Professional Documents
Culture Documents
: Animalia
Phylum
: Chordata
Sub phylum
: Vertebrata
Class
: Aves
Family
: Phasianidae
Sub family
: Phasianidae
Genus
: Coturnix
Species
energi metabolisme 2900 kkal/kg. Pada umur 3-5 minggu kadar protein dikurangi
menjadi 20% dan energi metabolisme 2600 kkal/kg. Kebutuhan energi dan protein
puyuh lebih dari 5 minggu sama dengan kebutuhan energi dan protein puyuh umur 35 minggu (Listiyowati dan Roospitasari, 2000). Jumlah ransum yang disarankan
untuk diberikan sesuai dengan umur puyuh.
Tabel 1. Jumlah Ransum yang Diberikan Berdasarkan Umur Puyuh
Umur Puyuh
1 hari-1 minggu
1-2 minggu
2-3 minggu
3-4 minggu
4-5 minggu
Lebih dari 5 minggu
Ransum yang diberikan untuk unggas terdiri atas beberapa bentuk, yaitu
bentuk pelet, crumble dan tepung. Ransum terbaik adalah berbentuk tepung sebab
puyuh mempunyai sifat khas yang sering mematuk kawannya dan mempunyai
kesibukan lain dengan mematuk pakannya (Listiyowati dan Roospitasari, 2000).
Selain kuantitas, kualitas ransum pun perlu diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan
nutrien puyuh. Berikut adalah kebutuhan nutrien puyuh berdasarkan status faalnya.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Puyuh Fase Grower dan Layer
Kebutuhan Nutrien
Kadar Air (%)
Abu (%)
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
EM (kkal/kg)
Lysine (%)
Methionine (%)
Methionine + Cystine (%)
Ca (%)
P total (%)
P tersedia (%)
Grower
Maks. 14,0
Maks. 8,0
Min. 17,0
Maks. 7,0
Maks. 7,0
Min. 2600
Min. 0,80
Min. 0,35
Min. 0,50
0,90 1,20
0,60 1,00
Min. 0,40
Layer
Maks. 14,0
Maks.14,0
Min. 17
Maks. 7,0
Maks. 7,0
Min. 2700
Min. 0,90
Min. 0,40
Min. 0,60
2,50 3,50
0,60 1,00
Min. 0,40
Kebutuhan Protein
Protein merupakan senyawa organik yang sebagian besar unsurnya terdiri
atas karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor. Ciri khusus protein
adalah adanya kandungan nitrogen. Berdasarkan bentuknya, protein dapat
diklasifikasikan dalam tiga bagian, yaitu protein berbentuk bulat, serat dan gabungan
ke duanya (Widodo, 2005).
Fungsi protein meliputi banyak aspek, diantaranya 1) sebagai struktur penting
untuk jaringan urat daging, tenunan pengikat, kolagen, rambut, bulu, kuku dan
bagian tanduk serta paruh, 2) sebagai komponen protein darah, albumin dan globulin
yang dapat membantu mempertahankan sifat homeostatis dan mengatur tekanan
osmosis, 3) sebagai komponen fibrinogen dan tromboplastin dalam proses
pembekuan darah sebagai komponen fibrinogen, tromboplastin, 4) sebagai karrier
oksigen ke sel dalam bentuk sebagai hemoglobin, 5) sebagai komponen enzim yang
bertugas mempercepat reaksi kimia dalam sistem metabolisme, 6) sebagai
nukleoprotein, glikoprotein dan vitellin (Widodo, 2005).
Kebutuhan protein untuk masing-masing unggas berbeda-beda. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kebutuhan unggas akan protein antara lain suhu lingkungan,
umur, spesies/bangsa/strain, kandungan asam amino, kecernaan. Kebutuhan protein
maupun asam amino dapat diukur dengan memperhatikan kebutuhan protein untuk
hidup pokok, pertumbuhan jaringan bulu dan produksi telur. Perhitungan kebutuhan
protein harus memperhitungkan tingkat efisiensi penggunaan protein pada masingmasing unggas (Widodo, 2005).
Mineral Besi (Fe)
Besi merupakan mineral mikro esensial yang paling melimpah. Zat ini
terutama diperlukan dalam homeophoiesis (pembentukan darah), yaitu dalam
mensintesa hemoglobin (Hb) (Sediaoetama, 2006). Sebanyak kurang lebih 2/3 dari
besi beredar sebagai hemoglobin, 1/10 sebagai mioglobin dan kurang dari 1%
terdapat pada transferin dari semua enzim besi dan protein redoks. Sisanya terdiri
atas simpanan besi feritin dan hemosiderin yang terutama ada pada hati, limpa dan
sumsum tulang. Fungsi utama besi adalah untuk transport oksigen oleh hemoglobin.
Di dalam tubuh, sebagian besar Fe terdapat konjugasi, seperti (hemoglobin,
myoglobin, transferin, ferritin dan hemosiderin) dengan protein dan terdapat dalam
bentuk ferro atau ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat sebagai ferro,
sedangkan bentuk inaktif adalah sebagai ferri (misalnya bentuk storage)
(Sediaoetama, 2006).
Hemoglobin - Fe2+
Plasma
Fe2+
Nonheme enzymes
Heme enzymes
Fe2+
Fe3+
Other cell uses
3+
Fe2+
degraded Hb
Ferritin - Fe3+
Ferritin - Fe
Hemosiderin - Fe3+
3+
Hemosiderin - Fe
Jaringan
Retikulum endoplasma
Profil Darah
Gambaran Umum
Darah adalah jaringan yang bersirkulasi melalui pembuluh darah, membawa
zat-zat penting untuk kehidupan semua sel tubuh dan menerima produk buangan
hasil metabolisme untuk dibawa ke organ sekresi (Jain, 1993). Darah memiliki
banyak fungsi, diantaranya adalah sebagai 1) penyerap dan pembawa nutrien dari
saluran pencernaan menuju ke jaringan, 2) pembawa oksigen (O2) dari paru-paru ke
jaringan dan karbondioksida (CO2) dari jaringan ke paru-paru, 3) pembawa produk
buangan metabolisme, 4) pembawa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin,
dan 5) pengatur kandungan cairan jaringan tubuh (Sturkie dan Griminger, 1976).
Gambaran darah ternak akan mengalami perubahan seiring dengan perubahan
fisiologisnya. Perubahan fisiologis secara internal tersebut dapat disebabkan seperti
pertambahan umur, status gizi, latihan, kesehatan, stress, siklus estrus, dan suhu
tubuh, sedangkan secara eksternal akibat kuman dan perubahan suhu lingkungan
(Guyton dan Hall, 2010).
8
Komponen Darah
Menurut Guyton dan Hall (2010), darah adalah jaringan khusus yang terdiri
dari plasma darah yang kaya akan protein (55%) dan sel-sel darah (45%). Sel-sel
darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping
darah (trombosit). Bentuk komponen dalam darah terlihat pada Gambar 4.
Komponen sel darah yang terkandung dalam darah merupakan sel darah
merah. Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah. Komponen
leukosit dalam darah sebesar 0,2%. Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem
imun dan bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan
berbahaya oleh tubuh, misalnya virus atau bakteri.
Eritrosit
Eritrosit merupakan sel darah merah yang berperan membawa hemoglobin di
dalam sirkulasi. Eritrosit pada unggas intinya terletak di tengah dan berbentuk oval.
Eritrosit dibentuk di sumsum tulang dan limfa. Limfa turut berperan dalam
membentuk eritrosit tetapi dalam jumlah yang sedikit. Pada kondisi tertentu setelah
lahir, hati dan kelenjar limfe dapat berfungsi sebagai penghasil eritrosit (Swenson,
1984).
Eritrosit bersifat pasif dan melaksanakan fungsinya dalam pembuluh darah
sebagai pembawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran pencernaan ke jaringan
tubuh, pembawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida ke paruparu, pembawa sisa-sisa metabolisme dari jaringan ke ginjal untuk dieksresikan serta
mempertahankan sistem keseimbangan dan buffer (Guyton dan Hall, 2010). Skema
erythropoiesis disajikan pada Gambar 5.
9
PRECURSORS
PROGENITOR
S
RBCS
Erythrocyte
Reticulocyte
CFU - E
BFU - U
CFU - GEMM
Orthochromatic
Normoblast
Pronormoblast
Polychromatophilic
Normoblast
Basophilic
Normoblast
dan
bebagai
aktivator.
Beberapa
aktivator
erythropoiesis
adalah
mikromineral berupa Cu, Fe dan Zn. Pemberian mineral Cu dan Fe dengan rasio
tertentu mampu meningkatkan status hematologis dan pertumbuhan ayam (Praseno,
2005). Mineral Cu, Fe dan Zn berperan dalam metabolisme protein, khususnya Cu
akan berperan dalam pembentukan protein kollagen, Fe berperan dalam
pembentukan senyawa heme dan Zn berperan dalam pembentukan protein pada
umumnya. Selain itu, dalam pembentukannya eritrosit juga dipengaruhi oleh
konsentrasi hemoglobin dan hematokrit. Faktor lain yang juga turut mempengaruhi
erythrophoeiesis yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas, nutrisi, produksi telur, bangsa,
suhu lingkungan dan faktor iklim (Swenson, 1984).
Salah satu gejala yang terjadi akibat pengaruh kadar eritrosit adalah anemia.
Anemia merupakan suatu keadaan pada tubuh yang mengalami kekurangan eritrosit
akibat hilangnya darah terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi eritrosit.
Indeks eritrosit, yaitu MCV, MCH dan MCHC dapat mempengaruhi anemia secara
morfologi, yaitu ukuran eritrosit (normositik, makrositik dan mikrositik) dan kadar
hemoglobin (normokritik dan hipokromik atau pucat).
10
Hemoglobin
Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein
kompleks terkonjugasi yang mengandung besi. Protein Hb adalah globin, sedangkan
warna merah disebabkan oleh warna heme. Heme adalah suatu sanyawa metalik
yang mengandung satu atom besi (Guyton, 1993).
Hemoglobin tidak hanya dipengaruhi oleh suatu rangsangan tapi juga oleh
hematokrit dan eritrosit per unit volume. Rendahnya oksigen dalam darah
menyebabkan peningkatan produksi hemoglobin dan eritrosit (Swenson, 1984). Alur
sintesis hemoglobin diperlihatkan pada Gambar 6.
2 Suksinil-KoA + 2 Glisin
Gugus Pirol
4 gugus Pirol
Protoporfirin IX
Protoporfirin IX + Fe2+
Heme
Heme + Polipeptida
Rantai hemoglobin
2 rantai + 2 rantai
Hemoglobin A
Hematokrit
Hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV) adalah persentase sel darah
merah dalam 100 ml darah. Pada hewan normal, PCV sebanding dengan jumlah
eritrosit dan kadar hemoglobin (Widjajakusuma dan Sikar, 1986). Nilai hematokrit
dipengaruhi oleh temperatur lingkungan. Nilai hematokrit juga akan bertambah jika
terjadi keadaan hipoksia atau polisitemia dimana jumlah eritrosit lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah normal (Guyton dan Hall, 2010). Nilai hematokrit
dipengaruhi oleh jumlah sel dan ukuran sel. Volume sel mungkin mengalami
perubahan akibat peningkatan air plasma (hemodilition) atau penurunan air plasma
(hemoconcentration) tanpa mempengaruhi jumlah sel sepenuhnya.
11
Leukosit
Morfologi leukosit sangat beragam antar spesies unggas. Keragaman ini
dapat dilihat dari penampakan morfologi granula, warna eosinofil dan bentuk granula
heterofil pada setiap spesies unggas. Melalui identifikasi diferensiasi leukosit, dapat
diketahui status kesehatan dan penyakit yang mungkin menyerang ternak.
Identifikasi leukosit pada darah unggas lebih sulit karena heterofilnya memiliki
segmentasi nukleus yang rendah dibandingkan netrofil pada mamalia (Schalm,
2010).
Keunggulan leukosit unggas yaitu memiliki heterofil dan limfosit. Kedua sel
ini dapat dijadikan sebagai indikator stres pada unggas. Sebagai contoh, unggas pada
masa penetasan akan mengalami stres dan dapat diketahui melalui kadar heterofil
maupun limfositnya (Schalm, 2010). Jumlah leukosit sangat tergantung pada
beberapa faktor diantaranya umur, jenis kelamin, stres, penyakit, pemberian
estrogen, obat tertentu dan pakan. Sel darah putih tersebut akan bekerja secara
bersama-sama melalui dua cara untuk mencegah penyakit: (1) dengan benar-benar
merusak bahan yang menyerbu itu melalui proses fagositosis dan (2) dengan
membentuk antibodi dan limfosit yang peka, sakah satu atau keduanya dapat
menghancurkan atau membuat penyerbu tidak aktif (Guyton, 1993). Jumlah seluruh
leukosit jauh dibawah eritrosit dan bervariasi tergantung jenis ternaknya. Fluktuasi
jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu, seperti
cekaman (stres), aktivitas fisiologi, gizi, umur dan lain-lain (Dharmawan, 2002).
Heterofil merupakan bagian terbesar dari granulosit unggas (Schalm, 2010).
Heterofil berfungsi dalam merespon adanya infeksi dan mampu ke luar dari
pembuluh darah menuju daerah infeksi untuk menghancurkan benda asing dan
membersihkan sisa-sisa jaringan yang rusak. Pada saat yang sama, sumsum tulang
dirangsang untuk lebih banyak melepaskan heterofil ke dalam darah (Ganong, 1998).
Menurut Day dan Schultz (2010), fungsi utama dari sel ini adalah penghancur
bahan berbagai produk bakteri, berbagai produk yang dilepaskan oleh sel rusak dan
berbagai produk reaksi kekebalan. Heterofil bekerja secara cepat sehingga dikenal
sebagai first line defense, yaitu sebagai sistem pertahanan pertama. Masa hidup
heterofil di dalam sirkulasi lebih pendek dalam keadaan infeksi berat dibandingkan
dalam kondisi normal, yakni hanya beberapa jam saja. Heterofil juga mampu
12
Jumlah
Eritrosit (juta/mm3)
3,86
Hemoglobin (g%)
12,3
Hematokrit (%)
37
Leukosit (ribu/mm3)
Rasio Heterofil/Limfosit
20-40
*
0,34 0,43
90- 140
MCHC* (%)
26 - 35
13