You are on page 1of 95

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemerintah melalui departemen kesehatan dalam mengembangkan kualitas
sumber daya manusia, khususnya tenaga kesehatan dilakukan dengan berbagai cara.
Salah satu diantanya adalah program pendidikan tenaga kesehatan di berbagai institusi
pendidikan tenaga kesehatan. Akademi-akademi kesehatan Negeri dan Swasta dan atau
poltekes dibawah lingkungan pusdiknakes Depkes RI maupun skala tinggi kesehatan
atau program studi atau lurusan atau fakultas perguruan tinggi dibawah kementrian
pendidikan nasional, sebbagai institusi yang mendidik calon tenaga kesehatan tingkat D
III masupun S-I, berusaha untuk menghasilkan tenaga-tenaga kesehatan (perawat,
perawat gigi, nutrisionis, sanitarian, analis kesehatan, bidan) profesional yang mampu
memenuhi tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil
dan merata. Khususnya di institusi pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, puskesmas,
klinik, lembaga pelayanan kesehatan lain, serta kepada masyarakat (komunitas) pada
umumnya. Dalam rangka memenuhi kriteria tenaga kesahatan yang berkualitas tersebut
mahasiswa kesehatan perlu mendapatkan berbagai pengalaman belajar secara langsung
nyata dilapangan dan dapat mengaplikasikan ilmunya dimasyarakat sehingga pada
akhirnya dapat memberi konstribusi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
dikurikulumnya masing-masing.
Sesuai kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2006, proses belajar
mengajar pada progrma jenjang SI keperawatan khususnya metode pengalaman belajar
ceramah (pbc), pengalaman belajar diskusi (pbd), pengalaman belajar seminar (pbs),
pengalaman belajar praktek (pbk) ataupun pengalaman belajar lapangan (pbl), yang
dapat dilaksanakan dikelas, klinik dan komunitas atau masyarakat langsung. Khusus
untuk kegiatan pengalaman belajar praktek lapangan (pbl), yang merupakan metode
proses pembelajaran dilakukan agar dapat memiliki kompetensi yang spesifik, dimana
mahasiswa

dapat

menetapkan

semua

ilmu

yang

telah

diperoleh

dikelas

(studi komprehensif), ke dalam suatu tatanan nyata di masyarakat, dimana masalah


kesehatan yang akan ditemui lebih kompleks untuk dilakukan pemecahan masalah
berdasarkan target kompetensi yang sudah ditentukan.
Dengan demikian mahasiswa diharapkan akan mampu belajar mengatasi masalah
kesehatan tersebut melalui berbagaib intervensi keperawatan dengan menggunakan
1

pendekatan proses asuhan keperawatan pada komunitas, kelompok khuus dan asuhan
pada keluarga serta menggunakan kerangka berfikir ilmu statistik kesehatan,
epidemiologi demografi dan ilmun kesehatan metodologi riset.
Mata kuliah keperawatan komuniktas dan keluarga dengan model Praktek kerja
Lapangan (PKL) ini dilaksanakan dengan penekanan pada strategi belajar sambil berbuat
(learning by doing) dan belajar untuk memperoleh pengalaman langsung (learning by
experience) pada masyarakat daerah binaan (darbin) Bapelkes jogja dan puskesmas di
wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan sasaran pada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan PKL
bersifat komperhensif, namun pada PKL ini lebih menekankan pada aspek promotif,
preventif dan resosialitatif daripada kuratif dan rehabilitatif dan membantu program
puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
(public health nursing).
B. Tujuan PKL
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktek kerja lapang (PKL) : Asuhan Keperawatan
Komunitas ini mahasiswa SI Keperawatan diharapkan mempunyai pengalaman,
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengatasi berbagai permasalahan
kesehatan di tingkat keluarga dan komunitas melalui intervensi proses asuhan
keperawatan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan kerangka berfikir ilmu
statistik kesehatan, epidemiologi, demografi dan metodelogi riset keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Secara Khusus, setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
selama 2 minggu (14 hari) ini diharapkan peserta didik mampu :
a. Melakukan perkenalan, sosilasi adaptasi dan orientasi dengan budaya dan
lingkungan masyarakat di tempat PKL.
b. Mengidentifikasi masala-masalah kesehatan pada individu, keluarga, kelompok
dan komunitas dengan menerapkan pendekatan kerangka berfikir epidemiologi
biostatistik dan demografi dan survei cepat.
c. Menyusun rencana penanggulangan masalah kesehatan berbasis masyarakat
dengan menerapkan ilmu-ilmu kesehatan masyarakat asuhan keperawatan
keluarga dan asuhan keperawatan komunitas serta ilmu-ilmu medis dasar, yang
mencakup upaya pelayanan promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif di
wilayah binaan.

d. Mengimplementasikan asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan


komunitas dan program kesehatan untuk menunjang puskesmas dengan
mengaplikasikan Model Askep NANDA.
e. Memahami aplikasi praktek puskesmas dalam pelayanan keperawatan di Unit
Pelayanan Kesehatan (Puskesmas).
f. Melaksanakan program kegiatan intervensi keperawatan kesehatan dengan
memanfaatkan partisipasi masyarakat, melakukan kerjasama lintas prrogram dan
lintas sektoral.
g. Memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat secara optimal, melakukan upaya
rujukan dan menerapkan teknologi tepat guna.
h. Melakukan evaluasi (menilai) bai input, proses maupun output intervensi asuhan
keperawatan pada keluarga atau komunitas dan program kesehatan lainnya.
i. Mengembnagkan sikap kerjasama kelompok, kepemimpinan, dan kebersamaan
dalam mengelola pelayanan kesehatn dan perawstsnndi msyarakat.
C. MANFAAT PKL
1. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat :
Untuk mengetahui pmasalahan kesehaan yang terdapat dilingkungan, diri
sendiri, keluarga

dan

masyarakat

sekitarnya.

Kemudian

masyarakat

dapat

memecahkan masalah yang terjadi dilingkungannya.


b. Bagi pemerintaha Desa atau Dusun :
1) Mengetahui profil atau gambaran status kesehatan masyarakat yang nyata dari
hasil pendataan mahasiswa PKL, sehingga dapat menjadi bahan masukan dan
2)

evaluasi untuk perencanaan pembangunan kesehatan.


Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dan prilaku
masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

c. Bagi Puskesmas
1) Membantu pelayanan program kerja puskesmas secara umum dan program
Public Health Care atau Nursing (PHN) dan hasil pengkaian data mahasiswa
dapat dijadikan data dasar yang terbaru (up to date) dari status kesehatan
,masyarakat diwilayah kerjanya dan status PHBS (tatanan rumah tangga) di
tingkat dusun dan desa.
2) Memberdayakan SDM puskesmas untuk menjadi membimbing lapangan
( Field Instructor) atau Clinicastructor.

2. Manfaat Teoritis
a. Bagi mahasiswa
1) Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat

khususnya

dalam pengembangan dan pengorganiasian masyarakat dalam mengatasi masalah


kesehatan dikaitkan denga pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
(PHN/PHC/PKMD)

dan

penyiapan

masyarakat

dalam

menghadapi

kegawatdaruratan sehari-hari dan saat bencana.


2) Mampu mengenal budaya, bahasa dan adat kebiasaan masyarakat Daerah
Istimewa Yogyakarta sehari-hari.
3) Belajar sambil berwisata di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
4) Memperoleh kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media pendewasaan
karakter dan budi pekerti mahasiswa sebagai bekal mencari kerja.
b. Bagi Almamater
1) Menjadikan institusi dikenal dan secara formal diakui keberadaannya,
disamping sebagai upaya bagi pengelola untuk transfer of knowledge dari
Bapelkes Jogja ka institusi pendidikan.
2) Sebagai perwujudan corporate social responsibility (CSR) institusi
pendididikan dalam mewujudkan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian
pada masyarakat.
3) Bagi dosen pengelola program keperawatan komnitas, diharapkan mampu
memperoleh gambaran bagaimana cara penyelenggaraan dan pengelolaan
manajemen keperawatan komunitas.
4) Dilihat dari outputnya : menjadikan lulusannya lebih memiliki pengalaman dan
wawasan yang lebih konferhensif, holistic dan adaptif terhadap situasi dan
kondisi yang berbeda dari tempat asalnya.
c. Bagi Bapelkes jogja :
1) Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau organisasi corporate
sosial responssibility (CSR). Bapelkes Yogjakarta pada masyarakat Yogjakarta
pada umumnya dan masyarakat kabupaten Sleman pada khususnya.
2) Melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsinya dalam mempersiapkan
kapasitas dan kemampuan calon tenaga kesehatan, tenaga kesehatan dan
masyarakat, agar lebih bermutu dan professional.
3) Dapat meningkatkan jalinan partnership dan networking dengan berbagai
organisasi maupun institusi pendididkan kesehatan.
D. RUANG LINGKUP
Penyusunan laporan ini dibatasi pada lingkup asuhan keperawatan komunitas, yang
pengumpulan datanya dari kuisioner yang telah diisi oleh mahasiswa dengan cara
obserfasi dan wawancara langsung dengan warga dukuh Kaliwanglu Kulon, desa
4

Harjobinangon, kecamatan Pakem, kabupaten Sleman provinsi Yogjakarta yang


dilakasanakan dari tanggal 22 Januari sampa 31 Januari tahu 2013.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Pengertian
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987)
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
5

secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara


menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. (Ruth B.
Freeman .1961)
Asuhan keperawatan komunitas pada hakekatnya adalah proses keperawatan yang
diterapkan pada klien komunitas, yang langkah-langkahnya meliputi pengkajian, analisa
data komnuitas, diagnosa keperawatan komunitas, rencana asuhan keperawatan
komunitas, implementasi asuhan keperawatan komunitas dan evaluasi asuhan
keperawatan komunitas, dimana proses ini bervariasi dalam setiap situasi dan memliki
elemen-elemen penting yaitu kesungguhan (deliberative), kesesuaian (adaptable), siklus
(cyclic), berfokus pada klien (client focused), interaktif (interactive) dan berorientasi pada
kebutuhan komunitas (need-oriented)

2. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut


ANA (American Nurses Association)
Asumsi
Sistem pemeliharaan yang kompleks.
a. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.
b. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar
praktek penelitian.
c. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.
d. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.
3. Kepercayaan
a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.
b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.
c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.
e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.
f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama.
g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.
h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri
dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.
4. Falsafah Keperawatan Komunitas
6

Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka
dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik
keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (biopsiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas
pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma
keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan
manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia
yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima
oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara
berkesinambungan.
f.
Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus-menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia
harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Komunitas Dengan Keluarga
Sebagai Unit Pelayanan
Dasar.
MANUSIA

KEPERAWATAN
3 Tingkatan
Pencegahan.

KESEHATAN
(SEHAT-SAKIT)

LINGKUNGAN
(Physic, Biologic,
Psychologist, Social, Cultural,
Gambar 2.1 : Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sebagai berikut :
1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu atau klien yang berada pada
lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat
yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai Tujuan.
Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas, Komunitas
sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara lain: daerah
terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
2. Kesehatan
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar
klien atau komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan.
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat
biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
4. Keperawatan.
Intervensi atau tindakan yang bertujuan untuk

menekan

stressor, melalui

pencegahan primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan falsafah di atas maka


dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas.
Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi intervensi
keperawatan komunitas.
Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat
kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan
kapasitas yang mereka miliki.
Untuk mempertahankan sistem klien dalam keadaan stabil melalui pengkajian yang
aktual, potensial stresor dilanjutkan dengan melakukan tindakan yang tepat:
8

a. Prevensi primer : memperkuat garis pertahanan dengan menekan faktor risiko


dan cegah stres
b. Prevensi sekunder: dimulai setelah timbul tanda dan gejala , untuk
memperkuat garis pertahanan normal melalui tujuan dan intervensi relevan
c. Prevensi tersier: dilakukan setelah terapi, memobilisasi klien untuk cegah
penyulit lebih lanjut
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat dalam hal:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.
b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.
c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan.
d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.
e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/ keperawatan.
f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
kesehatan/keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self
care).
h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.
i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan
j.

balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.


Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah
kesehatan

3. Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan
atau perawatan.
a. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri
sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
b. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu
dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
9

anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan


berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada
di sekitarnya.
c. Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan
pertumbuhannya, seperti;
a) Ibu hamil
b) Bayi baru lahir
c) Balita
d) Anak usia sekolah
e) Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin
lainnya.
b) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a) Wanita tuna susila
b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a) Panti wredha
b) Panti asuhan
c) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d) Penitipan balita
d. Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup
lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas.
Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling
tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama
anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial,
kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

4. Strategi
Strategi intervensi keperawatan komunitas meliputi
a) Proses kelompok.
10

b) Pendidikan kesehatan.
c) Kerja sama (partnership).

5. Ruang Lingkup Perawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan
dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan
serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke
lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan
promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif
a. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks.

b. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun
kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
c. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga,
kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui
kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

11

2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah
sakit
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.
d. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderitapenderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya.,
dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah
tulang maupun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya
TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
dilakukan oleh perawat.

e. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompokkelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita
Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi
meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai
masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang
mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau
batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.
6. Kata Kunci dalam Keperawatan Komunitas
a. Komunitas sebagai klien/partner
1) Bila praktek berorientasi pada komunitas
2) Berorientasi pada komunitas adalah mencari perubahan yang sehat untuk
seluruh komunitas
3) Focus

: Kolektif kebaikan umum bukan pada kesehatan individu

4) Unit pelayanan : Individu , keluarga , kelompok , himpunan , industri industri


dalam masyarakat
12

5) Perubahan yang di maksud adalah

: agar berdampak terhadap seluruh

komunitas dan kemitraan .


b. Kemitraan
Karakter partnership
1) INFORMED : Menyadari persepsi, hak dan tanggung jawab
2) FLEXIBLE: Mengenal keunikan dan kesamaan kontribusi
3) Negotiated: Distribusi Kekuatan pada setiap tahapan dari proses berubah
c. Data Inti
1) Definisi inti adalah sesuatu yang penting dan mendasar. Inti dari sebuah
komunitas adalah orang-orang-nya sejarah mereka, karakteristik, nilai dan
kepercayaan mereka.
2) Bermitra dengan orang-orang dalam komunitas adalah bagian integral dari
bekerja dalam komunitas.
3) Data inti meliputi : sejarah, demografi, vital statistik, nilai dan kepercayaan.
d. 8 sub-sistem komunitas
1) Lingkungan fisik
Bagaimana komunitas terlihat? catat tentang mutu air, flora, perumahan,
ruang, area hijau, binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan
alam, air, iklim?
2) Pelayanan Sosial dan Kesehatan
Apakah ada klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek, layanan
kesehatan publik, pusat emergensi, rumah perawatan/ panti werda, fasilitas
layanan sosial, layanan kesehatan mental, Dukuntradisional/pengobatan
alternatif
3) Ekonomi
Apakah komunitas maju dengan pesat ? Apakah ada industri, toko, tempattempat untuk pekerjaan? Berapa tingkat pengangguran? Rata - rata pendapatan
keluarga / rumah tangga ? Karakteristik pekerjaan, kategori yang bekerja
4) Transportasi dan keamanan / keselamatan
Bagaimana orang-orang bepergian? Jenis transportasi publik dan pribadi apa
yang tersedia? Apakah anda melihat bis-bis, sepeda, taksi? Apakah ada trotoar,
jalur sepeda? Apakah transportasi yg ada memungkinkan untuk orang-orang
cacat?
13

5) Politik dan Pemerintahan


Apakah ada tanda-tanda aktivitas politik (misalnya, poster, pertemuan)?
Apakah pengaruh partai menonjol? Bagaimana peraturan pemerintah terhadap
komunitas (misalnya

pemilihan kades, walikota, dewan kota ) ? Apakah

orang-orang terlibat dalam pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan


lokal mereka?
6) Komunikasi
Apakah ada area umum dimana orang-orang berkumpul? Apa surat kabar
yang anda lihat di stan/kios? Apakah orang-orang memiliki TV dan radio?
Apa yang mereka lihat/dengarkan? Apa saja sarana komunikasi formal dan
informal?
7) Rekreasi
Dimana anak-anak bermain? Apa saja bentuk rekreasi utama? Siapa yang
berpartisipasi? Fasilitas untuk rekreasi apa yang anda lihat?Kebiasaan
menggunakan waktu senggang ?
e. Diagnosa Keperawatan Omaha
Komposisi Diagnosa Keperawatan komunitas
1) Jenis diagnosis: Potensial, Risiko & Aktual
a) Sehat/ Welness

Potensial: komunitas mempunyai potensi untuk

ditingkatkan belum ada data maladaptif atau paparan masalah kesehatan


b) Ancaman

Resiko: belum terdapat pemaparan masalah

kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data maladaptif yg


memungkinkan timbulnya gangguan/masalah
c)

Nyata

Aktual: sudah timbul gangguan/masalah kesehatan

didukung dengan beberapa data maladaptif


2) Kondisi yang perlu ditingkatkan; gangguan yang mungkin atau sudah terjadi
3) Aggregat yang terisiko
4) Wilayah dimana aggregat bertempat tinggal
5) Penyebab/etiologi (kecuali potensial, tidak ada etiologi)
6) Manifestasi/data penunjang (sign and Symptom)
Komponen diagnosis : Berdasarkan klasifikasi masalah menurut OMAHA
a. P = problem (untuk potensial)
b. PES = Problem, etiologi dan sign & simptom (untuk Risiko dan Aktual)
14

f.

Empat Domain masalah


Klasifikasi masalah menurut OHAMA
1) Domain Lingkungan
a) Pendapatan
b) Sanitasi
c) Pemukiman
d) Keamanan pemukiman atau tempat kerja
2) Domain Psikososial
a) Komunikasi dengan sumber masyarakat
b) Kontak sosial
c) Perubahan peranan
d) Hubungan antar manusia
e) Stabilitas emosi
3) Domain Fisiologis
a) Pendengaran
b) Penglihatan
c) Berbicara dan bahasa
d) Nyeri
e) Kesadaran
4) Domain Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan
a) Kesehatan
b) Nutrisi
c) Pola istirahat dan tidur
d) Aktifitas fisik
e) Kebersihan perorangan
f)

Tekhnis prosedur/ketrampilan

g. Pencegahan dalam keperawatan komunitas :


a.Primer

Mengurangi kemungkinan bertemu stressor. Menjaga stabilitas


klien Pendidikan kesehatan, Memberikan informasi untuk
memelihara atau meningkatkan kekuatan klien. Motivasi
terhadap kebaikan. Meningkatkan kepekaan yang ada atau
potensi bahaya stressor, misal memberikan kekebalan dan
modifikasi lingkungan. Pendidikan kesehatan dan orientasikan
15

kembali kebutuhan untuk mencegah kejadian yang akan datang


atau keburukan lebih lanjut.Mendukung klien/system klien dalam
mencapai tujuan. Koordinasi dan intervensi sumber kesehatan,
misal : mengarahkan kelompok untuk menolong sendiri atau
konseling terapi rehabilitas
b. Sekunder : Melindungi struktur dasar

, Mencapai stabilitas klien ,

Skrenning/penemuan kasus baru.Mobilisasi dan maksimalkan


sumber internal/ eksternal terhadap stabilitas dan tenaga
konservas,

misalm:

tidur/

pola

istirahat,

nutrisi,

aktifitas.Fasilitasi masuknya stressor dan rekasi stressor; resiko


tinggi dengan menghidarinya dan menggunakan obat-obatan.
c. Tersier

Pendidikan kesehatan dan orientasikan kembali kebutuhan untuk


mencegah kejadian yang akan datang atau keburukan lebih
lanjut.Mendukung klien/system klien dalam mencapai tujuan.
Koordinasi

dan

intervensi

sumber

kesehatan,

misal

mengarahkan kelompok untuk menolong sendiri atau konseling


terapi rehabilitas
7. Peran Perawat / Ners Keperawatan Komunitas
a. Pemberi pelanan kesehatan (clinician)
b. Pendidik atau penyuluh (educator)
c. Pengelola/manajer Kasus (change agent)
d.

Konselor atau counselor

e. Fasilitator (kolaborator)
f.

Advokat klien (advocate)

g. Peneliti
h. Penemu kasus di komunitas
i. Role model
8. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai
lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah
kerja perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut:

16

a. Tahap Persiapan:
1) Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program
praktek.
2) Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan
kesehatan utama.
3) Penyusunan instrumen data.
4) Uji coba instrumen pengumpulan data.
5) Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan
program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.
6) Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader kesehatan
setempat.
7) Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi,
epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.
8) Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan, menyiapkan
dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah dan menyebarkan
undangan.
9) Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:
a) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat
b) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis
besar rencana kegiatan
c) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah
ditetapkan.
d) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan dari
instansi terkait.
b. Tahap Pelaksanaan:
1)Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan kelompok
kerja kesehatan.
2)Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja
kesehatan:
a) Pelatihan kader kesehatan
b) Penyuluhan kesehatan
c) Simulasi atau demonstrasi
d) Pembuatan model atau percontohan
17

e) Kunjungan rumah (home health care)


f) Kerja bakti, daan lain-lain.
3)Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan.
c. Tahap Evaluasi:
1)Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal kesesuaian,
kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari komunitas.
2)Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan,
keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam pemecahan
masalah.

9. Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas


a. Mengunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-langkah :
1) Pengkajian
2) Diagnosa Keperawatan
3) Perencanaan
4) Pelaksanaan
5) Evaluasi.

Gambar 2.2 : Tahapan Dalam Asuhan Keperawatan Komunitas


b. Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat
18

1) Tujuan pengorganisasian Komunitas :


Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan kebutuhannya,
mengembangkan keyakinan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan
potensi dan sumber daya yang ada di dalam komunitas dan di luar komunitas.
Pendekatan yang digunakan menggunakan prinsip, landasan dan langkah dasar
seperti tertera pada gambar 2.2
2) Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :
a) Persiapan :
(1) Pengenalan komunitas
Pendekatan Jalur Formal
Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung jawab pada
wilayah komunitas dengan cara ; Pengajuan proposal dan perijinan,
Penjelasan tujuan dan program hasil : surat ijin/persetujuan
(2) Pendekatan Jalur Informal
Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi dari birokrasi
dengan melakukan pendekatan kepada : Tokoh-tokoh masyarakat, Ketua
RW, RT, Kader kesehatan Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan,
meminta dukungan dan partisipasi serta kontrak kerjasama.

Gambar 2.3 : Prinsip Pendekatan dalam Asuhan Keperawatan Komunitas


b) Pengenalan Masalah
Tujuan : untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh yang benarbenar menjadi kebutuhan komunitas saai ini.
c) Tahap pengenalan masalah :
19

Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data . Diawali dengan survey awal


pada komunitas yang menjadi sasaran, meliputi :
1) Survey wilayah
2) Survey populasi
3) Survey masalah utama dan faktor penyebab
4) Survey kebijakan program dan frasilitas layanan kesehatan.
5) Survey potensi-potensi, sumber pendukung di komunitas.

d) Membuat instrument pengumpulan data.


1) Tabulasi Data:
(a) Membuat table tabulasi data
(b) Menghitung frekuensi distribusi
(c) Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi
2) Analisa Data
(a) Analisa Deskriptif : Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang
diteliti.
(b) Analisa Korelasi : Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau
lebih subvariabel yang diteliti dengan menggunkan perhitungan statistik.
3) Perumusan Masalah
(a) Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas yang dikaji
dengan berdasarkan hasil analisa data.
(b) Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA
(c) Formulasi :
(1) Problem
(2) Etiologi
(3) Data yang menyokong.
(4) Penyadaran komunitas
4) Tujuan :
(a) Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh komunitas
(b) Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah
(c) Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif menjadi tenaga
potensial dalam kegiatan pemecahan masalah.
5) Kegiatan :
Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya mini, dengan
langkah :
20

(a) Penyajian data hasil survey


(b) Diskusi kelompok :
(1) Perumusan masalah dan faktor penyebab
(2) Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah, waktu,
tempat, penanggung jawab dan biaya)
(3) Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari anggota
komunitas yang merupakan calon kader kesehatan yang bertanggung
jawab terhadap kegiatan yang direncanakan.
(4) Penyajian hasil diskusi kelompok
(5) Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal, puskesmas.
(c) Pelaksanaan
Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan
dengan melihat aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja
sama dengan aparat desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang meliputi
kegiatan :
(1) Pelatihan Kader
(2) Penyuluhan kesehatan
(3) Pelayanan kesehatan langsung
(4) Home care
(5) Rujukan

Gambar 2.4 : Perawat Bekerja Bersama Masyarakat (Kader Kesehatan)


(d) Evaluasi
21

Hal-hal yang harus dievaluasi :


(1) Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan
(2) Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)
(3) Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan
(4) Rencana tindak lanjut.
9. PROSES KEPERAWATAN MODEL CAP
Model adalah gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. (Riehl and
Roy, 1980). Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan
yang mengintegrasikan konsep konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model
keperawatan dapat didefinisikan sebagai kerangka piker, sebagai satu cara melihat
keperawatan, atau satu gambaran tentang lingkup keperawatan.
Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas;
analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga
tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi
(Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Fokus pada model ini komunitas sebagai
partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan. Neuman
memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada
dalam interaksi yang dinamis.
Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat
mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line
of defense, normal line of defense, dan resistance defense. Agregat klien dalam model
community as partner ini meliputi intrasistem dan ekstrasistim. Intrasistem terkait
adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope
& Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu
komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan
pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie,
1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas,
1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005).
Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu
dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of
resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa
kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh
dari line of resistance Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan
menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda
22

pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri


dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang
merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan
terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat
ditentukan.
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk
mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan
dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki
komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap
pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data,
analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas
masalah.
1) Pengumpulan Data
Tujuan : Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang
harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta factor lingkungan yang
mempengaruhinya.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
a) Data inti
(1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
(2) Data demografi
(3) Vital statistic
(4) Status kesehatan komunitas
b) Data lingkungan fisik
(1) Pemukiman
(2) Sanitasi
(3) Fasilitas
(4) Batas-batas wilayah
(5) Kondisi geografis
c) Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
(1) Pelayanan kesehatan
(2) Fasilitas sosial (pasar, took, swalayan)
d) Ekonomi
(1) Jenis pekerjaan
23

(2) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan


(3) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan
(4) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usia
e) Keamanan dan transportasi
(1) Keamanan
(2) Transportasi
f) Politik dan pemerintahan
(1) System pengorganisasian
(2) Struktur organisasi
(3) Kelompok organisasi dalam komunitas
(4) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
g) System komunikasi
(1) Sarana umum komunikasi
(2) Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas
(3) Cara penyebaran informasi
h) Pendidikan
(1) Tingkat pendidikan komunitas
(2) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)
(3) Jenis bahasa yanhg digunakan
i) Rekreasi
(1) Kebiasaan rekreasi
(2) Fasilitas tempat rekreasi
2) Jenis Data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari
a) Data Subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh
individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara
langsung melalui lisan.
b) Data Objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.
3) Sumber Data
a) Data primer
Data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat
kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas
berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
b) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya :
kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atai medical record. (Wahit, 2005)
4) Cara Pengumpulan Data
a) Wawancara atatu anamnesa
b) Pengamatan
c) Pemeriksaan Fisik
5) Pengolahan Data
24

a)
b)
c)
d)

Klasifikasi data atau kategorisasi data


Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
Tabulasi data
Interpretasi data
(Anderson and Mc Farlane 1988. Community as Client)

6) Analisis Data
Tujuan analisis data :
a) Menetapkan kebutuhan komuniti
b) Menetapkan kekuatan
c) Mengidentifikasi pola respon komuniti
d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
e) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
7) Prioritas masalah
Prioritas
masalah

kesehatan

masyarakat

dan

keperawatan

perlu

mempertimbangkan berbagai factor sebagai criteria:


a) Perhatian masyarakat
b) Prevalensi kejadian
c) Berat ringannya masalah
d) Kemungkinan masalah untuk diatasi
e) Tersedianya sumber daya masyarakat
f) Aspek politis.
Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan menurut
Abraham H. Mashlow yaitu:
a) Keadaan yan mengancam kehidupan
b) Keadaan yang mengancam kesehatan
c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik
yang actual maupun potensial. Masalah actual adalah masalah yang diperoleh pada
saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul
kemudian. (American Nurses Of Association (ANA). Dengna demikian diagnosis
keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan
masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Contoh Diagnosa Keperawatan
1) Resiko terjadinya diare di RW. 02 Ds. Genuk Semarang suhubungan dengan :
a) Sumber air tidak memenuhi syarat
b) Kebersihan perorangan kurang
c) Lingkungan yang buruk di manefestasikan oleh : banyaknya sampah yang
berserakan, penggunaan sungai sebagai tempat mencuci, mandi dan
pembuangan kotoran.
2) Tingginya kejadian karies gigi SMP 29 Semarang sehubungan dengan :
a) Kurangnya pemeriksaan gigi
25

b) Kurangnya fluor pada air minum di manefestasikan: 62% caries dengan


inspeksi pada murid-murid SMP
3) Kurangnya gizi pada balita di desa Karang Awen sehubungan dengan :
a) Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan
b) Kurangnya jumlah kader
c) Kurangnya jumlah posyandu
d) Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi.
c. Perencanaan
1) Tahapan pengembangan masyarakat:
2) Persiapan, penentuan prioritas daerah
3) Pengorganisasian, pembentukan pokjakes.
4) Tahap diklat
5) Tahap kepemimpinan
6) Koordinasi intersektoral
7) Akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.
d. Pelaksanaan/Implementasi
1) Tanggung jawab melaksanakan kegiatan:
2) Bantuan mengatasi masalah kurang
3) nutrisi, mempertahankan kondisi
4) seimbang, meningkatkan kesehatan
5) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat
6) untuk mencegah kurang gizi
7) Advokat komunitas.
e. Evaluasi atau penilaian
Dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.
1) Fokus:
a) Relevansi antara kenyataan dengan target
b) Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana,
fasilitas dan jumlah peserta
c) Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
d) Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.
e) Dampak, apakah terjadi perubahan status kesehatan. lama.
2) Proses Evaluasi
a) Menilai respon verbal dan nonverbal
b) Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS

26

B. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA


1. Definisi Keluarga
a. Burges (1963)
Burges memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi
kepada tradisi, yaitu (Setiawati,2008 : 13) :
1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan, darah,
dan ikatan adopsi.
2) Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah
tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah
tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalm peranperan sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, ayah dan ibu,
peran sebagai anak laki-laki anak perempuan.
4) Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.
b. Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)
Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup
bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak
selalu ada hubungan darah, ikatan Perkawinan, atau ikatan lain. Mereka hidup
bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan makan
dari satu periuk (Setiawati, 2008 : 13).
c. Whall (1986)
Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang
dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki
hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut ke dalam satu keluarga
(Setiawati, 2008 : 13).
27

d. Dep. Kes RI (1988)


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati, 2008 : 13)
e. Silvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989)
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan Perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Setiawati, 2008
: 14)
f. Friedman (1988)
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam
Perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah
(Setiawati, 2008 : 14)
g. Stuart (ICN, 2001)
Lima hal penting yang ada pada definisi keluarga (Setiawati, 2008 : 14) :
1) Keluarga adalah suatu sistem atau unit.
2) Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi kewajiban di
masa yang akan datang.
3) Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian
nutrisi, dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.
4) Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama
atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.
5) Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.
h. Menurut UU no. 10 tahun 1992
Keluarga adalah : unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri,
atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya
2. Batasan Keluarga
28

Batasan keluarga adalah suatu batasan yang membentuk sebuah keluarga, baik
dari jumlah individu, hubungan anggota keluarga, dan komunikasi tiap individu.
Menurut Sub. Dit Perawatan Kesehatan Masyarakat Dep. Kes. RI suatu kelompok
atau kumpulan individu yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit
masyarakat yang terkeci dan biasanya, tetapi tidak selalu ada hubungan darah, ikatan
perkawinan atau ikatan ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu rumah, biasanya
di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga dan makan dari satu periuk.
Departemen Kesehatan RI Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Dari pengertian dan batasan keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain, anggota keluarga berinteraksi satu sama
lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adil,
dan mempunyai tujuan.
Keperawatan keluarga menjadi bidang keahlian khusus yang mengabadikan
berbagai bidang keahlian keperawatan lainnya. Meskipun sebagian keahlian yang
berbeda, namun keperawatan keluarga ini masih tergolong bayi (Hanson, 1987) ada
bukti kuat bahwa keperawatan keluarga merupakan sebuah bidang keahlian khusus
yang sedang bertumbuh, bersifat dinamis dan mendapat perhatian dalam praktik,
pendidikan dan penelitian.ketika edisi pertama buku ini ditulis pada tahun 1979
hingga 1980, belum ada definisi keperawatan keluarga (Ford, 1989; Soholdan
Robischon, 1975) ;keperawatan komunitas yang berfokus pada keluarga (Reinhardt
dan Quinn, 1973); keperawatan yang berfokus pada keluarga (Janosik dan Miller,
1980); dan perawatan kesehatan keluarga (Hamovich dan Barnard, 1979) namun
gagasan tentang sebuah keahlian khusus dalam bidang keperawatan keluarga belum
ada. Sekarang naskah dan artikel dalam bidang keperawatan keluarga makin banyak.
Namun, belum terdapat kesempatan terhadap apa yang menjadi cakupan
bidang keperawatan keluarga sesungguhnya dan bagaimana keperawatan keluarga
berbeda dari keperawatan kesehatan komunitas (Friedman, 1986) dan terapi keluarga
(Gilliss et al,1989). Sebuah tinjauan pustaka tentang keperawatan mengungkapkan
dengan jelas dalam definisi tentang keperawatan keluarga itu sendiri terdapat tiga
tingkat praktik keperawatan keluarga atau foci. Tingkat keperawatan keluarga yang
29

diperaktikan tergantung pada bagaimana perawat keluarga mengkonseptualisasikan


keluarga dan bekerja dengannya.
Tingkat kepustakaan pada keluarga juga bergantung pada filosofi dari sistem
tempat perawat bekerja. Lingkungan kerja (apa penghargaan dan penguatan negatif
kepemimpinan) merupakan penentu utama dari perilaku. Setiap tingkat dari ketiga
tingkat atau foci keperawatan keluarga merupakan komponen keperawatan keluarga.
a. TINGKAT I: Keluarga Sebagai Konteks
Dalam tingkat I keperawatan konseptualisasikan sebagai suatu bidang dimana
keluarga dipandang sebagai konteks bagi pasien atau klien (Bozzet, 1987). Keluarga,
sebagai kelompok primer klien yang paling penting digambarkan sebagai stresor atau
sumber bagi klien. Keluarga merupakan latar belakang atau fokus sekunder dan
individual nmerupakan bagian terdepan atau fokus primer yang berkaitan dengan
pengkajian dan intervensi.
Perawat boleh melibatkan keluarga sampai tingkat tertentu. Dalam beberapa
kasus, perawat boleh menganggap keluarga sebagai bagian sistem pendukung sosial
klien, tapi hanya dengan sedikit keterlibatan keluarga ke dalam rencana perawatan
klien. Sedangkan dalam kasus lain, perawat boleh menunjukkan keterlibatan
keluaraga dalam rencana perawatan klien. Dampak sosioemosional yang potensial
atau aktual juga nyata pada klien, dikaji dan dipadukan dalam rencana pengobatan.
b. TINGKAT II : keluarga sebagai kumpulan dari anggota keluarga
Dalam tingkat ini keluarga dipandang sebagai kumpulan atau jumlah indidu
anggota keluarga. Pada tingkat ini masing-masing klien dilihat sebagai suatu unit
yang terpisahkan bukan unit yang berinteraksi.
c. Tingkat III : keluarga sebagai klien
Dalam tingkat ini keluarga sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian
keperawatan. Keluarga dipandang sebagai sistem yang berinteraksi, dimana fokusnya
adalah dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga serta
saling ketergantungan subsistem keluarga dengan kesehatan dan keluarga dengan
lingkungan luarnya.
Fokus dari tingkat 3 ini adalah keterampilan pengkajian dan intervensi klinis
yang lebih maju berdasarkan integrasi keperawatan, terapi keluarga dan teori sistem.
30

Dan pada prakteknya ketiga tingkatan ini bisa dilaksanakan sendiri-sendiri atau
bersamaan sepanjang masa.

3. Bentuk-bentuk keluarga
a. Sussman (1974) dan Maclin (1988)
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah , ibu dan anak
b) Pasangan inti adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja
c) Keluarga dengan orangtua tunggal: satu orang yang mengepalai keluarga
sebagai konsekuensi perceraian.
d) Bujangan yang tinggal sendirian
e) Keluarga besar tiga generasi
f) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansia
g) Jaringan keluarga besar
2) Keluarga Non Tradisional
a) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah
b) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
c) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)
d) Keluarga gay
e) Keluarga lesbi
f) Keluarga komun : Keluarga dengan lebih dari satu pasangan monogami dengan
anak-anak yang secara bersama-sama menggunakan fasilitas, sumber dan
memiliki pengalaman yang sama.
b. Anderson Carter
1) Keluarga inti (nuclear family) : Keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga besar (ekstended family) : Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
3) Keluarga berantai (sereal family): Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang
menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4) Keluarga duda atau janda: Keluarga yang terjadi karena perceraaian atau kematian
5) Keluarga berkomposisi : Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup
secara bersama-sama.
31

6) Keluarga kabitas : Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu
keluarga.

3. Struktur Keluarga
Pendekatan struktural fungsional semata mata menganalisa karakteristik
struktural keluarga susunan dari bagian bagian yang membentuk keseluruhan struktur,
karakteristik struktural keluarga ini menampilkan fungsi fungsi, baik bagi keluarga
maupun masyarakat dan subsistem subsistemnya. Struktur keluarga menyatakan
bagaimana keluarga disusun, yaitu cara cara yang digunakan untuk menata unit unit,
dan bagaimana unit unit tersebut saling terkait satu sama lain.
Dimensi dimensi dan definisi definisi dari konsep struktur sangat berubah.
Beberapa ahli teori meletakan dasar struktur pada bentuk tipe keluarga (keluarga inti dan
keluarga besar), tipe struktur kekuasaan (Matriarch vs patriarch); pola pola perkawinan
(mis.eksogami dan endogami) (Eshleman,1947). Satu cara lain memadang struktur
keluarga adalah dengan melukiskan subsistem subsistemnya sebagai dimensi stuktural
(Minuchin, 1947). Mengasumsikan bahwa keluarga merupakan semacam kelompok kecil
khusus digunakan dimensi dimensi struktural yang diidentifikasi oleh teori dari
kelompok kecil karena bersangkut paut dengan pengkajian terhadap kelompok
kelompok semacam itu.
Tingginya tingkat ketergantungan satu sama lain dari keluarga ini dan saling
ketergantungan tersebut Nampak, ketika seorang professional perawatan keluarga
mengobservasi bagaiman perilaku tertentu dari keluarga menjadi indicator dari sejumlah
atau semua elemen pengatur utama dalam keluarga. Misalnya dengan cara otoritas,
seorang suami yang sedang diobservasi memeritah istri dan anak anak, bilamana dan
apa yang akan disajikan untuk makan malam. Lalu ibu meminta anak anak melakukan
setiap bagian pekerjaan yang telah dibebankan untuk menyiapkan makanan. Ibu dan anak
anak melaksanakan harapan suami tanpa komentar dan mengeluh. Tidak ada bentuk
komunikasi lain yang di catat. Kita dapat melihat dari kejadian ini bahwa figure
penguasa dari situasi ini adalah ayah ; peran seorang pemimpin keluarga yang
memerlukan dan memiliki control terhadap keluarga bahkan hal hal kecil pun di
control.
Struktur keluarga atau organisasi pada akhirnya di evaluasi oleh bagaimana
keluarga mampu memenuhi fungsi fungsi keluarga yaitu tujuan tujuan yang penting
32

bagi anggotanya dan masyarakat. Struktur keluarga berperan memudahka pencpaian


fungsi fungsi keluarga, karena alokasi da konservasi sumber sumber merupakan suatu
tugas yang utama bagi struktur keluarga. Karena hubungan yang penting ini, fungsi
fungsi harus dipandang dalam hubungannya dengan struktur keluarga.
4. Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur:
a. Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam
menyampaikan pendapat (demokrasi)
b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransi
c. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan
kebenaran (honesty and authenticity)
d. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan
e. Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes)
f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar)
g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)
5. Elemen struktur keluarga menurut Friedman :
a. Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik didalam keluarganya
sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat.
b. Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.
c. Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan
anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga.
d. Struktur kekuatan keluarga
Menggambarkan

kemampuan

anggota

keluarga

untuk

mengendalikan

atau

mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku ke arah positif.


6. Ciri-ciri struktur keluarga
a. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota keluarga
memiliki peran dan pungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai.
33

Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota
sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.
b. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung
jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak semenamena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masingmasing anggota keluarga.
c. Perbedaan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing anggota
keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran
ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.
7. Dominasi struktur keluarga
a. Dominasi jalur hubungan darah
1) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku-suku di
Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
2) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang
salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga matrilineal.
b. Dominasi keberadaan tempat tinggal
1) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak suami.
2) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah
dari pihak istri.
c. Dominasi pengambilan keputusan
1) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
2) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri. (Setiawati & Dermawan,
2008)

34

8. Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas:


a. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti :
sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever.
b. Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:
1) Karakteristik pengirim yang berfungsi
1) Yakin ketika menyampaikan pendapat
2) Jelas dan berkualitas
3) Meminta feedback
4) Menerima feedback
a. Pengirim yang tidak berfungsi
1) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang
obyektif)
2) Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)
3) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu
yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar,
baik/buruk, normal/tidak normal, misal: kamu ini bandel, kamu harus
4) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
5) Komunikasi yang tidak sesuai
b. Karakteristik penerima yang berfungsi
1) Mendengar
2) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)
3) Memvalidasi
c. Penerima yang tidak berfungsi
1) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
2) Diskualifikasi, contoh : iya dech..tapi.
35

3) Offensive (menyerang bersifat negatif)


4) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
5) Kurang memvalidasi
d. Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
1) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
2) Komunikasi terbuka dan jujur
3) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
4) Konflik keluarga dan penyelesaiannya
e. Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
1) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
2) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
3) Kurang empati
4) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
5) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
6) Komunikasi tertutup
7) Bersifat negatif
8) Mengembangkan gosip
2.

Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
Contoh :
Perilaku peran
a. Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga,
sebaagai

anggota

dari

kelompok sosialnya

serta

sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.


b. Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya,
pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggotamasyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarga.

36

c. Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat


perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual

3.

Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.
Tipe struktur kekuatan:
a. Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap
anak)
b. Referent power (seseorang yang ditiru)
c. Resource or expert power (pendapat ahli)
d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)
e. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)
f.

Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)

g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih
misalnya hubungan seksual)
Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan
keputusan dalam keluarga seperti::
a. Konsensus
b. Tawar menawar atau akomodasi
c. Kompromi atau de facto
d. Paksaan
4.

Tugas Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Friedman ( 1981 ) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan keluarga yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tetap
c. Memberika keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usisanya yang sudah tua
d. Mempertahankan suasana di rumah yang nyaman sesuai dengan kepribadian anggota
keluarga.
37

e. Mempertahankan hubungan bolak balik antara anggota keluarga dan lembaga


lembaga kesehatan yang menunjukkan kemanfaatan yang baik dengan fasilitas
kesehatan yang ada
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
Seperti yang sudah disebut terlebih dahulu tentang definisi keluarga dari beberap
ahli, salah satunya mengemukakan bahwa keluarga sebagai sitem sosial didalamnya
berlangsung interaksi secara terus menerus antara anggota keluarga dan lingkungan.
Sebagai dampak perubahan tersebut yang terjadi pada lingkungan internal dan
eksternal, maka dengan ssendirinya keluarga akan melakukan kompensasi sebagai
upaya untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut sehingga fungsi kesehatannya
dapat terjaga. Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh anggota keluarga dalam
menjalankan fungsinya dengn baik.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga adalah :
1. Faktor Fisik
Ross, Mirowsaky dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada
hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan
positif tersebut antara lain : seorang suami sebelum menikah terlihar kurus maka
beberapa lama kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa
alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan
pola makan lebih teratur begitu juha sebaliknya yang terjadi pada istri
2. Faktor Psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar,
perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau
dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri

begitupun

sebaliknya.
3. Faktor Sosial
Status sosial

memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehtan

sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat
pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan
yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan,

38

jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah
kesehatan yang ditemukan.
4. Faktor Budaya
a.

Keyakinan dan praktek kesehatan


Setiap suku atau bahkan bangsa memiliki keyakinan dan penilaian yang
berbedabeda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga tehadap fungsi
kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dibawa
sebelumnya. Misalnya saja tentang pemahaman pemberian makanan tambahan
pada anak-anak. Orang-orang terdahulu memiliki keyakinan bahwa anak sudah
boleh diberi makan pisang sebelum umur 4 bulan, tetapi untuk saat ini makanan
tambahan baru boleh diberikan setelah anak berumur 4-6 bulan. Perbedaan
generasi dalam sebuah keluarga akan memepengaruhi keyakinan keluarga
bahkan sering kali menimbulkan konflik tentang fungsi kesehatan yang akan
digunakan dalam keluarga tersebut.

b.

Nilai-Nilai keluarga
Nilai-nilai yang dimiliki oleh keluarga mempengaruhi kesehatan keluarga
yang bersangkutan. Misalnya sebuah keluarga yang kurang memperhatikan
kesehatan akan merasa bahwa tanpa melakukan upaya apapun kesehatan
kelurganya terjaga, maka keluarga akan kuat meyakininya, tetapi keluarga
tersebut akan mengalami kesulitan jika suatu waktu nilai yang diyakininya
ternyata adalah dan terbukti bahwa kesehatan keluarganya terganggu.

c.

Peran Dan Pola Komunikasi Keluarga


Dampak budaya terhadap peran, kekuatan dan komunikasi keluarga
berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap budaya dengan
semestinya terjadinya pergeseran peran, aturan-aturan, kekuatan dan pola
komunikasi.

d.

Koping Keluarga
Koping keluarga dipengaruhi oleh budaya, keluarga akan berusaha
beradaptasi dengan perubahan budaya. Koping di artikan sebagai respon positif
baik kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi kehidupan keluarga daam
menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluarga

C. KONSEP PHBS ( Perilaku Hidup Sehat Bersih )


1.

Pengertian
39

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan
sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan
(Notoatmodjo, 2007). PHBS di institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan
peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi
pendidikan. Indikator PHBS di institusi pendidikan/sekolah meliputi:
a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat;
d. Olah raga yang teratur dan terukur
e. Memberantas jentik nyamuk
f. Tidak merokok di sekolah
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
h. Membuang sampah pada tempatnya.

2. Tujuan PHBS
PHBS

adalah upaya memberikan pengalaman belajar

bagi perorangan,

keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan


informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui
pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan gerakan masyarakat
(empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara 8 hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi paradigma
hidup sehat dapat dilihat dalam program Perilaku Hidup Bersih Sehat (Depkes RI,
2006).
Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan
preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat
merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat meningkatkan,
40

memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun
sosial.Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk:
a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan hidup
sehat;
b. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit;
c. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit;
d. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.
3. Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut Depkes RI 2008 dikembangkan dalam lima tatanan
yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum, institusi
pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan
adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:
a. Sasaran primer
Yaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya
atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi
pendidikan yang bermasalah).
b. Sasaran sekunder
Yaitu sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang
bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan
sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.
c. Sasaran tersier
Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung
pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di
institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas,
guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.
4. Strategi PHBS

41

Kebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi dasar promosi


kesehatan dan PHBS yaitu (Manda, 2006):
a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)
Merupakan

proses

pemberian

informasi

secara

terus

menerus

dan

berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan


practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta
kelompok masyarakat.
b. Bina Suasana (Social Support)
Adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.Terdapat
tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain:
1) Pendekatan individu
2) Pendekatan kelompok
3) Pendekatan masyarakat umum
c. Advokasi (Advocacy)
Adalah upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari pihakpihak
terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat
formal yang berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang
dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh
pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan sebagai penentu kebijakan tidak
tertulis dibidangnya atau sebagai penyandanh dana non pemerintah. Sasaran
advokasi terdapat tahapantahapan yaitu:
1) Mengetahui adanya masalah
2) Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah
3) Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif
pemecahan masalah

42

4) Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif


pemecahan masalah
5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan
5. Manfaat PHBS
Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang
bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi
dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar
yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan
semakin meningkat seingga mampu menarik minat orang tua dan dapat mengangkat
citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah
sehat bagi daerah lain (Depkes RI, 2008).
6. Indikator PHBS di Sekolah
Beberapa indikator PHBS di lingkungan sekolah antara lain (Dinkes Semarang,
2010):
a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku cuci tangan dengan air
mengalir dan menggunakan sabun mencegah penularan penyakit seperti diare,
kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ispa, flu burung, dan
lain sebagainya. WHO menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
karena dapat meluruhkan semua kotoran dan lemak yang mengandung kuman.
Cuci tangan ini dapat dilakukan pada saat sebelum makan, setelah beraktivitas
diluar sekolah, bersalaman dengan orang lain, setelah bersin atau batuk, setelah
menyentuh hewan, dan sehabis dari toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan
ini disosialisasikan di lingkungan sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia
dini. Anak sekolah menjadi sasaran yang sangat penting karena diharapkan dapat
menyampaikan informasi kesehatan pada keluarga dan masyarakat.
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

43

Di sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan/jajanan yang


bersih dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat mengandung
karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan
menjamin tubuh menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus
makanan yang bersih, tidak mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air
matang untuk kebutuhan minum.
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi
syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup) dan terjaga
kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari sumber air
minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah
disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan.
d. Olah raga yang teratur dan terukur
Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait dengan
pemeliharaan dan penigkatan kesehatan. Kegiatan olah raga disekolah bertujuan
untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah sakit. Dalam
rangka meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan fisik yang benar
dan teratur agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga secara
teratur akan dapat memberikan manfaat antara lain: meningkatkan kemampuan
jantung dan paru, memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak atau mengurangi
kelebihan berat badan, memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko terkena
penyakit jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah.
e. Memberantas jentik nyamuk
Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit yang
disebabkan

oleh

penularan

nyamuk

seperti

penyakit

demam

berdarah.

Memberantas jentik nyamuk dilingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M


(menguras, menutup, dan mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak mandi,
drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu
sekali. Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian di
sosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.

44

f. Tidak merokok di sekolah


Siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Timbulnya
kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya merokok. Di sekolah
siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru, maupun masyarakat
sekitar sekolah. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan merokok akan
menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan
karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat membahayakan
kesehatan anak sekolah.
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini dilakukan untuk deteksi
dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia sekolah.
h. Membuang sampah pada tempatnya
1) Pengertian
Sampah adalah suatu bahan yang tebuang atau dibuang dari sumber hasil
aktivitas manusia maupun alam. Sampah ditampung dan dibuang setiap hari
ditempat pembuangan yang memenuhi syarat karena membuang sampah tidak
pada tempatnya akan dapat mengakibatkan penyakit dan akan mencemari
udara disekitarnya. Mendidik anak untuk selalu membuang sampah pada
tempatnya akan dapat menekan angka penyakit yang dapat muncul di
lingkungan sekolah.
2) Jenis Sampah
Sampah dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
a) Sampah anorganik/kering yaitu tidak dapat mengalami pembususkan secara
alami seperti logam, besi, kaleng plastik, karet, atau botol.
b) Sampah organik/basah dapat memngalami pembususkan secara alami
seperti sisa makanan, sayuran, sampah dapur, dan lain sebagainya.

45

c) Sampah berbahaya yaitu sampah yang dapat menimbulkan gangguan pada


kesehatan seperti botol racun nyamuk, jarum suntik, batere, dan lain
sebagainya.
3) Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan, pengumpulan, dan
pemusnahan sampah sehingga sampah tidak mengganggu lingkungan
(Notoatmodjo, 2003):

a)

Penyimpanan sampah
Yaitu penyimpanan sampah sementara sebelum sampah dimusnahkan.
Oleh karena itu dibutuhkan tempat sampah dengan syarat yang memadai
antara lain:
(1) Konstruksinya kuat untuk mencegah kebocoran dan berseraknya
sampah.
(2) Tempat sampah memiliki tutup dan mudah dibuka sehingga tidak
mengotori tangan.
(3) Ukuran sampah disesuaikan sehingga mudah untuk diangkut.

b) Pengumpulan sampah
Sampah ditampung di tempat yang memadai kemudian diangkut serta
dibuang ke tempat pembuangan akhir.
c)

Pemusnahan sampah
(1) Dibakar (incenarator)
Yaitu memusnahkan sampah dengan cara membakar sampah,
kerugian dari cara ini adalah dapat menyebabkan polusi udara serta
jika dilakukan di dekat pemukiman dapat terjadi kebakaran.
(2) Pengomposan (composting)

46

Yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk


sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang
dapat membusuk.
(3) Ditanam (landfill)
Sampah dimusnahkan dengan cara membuat lubang ditanah
kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dangan tanah.

4) Dampak Pengelolaan Sampah yang Negatif


a) Terhadap Kesehatan
(1) Pengelolaan sampah yang tidak baik merupakan media yang subur untuk
berkembangnya vektor-vektor penyakit seperti serangga, tikus, dan
binatang lainnya untuk berkembang biak sehingga dapat menyababkan
timbulnya penyakit.
(2) Sampah menjadi sumber polusi seperti pencemaran tanah, air, serta
udara.
(3) Sampah menjadi tempat hidup mikroorganisme berbahaya yang dapat
membahayakan kesehatan.
(4) Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaran
b) Terhadap Lingkungan
(1) Dapat mengganggu estetika dan polusi udara akibat pembusukan sampah
oleh mikroorganisme.
(2) Debu-debu yang berterbangan dapat mengganggu mata dan pernafasan.
(3) Jika terjadi proses pembakaran yang dekat dengan sekolah maupun
pemukiman asapnya akan mengganggu penglihatan, pernafasan, serta
mencemari udara.

47

(4) Pembuangan sampah ke saluran air menyebabkan pendangkalan saluran


dan mengurangi daya aliran saluran.
(5) Dapat menyebakan banjir jika sampah dibuang di sembarang tempat.
Terutama ke saluran yang daya serapnya sudah menurun.
(6) Membuang sampah ke selokan dapat mengotori badan air.
5) Perilaku Membuang Sampah yang Benar
a) Sarana membuang sampah
Membuang sampah yang benar adalah dengan memisahkan sampah menjadi
3 bagian yaitu:
(1) Sampah organik seperti buah atau makanan yang cepat busuk.
(2) Sampah non organik seperti botol plastik, kaleng minuman, pecahan
kaca, dan sebagainya.
(3) Sampah yang mudah terbakar seperti kertas atau plastik.
b) Media Promosi
Media promosi membuang sampah di sekolah dapat berupa:
(1) Poster.
(2) Slogan tentang kebersihan lingkungan dan anjuran membuang sampah
pada tempatnya yang dipasang disetiap kelas.
(3) Video tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar di sekolah.
c) Aturan atau Tata Tertib
Untuk menjaga agar lingkungan agar selalu terjaga dari sampah maka
tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
(1) Guru memberi contoh pada siswa-siswi membuang sampah selalu pada
tempatnya.

48

(2) Guru wajib menegur dan menasehati siswa yang mebuang sampah di
sembarang tempat.
(3) Mencatat siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat
pada buku/kartu pelanggaran.
(4) Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda terhadap
siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat.
7. Perilaku Kesehatan
Perilaku sehat adalah perilaku yang didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan
(Azwar, 1983 dalam Machfoedz 2005). Sedangkan Skiner dalam Notoatmodjo (2007)
menjelaskan perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan, minuman, serta lingkungan. Penerapan perilaku hidup bersih sehat (PHBS)
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi. Lawrence Green dalam Notoatmojo
(2007) membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor perilaku
(behavioral factors) dan faktor non perilaku (non behavioral factors). Green
menjelaskan bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama:
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilainilai tradisi, dan sebagainya. Pengetahuan yang diberikan kepada siswa tentang
perilaku hidup bersih sehat di lingkungan sekolah menjadi faktor penting untuk
dapat menerapkan perilaku tersebut. Melalui pengetahuan akan membentuk sikap
yang akan diterapkan menjadi kebiasaan berperilaku hidup bersih sehat di
lingkungan sekolah.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau
tindakan. Faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan, misalnya tempat pembuangan air yang bersih,
tempat pembuangan sampah, tempat olah raga yang memadai, ketersediaan
makanan bergizi di warung sekolah, UKS, dan sebagainya. Sarana prasarana
49

menjadi pendukung dalam mewujudkan perilaku hidup bersih sehat di sekolah,


maka faktor ini disebut faktor pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Yaitu faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong terjadinya perilaku.
Dukungan dari pihak sekolah seperti guru, petugas kesehatan setempat, maupun
masyarakat sekitar menjadi faktor yang dapat menguatkan perilaku siswa dalam
berperilaku hidup bersih sehat di lingkungan sekolah. Dukungan fasilitas saja tidak
akan cukup untuk menunjang perilaku sehat, namun juga dukungan perilaku atau
contoh dari seluruh komponen sekolah. Bloom dalam Notoatmodjo (2007) perilaku
manusia dibagi dalam 3 domain yaitu kognitif (cognitif), afektif (affectif),
psikomotor (psychomotor). Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari
sikap, dan psikomotor dari praktek atau tindakan yang dilakukan. Dalam
pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu faktor
internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan misalnya tingkaat kecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. Sedangkan faktor internal seperti
lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya.
Teori Bloom ini kemudian dimodifikasi sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Merupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Siswa
mengerti tentang perilaku hidup bersih sehat dari keluarga maupun lingkungan
sekolah dari apa yang diajarkan dan apa yang dilihat melalui contoh perilaku
ataupun membaca pesan-pesan kesehatan di media cetak, elektronik, poster,
leaflet dan sebagainya. Dalam pengetahuan ada 6 tingkatan yaitu:
a. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat materi yang telah diberikan sebelumnya.
Termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh rangsangan
yang telah diterima
b. Memahami (comprehension)
50

Yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang


diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (aplication)
Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam
komponen-komponen tapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Merupakan suatu kemmapuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau obyek. Pengetahuan pada anak usia sekolah
merupakan perubahan yang terjadi pada aspek kognitifnya. Daya pikir anak
usia sekolah berkembang kearah pikir konkrit, rasional, dan obyektif. Teori
Piaget menyatakan pemikiran anak usia sekolah disebut juga pemikiran
operasional konkrit (concrete operational thought) yaitu aktivitas mental
yang difokuskan pada obyek-obyek yang konkrit. Dalam masa ini terjadi 3
macam proses yaitu:
a. Negasi (negation)
Anak memahami hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan
benda atau keadaan yang lain.
b. Hubungan Timbal Balik (Resiprok)
Anak memahami hubungan sebab akibat dalam suatu keadaan.
c. Identitas
51

Anak sudah mengenal obyek yang ada di sekitarnya. Proses tersebut


memungkinkan anak mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa
perbuatan tersebut ditunjukkan. Pada tahap ini anak telah memiliki struktur
kognitif yang memungkinkan untuk anak berfikir untuk melakukan suatu
tindakan tanpa bertindak secara nyata (Wong, 2009). Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007) antara lain:
a. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
makin mudah untuk menerima informasi. Pengetahuan anak tentang
sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari
obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap
obyek tersebut
b. Informasi media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
c. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan anak didalam keluarga maupu
masyarakat akan mengembangkan pola kognitif anak dan akan
membentuk sebuah perilaku. Status ekonomi juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar anak, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam anak yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

52

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
anak.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu.
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir anak. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
2. Sikap
Merupakan reaksi atau respon yang tertutup terhadap stimulus atau obyek.
Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat karena sikap merupakan suatu
predisposisi tindakan suatu perilaku. Tingkatan sikap antara lain:
a. Menerima (receiving)
Diartikan bahwa seseoraang mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap
53

secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan


responden terhadap suatu masalah. Sikap yang dimunculkan anak
dipengaruhi oleh perkembangan moral. Menurut teori Kohlberg dalam
Wong (2009) pola pikir anak usia sekolah berubah dari egosentrisme ke
pola pikir yang logis. Anak usia sekolah mampu menilai suatu tindakan
berdasarkan niat dibandingkan akibat yang dihasilkannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap (Azwar, 1998) antara lain:
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami seseorang

anak

akan ikut

membantu dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.


b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumya anak

cenderung untuk memiliki sikap yang

konformasi atau searah dengan orang lain yang dianggap penting.


c. Pengaruh kebudayaan
Anak hidup dan dibesarkan dari suatu kebudayaan, dengan demikian
kebudayaan yang diikutinya mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan sikap.
d. Media massa
Media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini, sehingga terbentuklah arah sikap yang tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
sehingga merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap.
f. Pengaruh faktor emosional

54

Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari oleh emosi


yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego.
g. Pendidikan
Kurangnya pengetahuan akan memberi pengaruh dalam bersikap.
h. Faktor sosial dan ekonomi
Keadaan sosial ekonomi

akan menimbulkan gaya hidup yang

berbedabeda sehingga akan berpengaruh terhadap sikap.

3.

Praktik atau Tindakan


Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian
mengadakan nilai atau pendapat yang pada tahap selanjutnya akan
melaksanakan apa yang diketahui, inilah yang disebut dengan praktik atau
tindakan.

D. Konsep Penyakit
1. ISPA
a. Pengertian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang selama 14 hari dari salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafsan
mulai dari hidung ( saluran atas ) hingga alveoli ( saluran bawah ) termasuk
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga dan pleura ( Depkes, 2004 ).Infeksi
Saluran Pernafsan Akut ( ISPA ) atau batuk pilek adalah infeksi primer nasofaring
dan hidung sering mengenai bayi dan anak ( Ngastiyah, 1995 ). Infeksi Saluran
Pernafsan Akut ( ISPA ) bawah yang sering terjadi oleh virus dan gejala yang
menonjol adalh batuk, peradangan tersebut meliputi laring trachea dan bronchus
( Nelson, 1995 ). Jadi dapat simpulkan Infeksi Saluran Pernafsan Akut ( ISPA )
adalah penyakit akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan
55

masuknya mikroorganisme ( bakteri dan virus ) dan berlangsung dalam waktu 14


hari sampai 3 minggu.
b. Etiologi
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus
dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin,
semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik. Biasanya bakteri dan virus
tersebut menyerang anak anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya
lemah. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga dapat menimbulkan resiko
serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang,
dan buruknya sanitasi lingkungan.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan bersifat ringan, misalnya batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun demikian
jangan dianggap enteng, bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
menyebabkan anak menderita pneumoni yang dapat berujung pada kematian. ISPA
dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas
dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada area
pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh
virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.
c. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

56

3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1.

Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang
2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

2.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12
bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40
kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
d. Tanda Tanda Bahaya ISPA
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhankeluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejalagejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan
kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan
pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian
mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih
57

berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam
kegagalan pernapasan. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda
klinis dan tanda-tanda laboratoris.

1. Tanda-tanda klinis ISPA


a. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
2. Tanda-tanda laboratoris ISPA
a. hypoxemia,
b. hypercapnia dan
c. acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah:
kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari
setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun,
stridor, Wheezing.
E. Penatalaksanaan Perawatan Pada ISPA
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian
karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat
pada pengobatan penyakit ISPA) . Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan
memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak
mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan
kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian
dari tindakan penunjang yang penting bagi penderita ISPA.
58

1. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :


a. Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1)
2)
3)
4)

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.


Immunisasi.
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

b. Pengobatan dan perawatan


1)
2)
3)
4)
5)

Prinsip perawatan ISPA antara lain :


Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
Meningkatkan makanan bergizi
Bila demam beri kompres dan banyak minum
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu

tangan yang bersih


6) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu
ketat.
7) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila masih bayi.

2.

Pengobatan antara lain :


Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau dengan
kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu
sendok teh .

59

BAB III
METODOLOGI PKL

A. POPULASI PENELITIAN
Populasi penelitian adalah seluruh warga Dukuh Kaliwanglu Kulon di Desa
Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman dengam mengambil responden
136 KK.
B. JENIS DAN RANCANGAN PKL
Jenis PKL yang digunakan yaitu Survei Mawas Diri ( SMD ) Telaah Mawas Diri
( TMD ) atau Comunnity Self Survey ( CSS ) bertujuan agar pemuka pemuka
msyarakat mampu mealkukan telaah mawas diri untuk desanya. Survei dilakukan oleh
pemuka pemuka masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. Denagan
demikian, diharapkan mereka sadar akan permasalahan yang dihadapi di Desanya, serta
bangkit nilai atau tekat untuk mencari solusinya, termasuk mebangun Poskesdes sebagai
upaya mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa.
Rancangan PKL yang digunakan Cross-sectional data atau cross section ( dari
sebuah populasi penelitian ) dalam statistik dan ekonometri adalah jenis satu dimensi
kumpulan data. Cross-sectional data mengacu pada data yang dikumpulkan dengan
mengenai banyak hal ( seperti perorangan, perusahaan atau negara atau wilayah ) pada
titik yang sama waktu, atau tanpa memperhatikan perbedaan waktu. Analisis data crosssectional biasanya terdiri dari membandingkan perbedaan antara subyek.
C. SAMPLE PENELITIAN
Sampel penlitian dengan mengambil responden 100 KK. teknik pengambilan
sampel yaitu dengan cara Stratified random sampling.
60

D. LOKASI PENELITIAN
Lokasi yang diambil adalah dukuh Kaliwanglu Kulon, Desa Hardjobinangun,
Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, yang terdiri dari :
1. Usulan dari BAPELKES JOGJA
2. Pertimbangan Kepada Puskesmas
3. Pertimbangan status kesehatan masyarakat
4. Pertimbangan sumber daya masyarakat
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, diamati untuk pertama
kalinya, data tersebut menjadi data sekunder bila dipergunakan orang yang
tidak berhubungan dengan penelitian yang bersangkutan. Cara pengumpulan
data yang dipergunakan yaitu observasi dengan melakukan pengamatan
langsung dan interview digunakan wawancara langsung dengan keluarga
disetiap dusun Kaliwanglu Kulon, Desa Hardjobinangun.
2. Data Sekunder
Data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulan data oleh penelitian
misalnya data diambil dari biostatistik, majalah, keterangan-keterangan public
lainnya. Data sekunder yang digunakan yaitu catatan kependudukan dan dusun
Kaliwanglu Kulon, Desa Hardjobinangun.
F. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Instrument yang digunakan untuk data primer yaitu pertanyaan tertutup ( closed
ended Question) yaitu responden dapat memilih satu atau meungkin lebih dari satu
jawaban yang tersedia instrument pengumpulan data sekunder yang digunakan yaitu
check list berisi nama-nama subjek dn factor yang hendak

diselidiki didusun

berdasarkan tujuan dari pengamatan yang bersangkutan: instrument survey lain yaitu
berisi stetoskop, spignomanometer dan senter.

G. ANALISIS DATA
Analisa data meliputi : analisis responden, analisis deskriptif kuantitatif (table/ grafik
destribusi frekuensi)
61

Format Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas

No

Masalah

Total

Prioritas

1.

Gangguan Persendian

16

2.

PHBS

23

3.

Ispa pada Anak & Balita

22

4.

Merokok

18

Keterangan:
A. =

Resiko terjadi

1 = Sangat

Resiko parah

2=

rendah
B. =
Rendah
C. =

Potensial untuk pendidikan kesehatan

3 = Cukup

D. =

Minat masyarakat

4 = Tinggi

E. =

Mungkin diatasi

5 = Sangat

tinggi

BAB IV

62

HASIL DAN PEMBAHASAN

I.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. PEDOMAN WINSHIELD SURVEY
1. Kondisi wilayah :
a. Batas wilayah
Barat
: Sungai Trasi
Timur
: Dusun Kaliwanglu Wetan
Utara
: Dusun Pojok
Selatan
: Dusun Turgo Gedhe
b. Kondisi pemukiman penduduk : Pemukiman di dusun Kaliwanglu Kulon
kurang tertata rapi karena masih ada sebagian pemukiman yang masih berada
jauh dalam jangkauan tenaga medis.
c. Kondisi sarana kesehatan lingkungan :
Tempat pembuangan sampah : Dusun Kaliwanglu Kulon belum mempunyai
tempat pembuangan sampah secara khusus karena hampir semua warga tempat
pembuangan sampahnya ke sawah dan ke sungai.
Saluran pembuangan limbah : Dusun Kaliwanglu Kulon hampir semua sudah
memadai
WC umum : Dusun Kaliwanglu Kulon hampir semua sudah memiliki jamban
sehat
Sumur umum : Dusun Kaliwanglu Kulon sudah memiliki sumur yang
memadai dan air tersebut bisa diminum dalam kehidupan sehari hari oleh
warga
d. Kondisi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang tersedia
Lapangan olahraga : Dusun Kaliwanglu Kulon tidak memiliki lapangan
olahraga.
Masjid/Musolah/Tempat Ibadah : Dusun Kaliwanglu Kulon sudah memiliki
Masjid di dekat rumah Bapak Lurah
Taman/Tempat hiburan : Dusun Kaliwanglu Kulon sudah memiliki tempat
hiburan di depan rumah Bapak Dusun dan di sekolah Paud
Pasar/ Tempat usaha : Dusun Kaliwanglu Kulon sudah ada pasar berada di
Kecamatan Pakem
e. Sumber sumber pencemaran lingkungan

63

Jenis pencemaran

: Di Dusun Kaliwanglu Kulon masih banyak terdapat

kandang yang hampir berdekatan dengan rumah warga sehingga menimbulkan


pencemaran lingkungan disekitar.
Asal pencemaran : berasal dari kotoran hewan yang dipelihara oleh warga.
f. Masalah kesehatan lingkungan lainnya
Banyaknya sampah yang berserakan disekitar lingkungan Kaliwanglu Kulon.
g. Fasilitas umum :
Sarana transportasi

umum : kebanyakan warga menggunakan kendaraan

pribadi untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.


Jenis sarana komunikasi/ media komunikasi masyarakat : biasanya didusun
Kaliwanglu Kulon menggunakan surat atau pengumuman di masjid untuk
memberitahu warga.
2. Kondisi tatanan sosial :
a. Kegiatan penduduk
Pagi hari
: Hampir semua warga di Dusun Kaliwanglu Kulon berada di
Siang hari

ladang atau sawah


: Hampir semua warga di Dusun Kaliwanglu Kulon berada di

Sore hari

ladang atau sawah


: Hampir semua warga di Dusun Kaliwanglu Kulon berada di
rumah dan berkumpul bersama keluarganya.

b. Kegiatan kemasyarakatan yang sedang berlangsung ( misal posyandu, karang


taruna ,dll ) :
Dusun Kaliwanglu Kulon sudah memiliki posyandu akan tetapi untuk karang
taruna tidak berjalan lancar ( tidak aktif ).
3. Kejadian tertentu ( terkait kesehatan ) yang ditemui di masyarakat pada saat
survey :
Pada saat survey dan pengkajian terdapat sebagian besar lansia mengalami
gangguan pada persendaian, remaja terdapat sebagian merokok, anak sekolah dan
balita terdapat sebagian penyakit ISPA karena warga dusun kaliwanglu kulon
masih banyak yang mempunyai kandang yang berdekatan dengan rumah.

B. KEADAAN DEMOGRAFI
a. Jumlah RT
b. Jumlah RW
c. Jumlah Penduduk
Laki laki
Perempuan

: 4 RT (RT 01, RT02, RT 03, RT 04)


: 2 RW (RW 17 dan RW 18)
: 565 Jiwa
: 45 %
: 55 %
64

d. Jumlah Kepala Keluarga : 136 KK

C. DATA IDENTITAS RESPONDEN

Tabel I
Distribuasi Agama Responden di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta Pada Januari 2013

NO
1
2
3
4
5
6

AGAMA
Islam
Protestan
Katholik
Hindu
Budha
Lain-lain
Jumlah

F
99
0
1
0
0
0
100

%
99
1
100

Diagram 1
Distribusi Penduduk Menurut Agama
Analisa : Dari 100KK, Yang beragama Islam sebesar 99% dan Katholik 1%

Tabel 2
Distibusi Pendidikan Responden di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta Pada Januari 2013
65

NO
1
2
3
4
5
6
7
8

PENDIDIKAN
Tdk Sekolah
SD TT
SD
SLTP
SLTA
D1-3
D4/S1
S2
Jumlah

F
7
3
18
10
49
4
9
0
100

%
7
3
18
10
49
4
9
100

Diagram 2
Distribusi Pendudukan Menurut Pendidikan
Analisa : Dari 100KK, Presentase didapatkan tingkat pendidikan padukuhan mayoritas
Tamatan SLTA

Tabel 3
Distibusi Pekerjaan Responden di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
NO
1
2
3
4
5
6
7

PEKERJAAN
PNS
TNI/Polri
Guru/dosen
Swasta/wiraswasta
Petani
Buruh
Lain-lain
Jumlah

F
11
0
4
28
33
11
13
100

%
11
4
28
33
11
13
100

66

Diagram 3
Distribusi Penduduk menurut Pekerjaan
Analisa : Dari 100KK, presentase pekerjaan warga Kaliwanglu Kulon Mayoritas adalah
Petani

D. KEBUTUHAN HIDUP SEHARI-HARI


Tabel 4
Distibusi Keluarga yang memiliki masalah kebutuhan sehari-hari di Pedukuhan Kaliwanglu
Kulon Desa Harjo Binangun Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013

NO

VARIABEL

1
a
b

NUTRISI
Makan aneka ragam
Menimbang berat badan

SEHAT
F

89
17

89
74

TIDAK SEHAT
F
%
11
6

11
26

TOTAL
F
%
100
23
67

100
100

c
d
e
f
g
2
a
3
a
b
c
d
e

Biasa pakai garam yodium


ASI eksklusif
Biasa makan pagi
Makan yg aman
Minum air bersih, aman dan cukup
Olahraga
Rutin berolahraga
Kebersihan Diri
Mandi 2x/hari
Sikat gigi pagi dan malam
Keramas 2x/minggu
Kuku pendek dan bersih
Cuci tangan dg air mengalir+sabun
Jumlah

87
20
95
98
95

87
87
95
98
95

13
3
5
2
5

13
13
5
2
5

100
23
100
100
100

100
100
100
100
100

86

86

14

14

100

100

97
89
96
79
92
1040

97
89
96
79
92
91

3
11
4
21
8
106

3
11
4
21
8
9

100
100
100
100
100
1146

100
100
100
100
100
100

Diagram 4
Distribusi Keluarga yang memiliki masalah dikebutuhan sehari-hari
Analisa : Dari data dapat disimpulkan bahwa masalah kebutuhan sehari hari pada keluarga
yaitu menimbang berat badan, kuku pendek dan bersih

68

Tabel 5
Distibusi Keluarga yang ber-PHBS di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
TIDAK

NO

VARIABEL

SEHAT
F

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Bangunan permanen
Pekarangan bersih
Kondisi ventilasi memadai
Ada kandang
Kandang bersih dan jarak >10m
Ada SPAL
Pakai air bersih sehari-hari
Berantas jentik/minggu
Menggunakan jamban sehat
Punya tempat sampah khusus
Sampah dikelola dg baik
Lingkungan rumah banyak lalat

Jumlah

100
82
87
43
57
100
100
89
100
98
99
86
1041

SEHAT
%

100
82
87
43
57
100
100
89
100
98
99
86
87

18
13
57
43
11
2
1
14
159

TOTAL
%

18
13
57
43
11
2
1
14
13

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
1200

Diagram 5
Distribusi Keluarga yang ber-PHBS
Analisa : Dari data diatas dapat diartikan bahwa masalah kondisi lingkungan rumah keluarga
yaitu adanya kandang yang berdekatan dengan rumah ( < 10m )

69

100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Tabel 6
SEHAT

TIDAK SEHAT

TOTAL

23
20
20
21
21
20
21
23
169

100
87
87
91
91
87
91
100
92

3
3
2
2
3
2
15

13
13
9
9
13
9
8

23
23
23
23
23
23
23
23
184

100
100
100
100
100
100
100
100
100

Distibusi Keluarga Kesehatan Balita di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013

Diagram 6
Distribusi Kesehatan Pada Balita
70

Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan balita yaitu status gizi,
rutin ke posyandu, dan menstimulasi perkembangan

Tabel7
Distibusi Penyakit Balita di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun Kecamatan
Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013

SEHAT

TIDAK SEHAT

14
22

61
96

21
21
23
23
124

91
91
100
100
90

TOTAL

9
1

39
4

23
23

100
100

2
2

9
9
10

23
23
23
23
138

100
100
100
100
100

14

Diagram 7
Distribusi Penyakit Pada Balita

71

Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit pada balita yaitu ISPA

Tabel 8
Distibusi Kesehatan Anak di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun Kecamatan
Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
SEHAT
F

25

TIDAK SEHAT

TOTAL
F

92,59

7,4074

27

100

26

96,3

3,7037

27

100

21

77,78

22,222

27

100

21

77,78

22,222

27

100

22
115

81,48
85,19

5
20

18,519
14,815

27
135

100
100

Diagram 8
Distribusi Kesehtan Anak

Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahawa masalah kesehtan pada anak yaitu biasa
cuci tangan, bisa gosok gigi, dan biasa mkanan siap saji.

72

Tabel 9
Distibusi Penyakit Anak di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun Kecamatan
Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
SEHAT

TIDAK SEHAT

TOTAL

20
22
26
27
27
25
147

74,07
81,48
96,3
100
100
92,59
91

7
5
1
0
0
2
15

25,926
18,519
3,7037
0
0
7,4074
9

27
27
27
27
27
27
162

100
100
100
100
100
100
100

Diagram 9
Distribusi Penyakit Anak
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penyakit pada anak adalah ISPA

73

Tabel 10
Distibusi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon
Desa Harjo Binangun Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
SEHAT

NO

VARIABEL

Tahu perubahan jasmani ktk baliq


Tahu perubahan jiwa ktk baliq
Tahui alat reproduksi L/P
Tahu kl HIV/AIDS = PMS

2
3
4
5

Dapat info tentang kespro


Jumlah

TIDAK SEHAT

TOTAL

11
11
11
10
8
43

100
100
100
91
73
98

1
3
1

9
27
2

11
11
11
11
11
44

100
100
100
100
100
100

Diagram 10
Distribusi Pengetahuan Ksesehatan Reproduksi Remaja

Analaisa : Dari data diatas disimpulkan bahwa maslaah pengetahuan kespro adalah kurang
dapatnya info tenntang kesehatan reproduksi

74

Tabel 11
Distibusi Sikap dan Perilaku Remaja di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
NO

VARIABEL

Merokok
Mengkonsumsi alkohol
Pernah mencoba narkoba
Ikut kegiatan sosial masyarakat
Ikut kegiatan eks-kul di sekolah

2
3
4
5

Jumlah

SEHAT

TIDAK SEHAT

TOTAL

9
11
11
11
11
53

82
100
100
100
100
96

2
2

18
4

11
11
11
11
11
55

100
100
100
100
100
100

Diagram 11
Distribusi Sikap dan Perilaku Remaja
Analiaa : dari data diatas dapat disimpulkan masalah pada remja adalah merokok

75

Tabel 12
Distibusi Pasangan Usia Subur di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013

NO
1
2
3
4

SEHAT

VARIABEL
Ibu/suami ber-KB
Mengalami keputihan abnormal
Menstruasi dg nyeri perut
Mengalami perdarahan abnormal
Jumlah

TIDAK SEHAT

44
44
44
44
176

100
100
100
100
100

0
0
0
0
0

TOTAL
F

44
44
44
44
176

100
100
100
100
100

Diagram 12
Distribusi Pasangan Usia Subur
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada maslaah pada Pasangan Usia
Subur

76

Tabel 13
Distibusi Bumil Pada Keluarga di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
BUMIL
1
2
3
4
5
6

Mengalami masalah kehamilan


Bumil konsumsi tablet besi
Kehamilan anak ke-3/lebih
Usia ibu hamil > 35 th
Persalinan dulu ditolong nakes
Pernah dpt info ttg kehamilan
Jumlah

2
2
0
0
2
2
8

100
100
100
100
67

0
0
2
2
0
0
4

100
100
33

2
2
2
2
2
2
12

100
100
100
100
100
100
100

Diagram 13
Distribusi Pada Bumil
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah pada ibu hamil

77

Tabel 14
Distibusi Keluhan Kesehtan Lansia di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013

Keluhan kesehatan

NO

VARIABEL

1
2
3
4
5
6
7
8

Penglihatan

SEHAT

Pendengaran
Pernafasan
Jantung
Pencernaan
Pergerakan/sendi
Persyarafan
Perkemihan
Jumlah

TIDAK SEHAT

TOTAL

22
34
32
32
34
21
34
36
245

56
87
82
82
87
54
87
92
79

17
5
7
7
5
18
5
3
67

44
13
18
18
13
46
13
8
21

39
39
39
39
39
39
39
39
312

100
100
100
100
100
100
100
100
100

Diagram 14
Distribusi Keluhan Kesehatan Lansia
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa keluhan pada lansia adalah dibagian
persendian atau sendi dan penglihatan

Tabel 15
Distibusi Lingkungan Fisik Rumah Lansia di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo
Binangun Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013

78

B
1

Lingkungan Fisik
Lantai rumah licin

2
3

Tangga ada pegangan pengaman


Lantai kamar mandi licin

4
5
6

Penerangan kurang memadai


Lingkungan sekitar rumah licin
Lingkungan sekitar rumah
berbatu/tidak rata
Selokan terbuka disekitar rumah
Jumlah

39
2

100
5

37

95

39
39

100
100

37
34
37
36

95
87
95
92

2
5
2
3

5
13
5
8

39
39
39
39

100
100
100
100

36
221

92
81

3
52

8
19

39
273

100
100

Diagram 15
Distribusi Lingkungan Fisik Rumah Lansia
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah pada lingkungan fisik
di rumah lansia.

Tabel 16
79

Distibusi Hubungan Sosial Lansia di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
C
1
2
3
4

Hubungan Sosial
Berinteraksi dengan keluarga dan
lingkungan sosial
Ikut kegiatan sosial
Sering mengunjungi sanak saudara
Rekreasi
Jumlah

33
33

92
92

3
3

8
8

36
36

100
100

34
31
131

94
91
92

2
3
11

6
9
8

36
34
142

100
100
100

Diagram 16
Distribusi Hubungan Sosial Lansia
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa masalah hubungan sosial lansia yaitu
rekreasi

80

Tabel 17
Distibusi Perilaku Sehat Lansia di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo Binangun
Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013
D
1
2
3
4
5
6
7
8

Perilaku Sehat
Masalah dg makanan
Konsumsi makanan siap saji
Merokok
Ketergantungan thd obat-obatan
Olah raga
Cukup istirahat/tidur
Kebutuhan hidupnya scr mandiri
Koping efektif dalam mengatasi
masalah
Jumlah

31
31
25
30
31
34
33

91
91
76
88
91
100
97

3
3
8
4
3
1

9
9
24
12
9
3

34
34
33
34
34
34
34

100
100
100
100
100
100
100

33
248

97
92

1
23

3
8

34
271

100
100

Diagram 17
Distribusi Perilaku Sehat Lansia
Analisa : Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat pada lansia yaitu merokok

81

Tabel 18
Distibusi Kesimpulan dari hasil olah data di Pedukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Harjo
Binangun Kecamatan Pakem kabupaten Sleman Provinsi D.I.Y Yogyakarta
Pada Januari 2013

NO

SEHAT
F
%

VARIABEL

9
1 Kebutuhan hidup sehari-hari

1040

1
8

2 Kondisi lingkungan rumah

1041

7
9

3 Kondisi kesehatan balita

169

2
9

4 Penyakit 3 bulan terakhir

124

0
8

5 Kesehatan anak

115

5
9

6 Penyakit yg diderita

147

TIDAK SEHAT
F
%
10
6
9
15
9
13
1
5
8
1
4
10
2
0
15
1
5
9

9
7 Pengetahuan kespro remaja
Sikap dan prilaku remaja
8

60
53

9
6
9

9 PUS

170

7
6

10 Bumil

4
8

11 Keluhan kesehatan lansia

239

1
9

12 Lingkungan Fisik lansia


13

226

131

14 Perilaku Sehat lansia

Jumlah

33

3556

20
1

Hubungan Sosial lansia

33
6
7
1

3
453,
00

41
11

TOTAL
F
%
1.14
10
6
0
1.20
10
0
0
18
10
4
0
13
10
8
0
13
10
5
0
16
10
2
0
6
10
1
0
5
10
5
0
17
10
5
0
1
10
2
0
30
10
0
0
24
10
3
0
14
10
2
0
5
10
6
0
4.00
10
9
0

82

Diagram 18
Distribusi Kesimpulan Olahan Data
Analisa : Dari hasil survey dan pengumpulan data, maka dapat disimpulkan bahwa angka
tertinggi tidak sehat terdapat 41 % perilaku tidak sehat pada lansia, 19 % lingkungan fisik
lansia, 15 % kesehatan anak, dan 13 % kondisi lingkungan yang tidak sehat.

E. ANALISA DATA
Data Penunjang
Lingkungan dusun terlihat kotor

Masalah Kesehatan
Kurangnya Perilaku Hidup Bersih Sehat

Rumah warga dusun kaliwanglu Kulon


belum tertata rapi
Bangunan warga dusun kaliwanglu kulon
masih tanah tidak seluruhnya di aspal
Tidak ditemukan tempat sampah secara
83

khusus sehingga samapah tampak berserakan


di mana mana.

DS :

Penyakit ISPA

Orang tua mengatakan anaknya pernah


mengalami batuk dan pilek
Orang tua jarang membawa anaknya ke
puskesmas
DO :
Rumah warga berdekatan dengan kandang
Masih banyak sampah yang di bakar

F. MASALAH KESEHATAN
1.

Perilaku Hidup Bersih Sehat

2.

Terjadinya kasus penyakit ISPA

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Kurangnya kebersihan lingkungan di Dusun Kaliwanglu Kulon berhubungan dengan
kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) ditandai dengan banyaknya
sampah yang berserakan di lingkungan
2. Tingginya mengkonsumsi makanan siap saji pada anak sekolah berhubungna dengan
kurangnya PHBS ditandai dengan 18% dari 27 responden yang memiliki anak
sekolah
3. Resiko terjadinya ISPA pada anak dan balita di dusun Kaliwanglu Kulon
berhubungan dengan kondisi lingkungan yang kurang sehat ditandai dengan 15% dari
50 responden yang memiliki anak dan balita

84

H. RENCANA KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Kasus Ispa
Resiko peningkatan angka kejadian penyakit ISPA pada anak dan bayi berhubungan
dengan kondisis lingkungan yang kurang sehat ditandai dengan 15% dari 100
responden yang

No

Masalah

kesehatan (Dx)

Resiko

Rencana

Lokasi/

Penanggung

Tujuan & Kriteria

dimana

Jawab

Hasil

program

Sasaran

Kapan

kesehatan
a. Berikan

Ibu yang

Rabu,

RT 02,

Winda

a. Diharapkan

peningkatan

penyuluhan

memiliki

30/01/2

Bendos

Mutiara N,

dapat

angkatan

kesehatan

anak dan

013

ari

Nur Achmad

memahami

kejadian

tentang ISPA

balita

Wijaya.

pengetahuan

penyakit ISPA

pada ibu

Waktu :

tentang ISPA

pada anak dan

yang

14.00

dan me re-

bayi

memiliki

s/d

demonstrasikan

berhubungan

anak dan

15.00

cara pengobatan

balita :
- Pengertian

WIB

dan penguapan

dengan kondisi
lingkungan yang
kurang sehat
ditandai dengan
15% dari 100
responden yang
memiliki anak
dan balita.

tradisional.

ISPA
- Tanda dan
gejala ISPA
- Penyebab
ISPA
b. Demonstrasi
kan cara
pengobatan
tradisional
menggunaka
n:
- Air jeruk
85

nipis sdt
- Kecap manis
sdt
- Air putih 500
cc (hangat)
c. Demonstrasi
kan cara
penguapan
tradisional
menggunaka
n:
- Handuk
- Baskom
- Air panas
800 cc
- Inhaler
(minyak
kayu putih 4
tetes)
d. Berikan
reinforcemen
t terhadap
keberhasilan
ibu
menjelaskan
kembali
materi yang
2

Kurang

diberikan.
a. Lakukan

Seluruh

Minggu RT 02,

Dea Pertiwi,

Diharapkan

pengetahuan

kerja bakti

warga di

Bendos

Adnan Rifai,

seluruh warga

tentang perilaku

massal

RT 02

27/01/2

ari

Dwi

dapat melakukan

hidup bersih dan

( pembuatan

Anggrayani

kegiatan

sehat (PHBS)

SPAL)

berhubungan

bersama

Waktu :

dengan

seluruh

07.00

banyaknya

warga RT 02
b. Berikan

013

pembersihan SPAL
secara rutin.

WIB

86

sampah yang

reinforcemen

s/d

berserakan di

t terhadap

09.30

lingkungan

kemampuan

WIB

sebanyak 13%

warga

dari 100

menjelaskan

responden.

kembali
tentang
dampak
sampah dan
pengelolaan
sampah yang

benar.
a. Berikan

Kurang

Seluruh

Rabu,

SDN

Putri

Diharapkan seluruh

pengetahuan

penyuluhan

siswa

30/01/2

Turen,

Hendriyani,

anak-anak SDN 6

tentang perilaku

kesehatan

kelas 4,5

013

Pakem

Ni Komang

Turen dapat

hidup bersih dan

tentang

dan 6 SD

Budayani

memmilih makanan

sehat (PHBS)

makanan dan

Turen

berhubungan

minuman

09.00

dengan

junk food

WIB

tingginya

pada usia

s/d

mengkonsumsi

anak

10.30

makanan siap
saji pada anak

Waktu :

sekolah:
- Pengertian

sehat di Sekolah.

WIB

junk food
- Jenis-jenis

sekolah
sebanyak 15%
dari 100
responden.

junk food
- Akibat
mengkonsum

si junk food
I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO

DX

Kegiatan

Keperawatan
1.

Waktu/temp

Peserta

Hambatan

Keterbatasana

Solusi

at

Komunitas
Kurang

Melakukankerjab

Minggu, 27

Seluruhwar

pengetahuan

akti

Januari 2013

gaDusunKa latdanjugamas alatharusdipersi

Alat-

87

tentang

DusunKaliw

liwangluKu ihkurangnyap

apkandanaparat

angluKulon

lon

enggerakuntu

masyarakatharu

perilaku hidup

Pembuatan SPAL

bersih dan

di RT 02

kmelaksanaka

slebihberperana

sehat (PHBS)

(Bendosari)

nkerjabakti

ktifdalammenga

b.d

jakwargauntukk

banyaknya

erjabakti

sampah yang
berserakan di
2.

lingkungan
Kurang

Penyuluhan

Selasa, 29

SD

Tidakadaham

pengetahuan

tentang makanan

Januari 2013

TurenPake

batandansesua

tentang

siap saji

SD

idengan target

perilaku hidup

( Junk Food)

TurenPakem

Resiko

Penyuluhan

Selasa,

Ibu yang

Tidakmencapa Kader

peningkatan

tentang ISPA

29-01-2013

memiliki

i target (dari

harusberperanak

angka

Mendemonstrasi

Di RT 02

anak dan

40

tifdalammendor

kejadian

kan teknik

( Bendosari )

Balita

undanganhany ong/memotivasi

penyakit ISPA

inhalasi

bersih dan
sehat (PHBS)
b.d tingginya
konsumsi
makanan siap
saji pada anak
Sekolah
sebanyak 18
% dari 100
responden.
3.

a 16 yang

wargauntukmen

pada Anak dan sederhana

hadirdalampe

gikutipenyuluha

balita di

nyuluhan)

Dusun
Kaliwanglu
Kulon
88

berhubungan
dengan
kondisi
lingkungan
yang kurang
sehat ditandai
dengan 15%
dari 23
responden
yang memiliki
anak dan
balita.

J. EVALUASI
No.
1

Dx. Keperawatan
Subyektif
Kurang
Warga mengatakan

Objektif
Warga terlihat

Assesment
Masyarakat

Planning
Mengaktifkan

pengetahuan

bahwa dengan

antusias setelah

dapat

kegiatan kerja

tentang perilaku

program mahasiswa

diadakannya kerja melakukan

bakti disetiap

hidup bersih dan

PKL dapat

bakti

intervensii yg

RT setiap

sehat (PHBS)

membantu warga

dilingkungannya.

telah

1bulan sekali
89

berhubungan

dalam kegiatan kerja

direncanakan

dan

dengan

bakti dan pembuatan

oleh

berkolaborasi

banyaknya

SPAL

mahasiswa

dengan dinas

PKL

kebersihan

sampah yang
berserakan

untuk

dilingkungan

melakukan

sebanyak 13%

pembuatan

dari 100

tempat

responden

sampah
permanen di
Dusun
Kaliiwanglu

Kurang

Siswa mengatakan

Siswa terlihat

Siswa dapat

Kulon
Siswa dapat

pengetahuan

setelah dilakukan

sangat antusias

melakukan

lebih memilih

tentang perilaku

penyuluhn ini

dan senang

perilaku hidup milih tentang

hidup bersih dan

mengerti tentang

dengan adanya

bersih dan

makanan yang

sehat (PHBS)

makanan siap saji

penyuluhan

sehat yang

baik

berhubungan

tentang bahaya

telah di

dikonsumsi

dengan tingginya

mengkonsumsi

ajarkan atau

dan yang tidak

mengkonsumsi

makanan siap saji

di paparkan

layak

makanan siap saji

oleh

dikoonsumsi.

pada anak sekolah

mahasiswa

Dan

sebanyak 15%

PKL

sebaiknya

dari 100

disekolahnya

bagian kantin

responden.

sekolah tidak
menyajikan
makanana
instant atau

Resiko

Ibu mengatakan

Ibu terihat fokus

Ibu dapat

siap saji.
Diharapkan

peningkatan

sudah mengetahui

dan memahami

lebih

pihak

angka kejadian

tentang penyakit

materi tentang

memperhatika

puskesmas

penyakit ISPA

ISPA dan mampu

ISPA yg diberikan n kesehatann

dapat lebih
90

pada anak dan

mendemonstrasikan

oleh mahasiswa

anak dan

memperhatika

balita di Dusun

ulang cara

PKL

balitanya

n warga

Kaliwanglu

pembuatan obat

Ibu banyak

dirumah agar

Dusun

Kulon

tradisional dengan

bertanya

tidak

Kaliwanglu

berhubungan

menggunakan jeruk

terserang

Kulon dan

dengan kondisi

nipis dan kecap

penyakit ISPA dapat

lingkungan yang

mengaktifkan

kurang sehat

kembali

ditandai dengan

kader-kader

23% dari 50

yang

responden yang

bersangkutan.

memiliki anak
dan balita

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu sintesa parktek keperawatan
komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan, memelihara kesehatan masyarakat
yang bersifat umum dan menyeluruh serta berfokus pada segi preventi dan promotif
91

tanpa mengeabaikan segi kuratif dan rehabilitatif. Dalam kegiatan praktek di Daerah
binaan ini dilakukan dengan pendejatan melalui pihak Puskesmas Pakem, Tokoh
Masyarakat, Kader-Kader selama pengkajian dan pengumpulan data.
Sebelum kami di terjunkan secara langsung ke masyarakat kami diberi materi
kegiatan terlebih dahulu yang diselenggarakan di Dusun Kaliwanglu Kulon, oleh
Bapelkes Jogjakarta, selama dua hari yang meliputi :
Pengenalan program kerja dan tata kelola Puskesmas, pengenalan kebijakan
pembangunan kesehatan Di Pemda Daerah Istimewa Jogjakarta. Etika dan teknik
pendekatan masyarakat, aplikasi NANDA dalam Askep komunitas, BLC, langkahlangkah praktek keperawatan komunitas berbasis PHN,format pengkajian data, tehik
pengolahan dan analisis data, program kerja Puskesmas Pakem dalam program
Perkesmas, tehnik penyusunan laporan kelompok, tehnik MMD dan pembentukan
Fromkes.
Adapun kegiatan yang dilakukan di Dusun Kaliwanglu Kulon meliputi, MMD I,
MMD II, MMD III, penyuluhan ISPA, penyuluhan PHBS (makanan siap saji),
melakukan kegiatan kerja bakti dan pembuatan SPAL di RT 2 (Bendosari). Hari
terakhir di Dusun, kami mengikuti presentasi hasil PKL dan penutupan PKL di
Bapelkes Balai Desa, kemudian mahasiswa kembali ka Bapelkes Jogjakarta. Di
Bapelkes kami mengadakan seminar hasil kelompok, evaluasi fasilitator (Narasumber
dan Panitia, penutupan secara resmi, perbaikan draf kelompok sampai dengan
perpisahan dengan panitia). Hasil kegiatan pengkajian yang telah dilakukan selama
dua hari (24-25 januari 2013). Didapatka data hasil rekapan masih rendahnya PHBS
Masyarakat yang ditandai dengan kurangnya kesadaran masyarakat membuang
sampah pada temptnya, sebanyak 13% , tingginya jumlah anak sekolah
mengkonsumsi makanan siap saji sebanyak 15 %. Dan masalah yang terutama adalah
ISPA sebanyak 23%.
Kegiatan praktek kerja lapangan mahasiswa Podi S-1 keperawatan UPN Veteran
Jakarta di Padukuhan Kaliwanglu Kulon Desa Hrjobinangun Kecamatan Pakem
Kabupaten Sleman Kota Jogjakarta dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Melakukan pengkajian pada warga Dususn Kaliwanglu Kulon mengenai aspek
2.
3.
4.
5.
6.

gangguan kesehatan, PHBS dan praktek atau kebiasaan kesehatan.


Mengolah dan menganalisa data hasil pengkajian.
Menyususn prioritas masalah kesehatan dari hasil analisa data.
Menyusun perencanaan untuk mengatasi permaslahan.
Merencanakan masalah yang telah di susun untuk mengatasi masalah.
Melakukan evaluasi dari kegiatan yang telah dilaksanakan yaitu pendidikan
kesehtan pada masyarkat. Proiritas masalah yang timbul adalah.
92

1. Kurangnya pengetahuan tentang prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)


berhubungan dengan banyaknya sampah yang berserakan di lingkungan
sebanyak 13%.
2. kurangnya pengetahuan tentang prilaku hidup bersih dabn sehat (PHBS)
berhubungan dengan tingginya mengkonsumsi makanan siap saji pada
anak sekolah sebanyak 15 %.
3. Resiko peningkatan angka kejadian penyakit ISPA pada anakdan balita di
Dusun Kaliwanglu Kulon.
B. SARAN
1.
KEPALA DUSUN
a. Agar mencatat setiap kejadian masalah kesehatan yang timbul di
wilayahnya
b. Agar melaporkan kepada kepala desa dan dinas kesehatan yang terkait
c. Mengawasi tanda-tanda terjadinya masalah yang mengakibatkan
penyebaran penyakit yang meluas, memfasilitasi atau membantu
warganya dalam penyakit yang meluas, memfasilitasi dan membantu
warganya dalam memberikan informasi atau pendidikan kesehatan yang
dibutuhkan

2. KEPALA DESA
a. Meningkatkan derajat kesehatan warga dengan meningkatkan program
kesehatan di wilayahnya
b. Mengajak warga untuk melakukan dan untuk melaksanakan PHBS
c. Memberikan penyuluhan atau informasi kesehatan yang dibutuhkan sesuai
masyarakat
d. Mengawasai tanda-tanda potensial terjadinya penyakit atau wabah pada
warga
e. Mencatat da melaporkan setiap kejadian mengenai masalah kesehatan
seperti penyakit yang sering terjadi di masyarakat
f. Meningkatkan upaya pengkaderan
3. CAMAT
a. Meningkatkan fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana
b. Mengajak warga untuk bersama-sama menjaga kebersihan dan lingkungan
c. Mengawasi setiap tanda-tanda yang berpotensi terjadinya penyakit
menular dan menyebabkan kematian
d. Memberikan kemudahan bagi warga untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan

93

4. KEPALA PUSKESMAS
a. Kunjungan pada kasus-kasus yag menjadi keluarga binaan.
b. Diharapkan disetiap acara posyandu ada petugas puskesmas atau
kesehatan
c. Diharapkan pihak puskesmas mengajarkan kader-kader dalam menangani
kasus-kasus kesehatan.
5. PANITIA PKL
Agar panitia bapelkes menambah format pengkajian untuk umur remaja dan
dewasa sehingga kami dalam melakukan pendataan lebih lengkap.
Rencana tindak lanjut setelah selesai PKL yaitu :
a. Memberikan buku mengenai masalah-masalah kesehatan yang timbul dan
penanganan
b. Secara dini dengan pembentuk kelompok kerja kesehatan yang akan
melanjutkan rencana yang telah disepakati oleh masyarakat dan
mahasiswa PKL.

94

DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Wahid Iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika
Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik Asuhan
Keperawatan Keluarga. Jakarta:Trans Info Medika
Setiawati, Santun. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Medika
Williams L. Jenice. 2005. Diagnosa Fisik. Jakarta: EGC
Citra Agus. 2004. Tuntutan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Notoadmojo. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika
http://julioandrian.wordpress.com/2012/08/07/bahaya-makanan-siap-saji
http://telukpandan51190.blogspot.com/2012/01/contoh-satuan-acara-penyuluhan-sap.html

95

You might also like