You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak bisa lepas akan kebutuhan energi. Selama ini
masyarakat Indonesia hanya menggantungkan kebutuhan energi dari bahan bakar
yang berbasis fosil. Padahal, cadangan bahan pembuat minyak ini semakin menipis
dan akan segera habis dalam beberapa tahun. Jika kita lihat kenyataan yang terjadi
bahwa kebutuhan akan minyak merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari lagi
mengingat semakin banyaknya industri-industri yang berkembang.
Majunya penelitian dan penggunaan motor diesel pada industri tidak mungkin
akan berhenti jika melihat kenyataan hanya dikarenakan menipisnya bahan bakar
fosil. Untuk itulah diperlukan suatu terobosan baru dalam pencarian bahan bakar
alternative yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti minyak
yang terbuat dari fosil.
Jika kita lihat di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam justru
berdasarkan kenyataanya pada tahun 2005 Indonesia sudah menjadi net importer
minyak, seperti di tunjukkan pada tabel di bawah ini yang menggambarkan
kebutuhan dan produksi solar yang ada di Negara kita.
Tabel 1.1. Kebutuhan dan Produksi Solar dalam Negeri
Keterangan
Kebutuhan akan solar 19.3 juta kilo liter
Kebutuhan akan solar 22.2 juta kilo liter
Impor BBM dalam negeri 31.707 juta barel
Indonesia sudah mengimpor 5 6 miliar liter pertahun
Subsidi solar sebagian besar di cabut dan harga disesuaikan dengan
harga minyak dunia
2007 2015 Kebutuhan solar 19.3 juta kilo liter
Kompas, 18 Maret 2002
Tahun
1996 1997
1997 1998
1999 2000
2000
2005

Berdasarkan kenyataan di atas dapat kita simpulkan bahwa permasalahan


energi merupakan hal yang serius untuk ditangani saat ini, dimana salah satu cara
penanganannya adalah dengan mengembangkan sumber daya alternatif dan biodiesel
merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah pratikan dapat membuat biodiesel dari dua
buah bahan yaitu dari minyak jelanta dan minyak goreng murni serta dapat
membandingkan hasil keduanya.
1.3

Permasalahan

Yang menjadi permasalahan pada pratikum ini adalah kelangkahan akan bahan
bakar minyak bumi.
1.4

Hipotesa
Kelangkahan bahan baker minyak ini dapat diatasi dengan menambahkan bahan
bakar arternatif berupa biodisel yang dapat diperoleh dari pengolahan minyak
jelanta maupun dari pengolahan minyak goreng murni

1.5 Manfaat
Manfaat dari dilakukannya pratikum ini adalah pratikan dapat mengetahui dan
membuat biodisel dari minyak jelanta dan dari minyak goreng murni, serta
dapat membandingkannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sekilas Tentang Biodiesel
Biodiesel merupakan sumber energi alternatif pengganti solar yang terbuat
dari minyak tumbuhan atau lemak hewan, tidak mengandung sulfur dan tidak
beraroma. Biodiesel dihasilkan dengan mereaksikan minyak tanaman dengan alcohol
menggunakan zat basa sebagai katalis pada suhu dan komposisi tertentu, sehingga
akan dihasilkan dua zat yang disebut alkyl ester ( umumnya methyl atau ethyl ester )
dan glyserin. Proses reaksi di atas biasa disebut dengan proses transesterifikasi.
Methyl ester yang didapat perlu dimurnikan untuk mendapatkan biodiesel yang
bersih.
Dibandingkan dengan bahan bakar solar, biodiesel memiliki beberapa keunggulan,
yaitu :
Biodiesel diproduksi dari bahan pertanian, sehingga dapat diperbaharui.

Biodiesel memiliki nilai cetane yang tinggi, volatile rendah dan bebas sulfur.

Ramah lingkungan karena tidak ada emisi SOx

Menurunkan keausan ruang piston karena sifat pelumsan bahan bakar yang

bagus ( kemampuan untuk melumasi mesin dan system bahan bakar )


Aman dalam penyimpanan dan transportasi karena tidak mengandung racun

Meningkatkan nilai produk pertanian Indonesia

Memungkinkan diproduksi dalam skala kecil menengah

Menurunkan ketergantungan suplai minyak dari Negara asing dan fluktuasi

harga
Biodegradable atau jauh lebih mudah terurai oleh mikroorganisme

dibandingkan minyak mineral. Pencemaran akibat tumpahnya biodiesel pada


tanah dan air bisa teratasi dengan alami
Biodiesel merupakan bahan bakar ideal untuk industri transportasi karena
dapat digunakan pada berbagai mesin diesel termasuk mesin-mesin pertanian. Jika
0,4-5% biodiesel dicampur dengan bahan bakar diesel minyak bumi otomatis akan

meningkatkan daya lumas bahan bakar Biodiesel mempunyai rasio keseimbangan


energi yang baik. Rasio keseimbangan energi biodiesel minimum 1 sampai 2,5.
Artinya, untuk setiap saru unit energi yang digunakan pada pupuk, pestisida, bahan
bakar, permurnian, prosesing, dan transportasi, minimum terdapat 2,5 unit energi
dalam biodiesel.
Biodiesel dapat dicampur dengan bahan bakar diesel minyak bumi dalam
berbagai rasio. Campuran 20% biodiesel dan 80% bahan bakar diesel minyak bumi
disebut dengan B20. Campuran B20 merupakan bahan bakar alternative yang terkenal
di Amerika Serikat, terutama untuk bis atau truk. B20 mengurangi emisi, harganya
relative murah, dan tidak memerlukan modifikasi mesin.
Proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati disebut transesterifikasi
(trans-ester-ifikasi). Transesterifikasi merupakan perubahan bentuk dari satu jenis
ester menjadi bentuk ester yang lain. Suatu ester merupakan suatu rantai hidrokarbon
yang akan terikat dengan molekul yang lain. Satu molekul minyak nabati terdiri dari
tiga ester yang terikat pada satu molekul gliserol. Sekitar 20% molekul minyak nabati
adalah gliserol. Semua tanaman yang mengandung minyak dapat digunakan untuk
bahan baku biodiesel. Banyak Negara telah menggunakan biodiesel untuk keperluan
sehari-hari. Dan ironisnya, Indonesia yang notabene-nya sebagai Negara yang
memiliki potensi bahan baku melimpah, belum mampu untuk merealisasikan
langkah-langkah ini.
Dalam penelitian kami nanti rencananya akan menggunakan minyak kelapa
sawit sebagai bahan baku utama pembuatan biodiesel dilihat dari hasil kenyataan
bahwa tanaman tersebut mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan
sebagai bahan baku pembuatan biodiesel
Tabel 2.1. Spesifikasi Biodiesel sesuai SNI 04-7182-2006:

No
1
2
3
4
5
6
7

Parameter
Massa jenis pada 40 0C
Viskositas kinematik pada 40 oC
Angka setana
Titik nyala (mangkok tertutup)
Titik kabut
Korosi lempeng tembaga (3 jam
pada 50 0C)
Residu karbon
Dalam contoh asli
Dalam 10% ampas distilasi
Air dan sedimen

Satuan
kg/m3
mm2/s(cst)
o

c
c

Nilai
850-890
2.3-60
Min 51
Min 100
Maks 18
Maks no 3
Maks 0.05
Maks 0.30

% vol

Maks 0.5*

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Temperatur destilasi 90%


Abu tersulfatkan
Belerang
Fosfor
Angka asam
Gliserol bebas
Gliserol total
Kadar ester alkil
Angka iodium
Uji Helphen

c
% massa
ppm-m (mg/kg)
ppm-m (mg/kg)
mg-KOH/g
% massa
% massa
% massa
% massa 9g-I2/100 g)

Maks 360
Maks 0.02
Maks 100
Maks 10
Maks 0.8
Maks 0.02
Maks 0.24
Maks 96.5
Maks 115
Negatif

2.2. Minyak Kelapa sawit (Crude Palm Oil)


Minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil berasal dari minyak
serabut dari buah kelapa sawit, sedangkan minyak inti sawit umumnya digunakan
sebagai substitusi dari minyak kelapa, karena sifat dan susunannya mirip dengan
minyak kelapa.
Minyak inti sawit memiliki warna yang sedikit lebih gelap, rasa dan
buahnya spesifik serta lebih bergemuk (greasy) dibandingkan dengan minyak dari
buah kelapa.
2.2.1. Komposisi Asam Lemak Nabati
Minyak nabati merupakan minyak lemak semi padat yang mempunyai
komposisi tetap. Komposisi asam lemak beberapa minyak nabati dapat dilihat pada
Tabel 2.3. berikut :
Tabel 2.3. Komposisi Asam Lemak Nabati
Minyak Kelapa Minyak Inti
Minyak
Minyak
Komponen
sawit, (%w)
Sawit, (%w) Kelapa (%w) Kedelai(%w)
Laurat
0,1
50,9
48,2
Meristat
1,2
18,4
16,6
0,1
Palmitat
46,8
8,7
8,0
10,5
Stearat
3,8
2,3
3,8
3,2
Oleat
37,6
14,6
5,0
22,3
Linoleat
8,3
Asam lemak
0,5
3,9
15,9
1,1
lain
Sumber : BPPI, 1999. Pertemuan Teknis Peneliti dan Penyuluh Perindustrian.
2.2.2. Asam lemak bebas
Minyak kelapa mempunyai komponen utama trigliserida yang merupakan
turunan dari gliserol, dimana ketiga gugus OH-nya diganti dengan asam lemak.

Asam lemak yang terdapat pada trigliserida dibedakan atas asam lemak jenuh
(saturated fatty acid) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid)
2.3. Proses pembentukan metil ester
2.3.1. Proses Esterifikasi
Esterifikasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk membentuk ester. Ester
mempunyai rumus umum RCOOR dimana R adalah gugus alkyl atau CnH2n+1.
Pembagian ester pada umumnya didasarkan pada dasar dan juga prosesnya.
Reaksi pembuatan ester umumnya berasal dari reaksi antara asam terutama asam
organik dan turunannya dengan alkohol. Reaksi ini terjadi secara ataupun pergeseran
gugus yang telah ada sebelumnya, semakin panjang rantai yang mengalami reaksi
esterifikasi. Maka konversi yang didapat semakin kecil.
Proses ini dikenal dengan proses trans-esterifikasi yaitu penggantian alkohol
(methanol) dari suatu gugus ester (trigliserida) dengan ester lain atau mengubah asam
asam lemak kedalam bentuk ester sehingga menghasilkan metil ester.
Metil ester merupakan salah satu bahan oleo kimia dasar, turunan dari minyak
atau lemak selain asam lemak. Metil ester diproduksi melalui proses trans-esterifikasi
yang menggunakan methanol atau biasa disebut methanolisis. Selain itu untuk
mendapatkan produk produk akhir minyak minyak tersebut juga diperlukan
teknologi proses kimia dan fisika antara lain proses rafinasi, fraksionasi, hidrogenasi,
dan lain lain.
Kinetika reaksi esterifikasi :
Reaksi esterifikasi menurut Groggins (1958) ditunjukkan pada reaksi di
bawah ini :
K1
Trigliserida
+ 3 alkohol
3 ester +
gliserol
K2
rT k1CT C A3 k 2 C E3 CG

reaksi kesetimbangan ini berjalan lambat (Groggin, 1958). Karena itu kecepatan
reaksi ke kiri dapat diabaikan, maka reaksinya menjadi :
rT k1CT C 3 .(3)
A
bila alkohol yang diberikan berlebih, maka konsentrasi alkohol dapat dianggap
konstan, sehingga reaksi persamaan (3) menjadi :
rT k1C n

dCT

kC n
T
dt
CT CTo (1 X )

dCT
log
log k n log CT
dt

2.3.2. Proses Alkoholisis


Alkoholisis trigliserida dengan alkohol fraksi ringan seperti methanol
merupakan reaksi seimbang dan kalor reaksinya seimbang dan kalor reaksinya kecil.
Untuk menggeser reaksi ke kanan biasanya menggunakan alkohol berlebihan. Dalam
penelitian ini, methanol diberikan berlebihan dibanding gliserida maka reaksi yang
terjadi bisa dianggap reaksi searah.(Hui, 1996)
Mekanisme reaksinya sebagai berikut :
RCOOCH2
CH2OH
RCOOCH
RCOOCH2
trygliseride

3 CH3OH

3 RCOOCH2

+ CHOH

methanol

metil ester

CH2OH
gliserol

dimana R adalah gugus alkyl


Trigliserida terdapat dalam minyak, setelah dialkoholisis akan diperoleh
gliserol dan ester. Untuk mempercepat reaksi dapat digunakan katalisator berupa
asam, basa, atau penukar ion. (Swern,1964)
Proses alkoholisis dapat dijalankan secara batch maupun sinambung, dimana
pada proses batch menggunakan labu leher tiga atau autoclave. Selain itu dalam
autoclave proses dapat berjalan pada suhu tinggi dalam fase cair, sehingga akan bisa
berlangsung lebih cepat.
Proses sinambung dilaksanakan dalam reaktor kolom tegak dengan alat
pencampur yang berupa pengaduk atau gas inert. Proses ini lebih sulit dikarenakan
perlu bahan baku yang lebih banyak dan waktu yang lebih panjang.
Untuk meningkatkan produk terdapat beberapa faktor yang sangat
mempengaruhi antara lain :
1. Waktu reaksi, makin panjang waktu reaksi, maka kesempatan zat zat bereakasi
makin banyak, sehingga konversi semakin besar. Jika keseimbangan reaksi telah
tercapai bertambahnya waktu reaksi tidak akan memperbesar hasil.
2. Konsentrasi, kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi reaktan (Groggin,
1958). Makin tinggi konsentrasi reaktan, makin banyak kesempatan molekul
untuk saling bertumbukan sehingga semaki tinggi pula kecepatan reaksinya.
3. Katalisator, katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan cara menurunkan
energi aktivasi reaksi, namun tidak mempengaruhi letak keseimbangan.
4. Suhu, semakin tinggi suhu, kecepatan reaksi makin meningkat. Pada proses
alkoholisis pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi dipengaruhi oleh katalisator
yang dipakai.
5. Pengadukan, agar reaksi berjalan denagn baik diperlukan pencampuran sebaikbaiknya dengan cara pengadukan. Pencampuran yang baik dapat menurunkan
tahanan perpindahan massa. Untuk reaksi heterogen dengan berkurangnya
tahanan perpindahan massa makin banyak molekul molekul reaktan yang dapat
mencapai fase reaksi, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya reaksi.

6. Perbandingan pereaksi. Reaksi alkoholisis pada umumnya memerlukan alkohol


yang berlebihan agar reaksi berjalan sempurna.
2.4. Karakteristik Bahan Bakar Minyak
Karakteristik bahan bakar minyak yang akan dipakai pada suatu penggunaan
tertentu untuk mesin atau peralatan lainnya perlu diketahui terlebih dahulu, agar hasil
pembakaran dapat tercapai secara optimal.
Secara umum, karakteristik bahan baker minyak khususnya minyak solar yang
perlu diketahui adalah sebagai berikut :
A. Berat Jenis (Specific Gravity)
Berat jenis adalah suatu angka yang menyatakan perbandingan berat bahan
bakar minyak pada temperatur tertentu terhadap air pada volume dan temperatur
yang sama. Bahan bakar minyak umumnya mempunyai specific gravity antara
0,74 0,96, dengan kata lain bahan baker minyak lebih ringan dari pada air.
B. Viskositas
Viskositas adalah suatu angka yang menyatakan besarnya hambatan dari suatu
bahan cair untuk mengalir, atau ukuran besarnya tahanan geser dari bahan cair.
Makin tinggi viskositas minyak, akan makin kental dan makin sulit mengalir,
begitu juga sebaliknya. Viskositas bahan bakar minyak sangat penting artinya,
terutama bagi mesin mesin diesel maupun ketel uap, karena viskositas minyak
sangat bekaitan dengan supplay konsumsi bahan bakar kedalam ruang bakar dan
juga sangat berpengaruh terhadap kesempurnaan proses pengkabutan bahan
bakar malalui injector.
C. Titik Tuang
Titik tuang adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan
bakar minyak sehingga minyak tersebut masih dapat mengalir karena gaya
gravitasi. Titik tuang ini diperlukan sehubungan dengan adanya persyaratan
praktis dari prosedur penimbunan dan pemakaian dari bahan bakar minyak. Hal
ini dikarenakan bahan baker minyak seringkali sulit untuk dipompa apabila
suhunya telah dibawah titik tuangnya.
D. Titik nyala
Titik nyala adalah suatu angka yang menyatakan suhu terendah dari bahan bakar
minyak dimana akan timbul penyalaan api sesaat, apabila pada permukaan
minyak tersebut didekatkan pada nyala api. Titik nyala diperlukan sehubungan
dengan pertimbangan pertimbangan mengenai keamanan dari penimbunan
minyak dan pengangkutan bahan baker minyak terhadap bahaya kebakaran.
Peningkatan keuntungan terhadap energi, dalam hal ini bahan bakar minyak diesel
disebabkan keuntungan dalam pemakaian yaitu ;
1. Pemakainan bahan bakar mesin diesel 10 25 % lebih kecil dari pada bahan
bakar motor bensin, selain harganya lebih rendah juga mengurangi biaya
operasi.

2. Umur mesin diesel lebih tahan lama 2,5 kali dari motor bensin, jika motor
bensin umurnya efektifnya 6 tahun, maka kendaraan dengan mesin diesel dapat
mencapai 15 tahun atau lebih dengan perawatan dan cara pemakaian yang sama.
3. Top overhaul mesin diesel biasa dilakukan setiap 3,5 tahun, sedangkan motor
bensin dilakukan setiap 2 tahun.
4. Minyak pelumas yang dipakai oleh motor bensin rata rata 3 kali lebih sering
diganti dibandingkan dengan mesin diesel
5. Gas buangan dari mesin diesel lebih bersih dibandingkan dengan motor bensin,
karena kadar hidrokarbon yang tidak terbakar dan karbon monoksida lebih
sedikit.
Walaupun mempunyai beberapa kelebihan, namun mesin diesel juga
mempunyai kekurangan antara alin :
1. Untuk torsi yang sama, mesin diesel lebih mahal 5 kali lipat dibandingkan
dengan motor bensin, sedangkan untuk horsepower yang sama harganya akan
tujuh kali lebih besar dari harga motor bensin.
2. Ongkos overhaul pada mesin diesel lebih tinggi, karena memerlukan suku
cadang yang diperkirakan empat kali lenih mahal dibandingkan dengan motor
bensin dengan motor bensin dengan Hp yang sama serta bunyinya lebih tidak
disukai.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan


Alat
Erlenmeyer 300ml
Pipet tetes
Gelas ukur
Labu ekstraksi
Labu leher tiga
Hot plat

Thermometer
Bahan
Minyak goreng murni
Minyak jelanta
NaOH 0,1N
Alkohol

3.2. Prosedur Percobaan


1.
Panaskan minyak jelanta sebanyak 300 gram kedalam labu leher tiga
sampai suhunya 70 0C.
2.
Masukkan metanol dan natrium hidroksida kedalam minyak jelanta yang
sudah dipanaskan.
3.
Aduklah campuran tersebut hingga tercampur rata.
4.
masukkan kedalam corong pemisah biarkan selama sahari lalu amatilah.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.2. PERHITUNGAN
Data :

Minyak sayur

= 300 gr

NaOH

= 50

BM minyak sayur

= 890 gram/mol

BM Metanol

= 32

BM metil ester

BM gliserol

gr

gram/mol
= 298 gram/mol

= 92

gram/mol

Reaksi Safonifikasi :
(C17H35COO)3C3H5
Minyak sayur

+ 3 CH3OH

3 C17H35COOCH3 + C3H5(OH)3

methanol

metil ester

gliserol

Perhitungan secara teoritis


Mol minyak sayur = berat minyak sayur =
BM minyak sayur

300 gram

= 0,3371 mol

890 gram/mol

Mol minyak sebagai Limiting Reaktan


Mol metil ester = 3/1 x limiting reaktan = 3 x 0,3371 = 1,0113 mol
Massa metil ester yang terbentuk

= mol sabun yang terbentuk x BM sabun


= 1,0113 mol x 298 gram/mol
= 301,3674 gram

Mol gliserol = mol Limiting Reaktan = 0,3371 mol


Massa gliserol yang terbentuk = mol gliserol x BM gliserol
= 0,3371 mol x 92 gram/mol
= 31,0132 gram
Mol metanol = berat CH3OH =
BM CH3OH

50 gram

= 1,5625 mol

32 gram/mol

Mol CH3OH yang bereaksi

= 3/1 x 0,3371 mol = 1,0113 mol

Mol CH3OH yang bersisa

= 1,5625 mol 1,0113 mol = 0,5512 mol

Masa CH3OH yang bersisa

= mol CH3OH x BM CH3OH


= 0,5512 mol x 32 gram/mol
= 17,6384 gram

Tabel Material Balance secara Teori


No.
1.
2.
3.
4.

Material

Input (gram)
50
300
350

CH3OH
Minyak Sayur
Gliserol
Metil Ester
Total

Output(gram)
17,6384
31,0132
301,3674
350

Perhitungan secara praktek


Data :
Berat gliserol

= 61,49 gram

Berat metil ester

= 233,55 gram

Mol metil ester = berat metil ester = 233,55 gram


BM metil ester

= 0,7837 mol

298 gram/mol

Mol CH3OH yang bereaksi

= 3/3 x 0,7837 mol = 0,7837 mol

Mol CH3OH yang bersisa

= 1,5625 mol 0,7837 mol = 0,7788 mol

Masa CH3OH yang bersisa

= mol CH3OH x BM CH3OH


= 0,7788 mol x 32 gram/mol
= 24,9216 gram

Mol minyak sayur yang bereaksi

= 1/3 x 0,7837 mol = 0,2612 mol

Mol minyak sayur yang bersisa

= 0,3371 mol 0,2612 mol = 0,0759

Massa minyak sayur yang bersisa

= mol minyak sayur x BM minyak sayur


= 0,0759 mol x 890 gram/mol
= 67,551 gram

Massa gliserol yang terbentuk = mol gliserol x BM gliserol


= 0,2612 mol x 92 gram/mol
= 24,0304 gram
Tabel Material Balance secara Praktek
No.
1.
2.
3.
4.

Material

Input (gram)
50
300
350

CH3OH
Minyak Sayur
Gliserol
Metil ester
Total

% Konversi minyak sayur

= Mol minyak sayur yang bereaksi


Mol minyak sayur mula-mula
= 0,2612 mol

x 100%

0,3371 mol
= 77,48 %
% Konversi CH3OH = Mol CH3OH yang bereaksi
Mol CH3OH mula-mula
= 0,7837 mol
1,5625 mol

x 100%

x 100%

Output(gram)
24,9216
67,551
24,0304
233,55
350

x 100%

= 50,16 %
% Yield metil ester = Mol metil ester secara praktek x 100%
Mol metil ester secara teori
= 0,7837 mol x 100%
1,0113 mol
= 77,49 %
% Yield gliserol

= Mol gliserol secara praktek x 100%


Mol gliserol secara teori
= 0,2612 mol x 100%
0,3371 mol
= 77,48 %

BAB V
PEMBAHASAN

Pada percobaan ini digunakan bahn-bahan berupa minyak jelanta (yaitu


minyak yang sudah digunakan secara berulang-ulang untuk memasak atau
menggoreng) dan minyak goreng murni (yaitu minyak goreng yang belum pernah
digunakan untuk memasak atau menggoreng. Disini kami menggunakn minyak
filma).
Dikarenakan suatu hal maka pratikan disini hanya menggunakan atau
memakai bahan berupa minyak jelanta saja yang sebagai ganti dari minyak VCO.
Minyak murni tidak kami lakukan percobaan dikarenakan minyak murni kami
digunakan oleh pratikum safonifikasi dikarenakan pada pratikum tersebut tidak
pratikannya membawa bahan.
Baiklah pada pratikum ini kami memulainya dari memasukkan atau menaruh
minyak jelanta kedalam labu leher tiga sebanyak 300 gr. Setelah itu labu leher tiga
dipanaskan diatas hotplate sampai suhunya berkisar 70 0C. Kemudian setalah suhu
mencapai 70 0C matikanlah hotplate lalu angkatlah labu leher tiga tersebut.
Jadilah minyak jelanta dengan mempunyai suhu sebesar 70 0C. Lalu
siapkanlah alkohol yaitu metanol (CH3OH) yang dicampur dengan basa yaitu
natrium hidroksida (NaOH) sebanyak 50 gram. Campurkanlah metanol dan natrium
hidroksida tersebut kedalam labu leher tiga yang berisikan minyak jelanta yang
bersuhu 70 0C.
Lalu kami aduk campuran tersebut hingga merata didalam labu leher tiga.
Kemudian kami masukkan campuran tersebut kedalam corong pemisah. Lalu
biarkanlh selama sehari.

Besokan harinya kami kembali lagi ke lep OTK untuk mengamati hasil yang
terbentuk, maka didapatlah hasil yang berupa terbentuknya dua lapisan pada corong
pemisa. Pada lapisan pertama terdapat cairan yang agak encer dengan warna ciklat
bening dan pada lapisan kedua didapatlah larutan yang berwarna krem.
Pada lapisan pertama berupa gliserol sebanyak 61,49 gram dan pada lapisan
kedua didapatlah metil ester dengan banyak 233,55 gram. Setelah itu larutannya
dibuang dan kami bersikan alat-alatnya.
Perhitungan material balannya dapat dilihat pada perhitungan diatas namun
disini akan dilihat perbandingan perhitungan secara teori dengan perhitungan secara
peraktek yaitu :
Bila dilihat dari persen konversi alkohol atau metanol maka didapatlah nilai
sebesar 50,16 %. Disini dapat dilihat bahwa sebanyak 49,84% metanol banyak
yang tidak bereaksi atau bisa jadi alkoholnya berlebihan.
Bila dilihat dari perrsen konversi biodisel atau metil ester maka didapatlah
nilai sebesar 77,48%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebanyak 22,52%
campuran tidak dapat berkonversi menjadi biodisel. Hal ini mungkin dapat
dipengaruhi oleh banyaknya faktor diantaranya adalah pencampuran antara
minyak jelanta dengan alkohol (metanol) dengan basa (natrium hidroksida)
tidak dapat tercampur dengan baik.
Bila dilihat dari persen yield biodisel atau metil ester maka didapatlah nilai
sebesar 77,49%. Hal ini memberitahukan kita bahwa persen kesalahan yang
dilakukan oleh pratikan sebesar 22,51% dimana besarnya nilai tersebut
menyatakan bahwa 22,51% tidak dapat berubah menjadi biodisel.
Bila dilihat dari persen yield gliserol maka didapatlah nilai sebesar 77,48%
yang menunjukkan bahwa sebesar 22,52% larutan tidak dapat berkonversi
menjadi gliserol.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. KESIMPULAN
1. Tranesterifikasi adalah suatu proses dimana proses tersebut mengubah suatu
gugus ester menjadi gugus ester lainnya penambahan alkohol berlebih serta
dengan bantuan katalis berupa basa.
2. Pada percobaan ini dapat diketahui bahwa gliserol itu berwarna coklat
bening sedangkan metil ester berwarna krem.
3. Pada percobaan ini kami mendapatkan persen kesalahan yang cukup besar
yaitu berkisar 22,52%.
4. diketahui pada proses ini, proses pengadukan sangat berperan dalam
mengecilkan persen kesalahannya.
5. Produk biodisel yang didapat berupa metil ester.
VI.2. SARAN

1. Tolong asistennya datang waktu pratikum sehingga kami dapat mengetahui


prosedur percobaannya. Palagi percobaan ini baru pertama kali dilakukan di
lep OTK juga kami belum mendapatkan diktat.
2. Gimana dalam percobaan ini dilakukan berbagai macan percobaan dengan
minyak yang berbeda maksudnya dengan berbagai macam produk minyak
yang dijual dipasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, Syarifuddin, H. Prof. Dr. Ir, 1992, Kinetika Kimia, UNSRI, Indralaya.
Perry, RH and Chiton, CH, 1984, Chemical Engineering Hand Book, 7 th edition,
Mc. Graw Hill Kogakusha Ltd. Tokyo.
Warren L. Mc. Cabe, Julian C.Smith, and Peter Harriot, 1993, Operasi Teknik Kimia,
Penerbit Erlangga, Jakarta.

GAMBAR ALAT

Erlenmeyer

Corong Pemisah

Labu leher tiga, hotplate dan bahan

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA


PEMBUATAN BIODISEL
DARI
MINYAK JELANTA DAN MINYAK MURNI

Oleh
Dandy

03053130012

Wahyu Akbar

03053130038

Febri Samsani

03053130073

Kartika Candra

03053130074

Qurnia Syahraini

03053130091

Dodi Satriawan

03053130101

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2008

You might also like