Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki
serta anak bawah lima tahun .
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan
bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu
penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik di negara berkembang
maupun di negara maju dan sudah mampu. Banyak dari mereka perlu masuk
rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai
masa dewasa, dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic
Obstructive Pulmonary Disease .
ISPA sebagai penyebab utama kematian pada bayi dan balita
diduga
karena pnemonia dan merupakan penyakit yang akut dan kualitas penata
laksanaannya masih belum memadai. Upaya pemberantasan penyakit ISPA
dilaksanakan dengan fokus penemuan dini dan tata laksana kasus secara cepat dan
tepat. Upaya ini dikembangkan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Jumlah penderita dari tahun ketahun masih cukup tinggi.
demikian prosentase balita yang ditangani hampir mencapai target yang telah
ditentukan yaitu mencapai 100% seluruh penderita. ( Dinas Kesehatan Propinsi
Jawa Timur, 2001-2006).
Desa Taman termasuk di urutan 3 besar desa yang memiliki angka
kejadian ISPA yang cukup tinggi setiap bulannya. Di desa Taman dilaporkan
tahun 2013 sebanyak 37 Orang (7,2%).
Desa
Jan
Fe
Ma
Ap
Mei
Jun
Jul
Agu
Sep
Total
.
1.
2.
Taman
Kedung
2
-
b
10
6
r
3
1
r
6
3
2
2
4
-
6
2
s
3
1
t
1
2
37
17
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
No
Turi
Ketegan
Sepanjang
Wonocolo
Bebekan
Ngelom
Kletek
Kalijaten
Geluran
Zemundo
Sadang
Desa
3
4
10
8
4
5
1
5
1
Jan
6
8
25
13
10
10
5
12
2
1
Fe
6
5
7
3
10
5
7
8
4
1
Ma
1
7
4
12
7
7
2
3
3
Ap
5
2
5
6
2
5
5
2
4
Mei
4
3
4
3
2
3
1
2
Jun
3
2
12
6
3
4
10
2
2
1
Jul
8
2
6
3
1
5
2
2
2
Agu
1
3
8
8
5
1
4
3
3
Sep
37
36
81
62
44
45
37
39
20
4
Total
Tawang
b
9
r
3
r
2
s
1
t
6
42
Sari
Bohar
Wage
Total
50
2
5
12
63
57
44
1
1
33
3
61
1
37
3
48
3
13
517
.
13
14
15
1.4.
MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Puskesmas Taman
Menjadi referensi yang bisa digunakan untuk kegiatan penyuluhan dalam
2. Bagi Peneliti
a. Meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian khususnya untuk
permasalahan kesehatan lingkungan yang terjadi dalam kehidupan sekitar.
b. Menjadi materi referensi penelitian dalam bidang pengelolaan sampah
yang mengikutsertakan peran aktif masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
urutan
yang
berkesinambungan
yaitu:
penampungan/pewadahan,
10
2) Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari
tempat penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola
pengumpulan sampah pada dasarnya dikempokkan dalam 2 (dua) yaitu pola
individual dan pola komunal (SNI 19-2454-2002) sebagai berikut :
a. Pola Individual
Proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber sampah kemudian
diangkut ke tempat pembuangan sementara/ TPS sebelum dibuang ke TPA.
b. Pola Komunal
Pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke tempat
penampungan sampah komunal yang telah disediakan / ke truk sampah yang
menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA tanpa proses
pemindahan.
3) Pemindahan sampah
11
Proses
pemindahan
sampah
adalah
memindahkan
sampah
hasil
4) Pengangkutan sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah
dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah
ke tempat pembuangan akhir. Berhasil tidaknya penanganan sampah juga
tergantung pada sistem pengangkutan yang diterapkan. Pengangkutan sampah
yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang dilengkapi alat pengepres,
sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali lipat (Widyatmoko dan Sintorini
Moerdjoko, 2002:29).
Tujuan pengangkutan sampah adalah menjauhkan sampah dari perdesaan
ketempat pembuangan akhir yang biasanya jauh dari kawasan perdesaan dan
permukiman.
5) Pembuangan akhir sampah
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang
sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip
pembuang akhir sampah adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi
12
13
belum terbakar sempurna akan bertebaran. Karena itu, dianjurkan agar setiap kali
mambakar sampah harus diusahakan sampai apinya berkobar,sehingga sampah
bisa langsung habis di lalap api tanpa tersisa sedikit pun. Cara yang lebih praktis
dan aman dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pembakar sampah
(incinerator)
antara
lain:
pengetahuan
tentang
sampah/kebersihan,
rutinitas
14
15
16
17
18
19
20
21
- Pengumpulan sampah dengan gerobak atau motor dengan bak terbuka atau
mobil bak terbuka tanpa sekat dikerjakan sebai berikut :
- Kumpulkan sampah organik dari sumbernya minimal 2(dua) hari sekali dan
angkut ke TPS atau TPS Terpadu
- Kumpulkan sampah anorganik sesuai jadwal yang telah ditetapkan dapat
dilakukan lebih dari 3 hari sekali oleh petugas RT atau RW atau oleh pihak
Swasta.
22
melamin
dapat
menghasilkan
formaldehida
(formalin)
bila
dibakar dengan suplai oksigen yang banyak atau HCN (asam sianida) bila kurang
oksigen.
Pembakaran sampah di area terbuka dapat menghasilkan partikel debu
halus atau Particulate Matter (PM) yang mencapai level PM 10 (10 mikron).
Dengan tingkatan tersebut, zat ini tidak dapat disaring oleh alat pernapasan
manusia, sehingga bisa masuk ke paru-paru dan mengakibatkan gangguan
pernapasan.
Pembakaran sampah dapat menyebabkan kabut asap yang tebal dan
mengurangi jarak pandang dan kenyamanan di lingkungan tempat tinggal. Yang
lebih parah, bisa memicu terjadinya kebakaran dengan skala lebih besar. Kita
tentu masih ingat terjadinya kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang
menyebabkan kapal laut menabrak tebing dan menghentikan aktivitas
penerbangan komersial di beberapa bandara.
2.4.2.2. Kemitraan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Desa secara sendiri-sendiri atau bersama
sama dapat bermitra dengan badan usaha pengelolaan sampah dalam
penyelenggaraan pengelolaan sampah (Pasal 27). Kemitraan sebagaimana
23
masyarakat
dapat
berperan
dalam
pengelolaan
sampah
yang
24
Sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara peran
masyarakat sebagaimana dimaksud diatur dengan PP dan/atau Perda.
b. Tingkat Pendapatan.
Didapatkan sekitar 60% responden berada pada tingkat pendapatan yang
rendah (< 1 juta perbulan). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan nilai
signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak, dengan koefisien korelasi sebesar 0,603. Hal
ini berarti tingkat pendapatan keluarga berkorelasi positif dengan cara pengelolaan
sampah rumah tangga. Artinya sesuai dengan pendapat Neolaka (2008),
kemiskinan membuat orang tidak peduli dengan lingkungan. Orang dalan keadaan
25
miskin dan lapar, pusing dengan kebutuhan keluarga, pendidikan dan lain-lain,
bagaimana dapat berpikir tentang peduli lingkungan. Misalnya tidak mampu
menyediakan pewadahan atau tempat sampah di rumah tangga karena faktor
ketidakmampuan secara ekonomi.
26
27
mandiri,
walaupun
wilayahnya
belum
mendapatkan
pelayanan
2.5. ISPA
2.5.1. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan
akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung
kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi
kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan
atau berurutan (Muttaqin, 2008). ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu
bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli ter
masuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura
(Nelson, 2003).
Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang
berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
28
29
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Wheezing
f) Demam / dingin.
30
31
yang
kurang
di
masyarakat
akan
gejala
dan
upaya
32
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1) Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau terhindar dari
penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan mengkonsumsi makanan 4 sehat
5 sempurna dan memperbanyak minum air putih, olah raga yang teratur serta
istirahat yang cukup. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan
semakin menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk
kedalam tubuh.
2) Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):
a) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting disini adalah tdak
berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk
memperoleh lantai tanah yang padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan
menyiram air kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan
dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit
gangguan pernapasan.
33
atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan dapat menambah penerangan
alamiah.
c) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan
maupun pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk daerah tropis, juga dapat
terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri.
Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu,
maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng
ataupun asbes tidak cocok untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga
menimbulkan suhu panas didalam rumah.
e) Ventilasi
1. Pengertian
Ventilasi adalah tempat sebagai proses penyediaan udara segar ke dalam
dan pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun
mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan
34
manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang
baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan
kesehatan (Lamsidi, 2003).
2. Fungsi Ventilasi
Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut (Suhandayani, 2007):
a. Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigenyang
optimum bagi pernapasan.
b. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat
pencemar lain dengan cara pengenceran udara.
c. Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.
d. Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.
e. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh,
kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
f. Mendisfungsikan suhu udara secara merata.
3. Jenis Ventilasi Rumah
Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi ke dalam dua jenis,
yait(Notoatmodjo, 2007):
a. Ventilasi alam.
Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan, yaitu: daya difusi dari gasgas, gerakan angin dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur.
Ventilasi alam ini mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperatur
udara dan kelembabannya. Selain melalui jendela, pintu dan lubang angin, maka
35
ventilasi pun dapat diperoleh dari pergerakan udara sebagai hasil sifat porous
dinding ruangan, atap dan lantai.
b. Ventilasi buatan
Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan dengan menggunakan
alat mekanis maupun elektrik. Alat-alat tersebut diantarana adalah kipas angin,
exhauster dan AC (air conditioner).
4. Syarat Ventilasi
Persyaratan ventilasi yang baik adalah sebagai berikut (Mukono, 2000) :
a. Luas lubang ventilasi tetap minimal 5 % dari luas lantai ruangan, sedangkan
luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimal 5 % dari luas
lantai. Jumlah keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.
b. Ventilasi sering di buka untuk keluar masuk udara
c. Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik,
knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.
d. Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang
ventilasi berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang
oleh barang-barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat dan lain-lain.
5. Penilaian Ventilasi Rumah
Secara umum, penilaian ventilasi rumah dengan cara membandingkan
antara luas ventilasi dan luas lantai rumah, dengan menggunakan Role meter.
Menurut indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang memenuhi syarat
kesehatan adalah 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang tidak memenuhi
syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah (Notoatmodjo, 2007)
36
Rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
membawa pengaruh bagi penghuninya. Luas ventilasi rumah yang < 10% dari
luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan mengakibatkan berkurangnya
konsentrasi oksigen dan bertambahnya konsentrasi karbondioksida yang bersifat
racun bagi penghuninya.
Ventilasi yang kurang akan menyebabkan peningkatan kelembaban
ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh
dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen termasuk kuman (Notoatmodjo,
2007).
Selain itu, luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatanakan
mengakibatkan terhalangngya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari
yang masuk ke dalam rumah, akibatnya kuman yang ada di dalam rumah tidak
dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan. Rumah yang memenuhi
syarat ventilasi baik akan mempertahankan kelembaban yang sesuai dengan
temperature kelembaban udara. Berdasarkan hasil penelitian Ratnawati (2002)
diperoleh sebanyak 17,2% responden tidak ISPA dan sebanyak 82,8% menderita
ISPA pada ventilasi kurang. Hal ini menunjukkan bahwa pada ventilasi rumah
yang kurang baik, jumlah kejadian ISPA pada balita lebih banyak jika ventilasi
rumah yang baik.
37
f) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak
terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah, terutama
cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat
yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu
banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya dapat
merusakan mata.
c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu (Lamsidi, 2003) :
1) Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-pabrik industri yang
dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal). Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa
38
keluar ke atas terbawa oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal
tidak lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong horizontal dan
dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah larut debu halus dan asap mudah
dipisahkan, sementara air yang asam bisa dinetralkan oleh media Treated Natural
Zeolid (TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun dan logam berat. Langkah
tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi pencemaran udara, apalagi hujan
asam.Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi rumah
tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan bakar untuk
memasak yang paling banyak menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau
sejenisnya seperti arang.
2) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar 4.000 bahan kimia
seperti nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrogen cianida,
ammonia, acrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut
akan beresiko terserang ISPA.
39
40
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada
waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari
satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun
atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan
nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.
2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
41
42
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan
anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila
menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak
tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka
baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat
gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka
sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat
didiagnosa dan diklassifikasi.
b. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
c. Pengobatan
1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigendan sebagainya.
43
d. Perawatan di rumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA.
1) Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
44
45
e) Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan
agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.
Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari
anak dibawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
8. Pencegahan ISPA
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau
terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih,
olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga
badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh
kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit
yang akan masuk ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang
dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak
mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi
polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat
mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena
46
penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang
tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus /
bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang
di udara). Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran
pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara),
yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
47
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
FAKTOR
EKSTRINSIK
ISPA
FAKTOR INTRINSIK
Keterangan:
48
BAB IV
49
METODE PENELITIAN
4. 1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan termasuk jenis penelitian observasional
karena tidak ada intervensi pada subyek penelitian. Dari segi sifat dan cara
pembahasan masalahnya penelitian ini termasuk penelitian analitik yaitu data-data
diolah dan dianalisis dengan uji statistik untuk menjelaskan hubungan antara
variable melalui pengujian hipotesis. Dari segi waktu merupakan penelitian Cross
Sectional dan menurut tempat adalah penelitian lapangan. Penelitian ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan pembakaran
sampah rumah tangga dengan angka kejadian ISPA pada balita di wilayah RT 17
dan RT 18 RW 3 di desa Taman kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo tahun
2013.
50
N
1 + N (d)
25
1+25 (0,1)
=
25
1+ 25(0,01)
20
51
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi
d = Presisi (0,1)
52
No
1
Variabel
Ventilasi
Definisi
Pergerakan
udara masuk
Alat Ukur
Lembar
kuisioner
Kriteria
Skala
Baik
Nominal
Buruk
Dibakar
Tidak
Pembakaran
tertutup
Teknologi
sampah
pengolahan
sampah
Lembar
kuisioner
Wawancara
Nominal
dibakar
dengan cara di
3
ISPA (Infeksi
bakar
infeksi yang
Saluran
menyerang
Pernafasan
tenggorokan,
Akut)
hidung dan
Lembar
kuisioner
Wawancara
paru-paru yang
berlangsung
kurang lebih
14 hari
53
ISPA
Tidak
ISPA
Nominal
a. Jenis Data
Pada penelitian ini menggunakan 2 jenis data yaitu data primer dan
data sekunder yaitu :
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh melalui tinjauan langsung di
lapangan yaitu dengan melakukan observasi, wawancara dan
pengisian kuisioner dengan ibu yang memiliki balita yang
menjadi sample.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari instansi yaitu Kantor
Kecamatan Taman dan Puskesmas Taman yang meliputi
geografis, keadaan demografi, dan cakupan ibu yang memiliki
balita.
54
2. Analisis Data
55
a.
b.
56
BAB V
HASIL DAN ANALISA DATA
Sebelah Utara
Surabaya.
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
: Kecamatan Waru
: Kecamatan Sukodono
: Wilayah kerja Puskesmas Trosobo, Kec.
Kecamatan
Karang
Pilang,
Kodya
Taman
2 Luas daerah dan keadaan daerah :
Luas 14,96 km
57
1. Nama Puskesmas
: Taman
2. Kecamatan
: Taman
3. Kabupaten
: Sidoarjo
4. Propinsi
: Jawa Timur
b. Data Wilayah
Luas wilayah Puskesmas Taman adalah 14.96 km2, yang
terdiri dari tanah pekarangan (pemukiman) dan tanah
(tegalan). Wilayah kerja Puskesmas Taman meliputi 7
(tujuh) desa, dan 8 (delapan) kelurahan, sebagai berikut:
1. Taman
2. Kedung Turi
3. Ketegan
4. Sepanjang
5. Wonocolo
6. Bebekan
7. Ngelom
8. Kalijaten
9. Kletek
10. Geluran
11. Jemundo
12. Sadang
13. Tawang Sari
14. Bohar
15. Wage
58
4. Data Kependudukan
Jumlah penduduk Wilayah kerja Puskesmas Taman berdasarkan
proyeksi BPS (SUPAS) Kabupaten Sidoarjo tahun 2012 adalah
156.077 Jiwa dengan 42.004 Rumah tangga/KK atau rata rata 3,7
jiwa per rumah tangga
a. Penduduk laki-laki
1. Pendidikan
Tabel V.I : Tingkat Pendidikan Responden
di
Posyandu IV
Kabupaten
Sidoarjo
periode
Januari-
September 2013.
PENDIDIKAN
TERAKHIR
59
SLTA )
Total
Orang
Orang
13
32
28
%
68 %
41(100%)
%
Sumber: Hasil survey
Dari tabel di atas diketahui bahwa ibu yang membawa balita
dengan pendidikan Rendah (< SLTA) sebanyak 13, dan pendidikan
Tinggi ( SLTA) sebanyak 28 dari total 41 ibu. Hal ini menunjukkan
bahwa ibu yang membawa balita di wilayah RT 17 dan 18/RW 03
Kelurahan Taman Kabupaten
tinggi.
2. Pendapatan
PENDAPATAN
<Rp.500.000,00
Rp.500.000,00
/bulan
-Rp.1.000.000,00/bulan
Orang
10
Orang
25%
18
>Rp.1000.000,00
/bulan
Orang
44%
13
%
31% 41(100%)
Responden di Posyandu IV
Kabupaten
Sidoarjo
periode
Januari-
September 2013.
Sumber: Hasil survey
Dari tabel di atas diketahui bahwa ibu dengan penghasilan keluarga
< Rp.500.000,00/bulan sebanyak 10 , ibu dengan penghasilan
keluarga Rp.500.000,00-Rp.1.000.000,00 sebanyak 18 dan ibu
60
TOTAL
Posyandu
ISPA
Oran
NON ISPA
Total
Orang
66%
14
34%
g
27
Sumber: Hasil survey
41 (100%)
61
Kecamatan
Taman
Kabupaten
Sidoarjo
Punya
Orang
Tidak
%
Orang
Total
%
Oran
g
33
81%
19%
41
100%
62
Sampah
Dibakar
Orang
Tidak Dibakar
%
Orang
Total
Oran
g
31
76%
10
24%
41
100%
6. Ventilasi
Tabel V.VI : keadaan ventilasi rumah di wilayah RT 17 dan 18
/RW 03 Kelurahan Taman Kecamatan Taman Kabupaten
Sidoarjo periode Januari-September 2013.
Ventilasi
Baik
63
Tidak Baik
Total
Orang
Orang
12
30%
29
70%
Oran
g
41
100%
5. 3 HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian dengan Uji Chi Square yang dilanjutkan uji
kontingen di dapatkan:
1. Hubungan antara ventilasi dan kejadian ISPA
Ho : Tidak ada hubungan antara ventilasi dan kejadian ISPA pada
penduduk ventilasi rumah di wilayah RT 17 dan 18/RW 03
Kelurahan Taman Kabupaten Sidoarjo.
64
Kejadian ISPA
Ya
12 (44,4%)
15 (56,6%)
27 (100%)
Tidak
0 (0%)
14 (100%)
14 (100%)
Jumlah
12 (29,3%)
29 (70,7%)
41 (100%)
Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Uji chi- square yang
dilanjutkan dengan Uji Kontingen didapatkan p = 0.003 dan koefisien kontingen
0.420 , artinya H0 ditolak ( H1 diterima ) dengan demikian ada hubungan sedang
antara keadaan ventilasi dirumah dengan tingkat kejadian ISPA.
2. Hubungan antara pembakaran sampah dan kejadian ISPA
Ho : Tidak ada hubungan antara pembakaran dan kejadian ISPA pada
penduduk
Kabupaten Sidoarjo.
H1 : Ada hubungan antara pembakaran dan kejadian ISPA pada
penduduk rumah di wilayah RT 17 dan 18/RW 03 Kelurahan Taman
Kabupaten Sidoarjo.
Tabel V.VIII : Hubungan Pembakaran Sampah Rumah Tangga dan
Kejadian ISPA di wilayah RT 17 dan 18 /RW 03 Kelurahan Taman
65
Kejadian ISPA
Ya
27 (100%)
0 (0%)
27 (100%)
Tidak
4 (28,6%)
10 (71,4%)
14 (100%)
Jumlah
31 (75,6%)
10 (24,4%)
41 (100%)
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Uji chi- square yang
dilanjutkan dengan Uji Kontingen didapatkan p = 0.000 dan koefisien kontingen
0.619 , artinya H0 ditolak ( H1 diterima ) dengan demikian ada hubungan yang
kuat antara keadaan pembakaran sampah dirumah dengan tingkat kejadian ISPA.
5.4 PEMBAHASAN
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah diharapkan pada BAB I pada
bagian ini akan diuraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan mengenai tentang hubungan pembakaran sampah rumah tangga
dengan angka kejadian ISPA pada balita di wilayah RT 17 dan RT 18 RW 3 di
desa Taman kecamatan Taman kabupaten Sidoarjo tahun 2013.
1. Hubungan antara ventilasi dan kejadian ISPA
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan O2 (oksigen) di dalam rumah
yang berarti kadar CO2 (karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya
66
67
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan , dapat disimpulkan bahwa :
1.
LAMPIRAN
69
Informed Consent
Persetujuan menjadi Responden Penelititan
: ..
Alamat
: ..
NO KTP
: ..
Tanda tangan : ..
Bersedia ikut serta dalam penelitian ini dengan mengisi kuisioner.
KUESIONER PENILAIAN
HUBUNGAN PEMBAKARAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN
ANGKA KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT ( ISPA )
70
TANGGAL PEMERIKSAAN
NAMA IBU/AYAH
USIA IBU/AYAH
TINGKAT PENDIDIKAN IBU/
AYAH
:...............................................
:.............................................
: ...........................................
: TIDAK SEKOLAH
SD
SLTP
SLTA
PT/DIPLOMA
: 1. TidakBekerja
PEKERJAAN IBU/AYAH
2. PNS/Pensiunan PNS
3. POLRI/TNI/Pensiunan
4. Wiraswasta
5.Pedagang
6.Petani
7. Buruh
8. Lain-Lain
PENGHASILAN KELUARGA
1. <Rp.500.000,-/bulan
2. 500.000 - 1.000.000/bulan
3. >Rp.1.000.000,-/bulan
ALAMAT
:...........................................................
BALITA
JUMLAH BALITA
JENIS KELAMIN
BERAT BADAN BALITA
: ...........USIA................THN
: ............................................
: .............................................
PENGETAHUAN ISPA
71
b.
c.
Sakit perut
b. Muntah
c. Batuk pilek
3. Pencegahan apa yang dilakukan agar ISPAtidak menular kepada orang lain?
a. Menggunakan masker.
b. Makan-makanan yang bergizi
c. Merokok
4. Apakah daya tahan tubuh berpengaruh terhadap terjadinya ISPA?
a.
Ya
b. Tidak
5. Apakah ISPAbisa disembuhkan hanya dengan istirahat?
a.
Ya
b. Tidak
ANGKA KEJADIAN ISPA
Ya
b. Tidak
7. Jika pernah, berapa kali dalam 1 bulan terakhir ini anak menderita ISPA :
a.
>3 x
b. <3x
PENGETAHUAN SAMPAH
72
membusuk ?
73
c. Tidak tahu
15. Apa yang saudara ketahui tentang Recycle (mendaur ulang sampah) ?
a. Mengubah sampah menjadi barang baru yang siap pakai
b. Menggunakan barang lama menjadi barang yang dipakai lagi
c. Tidak tahu
16. Apakah saudara setuju tiap rumah tangga harus mempunyai tempat
pembuangan sampah sementara ?
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
17. Apakah saudara setuju bahwa sampah harus dipisahkan antara yang
mudah membusuk dan tidak mudah membusuk ?
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
18. Apakah saudara setuju tiap rumah tangga harus melakukan pemisahan
sampah ?
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
19. Apakah saudara setuju sampah yang dihasilkan tiap rumah tangga sebisa
mungkin harus dikurangi jumlahnya untuk mengurangi dampak negatif
akibat sampah ?
a. Setuju
b. Kurang setuju
c. Tidak setuju
74
75
sampah
b. Tidak mudah berkarat
d. Tertutup
76
HASIL PERHITUNGAN
HUBUNGAN VENTILASI RUMAH DENGAN ANGKA KEJADIAN ISPA
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
8.797a
.003
Continuity Correctionb
6.781
.009
12.476
.000
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
8.582
.003
.003
.002
.003
.002
.003
.002
.003
.002
41
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,10.
b. Computed only for a 2x2 table
77
Point Probability
.002
Chi-Square Tests
Value
sided)
sided)
sided)
df
Pearson Chi-Square
8.797a
.003
Continuity Correctionb
6.781
.009
12.476
.000
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
8.582c
N of Valid Cases
.003
Point Probability
.003
.002
.003
.002
.003
.002
.003
.002
.002
41
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,10.
c. The standardized statistic is 2,930.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Approx. Tb
Approx. Sig.
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.420
Interval by Interval
Pearson's R
.463
.081
3.264
.002c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
.463
.081
3.264
.002c
N of Valid Cases
.003
41
HASIL PERHITUNGAN
HUBUNGAN VENTILASI RUMAH DENGAN ANGKA KEJADIAN ISPA
78
Exa
Chi-Square Tests
Value
df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
25.507a
.000
Continuity Correctionb
21.781
.000
Likelihood Ratio
28.802
.000
24.885c
N of Valid Cases
.000
Point Pr
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
.000
41
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,41.
b. Computed only for a 2x2 table
c. The standardized statistic is 4,988.
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Errora
Value
Approx. Tb
Approx. Sig.
Nominal by Nominal
Contingency Coefficient
.619
Interval by Interval
Pearson's R
.789
.090
8.013
.000c
Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation
.789
.090
8.013
.000c
N of Valid Cases
41
DAFTAR PUSTAKA
79
.000
Exa
Alkadra, et.al .Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Bina rupa
Aksara. Jakarta. 1999.
Dep Kes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Gelbert,dkk. Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran
pernapasan akut. 1996.
Hadiwiyoto.Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarata, :10 ,1983.
Hartoyo. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR.
1958.
Syafruddin, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan
Anak.Continuing Education IlmuKesehatanAnak. FK-UNAIR 2004.
80