
kehilangan kalsium pada tulang ibu, sekresi kalsium pada ASI rendah, dan
gangguan pembentukan tulang pada bayi. Tetapi pada praktek sehari-hari
berhubung masukan kalsium yang bervariasi, maka tidak diketemukan masalah
yang berhubungan dengan defisiensi kalsium.
Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 iu setiap 6 bulan
dianjurkan pada ibu menyusui, untuk mempertahankan konsentrasi vitamin A
pada ASI, disamping diet ibu yang seimbang (Asmi, 1997).
5) Cairan
Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Jumlah
cairan yang diminum paling sedikit harus dapat menggantikan cairan yang hilang
sehari. Cairan yang diminum tidak dibatasi tetapi pada orang dewasa dianjurkan
untuk minum 2 liter sehari. Untuk wanita menyusui dianjurkan untuk minum 8-12
gelas atau 2-3 liter sehari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah (Asmi, 1997;
Lusa, 2009).
2.3 Perawatan Payudara Selama Kehamilan
Saat seorang wanita hamil, terjadi perubahan-perubahan pada tubuhnya
yang memang secara alamiah dipersiapkan untuk menyambut datangnya si buah
hati. Perubahan-perubahan itu antara lain berat badan bertambah, perubahan pada
kulit, perubahan pada payudara, dan lain-lain (Anwar, 2005). Banyak ibu hamil
12
puting
susu
sehingga
memudahkan
bayi
untuk
kedua atau lebih. Inilah yang sering terjadi. Puting susu tidak menonjol sehingga
bayi sulit menghisap. Produksi ASI sedikit sehingga tidak cukup dikonsumsi
bayi. Infeksi pada payudara, payudara bengkak atau bernanah. Muncul benjolan di
payudara,dan lain-lain. Kasus-kasus tersebut insya Allah bisa dicegah dengan
melakukan perawatan payudara sedini mungkin. (Anwar, 2005; Niez, 2010).
13
A. Pemeriksaan payudara
Tujuan pemeriksaan payudara adalah untuk mengetahui lebih dini adanya
kelainan, sehingga diharapkan dapat dikoreksi sebelum persalinan. Pemeriksaan
payudara dilaksanakan pada kunjungan pertama, dimulai dari inspeksi dan
palpasi.
1. Inspeksi Payudara
a. Payudara
1) Ukuran dan bentuk
Tidak berpengaruh pada produksi ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan
seperti pembesaran masif, gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi.
2) Kontur atau permukaan
Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau luka pada
kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan di bawahnya.
Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit membengkak, dan
membuat gambaran seperti kulit jeruk.
3) Warna kulit
Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung, yang perlu
diperhatikan adalah adanya warna kemerahan tanda radang, penyakit kulit
atau bahkan keganasan
b. Kalang payudara
14
2) Permukaan
Dapat licin atau berkerut. Bila ada sisik putih perlu dipikirkan adanya penyakit
kulit, kebersihan yang kurang atau keganasan.
3) Warna
Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan warna kulit
pada kalang payudara lebih gelap dibanding sebelum hamil.
c. Puting susu
1) Ukuran dan Bentuk
Ukuran puting sangat bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus. Bentuk
puting susu ada beberapa macam, antara lain seperti terlihat pada Gambar 2.1 di
bawah ini, pada bentuk putting terbenam perlu dipikirkan retraksi akibat
keganasan, bisa juga disebabkan oleh kelainan bawaan.
2) Permukaan
Pada umumnya tidak beraturan. Adanya luka dan sisik merupakan uatu kelainan.
3) Warna
Sama dengan kalang payudara karena juga mempunyai pigmen yang sama atau
bahkan lebih.
2. Palpasi Payudara
a. Konsistensi
Konsistensi payudara dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh
hormonal.
b. Massa
Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari massa.
Setiap massa harus digambarkan secara jelas letak dan ciri-ciri masa yang
teraba harus dievaluasi dengan baik, pemeriksaan ini sebaiknya diperluas
sampai kedaerah ketiak.
c. Puting susu
Pemeriksaan
puting
susu
merupakan
hal
yang
terpenting
dalam
16
Gambar 2.2 Salah Satu Cara Memeriksa Kelenturan Puting Susu (Padmawati,
1997).
2) Dengan perlahan puting susu dan kalang payudara ditarik, untuk
membentuk dot. Bila puting susu mudah ditarik berarti lentur, bila
tertarik sedikit berarti kurang lentur, dan bila masuk ke dalam berarti
puting susu terbenam.
Jika pada pemeriksaan didapatkan kelenturan yang kurang baik atau puting susu
terbenam, maka tindakan pertama yang dilakukan adalah jangan memvonis ibu
dengan memberitahukan pada ibu bahwa hal ini adalah suatu abnormalitas atau
kelainan. Tapi yakinkan ibu bahwa ia tetap dapat menyusui bayinya, karena hal
tersebut dapat dikoreksi. Bila pada inspeksi dan palpasi ditemukan kelainan, maka
sebaiknya segera ditangani atau dikonsultasikan pada dokter ahli bedah atau
kebidanan (Padmawati, 1997).
B. Perawatan Payudara
Setelah kita melakukan pemeriksaan pada payudara, baru kita lakukan
perawatan payudara dengan masase payudara. Berikut ini adalah tips untuk
merawat payudara pada saat hamil, di bagi berdasarkan fase kehamilan.
1. Umur kehamilan 3 bulan
Periksa puting susu untuk mengetahui apakah puting susu datar atau
masuk ke dalam dengan cara memijat dasar puting susu secara perlahan. puting
17
susu yang normal akan menonjol keluar. Apabila puting susu tetap datar atau
masuk kembali ke dalam payudara (terbenam), maka sejak hamil 3 bulan harus
dilakukan perbaikan (koreksi) agar bisa menonjol.
Ada dua cara untuk memperbaiki (mengkoreksi) agar putting susu dapat
menonjol. Cara pertama adalah dengan gerakan Hoffman (Gambar 2.3),
menggunakan kedua jari telunjuk atau ibu jari, daerah di sekitar puting susu diurut
ke arah berlawanan menuju ke dasar payudara sampai semua daerah payudara.
Dilakukan sehari dua kali selama 6 menit (Klipingku, 2008; Padmawati, 1997).
18
19
20
21
cenderung berkeringat. Untuk itu, pilihlah bra dari bahan katun atau campuran
katun sehingga nyaman dipakai dan mudah menyerap keringat. Tali pengikatnya
agar dipilih yang lebar sehingga dapat menyangga payudara dengan baik. Bila
jamur sudah terlanjur hadir, segera bawa ke dokter. Sebab, jika jamur naik hingga
ke seluruh payudara bisa menjadi masalah pada saat menyusui nanti (Niez, 2008).
Gambar 2.7
Bra (BH) Untuk Menyusui
D. Senam Teratur
Payudara pun perlu dirawat dengan senam. Senam payudara berguna
untuk memperkuat otot pektoralis yang berada di dada. Senam ini membantu
mempertahakan kepadatan payudara dan merangsang produksi ASI menjadi lebih
baik. Ada dua macam senam yang bisa ibu lakukan dan mudah dipraktikkan.
Berikut urutannya. Lakukan senam sebelum atau sesudah mandi.
1. Posisi berdiri, tangan kanan memegang bagian lengan bawah kiri dekat
siku, sebaliknya tangan kiri memegang lengan bawah kanan (seperti orang
bersidekap). Kemudian tekan kuat-kuat ke arah dada dengan cara
mempererat pegangan, sehingga otot-otot dasar payudara terasa tertarik.
Selanjutnya lemaskan kembali. Lakukan berulang-ulang hingga 30 kali.
2. Pegang bahu dengan kedua ujung tangan, kemudian siku diputar ke depan
sehingga lengan bagian dalam mengurut (massage) payudara ke arah atas.
22
Pengurutan Pertama
a.
b.
c.
23
d.
e.
2.
Pengurutan Kedua
a.
b.
c.
3.
Pengurutan Ketiga
a. Pegang pangkal payudara dengan kedua tangan lalu urut dari pangkal
payudara kearah puting susu sebanyak 1 kali.
4.
Pengurutan Keempat
a.
Pijat puting susu hingga keluar cairan ASI dan tampung dengan
tempat yang bersih atau gelas.
5.
Pengompresan.
Kompres kedua payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti
dengan kompres air dingin 2 menit dan yang terakhir kompres lagi dengan air
hangat selama 2 menit (Evariny, 2009; Melinda, 2010; Andriani, 2010).
2.5 Cara Menyusui Yang Benar
A. Posisi menyusui
24
Ada berbagai macam posisi menyusui, yang biasa dilakukan adalah dengan
duduk, berdiri, atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi
tertentu seperti menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang
bola (football position), dimana kedua bayi disusui bersamaan kiri dan kanan.
Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan
ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini maka bayi tidak akan tersedak
(Padmawati, 1997).
2.
25
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satun ya di
depan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3.
Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
bawah, jangan menekan putting susu atau kalang payudara saja.
4.
5.
26
b. Setelah bayi mulai mengisap payudara tak perlu dipegang atau disangga
lagi (Padmawati, 1997; Suradi 2010).
C. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu
dengan teknik yang benar, dapat dilihat :
a) Bayi tampak tenang
b) Badan bayi menempel pada perut ibu
c) Mulut bayi terbuka lebar
d) Dagu menempel pada payudara ibu
e) Sebagian besar kalang payudara masuk ke dalam mulut bayi
f) Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
g) Putting susu ibu tidak terasa nyeri
h) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
i) Kepala tidak menengadah (Padmawati, 1997; Bunda, 2008; Suradi
2010).
6.
Jari kelingking ibu dimasukan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau,
Dagu bayi ditekan ke bawah.
27
7.
8.
Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya
bayi tidak muntah (gumoh-Jawa) setelah menyusui. Cara menyendawakan
bayi adalah :
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan,
Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan (Padmawati, 1997).
28
sering disusukan pada malam hari akan memacu produksi ASI, dan juga
mendukung keberhasilan menunda kehamilan.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, maka sebaiknya
setiap kali menyusui harus digunakan kedua payudara dan diusahakan kedua
payudara terasa kosong, agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai
dengan payudara yang terakhir disusukan. Selam masa menyusui, sebaiknya ibu
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu
ketat (Padmawati, 1997; Suradi 2010).
II.6 Cara Mengeluarkan Dan Menyimpan ASI
A. Pengeluaran ASI
Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui
sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu, untuk menghindari bayi tersedak atau
enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga dilakukan pada ibu bekerja yang akan
meninggalkan ASI bagi bayinya di rumah, ASI yang merembes karena payudara
penuh, pada bayi yang mempunyai masalah mengisap (missal BBLR = Bayi Berat
Lahir Rendah) menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu
sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.
Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara :
1.
Pengeluaran ASI dengan tangan.
Cara ini yang lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan saran dan
lebih mudah.
a) Tangan dicuci sampai bersih
b) Siapkan cangkir atau gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih.
c) Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan dimasase dengan
kedua telapak tangan dari pangkal kea rah kalang payudara, ulangi pemijatan
ini pada sekitar payudara secara merata.
d) Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan jari telunjuk pada
sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara ditekan ke arah dada.
29
e) Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan
memijat atau menekan putting karena dapat menyebabkan rasa nyeri atau
lecet.
f) Ulangi tekan-peras-lepas,tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI tak keluar,
setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.
g) Gerakan ini diulang pada sekitar kalang pada semua sisi, agar yakin bahwa
ASI telah diperas dari semua segmen payudara.
2.
pompa tangan.
Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara :
a) Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara.
b) Ujung leher tabung diletakkan pada payudara dengan putting susu tepat di
tengah , dan tabung benar-benar melekat pada kulit.
c) Bola karet dilepas, sehingga putting susu dan kalang payudara tertarik ke
dalam.
d) Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul pada
lekukan penampung pada sisi tabung.
e) Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alat harus dicuci bersih
dengan menggunakan air mendidih. Bola karet sukar dibersihkan, oleh
30
31
pemanasan yang tinggi semua aktifitas zat anti yang diteliti tidak berfungsi
(Padmawati, 1997; Suradi 2010).
C. Pemberian ASI perasan
Perlu diperhatikan pada pemberian ASI yang telah dikeluarkan adalah
bagaimana cara pemberiannya pada bayi. Jangan diberikan dengan botol atau dot,
karena ini akan menyebabkan bayibingung putting. Berikan pada bayi dengan
menggunakan cangkir atau sendok, sehingga bila saatnya ibu menyusui langsung,
bayi tidak akan menolak menyusu.
Pemberian dengan menggunakan sendok biasanya kurang praktis bila
dibandingkan dengan cangkir, karena membutuhkan waktu yang lebih lama.
Namun pada keadaan dimana bayi hanya membutuhkan sedikit ASI, atau bayi
sering tersedak atau muntah, maka lebih baik bila ASI perasan diberikan dengan
menggunakan sendok.
32
Selama di Rumah Sakit atau Rumah Bersalin atau Puskesmas ibu sedapat
mungkin sudah dapat melakukan semua teknik menyusui dengan benar, untuk itu
peran dokter atau petugas kesehatan sangat penting. Akan lebih baik bila terdapat
Kelompok Ibu Pendukung ASI yang dapat menjadi teman berbincang ibu dalam
hal menyusui, karena biasanya komunikasi antar sesama ibu akan lebih terbuka
atau baik (Padmawati, 1997; Suradi 2010).
II.7
33
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
1. Bagaimanapun ASI lebih unggul dibanding susu formula dilihat dari berbagai
aspek terutama aspek gizi dan ekonomi.
2. Dengan manajemen laktasi yang baik, yaitu persiapan yang baik pada masa
kehamilan dan dilanjutkan dengan penanganan selanjutnya di tempat bersalin
dan saat akan pulang yang berkesinambungan, maka akan menunjang
keberhasilan menyusui.
3.2 Saran
1. Nasihat perlu diberikan terutama pada ibu-ibu yang baru perttamakali
mempunyai anak, dan belum mengetahui cara menyusui yang benar.
2. Perlunya sosialisasi tentang manajemen laktasi pada ibu hamil dan menyusui.
34
3. Berikan dukungan moral, psikologis, dan tenaga jika perlu dari berbagai pihak
terutama suami dan keluarga, juga tenaga kesehatan kepada ibu hamil dan
menyusui untuk mensukseskan program ASI eksklusif.
35