Professional Documents
Culture Documents
Final Paper
Terapi Cairan Pada DHF
Pembimbing : dr. Ahmad Sanusi Sp.PD
VIRUS DENGUE
virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod
Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal
sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan
mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2,
DEN-3, DEN-4
Masa inkubasi
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 15 hari orang
yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini
dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini:
Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala
apapun.
Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi
selama 4 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti
dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak
perdarahan di bawah kulit.
Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah
dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik
ditambah
dengan
perdarahan
dari
hidung
(epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.
Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD
ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering
berujung pada kematian.
Cara penularan
Manusia
Virus
Vektor perantara
Klasifikasi
Tabel 1.Klasifikasi derajat penyakit infeksi dengue :
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat
2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari.
Pada waktu fase ini pasien sudah tidak demam, akan
tetapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan jika
mendapat pengobatan tidak adekuat.
Manifestasi klinis
Demam Dengue
Gejala klasik berupa : demam tinggi mendadak kadang
bifasik
Nyeri kepala berat
Nyeri belakang bola mata
Nyeri otot, tulang dan sendi
Mual dan muntah
Timbul ruam
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Bentuk klasik : demam tinggi mendadak 2-7 hari disertai
muka kemerahan
Anoreksia
Sakit kepala
Nyeri otot, tulang dan sendi
Mual dan muntah
Nyeri menelan dengan farings hiperemis
Nyei di epigastrium dan dibawah tulang iga
Jenis
perdarahan
terbanyak
adalah
perdarahan kulit seperti uji tourniquet
positif, petekie, purpura, ekimosis, dan
perdarahan
konjungtiva.
Perdarahan
lainnya seperti epistaksis, perdarahan
gusi,
hematemesis,
melena
dan
perdarahan otak juga dapat terjadi
meskipun lebih jarang terjadi. Petekie
merupakan tanda perdarahan yang paling
sering ditemukan, terutama pada dahi dan
ekstremitas distal.
Vaskulopati
Koagulopati
Trombositopenia
Hematokrit dan hemoglobin
Jumlah leukosit dan hitung jenis
Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID)
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
Trombositopenia
Definisi :
Jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3
Penyebab terjadinya trombositopenia :
Gangguan produksi
Peningkatan destruksi trombosit
Distribusi tidak normal
Akibat pengenceran
Trombositopenia
merupakan
salah
satu
kriteria
sederhana
disebutkan
terjadi
karena
pemendekan
masa
hidup
trombosit.
Perdarahan
Perdarahan
defisiensi
hebat
salah
dapat
satu
terjadi
dari
akibat
faktor-faktor
pembekuan.
Tiga jenis utama perdarahan adalah:
perdarahan akibat defisiensi vitamin K,
hemofilia
trombositopenia.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratoriu
m
Parameter laboratorium yang dapat diperiksa
antara lain :
Leukosit
ditemukan
limfositosis relative (>45% dari leukosit) disertai adanya lifosit
lasma biru (LPB) > 15% dari jumlah total leukosit pada fase syok
akan meningkat.
Serelogi
terhadap dengue.
- IgM muncul pada hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke
3, menghilang setelah 60-90 hari
- IgG terdeteksi mulai hari ke 14 (infeksi primer), hari ke 2
(infeksi sekunder).
NS1
PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa pendapat mengenai indikasi dan dosis
pemberian transfusi trombosit.
Departemen Kesehatan merekomendasikan transfusi
trombosit konsentrat pada penderita DBD diberikan
hanya pada kasus dengan perdarahan masif dan
jumlah trombosit < 100.000 .
Perdarahan spontan dan masif termasuk perdarahan
yang
jumlah
tampak
ataupun
perdarahan
badan/jam.
yang
sebanyak
tersembunyi dengan
4
cc/kg
berat
Nimamanitya menuliskan:
2007
menuliskan
penatalaksanaan
Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan
simtomatis. ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan
akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi
komponen darah bilamana diperlukan.
Dalam pemberian terapi cairan, hal terpenting yang perlu
dilakukan adalah pemantauan baik secara klinis maupun
laboratoris.
Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring
(pada
trombositopenia
yang
berat)
dan
pemberian
cerna
DBD
dengan
peningkatan
hematokrit >20%
Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD
dewasa
Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa
Penatalaksanaan
keluhan DBD
(kriteria WHO
1997)
Observasi rawat
jalan, periksa
Hb,Ht, leuko,
trombo /24 jam
Hb, Ht normal,
trombo 100.000150.000
Observasi rawat
jalan, periksa Hb,
Ht, leuko,
trombo /24 jam
Hb,Ht normal,
trombo <100.000
Rawat
Hb, Ht meningkat,
trombo normal/
turun
Rawat
KOMPLIKASI
Ensefalopati dengue
Kelainan ginjal
Oedem paru
PENCEGAHAN
Lingkungan PSN, pengelolaan sampah
padat, modifikasi tempat perkembangan
nyamuk hasil samping kegiatan manusia
dan perbaikan desain rumah.
Biologis menggunakan ikan pemakan
jentik
Kimiawi fogging, menggunakan bubuk
abate
Cara
yang
paling
efektif
dengan
mengkombinasikan cara tersebut yaitu
dengan 3M plus
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. B S
TTL
Umur
: 40 tahun
Jenis kelamin
Alamat
: laki-laki
: Jl. Cempaka III RT 05/04 No.A
: 0627/Matahari Dua
ANAMNESIS
Keluhan utama :
os mengeluh demam sejak 5 hari SMRS
Keluhan tambahan :
mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri
kepala, pegal dan ngilu pada sendi
kadang
disertai
menggigil,os
mengaku
berkeringat
Riwayat pengobatan
Riwayat alergi
Riwayat psikososial
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: os tampak sakit
sedang
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
tekanan darah : 110/90 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
RR
: 20 x/menit
Suhu
: 39,2oC
STATUS
GENERALIS
Kepala
dan tidak
Mata
mudah rontok
tekan (-)
Mulut
bibir
kering
(+),
bibir
sianosis
THORA
K
Paru-paru
Inspeksi : normochest,
tampak simetris, otot
tambahan (-)
Palpasi : vocal fremitus
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas kanan jantung linea
parasternalis dextra.
Batas kiri jantung linea
midclavikularis sinistra
paru
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Ascites
: (-)
Palpasi
: hangat
Ekstremitas bawah
Akral
: hangat
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
015
2
b
e
f
1
l
a
g
Tang
RESUME
Tn. B.S usia 40 tahun datang ke RS dengan keluhan demam sejak
5 hari SMRS demam timbul secara mendadak dan terus menerus,
disertai menggigil. Malaise myalgia, badan terasa ngilu-ngilu pada
sendi. cephalgia dirasakan hilang timbul. OS merasakan nausea,
vomitting berisi makanan yang dimakan, frekuensi 5x, banyaknya
gelas belimbing serta nyeri epigastrium.1 hari SMRS Os minum
obat skit maag (inpepsa), namun keluhannya tidak membaik
sehingga os dibawa ke Rumah Sakit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Suhu
: 39,2o C
Nadi
Pernafasan
Tekanan darah
: 20 x/menit
: 110/90 mmHg
DAFTAR MASALAH
Febris e.c Dengue Fever
Anemia
Dyspepsia
ASSESMENT
Febris e.c dengue fever
Febris Sejak 2 hari SMRS.Febris timbul secara mendadak dan terus
menerus, disertai menggigil.malaise(+) pegal-pegal(+), terasa ngilu-ngilu
pada sendi(+).cephalgia(+) dirasakan hilang timbul.OS merasakan
nausea , vomitting(+), berisi makanan yang dimakan, frekuensi 5x,
banyaknya gelas belimbing, nafsu mkan menurun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu : 39,1oC.
Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit H 2,76 ribu/l (Leukopenia)
Trombosit 108 ribu/l (trombositopenia)
Rdx:
Cek darah rutin / 24 jam
Elektrolit
pemeriksaan serologi IgM dan IgG
NS1
Widal test
Rth
Non Farmakologis :
Istirahat
Diet
Farmakologis :
1.infus RL 30 tpm
2.Parasetamol 3 x 500 mg
3. Vit B1, B6 dan B12 1x1
Anemia
Os merasa lemas, chepalgia yang dirasakan hilang timbul. Mata
berkunang-kunang jika saat pusing.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Nadi
: 100 x/menit regular, kuat angkat, isi cukup
Pernafasan
: 20 x/menit
Tekanan darah
: 110/90 mmHg
Konjungtiva anemis +/+
Pada pemeriksaan lab didapatkan :
Leukosit : 2,76 ribu/ l
Rdx : HHTL / 24 jam
Rth : non farmakologis
Istirahat
Farmakologis :
Tablet Fe 1x1
Dyspepsia
Pernafasan
: 20 x/menit
Tekanan darah
: 110/90 mmHg
Follow up
2 feb 2015
2 feb 2015
3 feb 2015
15
0
2
b
e
f
2
l
a
Tangg
015
2
b
e
f
3
l
a
g
Tang
Daftar Pustaka
Sudoyo Aru W, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Interna Publishing.
Kresno SB. 2001. Respon Imun Terhadap Infeksi Virus. In: imunologi Diagnosis dan Prosedur. Jakarta :
FKUI, pp: 178-181.
Srichaikul T, Nimmannitya S. Hematology in dengue and dengue haemorrhagic fever. Best Practice
& Research Clinical Haematology : 2000.
Soedarmo PS. 2002. Infeksi Virus Dengue. In: Soedarmo dkk (ed). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi
dan Penyakit Tropis Edisi Pertama. Jakarta: IDAI, pp: 176-209.
Chuansumrit A, Tangnararatchakit K. Pathophysiology and management of dengue hemorrhagic
fever. Transfusion alternatives in transfusion medicine. Journal Compilation 2006;8(suppl 1):3-11.
Reynaldo Angelo C. De Castro, Jo-Anne A. De Castro, Marie Yvette C. Barez, Melchor V. Frias, Jitendra Dixit,
and Maurice Genereux. Respon Trombositopenia pada Penderita Demam Berdarah Dengue Terhadap
Pemberian Intravena Globulin Anti-D. Scientific Medical Activities of Research and Technologi : FKUI.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman tatalaksana klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan,
2005.p.19-34
Huang Y, Liu C, Wang S, Lei H, Liu H, Lin Y, et al. Activation of coagulation and brinolysis during dengue
virus infection. Journal of Medical Virology 2001;63:247-51.
Halstead SB. Dengue Infection. Curr Opin Infect Dis 2002;15;471-6.
Clyde K, Kyle J, Harris E. Recent advances in deciphering viral and host determinants of dengue
virus replication and pathogenesis. Journal of Virology 2006;80:11418-31.
Kamil SM, Mohamad NH, Narazah MY, Khan FA. Dengue haemorrhagic fever with unusual prolonged
thrombocytopaenia. Singapore Med J, 2006;47(4):332-34.
Guyton and Hall
Nimmannitya S. Dengue Hemmorhagic Fever. In:cook GC. Mansons Tropical Diseases.
Terima
Kasih