You are on page 1of 5

BAB V

PEMBAHASAN
Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi utama dalam pembuatan metil ester.
Transesterifikasi biasa disebut dengan reaksi alkoholisis. Trigliserida (minyak nabati)
akan dikonversi menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan
produk samping yaitu gliserol. Katalis yang biasa digunakan pada reaksi
transesterifikasi adalah katalis basa kuat (NaOH), karena katalis ini dapat membantu
mempercepat jalannya reaksi. Selain itu juga karena pada reaksi transesterifikasi
bahan yang digunakan adalah berupa minyak dengan kandungan FFA yang kurang
dari 5 %. Esterifikasi adalah proses yang mereaksikan asam lemak bebas (FFA)
dengan alkohol rantai pendek (metanol atau etanol) menghasilkan metil ester asam
lemak dan air. Katalis yang digunakan untuk reaksi esterifikasi adalah asam, biasanya
asam sulfat (H2SO4) atau asam fosfat (H2PO4).
Pada percobaan ini, proses pembuatan metil ester menggunakan NaOH
sebagai katalis, hal ini dikarenakan pada percobaan ini digunakan minyak dengan
kandungan FFA (Free Fatty Acid) yang rendah sehingga proses yang digunakan
adalah proses transesterifikasi. Bahan baku yang digunakan adalah minyak goreng
biasa / curah yang merupakan salah satu minyak nabati yang mudah didapat.
Minyak goreng biasa / curah memiliki kandungan asam lemak bebas yang
rendah berbeda dengan minyak goreng bekas yang telah digunakan menggoreng
berkali-kali. Minyak goreng bekas memiliki kandungan asam lemak bebas yang
tinggi karena ketika minyak digunakan untuk menggoreng terjadi peristiwa oksidasi,
hidrolisis yang memecah molekul minyak menjadi asam. Proses ini bertambah besar
dengan pemanasan yang tinggi dan waktu yang lama selama penggorengan makanan.
Adanya asam lemak bebas dalam minyak goreng tidak bagus pada kesehatan. FFA
dapat pula menjadi ester jika bereaksi dengan methanol, sedang jika bereaksi dengan
soda akan mebentuk sabun.

Katalis NaOH (natrium hidroksida) yang digunakan berbentuk padatan.


Penggunaan NaOH sebagai katalis tidak ditambahkan langsung pada saat direaksikan
dengan minyak, akan tetapi dilarutkan terlebih dahulu dengan methanol sebelum
akhirnya dicampurkan dengan minyak yang telah dipanaskan hingga mencapai
temperatur stabil sebesar 65 oC. Temperatur reaksi dijaga konstan pada 65 oC karena
jika temperatur reaksi dinaikkan maka methanol yang digunakan akan menguap
terlebih dahulu sebelum sempat bereaksi dengan minyak.
Setelah pemanasan selama 30 menit, kemudian campuran tersebut
dimasukan dalam corong pemisah. Hal ini bertujuan untuk memisahkan gliserol
dengan metil ester yang terbentuk, terdapat perbedaan warna yang terlihat dalam
corong pemisah tersebut. Ada yang berwarna kuning keruh dan berwarna kuning
bening.
Pendiaman selama 24 jam ini menghasilkan pemisahan warna yang sangat
signifikan yaitu dengan kuning terang. Dimana kuning terang tersebut adalah gliserol
dan yang berwarna putih keruh kekuningan metil ester. Hasil percobaan
menghasilkan berat gliserol sebesar 93,05 gram.
Berat metil ester yang dihasilkan berbeda sebelum dan setelah dilakukan
pencucian untuk menghasilkan metil ester yang murni. Akan tetapi, perbedaannya
tidak begitu besar, hal ini menandakan bahwa dalam melakukan atau melaksanakan
percobaan tersebut bahan yang digunakan murni dan dalam pencampuran dengan
bahan lain, terjadi secara baik dan tidak ada atau sedikit kontaminasi.
Dalam percobaan ini kami mendapat persen yield sebesar 92,64 %. Ini
merupakan persen yang cukup tinggi dan membuktikan bahwa percobaan dapat
dikatakan berhasil, namun tidak dipungkiri mungkin didalam melaksanakan
percobaan ini ada kesalahan yang dilakukan, misalnya kesalahan dalam penimbangan
karena menggunakan alat manual dan pengkalibrasian yang kurang tepat, karena
menggunakan methanol yang secara kimia mempunyai sifat mudah menguap maka
dapat memungkinkan perhitungan berat kurang tepat. Selain itu juga bisa terjadi
karena waktu reaksi yang relatif singkat dari yang seharusnya.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1.

Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi utama dalam pembuatan metil ester.


Trigliserida (minyak nabati) akan dikonversi menjadi alkyl ester, melalui reaksi
dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol.

2.

Katalis yang digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa kuat
(NaOH), karena katalis ini dapat membantu mempercepat jalannya reaksi.
Selain itu juga karena pada reaksi transesterifikasi bahan yang digunakan adalah
berupa minyak dengan kandungan FFA yang kurang dari 5 %.

3.

Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi


reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan dan katalis basa reaksi dapat
berjalan pada suhu kamar.

4.

Terdapat perbedaan warna yang terlihat dalam corong pemisah. Hal tersebut
menunjukkan terjadinya pemisahan antara metil ester dengan gliserol.

5.

Semakin lama waktu reaksi yang digunakan, maka akan semakin banyak methyl
ester yang dihasilkan.

6.2 Saran
Penimbangan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini haruslah tepat,
agar tidak terjadi kesalahan dalam pencampuran bahan. Selain itu, sebelum
menggunakan peralatan seperti beker gelas dan corong pemisah, peralatan tersebut
haruslah dicuci hingga bersih sehingga tidak mengganggu reaksi yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
L. Widyastuti. 2007. Bahan Bakar Pengganti Minyak Diesel. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Perry, RH and Chiton, CH. 1984. Chemical Engineering Hand Book. 7 th edition.
Mc. Graw Hill Kogakusha Ltd. Tokyo
Mc. Cabe. Warren L, Julian C.Smith, and Peter Harriot. 1993. Operasi Teknik Kimia.
Penerbit Erlangga. Jakarta
http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-3100011041926/13697

diakses

pada

tanggal 15 Oktober 2011


http://eprints.undip.ac.id/13465/1/ARTIKEL_ILMIAH.pdf diakses pada tanggal 15
Oktober 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Biodiesel diakses pada tanggal 15 Oktober 2011

LAMPIRAN
Gambar Alat

Magnetic stirrer

250
200

SCHOT
T

150
100
50

Hot Plate

Beker Gelas

Erlenmeyer

Gelas Ukur

Spatula

You might also like