Professional Documents
Culture Documents
A. CRANIOTOMY
1. Pengertian
Craniotomi adalah jenis operasi otak. Operasi ini juga dilakukan untuk otak
pengangkatan tumor, untuk menghilangkan bekuan darah (hematoma), untuk
mengendalikan perdarahan dari pembuluh, darah lemah bocor (aneurisma serebral),
untuk memperbaiki malformasi arteriovenosa (koneksi abnormal dari pembuluh
darah), untuk menguras abses otak, untuk mengurangi tekanan di dalam tengkorak,
untuk melakukan biopsi, atau untuk memeriksa otak.
3. Etiologi
c. Hydrocephalus
B. EPIDURAL HEMATOM
1. Pengertian
Epidural hematom terjadi karena laserasi atau robekan pembuluh darah yang ada
diantara durameter dan tulang tengkorak akibat benturan yang menyebabkan fraktur
tengkorak seperti kecelakaan kendaraan dan trauma (Japardi, 2004). Perdarahan
biasanya bersumber dari robeknya arteri meningica media (paling sering), vena
diploica (karena fraktur kalvaria), vena emmisaria, dan sinus venosus duralis
(Bajamal, 1999).
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang biasanya dijumpai pada orang yang menderita epidural
hematom diantaranya adalah mengalami penurunan kesadaran sampai koma secara
mendadak dalam kurun waktu beberapa jam hingga 1-2 hari, adanya suatu keadaan
lucid interval (yaitu diantara waktu terjadinya trauma kepala dan waktu terjadinya
koma terdapat waktu dimana kesadaran penderita adalah baik, tekanan darah yang
semakin bertambah tinggi, nadi semakin bertambah lambat, sakit kepala yang hebat,
hemiparesis, dilatasi pupil yang ipsilateral, keluarnya darah yang bercampur CSS dari
hidung (rinorea) dan telinga (othorea)), susah bicara, mual, pernafasan dangkal dan
cepat kemudian irregular, suhu meningkat, funduskopi dapat memperlihatkan papil
edema (setelah 6 jam kejadian), dan foto rontgen menunjukan garis fraktur yang
jalannya melintang dengan jalan arteri meningea media atau salah satu cabangnya
(Greenberg et al, 2002).
4. Patofisiologi
5. Pathway
(Terlampir)
6. Pemeriksaan Penunjang
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
7. Penatalaksanaan
tulang kepala dikembalikan. Jika saat operasi tidak didapatkan adanya edema
serebri sebaliknya tulang tidak dikembalikan (Bajamal, 1999).
b. Terapi Medikamentosa.
Terapi medikamentosa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) mengelevasikan kepala pasien 30o setelah memastikan tidak ada cedera spinal
atau posisikan trendelenburg terbalik untuk mengurangi TIK.
2) Berikan dexametason (pemberian awal dengan dosis 10 mg kemudian
dilanjutkan dengan dosis 4 mg setiap 6 jam).
3) Berikan manitol 20% untuk mengatasi edema serebri.
4) Berikan barbiturat untuk mengatasi TIK yang meninggi.
C. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Breathing
TD
Intervensi :
a) Kaji nyeri dengan PQRST, catat lokasi, karakteristik, beratnya skala (0b)
c)
d)
e)
10).
Kontrol lingkungan yang dapat berkontribusi terhadap nyeri seperti suhu,
suara, dll.
Ajarkan pasien teknik non farmakologis seperti nafas dalam.
Berikan aktivitas hiburan.
Kolaborasi dengan berikan analgesik sesuai indikasi.
motorik/sensorik.
2) Pola nafas efektif.
3) Ansietas berkurang.
b. Intra Operasi
1) Perdarahan minimal
c. Post Operasi
1) Nyeri berkurang
2) Tidak terjadi infeksi dan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Bajamal. A.H. (1999). Epidural Hematom (EDH = Epidural Hematom).
Doengoes, M.E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Japardi. (2002). Cedera Kepala. Jakarta: PT Bhauna Ilmu Populer.
Smeltzer & Bare. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Vol.1. Alih Bahasa : Agung
waluyo. Jakarta. EGC.
Greenberg, D. A., Michael J. A., dan Roger P. S. (2002). Intracranial Hemorrhage, Clinical
Neurology, 5th edition. United States of America: Lange Medical Books, McGrawHill,.