Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
dr. Rendy Andika, B.MedSc
Pembimbing:
dr. Hasanah Suryani Utami
Puskesmas Muara Kumpeh
Kabupaten Muaro Jambi
Propinsi Jambi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat
perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan
gizi.1
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah
yang belum terselesaikan sampai saat ini. Gizi buruk banyak dialami oleh
bayi dibawah lima tahun (balita). Masalah gizi buruk dan kekurangan gizi
telah menjadi keprihatinan dunia sebab penderita gizi buruk umumnya
adalah balita dan anak-anak yang tidak lain adalah generasi generus
bangsa. Kasus gizi buruk merupakan aib bagi pemerintah dan masyarakat
karena terjadi di tengah pesatnya kemajuan zaman. Dengan alasan tersebut,
masalah ini selalu menjadi program penanganan khusus oleh pemerintah.2
Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum
menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,
kurang vitamin A, anemia defisiensi besi, gangguan akibat kurang Yodium
dan gizi lebih (obesitas) masih banyak tersebar di kota dan desa di seluruh
tanah air. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut antara lain
adalah tingkat kemampuan keluarga dalam menyediakan pangan sesuai
dengan kebutuhan anggota keluarga, pengetahuan dan perilaku keluarga
dalam meilih, mengolah, dan membagi makanan di tingkat rumah tangga,
ketersediaan air bersih dan fasilitas sanitasi dasar serta ketersediaan dan
aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan dan gizi masyarakat yang
berkualitas.3
Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development
Goals (MDGs) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator,
menegaskan bahwa tahun 2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan
kelaparan separuh dari kondisi pada tahun 1990. Dua dari lima indikator
sebagai penjabaran tujuan pertama MDGs adalah menurunnya prevalensi
gizi kurang pada anak balita (indikator keempat) dan menurunnya jumlah
penduduk dengan defisit energi (indikator kelima).4
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan.
Hal ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada
anak balita dari 5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010.
Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih
relatif besar.1
B. Permasalahan
Berdasarkan
latar
belakang
maka
dapat
dirumuskan
permasalahan adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya status gizi anak demi kepentingan pertumbuhan dan
perkembangan anak
Tujuan
B.1.Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran masyarakan akan pentingnya gizi anak
B.2.Tujuan Khusus
Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat desa
Kasang Pudak mengenai gangguan tumbuh kembang yang
dapat terjadi pada anak yang kurang gizi.
Meningkatkan kewaspadaan pada masyarakat mengenai
kemungkinan kurang gizi pada anak-anak mereka.
C. Manfaat
C.1.Bagi Puskesmas
Dengan adanya penyuluhan mengenai bahaya gizi buruk dan
pengenalan gejala gizi buruk pada masyarakat diharapkan terjadi
peningkatan kesadaran akan pentingnya gizi dan membantu
untuk mencegah berulangnya kejadian bayi gizi buruk di masa
mendatang.
C.2.Bagi Dokter Internsip
Memberikan pengalaman untuk terjun langsung di lapangan
dan berkoordinasi dengan masyarakat di desa.
Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan
untuk memahami permasalahan yang terjadi dalam
masyarakat.
C.3.Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui mengenai pentingnya
memperhatikan gizi anak-anak terutama saat usia balita karena
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah severely underweight
(Kemenkes RI, 2011), sedangkan menurut Depkes RI 2008, keadaan kurang
gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus,
kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.1,4
2. Epidemiologi
Gizi
buruk
masih
merupakan
masalah
di
Indonesia,
walaupun
menjadi 10,1 % pada tahun 1998; 8,1% tahun 1999 dan 6,3 % tahun 2001.
Namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan kembali menjadi 8% dan pada
tahun 2003 menjadi 8,15 %. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa
anak gizi buruk dengan gejala klinis (marasmus, kwashiorkor, marasmuskwashiorkor) umumnya disertai dengan penyakit infeksi seperti diare, Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Tuberkulosis (TB) serta penyakit infeksi
lainnya. Data dari WHO menunjukkan bahwa 54 % angka kesakitan pada
balita disebabkan karena gizi buruk, 19 % diare, 19% ISPA, 18% perinatal,
7% campak, 5% malaria dan 32 % penyebab lain.5
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan.
Hal ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada
anak balita dari 5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010.
Meskipun terjadi penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih
relatif besar.
3. Klasifikasi Gizi Buruk
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan
marasmus-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri
atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.
3.1 Marasmus
Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak
cukup karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak
tepat seperti mereka yang hubungan orangtua-anak terganggu, atau karena
kelainan metabolic atau malformasi congenital. Gangguan berat setiap
system tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi.6
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan
(sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel
dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.
Berikut adalah gejala pada marasmus adalah :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
3.2 Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein,
walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya
atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki
sampai seluruh tubuh.
terhadap
infeksi,
dan
udem.
Imunodefisiensi
sekunder
merupakan salah satu dari manifestasi yang paling serius dan konstan. Pada
anak dapat terjadi anoreksia, kekenduran jaringan subkutan dan kehilangan
tonus otot. Hati membesar dapat terjadi awal atau lambat, sering terdapat
infiltrasi lemak. Udem biasanya terjadi awal, penurunan berat badan
mungkin ditutupi oleh udem, yang sering ada dalam organ dalam sebelum
dapat dikenali pada muka dan tungkai. Aliran plasma ginjal, laju filtrasi
glomerulus, dan fungsi tubuler ginjal menurun. Jantung
awal stadium penyakit tetapi biasanya kemudian membesar. Pada kasus ini
sering terdapat dermatitis. Penggelapan kulit tampak pada daerah yang
teriritasi tetapi tidak ada pada daerah yang terpapar sinar matahari.
Dispigmentasi dapat terjadi pada daerah ini sesudah deskuamasi atau dapat
generalisata. Rambut sering jarang dan tipis dan kehilangan sifat elastisnya.
Pada anak yang berambut hitam, dispigmentasi menghasilkan corak merah
atau abu-abu pada warna rambut (hipokromotrichia) .6
disamping
menurunnya
berat
badan
<
60%
dari
normal
penghasilan
ikut
menentukan
jenis
pangan
apa
yang
Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan
tubuh yang optimal.
ibu
tingkat
merupakan
pendidikan
faktor
ibu
yang
erat
sangat
kaitannya
penting.
dengan
Tinggi
tingkat
berbagai
masalah,
missal
memintakan
vaksinasi
untuk
promotif
(peningkatan
kesehatan)
dengan
sasaran
masyarakat.
akses
kesehatan
dasar
diarahkan
kepada
peningkatan
kesehatan danstatus gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita
hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak kecil, sehingga dapat menurunkan
angka kematian. Pusat kesehatan yang paling sering melayani masyarakat,
membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang melalui program-program
pendidikan gizi dalam masyarakat. Akses kesehatan yang selalu siap dan
dekat dengan masyarakat akan sangat membantu meningkatkan derajat
kesehatan. Dengan akses kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan
kesehatan dan pengetahuan gizi masyarakat akan terpenuhi.
4. Diagnosis
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri
dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda
tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur
penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin
dan mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang
tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti
berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.2
Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta
pengukuran antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila :
Edema
pada
kedua
punggung
kaki
sampai
seluruh
Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan
muntah dan diare (encer/darah/lender)
Batuk kronik
Riwayat imunisasi
Pemeriksaan Fisik
Tanda syok (akral dingin, CRT lambat, nadi lemah dan cepat),
kesadaran menurun
Sangat pucat
Tampilan tinja
Berikut juga disertakan salah satu tatalaksana anak dengan gizi buruk
tanpa tada bahaya atau tanda penting tertentu.
Tujuannya
adalah
menyesuaikan
kemampuan
pasien
menerima
makanan hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein
(TETP). Tahap penyesuaian ini dapat berlangsung singkat, adalah selama 1-2
minggu atau lebih lama, bergantung pada kemampuan pasien untuk
menerima dan mencerna makanan. Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg,
makanan yang diberikan berupa makanan bayi. Makanan utama adalah
formula yang dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa
+2% tepung. Secara berangsur ditambahkan makanan lumat dan makanan
lembek. Bila ada, berikan ASI.
Jika berat badan pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti
makanan untuk anak di atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan
makanan cair, kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.
b. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.
c. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara bertahap
dengan keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3
hari. Untuk meningkatkan energi ditambahkan 5% glukosa, dan
d. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari
tiap 2-3 jam.
Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi tambahan
makanan lewat pipa (per-sonde)
2. Tahap Penyembuhan
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik,
secara berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga
konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5 gram
protein/kg berat badan sehari.
3. Tahap Lanjutan
Sebelum
pasien
dipulangkan,
hendaknya
ia
sudah
dibiasakan
memperoleh makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang
tua hendaknya diberikan penyuluhan kesehatan dan gizi, khususnya tentang
mengatur makanan, memilih bahan makanan, dan mengolahnya sesuai
dengan kemampuan daya belinya.
BAB III
GAMBARAN UMUM
B. Data Geografis
B.1.
Luas Wilayah
B.2.
Moaro Kumpeh
Pudak
Kota Karang
Lopak Alai
Sakean
Sungai Terap
Sumber Jaya
Arang
Sipin Teluk Duren
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Teluk Raya
Pemunduran
Kasang Pudak
Kasang Lopak Alai
Solok
Ramin
Kasang Kumpeh
Kasang Kota Karang
Kasang Pudak
C. Data Demografik
Berdasarkan data pada tahun 2013:
Jumlah penduduk: 49.420 jiwa
Jumlah KK: 12.436 KK
Jumlah Penduduk Menurut Desa Wilayah Kerja Puskesmas Muara
Kumpeh
Tahun 2013
N
o
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Desa
2
MUARA KUMPEH
PUDAK
KOTA KARANG
LOPAK ALAI
SAKEAN
KASANG PUDAK
SEI. TERAP
SUMBER JAYA
ARANG-ARANG
SIPIN TLK. DUREN
TELUK RAYA
RAMIN
PEMUNDURAN
Jumlah
Penduduk
3
3.703
4.678
1.776
976
1.506
2.626
1.751
1.292
2.139
1.590
1.830
1.747
1.184
Jumlah KK
4
856
1.267
433
270
390
625
515
378
606
375
457
452
285
Rata-rata
KK/Jiwa
5
14
15
16
17
18
SOLOK
KS.LOPAK ALAI
KS.PUDAK
KS.KUMPEH
KS. KOTA KARANG
Jumlah
1.737
1.857
12.606
4.733
1.687
49.420
497
521
2.814
1.149
456
12.346
Desa
2
MUARA KUMPEH
PUDAK
KOTA KARANG
LOPAK ALAI
SAKEAN
KASANG PUDAK
SEI. TERAP
SUMBER JAYA
ARANG-ARANG
SIPIN TLK. DUREN
TELUK RAYA
RAMIN
PEMUNDURAN
SOLOK
KS.LOPAK ALAI
KS.PUDAK
KS.KUMPEH
KS.KOTA KARANG
Jumlah
Penduduk
3
3.703
4.678
1.776
976
1.506
2.626
1.751
1.292
2.139
1.590
1.830
1.747
1.184
1.737
1.857
12.606
4.733
1.687
LakiLaki
4
1.881
2.424
894
501
806
1.346
895
656
1.166
815
913
929
580
889
994
6.579
2.418
850
Perempua
n
5
1.823
2.254
882
475
700
1.280
856
636
973
774
917
819
604
849
864
6.028
2.315
837
Ratio
6
Desa
2
MUARA KUMPEH
PUDAK
KOTA KARANG
LOPAK ALAI
Luas Wilayah
3
820
1.800
663
660
Ha
Ha
Ha
Ha
Jumlah
Penduduk
4
3.703
4.678
1.776
976
Kepadatan
Penduduk
5
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
SAKEAN
KASANG PUDAK
SEI. TERAP
SUMBER JAYA
ARANG-ARANG
SIPIN TLK. DUREN
TELUK RAYA
RAMIN
PEMUNDURAN
SOLOK
KS.LOPAK ALAI
KS.PUDAK
KS.KUMPEH
KS.KOTA KARANG
JUMLAH
3.500 Ha
4.375 Ha
4.000 Ha
7.500 Ha
14.120 Ha
3.200 Ha
7.040 Ha
3.325 Ha
4.500 Ha
24.000 Ha
450 Ha
1.500 Ha
76,2 Ha
3,63 Ha
99.38 Ha
1.506
2.626
1.751
1.292
2.139
1.590
1.830
1.747
1.184
1.737
1.857
12.606
4.733
1.687
49.420
Desa
2
MUARA KUMPEH
PUDAK
KOTA KARANG
LOPAK ALAI
SAKEAN
KASANG PUDAK
SEI. TERAP
SUMBER JAYA
ARANG-ARANG
SIPIN TLK. DUREN
TELUK RAYA
RAMIN
PEMUNDURAN
SOLOK
KS.LOPAK ALAI
KS.PUDAK
KS.KUMPEH
KS.KOTA KARANG
JUMLAH
Jumlah KK
3
856
1.267
433
270
390
625
515
378
606
375
457
452
285
497
521
2.814
1.149
456
12.346
Jumlah KK
Miskin
4
463
281
56
40
86
346
315
88
170
150
120
56
120
71
53
1.037
125
48
3.625
%
5
12,8
7,8
1,5
1,1
2,4
9,5
8,7
2,4
4,7
4,1
3,3
1,5
3,3
2
1,5
28,6
3,4
1,3
100
3
4
Unit Kerja
Jumlah
Persentase
2
Puskesmas Induk / Perawatan
Puskesmas Pembantu :
- Rawa Pudak
- Ks Kota Karang
- Sakean
- Sei. Terap
- Arang-arang
- Sipin Tl. Duren
- Teluk Raya
- Ramin
- Ks. Pudak
Bidan Desa
- PTT
- PNS
TKS
3
32
4
36
1
1
1
2
2
1
6
1,1
1,1
1,1
2,2
2,2
0
0
1,1
6,7
20
18
5
22,5
20,2
5,6
Jumlah
89
100%
Tenaga Kesehatan
Puskesma
s
PUST
U
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Medis
Paramedis
Bidan
Farmasi
Gizi
Teknisi Medis
Sanitasi
Kes. Masy
Lain-lain :
- Pasca Sarjana (S2)
- Perawat Gigi
- Laboratorium
- Sarjana
Keperawatan
4
11
18
3
2
3
2
2
1
1
5
13
-
Bidan
Desa/Polind
es
19
-
Jumlah
5
16
50
3
2
3
2
2
1
- TKS
Jumlah
4
50
1
20
19
5
89
Tenaga Kesehatan
Puskesmas
Rasio
Puskesm
as
Dokter Umum
4
Dokter Gigi
1
Apoteker
Sarjana Kesehatan
2
Bidan
51
Perawat
25
AAK
2
Ahli Sanitasi
2
Perawat Gigi
2
Jumlah
89
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Muara
Muara Jambi sebanyak 89 orang, terdiri dari 63
dokter PTT, 20 orang tenaga Bidan PTT, serta
orang diperbantukan oleh Tenaga Kerja Sukarela
dalam wilayah kerja Puskesmas Muara Kumpeh.
Dinas
Kesehatan
Kumpeh Kabupaten
orang PNS, 1 orang
ditambah dengan 5
(TKS) yang tersebar
Sarana
BB
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Rumah Medis
Rumah
Paramedis
Rumah Bidan
Desa
Puskesmas
Keliling
Keadaan
RR
RB
1
3
Jumla
h
1
9
3
2
3
3
12
Keterang
an
N
o
1
1
2
3
4
Sepeda Motor
7
1
8
Jumlah
20
12
4
37
Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja Di lingkungan Puskesmas
Muara Kumpeh Tahun 2013
Unit Kerja
Jumlah
Persentase
2
Puskesmas Induk / Perawatan
Puskesmas Pembantu :
- Rawa Pudak
- Ks Kota Karang
- Sakean
- Sei. Terap
- Arang-arang
- Sipin Tl. Duren
- Teluk Raya
- Ramin
- Ks. Pudak
Bidan Desa
- PTT
- PNS
TKS
3
32
4
36
1
1
1
2
2
1
6
1,1
1,1
1,1
2,2
2,2
0
0
1,1
6,7
20
18
5
22,5
20,2
5,6
Jumlah
89
100%
Sarana
BB
Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Rumah Medis
Rumah
Paramedis
Rumah Bidan
Desa
Puskesmas
Keliling
Keadaan
RR
RB
1
3
Jumla
h
1
9
3
2
3
3
12
Keterang
an
Sepeda Motor
Jumlah
7
20
12
1
4
8
37
Nama Penyakit
ISPA
Diare
Dermatitis Alergen
Penyakit Infeksi Usus
Hipertansi
Malaria Klinis
ISPA
Reumathik
Ruda Paksa
Febris
Jumlah
Penderita
Jumlah
1.695
1.062
715
536
499
448
209
189
169
144
5.666
%
29,9
18,7
12,6
9,5
8,8
7,9
3,7
3,3
3
2,5
100
BAB IV
METODE
Saat penyuluhan:
p
oe
sn
ty
-u
tl
eu
sh
ta
n
evaluasi
BAB V
HASIL
A. Laporan Kegiatan
Berdasarkan data standar pelayanan minimal di Puskesmas Muara
Kumpeh, didapatkan beberapa program dengan pencapaian rendah atau
belum memenuhi target. Setelah melakukan analisa program berikut
tampilan data terhadap indikator keadaan gizi di wilayah kerja Puskesmas
Muaro Kumpeh.
Laporan pencapaian indikator kinerja pembinaan gizi bulanan Kecamatan
Muaro Kumpeh
Bulan Maret 2014
STATUS GIZI
NO
PUSKESMAS
GIZI
LEBIH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
MUARA KUMPEH
PUDAK
KOTA KARANG
LOPAK ALAI
SAKEAN
KASANG PUDAK
SEI.TERAP
ARANG-ARANG
SUMBER JAYA
SIPIN TL. DUREN
TL. RAYA
RAMIN
PEMUNDURAN
SOLOK
KASANG KUMPEH
KASANG PUDAK
KS. KOTA KARANG
KS. LOPAK ALAI
JUMLAH
5
1
2
1
3
0
0
2
0
1
1
0
0
0
0
4
2
0
22
GIZI
KURAN
G
263
2
351
0
139
0
GIZI
BAIK
69
115
208
120
179
126
153
150
138
84
134
408
959
120
139
3854
GIZI
BURUK
0 1
0
0
0
0
1
2
0
0
0
0
4
0
0
0
9
STATUS GIZI
NO
PUSKESMAS
GIZI
LEBIH
GIZI
BAIK
GIZI
KURAN
G
GIZI
BURUK
1
2
3
4
5
6
7
MUARA KUMPEH
PUDAK
KOTA KARANG
LOPAK ALAI
SAKEAN
KASANG PUDAK
SEI.TERAP
6
2
1
2
3
1
0
278
352
148
70
119
202
133
2
0
0
0
0
0
0
8
9
10
ARANG-ARANG
SUMBER JAYA
SIPIN TL. DUREN
2
0
2
158
137
144
0
1
2
11
12
13
14
15
16
TL. RAYA
RAMIN
PEMUNDURAN
SOLOK
KASANG KUMPEH
KASANG PUDAK
1
1
0
1
0
2
145
140
89
148
381
935
0
0
0
0
4
0
17
133
18
0
25
139
3851
0
9
2
1
8
PUSKESMAS
STATUS GIZI
GIZI
LEBIH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
MUARA KUMPEH
PUDAK
KOTA KARANG
LOPAK ALAI
SAKEAN
KASANG PUDAK
SEI.TERAP
ARANG-ARANG
SUMBER JAYA
SIPIN TL. DUREN
TL. RAYA
RAMIN
PEMUNDURAN
SOLOK
KASANG KUMPEH
KASANG PUDAK
KS. KOTA KARANG
KS. LOPAK ALAI
JUMLAH
GIZI
BAIK
6
2
1
2
3
1
0
2
0
2
1
1
0
1
0
2
1
0
25
278
352
148
70
119
202
133
158
137
144
145
140
89
148
381
935
133
139
3851
GIZI
KURAN
G
1
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
2
0
6
GIZI
BURUK
B. Pelaksanaan Penyuluhan
Tanggal
pelaksanaan
Waktu
pelaksanaan
Tempat
Metode
Sarana pendukung
Sasaran
Jumlah peserta
Jumlah umpan
balik (+)
Jumlah umpan
balik (-)
Jumlah peserta
posyandu
48 ( Oktober 2014)
63 (November 2014)
Keterangan:
Umpan balik dinilai dari jawaban-jawaban yang diberikan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan setelah penyuluhan.
Jumlah umpan balik (+): jumlah umpan balik dengan respon positif,
dimana peserta penyuluhan dikategorikan dengan pemahaman
yang baik (skor 3)
Jumlah umpan balik (-): jumlah umpan balikdengan respon negatif
dimana peserta penyuluhan dikategorikan belum cukup paham
mengenai materi penyuluhan yang diberikan. (skor 2)
Penyuluhan dilakukan dengan beberapa sesi:
Pada sesi pembuka dilakukan perkenalan dan pembicaraan ringan
untuk memancing antusiasme ibu-ibu.
Setelah didapatkan gambaran mengenai sedalam apa pemahaman
peserta diajak untuk masuk kedalam sesi penyuluhan.
Setelah penyuluhan dilakukan kembali evaluasi untuk menilai
peningkatan pemahaman peserta terhadap informasi yang telah
diberikan pada sesi sebelumnya.
Acara diakhiri dengan sesi tanya jawab. Tanya jawab terbuka
sesuai dengan topik pembicaraan dalam penyuluhan.
Diskusi
Sebagian besar ibu-ibu yang melakukan penimbangan pada
anaknya (90%) dilakukan karena bersamaan dengan jadwal imunisasi
sedangkan hanya sebagian kecil ibu-ibu yang menimbang anaknya
tidak bersamamaan dengan imunisasi. Hal ini menunjukkan bahwa
kurangnya kesadaran ibu-ibu terhadap gizi anak
Peserta yang hadir dalam penyuluhan di balai desa Kasang Pudak
cukup ramai yang dihadiri sekitar 30 orang. Selama penyuluhan,
terlihat antusiasme peserta dalam mendengarkan isi penyuluhan.
Peserta yang datang sebagian besar adalah ibu-ibu muda yang
memiliki baru memiliki 1 anak, dan ada beberapa yang sudah
memiliki 2-3 anak. Tetapi antusiasme ibu yang sudah memiliki lebih
dari 1 anak dapat terlihat dari diskusi yang terjadi untuk mengetahui
dan mengenal gejala gizi buruk.
Sementara rasa keingintahuan ibu-ibu muda yang baru memiliki
anak pertama tentang mengenal gejala gizi buruk pun juga tampak
dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan baik ditengah-tengah sesi
penyuluhan maupun pada sesi tanya jawab.
Berdasarkan hasil dan pantauan yang ditemukan di lapangan dan
dari sesi tanya jawab, dapat ditemukan bahwa mata pencaharian
utama di desa tersebut bertani dan bekerjadi perkebunan, dengan
latar pendidikan rendah dan memiliki pengetahuan yang rendah
mengenai pemberian pola makan pada balita.
Secara keseluruhan
pada sesi posyandu
kunjungan posyandu
dibandingkan dengan
%
Kegiatan yang telah dilakukan ini tidak lepas pula dari banyaknya
kekurangan terutama karena kurangnya waktu. Karena faktor waktu
maka acara ini disatukan dengan acara penyuluhan yang dibawakan
oleh dinas kesehatan Muaro Jambi.
Pemberian kuesioner untuk menilai umpan balik dilakukan 1 bulan
setelah penyuluhan. Jadi, tidak menutup kemungkinan terjadi recall
bias.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kegiatan penyuluhan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Masih rendah nya kesadaran ibu-ibu terhadap gizi anak
Masih rendahnya pendidikan ibu-ibu di desa Kasang Pudak.
Keadaan sosioekonomi desa Kasang Pudak juga masih rendah, dengan
mata pencaharian sebagian besar penduduknya adalah sebagai
bertani, berempang atau berkebun, baik di kebun sendiri atau di
perkebunan. Keadaan ekonomi tersebut membuat peserta kadang
merasa kesulitan memenuhi kebutuhan gizi seimbang untuk anak-anak
mereka.
Peserta yang sudah memiliki lebih dari 1 anak, tidak berarti sudah
memahami dengan baik pemberian pola makan pada balita dan anakanak mereka sekarang.
Setelah diberikan penyuluhan yang menjadi kekawatiran ibu-ibu
tersebut adalah kemungkinan kurangnya keikutsertaan anggota
keluarga yang lain seperti bibi, nenek, kakek, maupun tetangga dari
anak-anak balita tersebut.
Desa Kasang Pudak hanyalah satu dari 18 desa yang masuk ke dalam
wilayah kerja Puskesmas Muaro Kumpeh, tetapi gambaran keseluruhan desadesa yang berada dalam wilayah Puskesmas Muaro Kumpeh tidaklah jauh
berbeda dengan keadaan desa Kasang Pudak. Oleh karena itu tidak
tertutuop kemungkinan akan timbulnya kejadian gizi buruk dimasa depan
dapat terjadi di desa lain maupun terjadi berulang di desa Kasang Pudak.
Upaya yang dapat dilakukan dari Puskesmas adalah dengan programprogram yang telah disebutkan diawal laporan ini, tetapi semua usaha tetap
harus timbal balik dengan melibatkan sektor lain seperti tidak bisa
diharapkan hanya dari sektor kesehatan yaitu puskesmas saja sebagai saran
pelayanan kesehatan. Peran orang tua sangat penting dalam memberikan
gizi pada anak. Bila kita melihat balik kembali gizi buruk merupakan hasil
akhir dari sebab yang lain terutam kurangnya pendidikan dan rendahnya
keadaan sosioekonnomi. Jadi masayarakat tersebut adalah akibat dari
pembangunan tidak merata. Semoga kegiatan yang telah dilakukan ini dapat
membantu usaha Puskesmas Muaro Kumpeh sebagai bagian dari sektor
kesehatan untuk membantu mencegah timbulnya kejadian gizi buruk di desa
Kasang Pudak. Untuk kedepannya diharapkan pula dapat dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
. Kemenkes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Dirjen
Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.
2. Krisnansari, Diah. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health. Volume
4, Nomor 1
3. Depkes RI. 2007. Pedoman Pendampingan Keluarga Menuju Kadarzi.
Jakarta : Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.
4. Depkes RI. 2008. Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB-Gizi Buruk. Jakarta :
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Gizi
Masyarakat.
5. Depkes RI. 2007. Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Dirjen
Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
6. Berhman dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 1. Jakarta :
EGC.
7. WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta
: Tim Adaptasi Indonesia-WHO Indonesia.
8. Astya Palupi, dkk. 2009. Status Gizi dan Hubungannya dengan Kejadian
Diare pada Anak Diare Akut di Ruang Rawat Inap RSUP dr. Sardjito
Yogyakarta dalam Jurnal Gizi Klinik Indonesia Volume 6, No.1 (hal 1-7).
9. Syaiful, muthowif. 2009. Hubungan Antara Kejadian Diare dengan Status
Gizi Anak Balita di Kelurahan Bekonang Kecamatan mojolaban Kabupaten
Sukoharjo. Surakarta.
10. Ikatan Dokter Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta :
Pengurus Pusat IDAI.
11. Ngurah Suwarba dkk. Profil Klinis dan Etiologi Pasien Keterlambatan
Perkembangan Global di Rumah Sakit Cipto mangunkusumo Jakarta dalam
Sari Pediatri Volume 10. No.4. Denpasar : Departemen Ilmu Kesehatan
Anak Universitas Udayana.
12. Zuhriyah H. 2009. Faktor Risiko Disfasia Perkembangan pada Anak.
Semarang : Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Diponegoro.
13. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
LAMPIRAN
Penyuluhan di balai desa Kasang Pudak 9 September 2014