Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemerintah melalui departemen kesehatan dalam mengembangkan kualitas
sumber daya manusia, khususnya tenaga kesehatan dilakukan dengan berbagai cara.
Salah satu diantanya adalah program pendidikan tenaga kesehatan di berbagai institusi
pendidikan tenaga kesehatan. Akademi-akademi kesehatan Negeri dan Swasta dan atau
poltekes dibawah lingkungan pusdiknakes Depkes RI maupun skala tinggi kesehatan
atau program studi atau lurusan atau fakultas perguruan tinggi dibawah kementrian
pendidikan nasional, sebbagai institusi yang mendidik calon tenaga kesehatan tingkat D
III masupun S-I, berusaha untuk menghasilkan tenaga-tenaga kesehatan (perawat,
perawat gigi, nutrisionis, sanitarian, analis kesehatan, bidan) profesional yang mampu
memenuhi tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil
dan merata. Khususnya di institusi pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, puskesmas,
klinik, lembaga pelayanan kesehatan lain, serta kepada masyarakat (komunitas) pada
umumnya. Dalam rangka memenuhi kriteria tenaga kesahatan yang berkualitas tersebut
mahasiswa kesehatan perlu mendapatkan berbagai pengalaman belajar secara langsung
nyata dilapangan dan dapat mengaplikasikan ilmunya dimasyarakat sehingga pada
akhirnya dapat memberi konstribusi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
dikurikulumnya masing-masing.
Sesuai kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2006, proses belajar
mengajar pada progrma jenjang SI keperawatan khususnya metode pengalaman belajar
ceramah (pbc), pengalaman belajar diskusi (pbd), pengalaman belajar seminar (pbs),
pengalaman belajar praktek (pbk) ataupun pengalaman belajar lapangan (pbl), yang
dapat dilaksanakan dikelas, klinik dan komunitas atau masyarakat langsung. Khusus
untuk kegiatan pengalaman belajar praktek lapangan (pbl), yang merupakan metode
proses pembelajaran dilakukan agar dapat memiliki kompetensi yang spesifik, dimana
mahasiswa
dapat
menetapkan
semua
ilmu
yang
telah
diperoleh
dikelas
pendekatan proses asuhan keperawatan pada komunitas, kelompok khuus dan asuhan
pada keluarga serta menggunakan kerangka berfikir ilmu statistik kesehatan,
epidemiologi demografi dan ilmun kesehatan metodologi riset.
Mata kuliah keperawatan komuniktas dan keluarga dengan model Praktek kerja
Lapangan (PKL) ini dilaksanakan dengan penekanan pada strategi belajar sambil berbuat
(learning by doing) dan belajar untuk memperoleh pengalaman langsung (learning by
experience) pada masyarakat daerah binaan (darbin) Bapelkes jogja dan puskesmas di
wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan sasaran pada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan PKL
bersifat komperhensif, namun pada PKL ini lebih menekankan pada aspek promotif,
preventif dan resosialitatif daripada kuratif dan rehabilitatif dan membantu program
puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
(public health nursing).
B. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktek kerja lapang (PKL) : Asuhan Keperawatan
Komunitas ini mahasiswa SI Keperawatan diharapkan mempunyai pengalaman,
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengatasi berbagai permasalahan
kesehatan di tingkat keluarga dan komunitas melalui intervensi proses asuhan
keperawatan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan kerangka berfikir ilmu
statistik kesehatan, epidemiologi, demografi dan metodelogi riset keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Secara Khusus, setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
selama 2 minggu (14 hari) ini diharapkan peserta didik mampu :
a. Melakukan perkenalan, sosilasi adaptasi dan orientasi dengan budaya dan
lingkungan masyarakat di tempat PKL.
b. Mengidentifikasi masala-masalah kesehatan pada individu, keluarga, kelompok
dan komunitas dengan menerapkan pendekatan kerangka berfikir epidemiologi
biostatistik dan demografi dan survei cepat.
c. Menyusun rencana penanggulangan masalah kesehatan berbasis masyarakat
dengan menerapkan ilmu-ilmu kesehatan masyarakat asuhan keperawatan
keluarga dan asuhan keperawatan komunitas serta ilmu-ilmu medis dasar, yang
mencakup upaya pelayanan promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif di
wilayah binaan.
dan
masyarakat
sekitarnya.
Kemudian
masyarakat
dapat
c. Bagi Puskesmas
1) Membantu pelayanan program kerja puskesmas secara umum dan program
Public Health Care atau Nursing (PHN) dan hasil pengkaian data mahasiswa
dapat dijadikan data dasar yang terbaru (up to date) dari status kesehatan
,masyarakat diwilayah kerjanya dan status PHBS (tatanan rumah tangga) di
tingkat dusun dan desa.
2) Memberdayakan SDM puskesmas untuk menjadi membimbing lapangan
( Field Instructor) atau Clinicastructor.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi mahasiswa
1) Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat
khususnya
dan
penyiapan
masyarakat
dalam
menghadapi
BAB II
TINJAUAN TEORI
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (biopsiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas
pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
f.
Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Komunitas Dengan Keluarga
Sebagai Unit Pelayanan
Dasar.
MANUSIA
KEPERAWATAN
3 Tingkatan
Pencegahan.
KESEHATAN
(SEHAT-SAKIT)
LINGKUNGAN
(Physic, Biologic,
Psychologist, Social, Cultural,
Gambar 2.1 : Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sebagai berikut :
1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu atau klien yang berada pada
lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat
yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai Tujuan.
Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas, Komunitas
sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara lain: daerah
terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
2. Kesehatan
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
klien atau komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan.
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat
biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
4. Keperawatan.
Intervensi atau tindakan yang bertujuan untuk
menekan
stressor, melalui
3. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan
atau perawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri
sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu
dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
9
4. Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi
a) Proses kelompok.
10
b) Pendidikan kesehatan.
c) Kerja sama (partnership).
b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
11
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderitapenderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya.,
dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.
e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompokkelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita
Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai
masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau
batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
6. Kata Kunci dalam Keperawatan Komunitas
a. Komunitas sebagai klien/partner
1) Bila praktek berorientasi pada komunitas
2) Berorientasi pada komunitas adalah mencari perubahan yang sehat untuk
seluruh komunitas
3) Focus
Nyata
f.
Tekhnis prosedur/ketrampilan
misalm:
tidur/
pola
istirahat,
nutrisi,
dan
intervensi
sumber
kesehatan,
misal
e. Fasilitator (kolaborator)
f.
g. Peneliti
h. Penemu kasus di komunitas
i. Role model
8. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai
lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah
kerja perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut:
16
a. Tahap Persiapan:
1) Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program
praktek.
2) Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan
kesehatan utama.
3) Penyusunan instrumen data.
4) Uji coba instrumen pengumpulan data.
5) Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan
program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
6) Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader kesehatan
setempat.
7) Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,
epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
8) Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan, menyiapkan
dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah dan menyebarkan
undangan.
9) Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
a) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
b) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis
besar rencana kegiatan
c) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah
ditetapkan.
d) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan dari
instansi terkait.
b. Tahap Pelaksanaan:
1)Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan kelompok
kerja kesehatan.
2)Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja
kesehatan:
a) Pelatihan kader kesehatan
b) Penyuluhan kesehatan
c) Simulasi atau demonstrasi
d) Pembuatan model atau percontohan
17
a)
b)
c)
d)
6) Analisis Data
Tujuan analisis data :
a) Menetapkan kebutuhan komuniti
b) Menetapkan kekuatan
c) Mengidentifikasi pola respon komuniti
d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
e) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
7) Prioritas masalah
Prioritas
masalah
kesehatan
masyarakat
dan
keperawatan
perlu
26
Batasan keluarga adalah suatu batasan yang membentuk sebuah keluarga, baik
dari jumlah individu, hubungan anggota keluarga, dan komunikasi tiap individu.
Menurut Sub. Dit Perawatan Kesehatan Masyarakat Dep. Kes. RI suatu kelompok
atau kumpulan individu yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit
masyarakat yang terkeci dan biasanya, tetapi tidak selalu ada hubungan darah, ikatan
perkawinan atau ikatan ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu rumah, biasanya
di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga dan makan dari satu periuk.
Departemen Kesehatan RI Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dari pengertian dan batasan keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain, anggota keluarga berinteraksi satu sama
lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adil,
dan mempunyai tujuan.
Keperawatan keluarga menjadi bidang keahlian khusus yang mengabadikan
berbagai bidang keahlian keperawatan lainnya. Meskipun sebagian keahlian yang
berbeda, namun keperawatan keluarga ini masih tergolong bayi (Hanson, 1987) ada
bukti kuat bahwa keperawatan keluarga merupakan sebuah bidang keahlian khusus
yang sedang bertumbuh, bersifat dinamis dan mendapat perhatian dalam praktik,
pendidikan dan penelitian.ketika edisi pertama buku ini ditulis pada tahun 1979
hingga 1980, belum ada definisi keperawatan keluarga (Ford, 1989; Soholdan
Robischon, 1975) ;keperawatan komunitas yang berfokus pada keluarga (Reinhardt
dan Quinn, 1973); keperawatan yang berfokus pada keluarga (Janosik dan Miller,
1980); dan perawatan kesehatan keluarga (Hamovich dan Barnard, 1979) namun
gagasan tentang sebuah keahlian khusus dalam bidang keperawatan keluarga belum
ada. Sekarang naskah dan artikel dalam bidang keperawatan keluarga makin banyak.
Namun, belum terdapat kesempatan terhadap apa yang menjadi cakupan
bidang keperawatan keluarga sesungguhnya dan bagaimana keperawatan keluarga
berbeda dari keperawatan kesehatan komunitas (Friedman, 1986) dan terapi keluarga
(Gilliss et al,1989). Sebuah tinjauan pustaka tentang keperawatan mengungkapkan
dengan jelas dalam definisi tentang keperawatan keluarga itu sendiri terdapat tiga
tingkat praktik keperawatan keluarga atau foci. Tingkat keperawatan keluarga yang
29
Dan pada prakteknya ketiga tingkatan ini bisa dilaksanakan sendiri-sendiri atau
bersamaan sepanjang masa.
3. Bentuk-bentuk keluarga
a. Sussman (1974) dan Maclin (1988)
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah , ibu dan anak
b) Pasangan inti adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja
c) Keluarga dengan orangtua tunggal: satu orang yang mengepalai keluarga
sebagai konsekuensi perceraian.
d) Bujangan yang tinggal sendirian
e) Keluarga besar tiga generasi
f) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansia
g) Jaringan keluarga besar
2) Keluarga Non Tradisional
a) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah
b) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
c) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
d) Keluarga gay
e) Keluarga lesbi
f) Keluarga komun : Keluarga dengan lebih dari satu pasangan monogami dengan
anak-anak yang secara bersama-sama menggunakan fasilitas, sumber dan
memiliki pengalaman yang sama.
b. Anderson Carter
1) Keluarga inti (nuclear family) : Keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga besar (ekstended family) : Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3) Keluarga berantai (sereal family): Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga duda atau janda: Keluarga yang terjadi karena perceraaian atau kematian
5) Keluarga berkomposisi : Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama-sama.
31
6) Keluarga kabitas : Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu
keluarga.
3. Struktur Keluarga
Pendekatan struktural fungsional semata mata menganalisa karakteristik
struktural keluarga susunan dari bagian bagian yang membentuk keseluruhan struktur,
karakteristik struktural keluarga ini menampilkan fungsi fungsi, baik bagi keluarga
maupun masyarakat dan subsistem subsistemnya. Struktur keluarga menyatakan
bagaimana keluarga disusun, yaitu cara cara yang digunakan untuk menata unit unit,
dan bagaimana unit unit tersebut saling terkait satu sama lain.
Dimensi dimensi dan definisi definisi dari konsep struktur sangat berubah.
Beberapa ahli teori meletakan dasar struktur pada bentuk tipe keluarga (keluarga inti dan
keluarga besar), tipe struktur kekuasaan (Matriarch vs patriarch); pola pola perkawinan
(mis.eksogami dan endogami) (Eshleman,1947). Satu cara lain memadang struktur
keluarga adalah dengan melukiskan subsistem subsistemnya sebagai dimensi stuktural
(Minuchin, 1947). Mengasumsikan bahwa keluarga merupakan semacam kelompok kecil
khusus digunakan dimensi dimensi struktural yang diidentifikasi oleh teori dari
kelompok kecil karena bersangkut paut dengan pengkajian terhadap kelompok
kelompok semacam itu.
Tingginya tingkat ketergantungan satu sama lain dari keluarga ini dan saling
ketergantungan tersebut Nampak, ketika seorang professional perawatan keluarga
mengobservasi bagaiman perilaku tertentu dari keluarga menjadi indicator dari sejumlah
atau semua elemen pengatur utama dalam keluarga. Misalnya dengan cara otoritas,
seorang suami yang sedang diobservasi memeritah istri dan anak anak, bilamana dan
apa yang akan disajikan untuk makan malam. Lalu ibu meminta anak anak melakukan
setiap bagian pekerjaan yang telah dibebankan untuk menyiapkan makanan. Ibu dan anak
anak melaksanakan harapan suami tanpa komentar dan mengeluh. Tidak ada bentuk
komunikasi lain yang di catat. Kita dapat melihat dari kejadian ini bahwa figure
penguasa dari situasi ini adalah ayah ; peran seorang pemimpin keluarga yang
memerlukan dan memiliki control terhadap keluarga bahkan hal hal kecil pun di
control.
Struktur keluarga atau organisasi pada akhirnya di evaluasi oleh bagaimana
keluarga mampu memenuhi fungsi fungsi keluarga yaitu tujuan tujuan yang penting
32
kemampuan
anggota
keluarga
untuk
mengendalikan
atau
Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota
sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung
jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak semenamena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masingmasing anggota keluarga.
c. Perbedaan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing anggota
keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran
ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.
7. Dominasi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku-suku di
Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang
salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga matrilineal.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri. (Setiawati & Dermawan,
2008)
34
Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Contoh :
Perilaku peran
a. Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
sebaagai
anggota
dari
kelompok sosialnya
serta
sebagai anggota
36
3.
Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan:
a. Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap
anak)
b. Referent power (seseorang yang ditiru)
c. Resource or expert power (pendapat ahli)
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
f.
g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan
keputusan dalam keluarga seperti::
a. Konsensus
b. Tawar menawar atau akomodasi
c. Kompromi atau de facto
d. Paksaan
4.
begitupun
sebaliknya.
3. Faktor Sosial
Status sosial
sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat
pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan
yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan,
38
jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah
kesehatan yang ditemukan.
4. Faktor Budaya
a.
b.
Nilai-Nilai keluarga
Nilai-nilai yang dimiliki oleh keluarga mempengaruhi kesehatan keluarga
yang bersangkutan. Misalnya sebuah keluarga yang kurang memperhatikan
kesehatan akan merasa bahwa tanpa melakukan upaya apapun kesehatan
kelurganya terjaga, maka keluarga akan kuat meyakininya, tetapi keluarga
tersebut akan mengalami kesulitan jika suatu waktu nilai yang diyakininya
ternyata adalah dan terbukti bahwa kesehatan keluarganya terganggu.
c.
d.
Koping Keluarga
Koping keluarga dipengaruhi oleh budaya, keluarga akan berusaha
beradaptasi dengan perubahan budaya. Koping di artikan sebagai respon positif
baik kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi kehidupan keluarga daam
menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarga
Pengertian
39
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan
sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan
(Notoatmodjo, 2007). PHBS di institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan
peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi
pendidikan. Indikator PHBS di institusi pendidikan/sekolah meliputi:
a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat;
d. Olah raga yang teratur dan terukur
e. Memberantas jentik nyamuk
f. Tidak merokok di sekolah
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
h. Membuang sampah pada tempatnya.
2. Tujuan PHBS
PHBS
bagi perorangan,
memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun
sosial.Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk:
a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan hidup
sehat;
b. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit;
c. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit;
d. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.
3. Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut Depkes RI 2008 dikembangkan dalam lima tatanan
yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum, institusi
pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan
adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:
a. Sasaran primer
Yaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya
atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi
pendidikan yang bermasalah).
b. Sasaran sekunder
Yaitu sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang
bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan
sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.
c. Sasaran tersier
Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung
pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di
institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas,
guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.
4. Strategi PHBS
41
proses
pemberian
informasi
secara
terus
menerus
dan
42
43
oleh
penularan
nyamuk
seperti
penyakit
demam
berdarah.
44
45
a)
Penyimpanan sampah
Yaitu penyimpanan sampah sementara sebelum sampah dimusnahkan.
Oleh karena itu dibutuhkan tempat sampah dengan syarat yang memadai
antara lain:
(1) Konstruksinya kuat untuk mencegah kebocoran dan berseraknya
sampah.
(2) Tempat sampah memiliki tutup dan mudah dibuka sehingga tidak
mengotori tangan.
(3) Ukuran sampah disesuaikan sehingga mudah untuk diangkut.
b) Pengumpulan sampah
Sampah ditampung di tempat yang memadai kemudian diangkut serta
dibuang ke tempat pembuangan akhir.
c)
Pemusnahan sampah
(1) Dibakar (incenarator)
Yaitu memusnahkan sampah dengan cara membakar sampah,
kerugian dari cara ini adalah dapat menyebabkan polusi udara serta
jika dilakukan di dekat pemukiman dapat terjadi kebakaran.
(2) Pengomposan (composting)
46
47
48
(2) Guru wajib menegur dan menasehati siswa yang mebuang sampah di
sembarang tempat.
(3) Mencatat siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat
pada buku/kartu pelanggaran.
(4) Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda terhadap
siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat.
7. Perilaku Kesehatan
Perilaku sehat adalah perilaku yang didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan
(Azwar, 1983 dalam Machfoedz 2005). Sedangkan Skiner dalam Notoatmodjo (2007)
menjelaskan perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, minuman, serta lingkungan. Penerapan perilaku hidup bersih sehat (PHBS)
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi. Lawrence Green dalam Notoatmojo
(2007) membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor perilaku
(behavioral factors) dan faktor non perilaku (non behavioral factors). Green
menjelaskan bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama:
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilainilai tradisi, dan sebagainya. Pengetahuan yang diberikan kepada siswa tentang
perilaku hidup bersih sehat di lingkungan sekolah menjadi faktor penting untuk
dapat menerapkan perilaku tersebut. Melalui pengetahuan akan membentuk sikap
yang akan diterapkan menjadi kebiasaan berperilaku hidup bersih sehat di
lingkungan sekolah.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau
tindakan. Faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan, misalnya tempat pembuangan air yang bersih,
tempat pembuangan sampah, tempat olah raga yang memadai, ketersediaan
makanan bergizi di warung sekolah, UKS, dan sebagainya. Sarana prasarana
49
52
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
anak.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu.
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir anak. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2. Sikap
Merupakan reaksi atau respon yang tertutup terhadap stimulus atau obyek.
Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat karena sikap merupakan suatu
predisposisi tindakan suatu perilaku. Tingkatan sikap antara lain:
a. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa seseoraang mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap
53
anak
akan ikut
54
3.
D. Konsep Penyakit
1. ISPA
a. Pengertian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang selama 14 hari dari salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafsan
mulai dari hidung ( saluran atas ) hingga alveoli ( saluran bawah ) termasuk
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga dan pleura ( Depkes, 2004 ).Infeksi
Saluran Pernafsan Akut ( ISPA ) atau batuk pilek adalah infeksi primer nasofaring
dan hidung sering mengenai bayi dan anak ( Ngastiyah, 1995 ). Infeksi Saluran
Pernafsan Akut ( ISPA ) bawah yang sering terjadi oleh virus dan gejala yang
menonjol adalh batuk, peradangan tersebut meliputi laring trachea dan bronchus
( Nelson, 1995 ). Jadi dapat simpulkan Infeksi Saluran Pernafsan Akut ( ISPA )
adalah penyakit akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan
55
56
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1.
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang
2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
d. Tanda Tanda Bahaya ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhankeluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejalagejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan
kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan
pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian
mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih
57
berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam
kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda
klinis dan tanda-tanda laboratoris.
2.
59
BAB III
METODOLOGI PKL
A. POPULASI PENELITIAN
Populasi penelitian adalah seluruh warga Dukuh Kaliwanglu Kulon di Desa
Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman dengam mengambil responden
136 KK.
B. JENIS DAN RANCANGAN PKL
Jenis PKL yang digunakan yaitu Survei Mawas Diri ( SMD ) Telaah Mawas Diri
( TMD ) atau Comunnity Self Survey ( CSS ) bertujuan agar pemuka pemuka
msyarakat mampu mealkukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei dilakukan oleh
pemuka pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Denagan
demikian, diharapkan mereka sadar akan permasalahan yang dihadapi di Desanya, serta
bangkit nilai atau tekat untuk mencari solusinya, termasuk mebangun Poskesdes sebagai
upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa.
Rancangan PKL yang digunakan Cross-sectional data atau cross section ( dari
sebuah populasi penelitian ) dalam statistik dan ekonometri adalah jenis satu dimensi
kumpulan data. Cross-sectional data mengacu pada data yang dikumpulkan dengan
mengenai banyak hal ( seperti perorangan, perusahaan atau negara atau wilayah ) pada
titik yang sama waktu, atau tanpa memperhatikan perbedaan waktu. Analisis data crosssectional biasanya terdiri dari membandingkan perbedaan antara subyek.
C. SAMPLE PENELITIAN
Sampel penlitian dengan mengambil responden 100 KK. teknik pengambilan
sampel yaitu dengan cara Stratified random sampling.
60
D. LOKASI PENELITIAN
Lokasi yang diambil adalah dukuh Kaliwanglu Kulon, Desa Hardjobinangun,
Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terdiri dari :
1. Usulan dari BAPELKES JOGJA
2. Pertimbangan Kepada Puskesmas
3. Pertimbangan status kesehatan masyarakat
4. Pertimbangan sumber daya masyarakat
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati untuk pertama
kalinya, data tersebut menjadi data sekunder bila dipergunakan orang yang
tidak berhubungan dengan penelitian yang bersangkutan. Cara pengumpulan
data yang dipergunakan yaitu observasi dengan melakukan pengamatan
langsung dan interview digunakan wawancara langsung dengan keluarga
disetiap dusun Kaliwanglu Kulon, Desa Hardjobinangun.
2. Data Sekunder
Data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulan data oleh penelitian
misalnya data diambil dari biostatistik, majalah, keterangan-keterangan public
lainnya. Data sekunder yang digunakan yaitu catatan kependudukan dan dusun
Kaliwanglu Kulon, Desa Hardjobinangun.
F. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Instrument yang digunakan untuk data primer yaitu pertanyaan tertutup ( closed
ended Question) yaitu responden dapat memilih satu atau meungkin lebih dari satu
jawaban yang tersedia instrument pengumpulan data sekunder yang digunakan yaitu
check list berisi nama-nama subjek dn factor yang hendak
diselidiki didusun
berdasarkan tujuan dari pengamatan yang bersangkutan: instrument survey lain yaitu
berisi stetoskop, spignomanometer dan senter.
G. ANALISIS DATA
Analisa data meliputi : analisis responden, analisis deskriptif kuantitatif (table/ grafik
destribusi frekuensi)
61
No
Masalah
Total
Prioritas
1.
Gangguan Persendian
16
2.
PHBS
23
3.
22
4.
Merokok
18
Keterangan:
A. =
Resiko terjadi
1 = Sangat
Resiko parah
2=
rendah
B. =
Rendah
C. =
3 = Cukup
D. =
Minat masyarakat
4 = Tinggi
E. =
Mungkin diatasi
5 = Sangat
tinggi
BAB IV
62
I.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. PEDOMAN WINSHIELD SURVEY
1. Kondisi wilayah :
a. Batas wilayah
Barat
: Sungai Trasi
Timur
: Dusun Kaliwanglu Wetan
Utara
: Dusun Pojok
Selatan
: Dusun Turgo Gedhe
b. Kondisi pemukiman penduduk : Pemukiman di dusun Kaliwanglu Kulon
kurang tertata rapi karena masih ada sebagian pemukiman yang masih berada
jauh dalam jangkauan tenaga medis.
c. Kondisi sarana kesehatan lingkungan :
Tempat pembuangan sampah : Dusun Kaliwanglu Kulon belum mempunyai
tempat pembuangan sampah secara khusus karena hampir semua warga tempat
pembuangan sampahnya ke sawah dan ke sungai.
Saluran pembuangan limbah : Dusun Kaliwanglu Kulon hampir semua sudah
memadai
WC umum : Dusun Kaliwanglu Kulon hampir semua sudah memiliki jamban
sehat
Sumur umum : Dusun Kaliwanglu Kulon sudah memiliki sumur yang
memadai dan air tersebut bisa diminum dalam kehidupan sehari hari oleh
warga
d. Kondisi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang tersedia
Lapangan olahraga : Dusun Kaliwanglu Kulon tidak memiliki lapangan
olahraga.
Masjid/Musolah/Tempat Ibadah : Dusun Kaliwanglu Kulon sudah memiliki
Masjid di dekat rumah Bapak Lurah
Taman/Tempat hiburan : Dusun Kaliwanglu Kulon sudah memiliki tempat
hiburan di depan rumah Bapak Dusun dan di sekolah Paud
Pasar/ Tempat usaha : Dusun Kaliwanglu Kulon sudah ada pasar berada di
Kecamatan Pakem
e. Sumber sumber pencemaran lingkungan
63
Jenis pencemaran
Sore hari
B. KEADAAN DEMOGRAFI
a. Jumlah RT
b. Jumlah RW
c. Jumlah Penduduk
Laki laki
Perempuan
Tabel I
Distribuasi Agama Responden di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta Pada Januari 2013
NO
1
2
3
4
5
6
AGAMA
Islam
Protestan
Katholik
Hindu
Budha
Lain-lain
Jumlah
F
99
0
1
0
0
0
100
%
99
1
100
Diagram 1
Distribusi Penduduk Menurut Agama
Analisa : Dari 100KK, Yang beragama Islam sebesar 99% dan Katholik 1%
Tabel 2
Distibusi Pendidikan Responden di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta Pada Januari 2013
65
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
PENDIDIKAN
Tdk Sekolah
SD TT
SD
SLTP
SLTA
D1-3
D4/S1
S2
Jumlah
F
7
3
18
10
49
4
9
0
100
%
7
3
18
10
49
4
9
100
Diagram 2
Distribusi Pendudukan Menurut Pendidikan
Analisa : Dari 100KK, Presentase didapatkan tingkat pendidikan padukuhan mayoritas
Tamatan SLTA
Tabel 3
Distibusi Pekerjaan Responden di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
NO
1
2
3
4
5
6
7
PEKERJAAN
PNS
TNI/Polri
Guru/dosen
Swasta/wiraswasta
Petani
Buruh
Lain-lain
Jumlah
F
11
0
4
28
33
11
13
100
%
11
4
28
33
11
13
100
66
Diagram 3
Distribusi Penduduk menurut Pekerjaan
Analisa : Dari 100KK, presentase pekerjaan warga Kaliwanglu Kulon Mayoritas adalah
Petani
NO
VARIABEL
1
a
b
NUTRISI
Makan aneka ragam
Menimbang berat badan
SEHAT
F
89
17
89
74
TIDAK SEHAT
F
%
11
6
11
26
TOTAL
F
%
100
23
67
100
100
c
d
e
f
g
2
a
3
a
b
c
d
e
87
20
95
98
95
87
87
95
98
95
13
3
5
2
5
13
13
5
2
5
100
23
100
100
100
100
100
100
100
100
86
86
14
14
100
100
97
89
96
79
92
1040
97
89
96
79
92
91
3
11
4
21
8
106
3
11
4
21
8
9
100
100
100
100
100
1146
100
100
100
100
100
100
Diagram 4
Distribusi Keluarga yang memiliki masalah dikebutuhan sehari-hari
Analisa : Dari data dapat disimpulkan bahwa masalah kebutuhan sehari hari pada keluarga
yaitu menimbang berat badan, kuku pendek dan bersih
68
Tabel 5
Distibusi Keluarga yang ber-PHBS di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
TIDAK
NO
VARIABEL
SEHAT
F
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bangunan permanen
Pekarangan bersih
Kondisi ventilasi memadai
Ada kandang
Kandang bersih dan jarak >10m
Ada SPAL
Pakai air bersih sehari-hari
Berantas jentik/minggu
Menggunakan jamban sehat
Punya tempat sampah khusus
Sampah dikelola dg baik
Lingkungan rumah banyak lalat
Jumlah
100
82
87
43
57
100
100
89
100
98
99
86
1041
SEHAT
%
100
82
87
43
57
100
100
89
100
98
99
86
87
18
13
57
43
11
2
1
14
159
TOTAL
%
18
13
57
43
11
2
1
14
13
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
1200
Diagram 5
Distribusi Keluarga yang ber-PHBS
Analisa : Dari data diatas dapat diartikan bahwa masalah kondisi lingkungan rumah keluarga
yaitu adanya kandang yang berdekatan dengan rumah ( < 10m )
69
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Tabel 6
SEHAT
TIDAK SEHAT
TOTAL
23
20
20
21
21
20
21
23
169
100
87
87
91
91
87
91
100
92
3
3
2
2
3
2
15
13
13
9
9
13
9
8
23
23
23
23
23
23
23
23
184
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Distibusi Keluarga Kesehatan Balita di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
Diagram 6
Distribusi Kesehatan Pada Balita
70
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan balita yaitu status gizi,
rutin ke posyandu, dan menstimulasi perkembangan
Tabel7
Distibusi Penyakit Balita di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun Kecamatan
Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
SEHAT
TIDAK SEHAT
14
22
61
96
21
21
23
23
124
91
91
100
100
90
TOTAL
9
1
39
4
23
23
100
100
2
2
9
9
10
23
23
23
23
138
100
100
100
100
100
14
Diagram 7
Distribusi Penyakit Pada Balita
71
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit pada balita yaitu ISPA
Tabel 8
Distibusi Kesehatan Anak di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun Kecamatan
Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
SEHAT
F
25
TIDAK SEHAT
TOTAL
F
92,59
7,4074
27
100
26
96,3
3,7037
27
100
21
77,78
22,222
27
100
21
77,78
22,222
27
100
22
115
81,48
85,19
5
20
18,519
14,815
27
135
100
100
Diagram 8
Distribusi Kesehtan Anak
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahawa masalah kesehtan pada anak yaitu biasa
cuci tangan, bisa gosok gigi, dan biasa mkanan siap saji.
72
Tabel 9
Distibusi Penyakit Anak di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun Kecamatan
Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
SEHAT
TIDAK SEHAT
TOTAL
20
22
26
27
27
25
147
74,07
81,48
96,3
100
100
92,59
91
7
5
1
0
0
2
15
25,926
18,519
3,7037
0
0
7,4074
9
27
27
27
27
27
27
162
100
100
100
100
100
100
100
Diagram 9
Distribusi Penyakit Anak
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit pada anak adalah ISPA
73
Tabel 10
Distibusi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon
Desa Harjo Binangun Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
SEHAT
NO
VARIABEL
2
3
4
5
TIDAK SEHAT
TOTAL
11
11
11
10
8
43
100
100
100
91
73
98
1
3
1
9
27
2
11
11
11
11
11
44
100
100
100
100
100
100
Diagram 10
Distribusi Pengetahuan Ksesehatan Reproduksi Remaja
Analaisa : Dari data diatas disimpulkan bahwa maslaah pengetahuan kespro adalah kurang
dapatnya info tenntang kesehatan reproduksi
74
Tabel 11
Distibusi Sikap dan Perilaku Remaja di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
NO
VARIABEL
Merokok
Mengkonsumsi alkohol
Pernah mencoba narkoba
Ikut kegiatan sosial masyarakat
Ikut kegiatan eks-kul di sekolah
2
3
4
5
Jumlah
SEHAT
TIDAK SEHAT
TOTAL
9
11
11
11
11
53
82
100
100
100
100
96
2
2
18
4
11
11
11
11
11
55
100
100
100
100
100
100
Diagram 11
Distribusi Sikap dan Perilaku Remaja
Analiaa : dari data diatas dapat disimpulkan masalah pada remja adalah merokok
75
Tabel 12
Distibusi Pasangan Usia Subur di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
NO
1
2
3
4
SEHAT
VARIABEL
Ibu/suami ber-KB
Mengalami keputihan abnormal
Menstruasi dg nyeri perut
Mengalami perdarahan abnormal
Jumlah
TIDAK SEHAT
44
44
44
44
176
100
100
100
100
100
0
0
0
0
0
TOTAL
F
44
44
44
44
176
100
100
100
100
100
Diagram 12
Distribusi Pasangan Usia Subur
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada maslaah pada Pasangan Usia
Subur
76
Tabel 13
Distibusi Bumil Pada Keluarga di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
BUMIL
1
2
3
4
5
6
2
2
0
0
2
2
8
100
100
100
100
67
0
0
2
2
0
0
4
100
100
33
2
2
2
2
2
2
12
100
100
100
100
100
100
100
Diagram 13
Distribusi Pada Bumil
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah pada ibu hamil
77
Tabel 14
Distibusi Keluhan Kesehtan Lansia di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
Keluhan kesehatan
NO
VARIABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
Penglihatan
SEHAT
Pendengaran
Pernafasan
Jantung
Pencernaan
Pergerakan/sendi
Persyarafan
Perkemihan
Jumlah
TIDAK SEHAT
TOTAL
22
34
32
32
34
21
34
36
245
56
87
82
82
87
54
87
92
79
17
5
7
7
5
18
5
3
67
44
13
18
18
13
46
13
8
21
39
39
39
39
39
39
39
39
312
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Diagram 14
Distribusi Keluhan Kesehatan Lansia
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa keluhan pada lansia adalah dibagian
persendian atau sendi dan penglihatan
Tabel 15
Distibusi Lingkungan Fisik Rumah Lansia di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo
Binangun Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
78
B
1
Lingkungan Fisik
Lantai rumah licin
2
3
4
5
6
39
2
100
5
37
95
39
39
100
100
37
34
37
36
95
87
95
92
2
5
2
3
5
13
5
8
39
39
39
39
100
100
100
100
36
221
92
81
3
52
8
19
39
273
100
100
Diagram 15
Distribusi Lingkungan Fisik Rumah Lansia
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah pada lingkungan fisik
di rumah lansia.
Tabel 16
79
Distibusi Hubungan Sosial Lansia di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
C
1
2
3
4
Hubungan Sosial
Berinteraksi dengan keluarga dan
lingkungan sosial
Ikut kegiatan sosial
Sering mengunjungi sanak saudara
Rekreasi
Jumlah
33
33
92
92
3
3
8
8
36
36
100
100
34
31
131
94
91
92
2
3
11
6
9
8
36
34
142
100
100
100
Diagram 16
Distribusi Hubungan Sosial Lansia
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masalah hubungan sosial lansia yaitu
rekreasi
80
Tabel 17
Distibusi Perilaku Sehat Lansia di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
D
1
2
3
4
5
6
7
8
Perilaku Sehat
Masalah dg makanan
Konsumsi makanan siap saji
Merokok
Ketergantungan thd obat-obatan
Olah raga
Cukup istirahat/tidur
Kebutuhan hidupnya scr mandiri
Koping efektif dalam mengatasi
masalah
Jumlah
31
31
25
30
31
34
33
91
91
76
88
91
100
97
3
3
8
4
3
1
9
9
24
12
9
3
34
34
33
34
34
34
34
100
100
100
100
100
100
100
33
248
97
92
1
23
3
8
34
271
100
100
Diagram 17
Distribusi Perilaku Sehat Lansia
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat pada lansia yaitu merokok
81
Tabel 18
Distibusi Kesimpulan dari hasil olah data di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo
Binangun Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
NO
SEHAT
F
%
VARIABEL
9
1 Kebutuhan hidup sehari-hari
1040
1
8
1041
7
9
169
2
9
124
0
8
5 Kesehatan anak
115
5
9
6 Penyakit yg diderita
147
TIDAK SEHAT
F
%
10
6
9
15
9
13
1
5
8
1
4
10
2
0
15
1
5
9
9
7 Pengetahuan kespro remaja
Sikap dan prilaku remaja
8
60
53
9
6
9
9 PUS
170
7
6
10 Bumil
4
8
239
1
9
226
131
Jumlah
33
3556
20
1
33
6
7
1
3
453,
00
41
11
TOTAL
F
%
1.14
10
6
0
1.20
10
0
0
18
10
4
0
13
10
8
0
13
10
5
0
16
10
2
0
6
10
1
0
5
10
5
0
17
10
5
0
1
10
2
0
30
10
0
0
24
10
3
0
14
10
2
0
5
10
6
0
4.00
10
9
0
82
Diagram 18
Distribusi Kesimpulan Olahan Data
Analisa : Dari hasil survey dan pengumpulan data, maka dapat disimpulkan bahwa angka
tertinggi tidak sehat terdapat 41 % perilaku tidak sehat pada lansia, 19 % lingkungan fisik
lansia, 15 % kesehatan anak, dan 13 % kondisi lingkungan yang tidak sehat.
E. ANALISA DATA
Data Penunjang
Lingkungan dusun terlihat kotor
Masalah Kesehatan
Kurangnya Perilaku Hidup Bersih Sehat
DS :
Penyakit ISPA
F. MASALAH KESEHATAN
1.
2.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Kurangnya kebersihan lingkungan di Dusun Kaliwanglu Kulon berhubungan dengan
kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) ditandai dengan banyaknya
sampah yang berserakan di lingkungan
2. Tingginya mengkonsumsi makanan siap saji pada anak sekolah berhubungna dengan
kurangnya PHBS ditandai dengan 18% dari 27 responden yang memiliki anak
sekolah
3. Resiko terjadinya ISPA pada anak dan balita di dusun Kaliwanglu Kulon
berhubungan dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat ditandai dengan 15% dari
50 responden yang memiliki anak dan balita
84
No
Masalah
kesehatan (Dx)
Resiko
Rencana
Lokasi/
Penanggung
dimana
Jawab
Hasil
program
Sasaran
Kapan
kesehatan
a. Berikan
Ibu yang
Rabu,
RT 02,
Winda
a. Diharapkan
peningkatan
penyuluhan
memiliki
30/01/2
Bendos
Mutiara N,
dapat
angkatan
kesehatan
anak dan
013
ari
Nur Achmad
memahami
kejadian
tentang ISPA
balita
Wijaya.
pengetahuan
penyakit ISPA
pada ibu
Waktu :
tentang ISPA
yang
14.00
dan me re-
bayi
memiliki
s/d
demonstrasikan
berhubungan
anak dan
15.00
cara pengobatan
balita :
- Pengertian
WIB
dan penguapan
dengan kondisi
lingkungan yang
kurang sehat
ditandai dengan
15% dari 100
responden yang
memiliki anak
dan balita.
tradisional.
ISPA
- Tanda dan
gejala ISPA
- Penyebab
ISPA
b. Demonstrasi
kan cara
pengobatan
tradisional
menggunaka
n:
- Air jeruk
85
nipis sdt
- Kecap manis
sdt
- Air putih 500
cc (hangat)
c. Demonstrasi
kan cara
penguapan
tradisional
menggunaka
n:
- Handuk
- Baskom
- Air panas
800 cc
- Inhaler
(minyak
kayu putih 4
tetes)
d. Berikan
reinforcemen
t terhadap
keberhasilan
ibu
menjelaskan
kembali
materi yang
2
Kurang
diberikan.
a. Lakukan
Seluruh
Minggu RT 02,
Dea Pertiwi,
Diharapkan
pengetahuan
kerja bakti
warga di
Bendos
Adnan Rifai,
seluruh warga
tentang perilaku
massal
RT 02
27/01/2
ari
Dwi
dapat melakukan
( pembuatan
Anggrayani
kegiatan
sehat (PHBS)
SPAL)
berhubungan
bersama
Waktu :
dengan
seluruh
07.00
banyaknya
warga RT 02
b. Berikan
013
pembersihan SPAL
secara rutin.
WIB
86
sampah yang
reinforcemen
s/d
berserakan di
t terhadap
09.30
lingkungan
kemampuan
WIB
sebanyak 13%
warga
dari 100
menjelaskan
responden.
kembali
tentang
dampak
sampah dan
pengelolaan
sampah yang
benar.
a. Berikan
Kurang
Seluruh
Rabu,
SDN
Putri
Diharapkan seluruh
pengetahuan
penyuluhan
siswa
30/01/2
Turen,
Hendriyani,
anak-anak SDN 6
tentang perilaku
kesehatan
kelas 4,5
013
Pakem
Ni Komang
Turen dapat
tentang
dan 6 SD
Budayani
memmilih makanan
sehat (PHBS)
makanan dan
Turen
berhubungan
minuman
09.00
dengan
junk food
WIB
tingginya
pada usia
s/d
mengkonsumsi
anak
10.30
makanan siap
saji pada anak
Waktu :
sekolah:
- Pengertian
sehat di Sekolah.
WIB
junk food
- Jenis-jenis
sekolah
sebanyak 15%
dari 100
responden.
junk food
- Akibat
mengkonsum
si junk food
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
DX
Kegiatan
Keperawatan
1.
Waktu/temp
Peserta
Hambatan
Keterbatasana
Solusi
at
Komunitas
Kurang
Melakukankerjab
Minggu, 27
Seluruhwar
pengetahuan
akti
Januari 2013
Alat-
87
tentang
DusunKaliw
liwangluKu ihkurangnyap
apkandanaparat
angluKulon
lon
enggerakuntu
masyarakatharu
perilaku hidup
Pembuatan SPAL
bersih dan
di RT 02
kmelaksanaka
slebihberperana
sehat (PHBS)
(Bendosari)
nkerjabakti
ktifdalammenga
b.d
jakwargauntukk
banyaknya
erjabakti
sampah yang
berserakan di
2.
lingkungan
Kurang
Penyuluhan
Selasa, 29
SD
Tidakadaham
pengetahuan
tentang makanan
Januari 2013
TurenPake
batandansesua
tentang
siap saji
SD
idengan target
perilaku hidup
( Junk Food)
TurenPakem
Resiko
Penyuluhan
Selasa,
Ibu yang
Tidakmencapa Kader
peningkatan
tentang ISPA
29-01-2013
memiliki
i target (dari
harusberperanak
angka
Mendemonstrasi
Di RT 02
anak dan
40
tifdalammendor
kejadian
kan teknik
( Bendosari )
Balita
undanganhany ong/memotivasi
penyakit ISPA
inhalasi
bersih dan
sehat (PHBS)
b.d tingginya
konsumsi
makanan siap
saji pada anak
Sekolah
sebanyak 18
% dari 100
responden.
3.
a 16 yang
wargauntukmen
hadirdalampe
gikutipenyuluha
balita di
nyuluhan)
Dusun
Kaliwanglu
Kulon
88
berhubungan
dengan
kondisi
lingkungan
yang kurang
sehat ditandai
dengan 15%
dari 23
responden
yang memiliki
anak dan
balita.
J. EVALUASI
No.
1
Dx. Keperawatan
Subyektif
Kurang
Warga mengatakan
Objektif
Warga terlihat
Assesment
Masyarakat
Planning
Mengaktifkan
pengetahuan
bahwa dengan
antusias setelah
dapat
kegiatan kerja
tentang perilaku
program mahasiswa
bakti disetiap
PKL dapat
bakti
intervensii yg
RT setiap
sehat (PHBS)
membantu warga
dilingkungannya.
telah
1bulan sekali
89
berhubungan
direncanakan
dan
dengan
oleh
berkolaborasi
banyaknya
SPAL
mahasiswa
dengan dinas
PKL
kebersihan
sampah yang
berserakan
untuk
dilingkungan
melakukan
sebanyak 13%
pembuatan
dari 100
tempat
responden
sampah
permanen di
Dusun
Kaliiwanglu
Kurang
Siswa mengatakan
Siswa terlihat
Siswa dapat
Kulon
Siswa dapat
pengetahuan
setelah dilakukan
sangat antusias
melakukan
lebih memilih
tentang perilaku
penyuluhn ini
dan senang
mengerti tentang
dengan adanya
bersih dan
makanan yang
sehat (PHBS)
penyuluhan
sehat yang
baik
berhubungan
tentang bahaya
telah di
dikonsumsi
dengan tingginya
mengkonsumsi
ajarkan atau
mengkonsumsi
di paparkan
layak
oleh
dikoonsumsi.
mahasiswa
Dan
sebanyak 15%
PKL
sebaiknya
dari 100
disekolahnya
bagian kantin
responden.
sekolah tidak
menyajikan
makanana
instant atau
Resiko
Ibu mengatakan
Ibu dapat
siap saji.
Diharapkan
peningkatan
sudah mengetahui
dan memahami
lebih
pihak
angka kejadian
tentang penyakit
materi tentang
memperhatika
puskesmas
penyakit ISPA
dapat lebih
90
mendemonstrasikan
oleh mahasiswa
anak dan
memperhatika
balita di Dusun
ulang cara
PKL
balitanya
n warga
Kaliwanglu
pembuatan obat
Ibu banyak
dirumah agar
Dusun
Kulon
tradisional dengan
bertanya
tidak
Kaliwanglu
berhubungan
menggunakan jeruk
terserang
Kulon dan
dengan kondisi
lingkungan yang
mengaktifkan
kurang sehat
kembali
ditandai dengan
kader-kader
23% dari 50
yang
responden yang
bersangkutan.
memiliki anak
dan balita
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu sintesa parktek keperawatan
komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan, memelihara kesehatan masyarakat
yang bersifat umum dan menyeluruh serta berfokus pada segi preventi dan promotif
91
tanpa mengeabaikan segi kuratif dan rehabilitatif. Dalam kegiatan praktek di Daerah
binaan ini dilakukan dengan pendejatan melalui pihak Puskesmas Pakem, Tokoh
Masyarakat, Kader-Kader selama pengkajian dan pengumpulan data.
Sebelum kami di terjunkan secara langsung ke masyarakat kami diberi materi
kegiatan terlebih dahulu yang diselenggarakan di Dusun Kaliwanglu Kulon, oleh
Bapelkes Jogjakarta, selama dua hari yang meliputi :
Pengenalan program kerja dan tata kelola Puskesmas, pengenalan kebijakan
pembangunan kesehatan Di Pemda Daerah Istimewa Jogjakarta. Etika dan teknik
pendekatan masyarakat, aplikasi NANDA dalam Askep komunitas, BLC, langkahlangkah praktek keperawatan komunitas berbasis PHN,format pengkajian data, tehik
pengolahan dan analisis data, program kerja Puskesmas Pakem dalam program
Perkesmas, tehnik penyusunan laporan kelompok, tehnik MMD dan pembentukan
Fromkes.
Adapun kegiatan yang dilakukan di Dusun Kaliwanglu Kulon meliputi, MMD I,
MMD II, MMD III, penyuluhan ISPA, penyuluhan PHBS (makanan siap saji),
melakukan kegiatan kerja bakti dan pembuatan SPAL di RT 2 (Bendosari). Hari
terakhir di Dusun, kami mengikuti presentasi hasil PKL dan penutupan PKL di
Bapelkes Balai Desa, kemudian mahasiswa kembali ka Bapelkes Jogjakarta. Di
Bapelkes kami mengadakan seminar hasil kelompok, evaluasi fasilitator (Narasumber
dan Panitia, penutupan secara resmi, perbaikan draf kelompok sampai dengan
perpisahan dengan panitia). Hasil kegiatan pengkajian yang telah dilakukan selama
dua hari (24-25 januari 2013). Didapatka data hasil rekapan masih rendahnya PHBS
Masyarakat yang ditandai dengan kurangnya kesadaran masyarakat membuang
sampah pada temptnya, sebanyak 13% , tingginya jumlah anak sekolah
mengkonsumsi makanan siap saji sebanyak 15 %. Dan masalah yang terutama adalah
ISPA sebanyak 23%.
Kegiatan praktek kerja lapangan mahasiswa Podi S-1 keperawatan UPN Veteran
Jakarta di Padukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Hrjobinangun Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman Kota Jogjakarta dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Melakukan pengkajian pada warga Dususn Kaliwanglu Kulon mengenai aspek
2.
3.
4.
5.
6.
2. KEPALA DESA
a. Meningkatkan derajat kesehatan warga dengan meningkatkan program
kesehatan di wilayahnya
b. Mengajak warga untuk melakukan dan untuk melaksanakan PHBS
c. Memberikan penyuluhan atau informasi kesehatan yang dibutuhkan sesuai
masyarakat
d. Mengawasai tanda-tanda potensial terjadinya penyakit atau wabah pada
warga
e. Mencatat da melaporkan setiap kejadian mengenai masalah kesehatan
seperti penyakit yang sering terjadi di masyarakat
f. Meningkatkan upaya pengkaderan
3. CAMAT
a. Meningkatkan fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana
b. Mengajak warga untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan lingkungan
c. Mengawasi setiap tanda-tanda yang berpotensi terjadinya penyakit
menular dan menyebabkan kematian
d. Memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
93
4. KEPALA PUSKESMAS
a. Kunjungan pada kasus-kasus yag menjadi keluarga binaan.
b. Diharapkan disetiap acara posyandu ada petugas puskesmas atau
kesehatan
c. Diharapkan pihak puskesmas mengajarkan kader-kader dalam menangani
kasus-kasus kesehatan.
5. PANITIA PKL
Agar panitia bapelkes menambah format pengkajian untuk umur remaja dan
dewasa sehingga kami dalam melakukan pendataan lebih lengkap.
Rencana tindak lanjut setelah selesai PKL yaitu :
a. Memberikan buku mengenai masalah-masalah kesehatan yang timbul dan
penanganan
b. Secara dini dengan pembentuk kelompok kerja kesehatan yang akan
melanjutkan rencana yang telah disepakati oleh masyarakat dan
mahasiswa PKL.
94
DAFTAR PUSTAKA
Mubarok, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta:Trans Info Medika
Setiawati, Santun. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Medika
Williams L. Jenice. 2005. Diagnosa Fisik. Jakarta: EGC
Citra Agus. 2004. Tuntutan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Notoadmojo. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika
http://julioandrian.wordpress.com/2012/08/07/bahaya-makanan-siap-saji
http://telukpandan51190.blogspot.com/2012/01/contoh-satuan-acara-penyuluhan-sap.html
95