Professional Documents
Culture Documents
BAB V
Muatan Padatan Tersuspensi
dan Sedimentologi
5.1.
dikenal
particulate matter, merupakan partikel-partikel yang melayang dalam air, terdiri dari
komponen biotik dan komponen abiotik.
dapat berpengaruh terhadap kualitas air dan organisme akuatik, baik secara langsung
maupun tidak langsung seperti kematian dan menurunnya produksi. Partikelpartikel
yang tersuspensi di dalam massa air tersebut dapat membatasi nilai produktivitas primer
perairan sebagai akibat terhambatnya penetrasi cahaya ke dalam badan air (Ritchie et
al., 1976).
Keberadaan muatan padatan tersuspensi dapat menyerap dan memantulkan
spektrum radiasi cahaya tampak yang menembus ke bawah permukaan air, namun
pengaruhnya lebih banyak bersifat sebagai pancaran balik (back scattering) sehingga
memperlihatkan wujud air yang keruh Maeden dan Kapetsky (1991). Butler et al. (1988)
dan Hartoko (2008) menyampaikan bahwa keberadaan partikel sedimen tersuspensi
dalam massa air ini dapat digunakan untuk menggolongkan kekeruhan masa air laut
sesuai warnanya ke dalam kelaskelas tertentu.
berdasarkan pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan, tidak ada suatu kepastian
bahwa tingkat penyerapan atau pancaran balik berhubungan secara linier dengan tingkat
keberadaan sedimen tersuspensi. Walaupun demikian, reflektansi spektral data satelit
atau perbandingan reflektansi dapat dipakai untuk menduga parameter kualitas air
tersebut.
berlebihan
umumnya
tidak
membahayakan
dalam
budidaya
tambak.
Sedangkan
kekeruhan karena detritus akan menganggu pernafasan. Lebih lanjut MPT berpengaruh
pada
penetrasi
cahaya
matahari
sehingga
mempengaruhi
kualitas
air
karena
A_Hartoko
117
Gambar 5.1. Teknik pembedaan kandungan MPT (merah) dan Klorofil (hijau) di perairan
laguna Segara Anakan, Cilacap. Data Landsat_ETM
A_Hartoko
118
menggunakan Band-1 dan Band-2 data satelit Landsat_ETM seperti pada Gambar
dan 6.2.
6.1
Pengkelasan
secara numerik dapat dilakukan dengan teknik atau metoda pengelompokan nilai spektral
data satelit Band-1 dan Band-2 Landsat_ETM (Gambar 6.1 dan 6.2). Namun secara hati
hati dan cermat image-processing untuk analisa MPT harus dibedakan dan tidak keliru
dengan nilai klorofil dalam masa air laut seperti contoh pembedaan analisa MPT dan
klorofil di perairan laguna Segara Anakan, Cilacap seperti pada Gambar 6.1.
A_Hartoko
119
Sedimentologi
Sedimen adalah sekumpulan rombakan material : batuan, mineral, dan bahan
Dackombe (1983),
kebanyakan sumber dari material sedimen adalah daratan, dimana erosi dan pelapukan
batuan berperan terhadap pengikisan daratan dan ditransportasikan ke laut. Sedimen
pantai menurut Pethick (1984) berasal dari tiga sumber, yaitu erosi sungai, erosi pantai,
dan erosi dasar laut, dimana pada kenyataannya justru sungai yang memberikan suplai
yang relatif besar (kurang lebih 90%) terhadap transport sedimen yang terjadi di pantai.
Hampir semua keping dan serpihan batu yang merupakan pecahan batu padat
permukaan bumi mengendap di suatu tempat sebagai sedimen. Lingkungan pengendap
berbeda satu sama lain dan sangat mempengaruhi ciri sedimen yang dihasilkan (Susanna
1997). Lingkungan tempat pengendapan beragam dari lereng curam pegunungan,
lembah sungai, pantai sampai dasar laut dangkal di pinggir pulau dan laut dalam.
Sedimen laut (marine sediment) adalah termasuk bagian siklus metamorfosa dari
partikel batuan asal, sumber, transport, sifat kimiawi, atau perubahan lain, proses
deposisi/ pengendapan dan konsolidai (Sverdrup, et.al. 1961).
dikelompokan kedalam 6 kelompok : (1). Bahan detritus, (2). Bahan organik,(3). Bahan
anorganik (4). Bahan anorganik (5). Transformasi kimiawi di laut (6). Bahan dari luar
angkasa. Material Terrigenous, berasal dari proses pelapukan batuan terrigenous mulai
dari ukuran koloida sampai batuan besar. Diantaranya terdiri dari mineral utama seperti
quarts, mica, fieldspar, pyroxenes, amphiboles dan logam berat. Sedimen vulkanik
biasanya adalah abu dan material lava vulkanik.
Wibisono (2005) dan Hartoko (2010 in press), asal usul sedimen laut dapat dibedakan
atas :
1. Lithogenous
Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan batuan dari daratan, lempeng kontinental
yang berasal dari kegiatan vulkanik.
keabuan.
2. Biogenous
Sedimen berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri atas remah-remah
tulang, patahan coral, cangkang Moluska (Gastropoda dan Bivalvia), algae berkapur
(calcareous/ coralline algae), tanaman maupun hewan mikro seperti pasir cangkang
silica dari plankton.
3. Produk Transformasi Kimiwawi/ Hidrogenous
A_Hartoko
120
A_Hartoko
121
A_Hartoko
122
Gambar 5.5.
A_Hartoko
123
A_Hartoko
124
Gambar 5.7.
A_Hartoko
125
Tabel 5.1. Laju Bio-Erosi (Bioerotion Rates) di Beberapa Wilayah Pesisir di Dunia
Wilayah
(Locality)
I.Growing reef
Bermuda
Bermuda
Substrat
Jenis BioErosi
Laju-Bio Erosi
Pengarang
Reef
Reef
Bardach,1941
Bromley, 1978
Mariana Island
Orphege Island,
GBR
Atoll
Reef
Fish
Bioerosion
(fish,Clionids)
Fish
Tridacna
crocea
1,1-1,6 tonnes m2 a-
Cloud, 1959
Hammer and
Jones, 1976
Florida
Reef
Cliona Boring
Florida
Reef
Barbados
Fringing
Reef
Bioerosion,
esp. Cliona
Diaderma
Barbados
Fringing
Reef
Cliona Boring
746-4303 mm3
rewored
1 m coral head in
150 years
97 tonnes sediment
ha a-1 4098
reworked
II. Carbonate
rocks
Puorto Rico
Read Sea
Reef
limestone
Coral reef
limestone
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
A_Hartoko
Intertidal
notch retreat
Surface
lowering
Echinometra
boring
Aemoea
grazing
Lidorina ziczac
L. meleaguis
Nodollitorina
tuberculata
Nerita
tesselata
Nerita
versicolor
100 cm m2 a-1
80-377 gm m2a-1
1.0 mm a-1
Surface lowering
Tetraclita
squainosa, if 10-15
years old = 1 mm
a-1
4,9 cm a-1;9,96 cc
a-1;24.0 g a-1
1,5 mm a-10,99 cc
a-1; 2,4 g a-1
0,4 cm-1 a-1
0,15 cm3a-1
0,6 cm3 a-1
0,4 cm
a-1
MacFayden,
1930
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
McLean, 1967
Moore and
Shedd, 1977
Neomann, 1964,
Otter, 1987,
McLean, 1974
126
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Barbados
Beachrock
Heron Islands,
GBR
Beachrock
Cinarium pica
Acmaca
Virgin Islands
Bermuda, GBR
Bikini Atoll
SW Australia
Bermuda
Heron Island,
GBR
Aldabra
Aldabra
Aldabra
Aldabra
Oman
Reef
limestone
Eolianite
Beachrock
Beachrock
Reef
limestone
Iceland
spar
Calcite
Beachrock
Reef
limestone
Reef
limestone
Reef
limestone
Reef
limestone
Reef
limestone
Fissurela
Anaciliopleura
Chiton
Echinometra
lucunter
Surface
grazers
Acanthozostrea
Up to 7kg m2a-1
Sponge boring
1.0-1,4 cm a-1
1,5 cm a-1
Cliona boring
Luhuphaga
Revelle and
Emery, 1957
Revelle and
Fairbridge, 1957
Rutzler, 1975
Stephenson,
1961
Trudgill, 1976a
Trudgill, 1976a
Trudgill, 1976a
Trudgill, 1976a
Vita-Finzi and
Cornelius, 1973
0,3 mm a-1
270-670 cm3100
cm-2 a-1
Surface
lowering
7 kg m2a-1
Surface
lowering
0,5 mm a-1
Sponge boring
0,9 cm a-1;0,87 cc
a-1
Surface
lowering
Intertidal
surface
Retreat
Lithophaga
boring
Lithotrya
boring
0,5-4.00 mm a-1
0,8 cm a-1;0,78 cc
a-1
0,26 mm a-1
0,0025 m a-1
Subaerial
surface
lowering
Lithophaga
A_Hartoko
127
(1975)
mendefinisikan
sedimentasi
sebagai
proses
pembentukan
sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material
pembentuk
atau
asalnya
pada
suatu
tempat
yang
disebut
dengan
lingkungan
pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut
dalam.
bermuara di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling besar.
Hasil pengendapan di laut ini disebut sedimen marin.
Pengendapan pada suatu estuari dapat menghasilkan :
1. Delta yang terjadi di muara sungai yang lautnya dangkal dan sungainya membawa
banyak bahan endapan. Bentuk delta dapat dikelompokkan dalam 5 macam, yaitu:
a) Delta lobben, bentuknya menyerupai kaki burung. Biasanya tumbuh cepat besar,
karena sungai membawa banyak bahan endapan. Contohnya delta Missisippi dan
Delta Mahakam (Kaltim). Seperti halnya delta Mahakam terjadi karena tingginya
muatan sediment dan kuatnya dorongan masa air sungai Mahakam kea rah laut.
Maka karakter delta Mahakam adalah fresh-water dominated delta ecosystem.
Mencermati bentuk delta yang dapat mengembang ke semua arah menandakan
bahwa tidak terdapat tahanan kuat dari masa air laut. Apabila ada tekanan suatu
arus dari arah tertentu, maka bentuk delta akan berbelok mengikuti arah arus
atau arah gelombang yang terjadi di perairan tersebut.
A_Hartoko
128
A_Hartoko
129
A_Hartoko
130
Gambar 5.12. Delta estuari berbelok ciri khas di pantai laut dalam Batang Gasan Sumbar
2. Endapan kapur, yang terdiri dari sisa binatang karang, lokan, atau rangka ikan.
Endapan kapur ini biasanya terjadi di laut dangkal.
3. Endapan pasir silikon, dihasilkan dari cangkang plankton yang berangka silikon.
Endapan ini terjadi di dasar laut yang dalam dan atau kemudian dapat dideposisikan di
pantai.
Berdasarkan Komposisi Lisitzin 1972. mengklasifikasikan jenis sedimen menjadi 4 jenis :
1.
A_Hartoko
131
Sedimen Biogenic : kandungan kalsium carbonat dan silica lebih besar dari 30%
Sedimen Chemogenic : Sedimen hasil presipitasi kimiawi dari air laut artinya
kandungan komposisi kimiawi besar
4.
Sedimen Volcanogenic : tersusun terutama oleh material piro klastik dan polygenic
(lempung merah).
A_Hartoko
132
Phytoplankton (plant-like
photosynthesizers)
Coccoliths
Diatoms
Zooplankton (animal-like
grazers)
Foraminifera
Radiolaria
Size (mm)
Boulder
256 or more
Cobble
64-256
Pebble
4-64
Gravel or
Granule
2-4
Coarse sand
0.5-2
Medium sand
0.25-0.5
Fine sand
0.0625-0.25
Silt
0.0039-0.0625
Clay
0.0002-0.0039
Selain pengertian sedimen di atas ada pengertian lain tentang sedimen yaitu
batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh proses sedimentasi.
Sedangkan
sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen oleh media air, angin, atau es pada
suatu cekungan pengendapan pada kondisi
dengan istilah tekstur dan struktur. Tekstur adalah suatu kenampakan yang berhubungan
A_Hartoko
133
adalah
suatu
ukuran
adanya
abrasi
yang
menyebabkan
proses
A_Hartoko
134
proses
pelapukan
erosi/abrasi
serta
mencerminkan
kemampuan
dalam
et.al.(1961);
Pettijohn
(1975),
Selley
(1988)
dan
Richard
(1992)
menyatakan bahwa cara transportasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu :
a. Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara menggeser
atau menggelinding di dasar aliran.
b. Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat bertumpu
pada dasar aliran.
c. Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus dengan cara
melayang-layang dalam air.
A_Hartoko
135
Menurut
Triatmojo
Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga
secara
berantai
akan
dapat
diketahui
Transport
sedimen
yang
terjadi.
seperti
training
jetty,
groin,
dan
sebagainya.
c. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada daerah
yang di tinjau.
3. Sedimentasi Pada Muara Sungai
Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang tergantung pada faktor
dominan yang mempengaruhi. Yaitu didominasi faktor gelombang, debit sungai atau
pasang surut. Pada kenyataannya ketiga sungai tersebut akan bekerja secra simultan,
walaupun salah satunya akan terlihat lebih dominan pada daerah muara dimana
gelombang lebih dominan biasanya akan mengakibatkan tertutupnya muara sungai
akibat transfor sedimen sepanjang pantai yang dibawanya masuk ke alur sungai.
Menurut Pettijohn (1975), sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen
atau endapan atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan atau akumulasi
A_Hartoko
136
maupun
dari
hasil
erosi
pantai
di
sekitarnya.
Sedangkan
Chay
(2002),
Proses erosi,
pengangkutan, dan pengendapan sedimen tergantung pada dua faktor, yaitu sifat fisika
kimia sedimen itu sendiri dan kondisi hidrologi di sekitarnya (McDowell dan OConner,
1977 dalam Lutfie, 1998). Pada estuaria yang pengaruhnya kuat, akan banyak ditemui
substrat pasir, karena hanya partikel yang berukuran besar saja yang bisa mengendap
lebih cepat, sedangkan yang berukuran kecil akan terbawa ke tempat yang lebih jauh
oleh aktivitas arus dan gelombang. Baik air tawar dan air laut mempunyai tendensi untuk
mengendapkan butiran kasar terlebih dahulu (Nybakken, 1988).
Keberadaan sedimen di estuaria pada umumnya didominasi oleh substrat lumpur,
yang sering kali sangat lunak. Substrat berlumpur ini berasal dari sedimen yang dibawa
ke estuaria, baik oleh air laut maupun air tawar. Mengenai air tawar, pengangkutan
partikel lumpur dalam bentuk suspensi. Ketika partikel suspensi ini mencapai dan
bercampur dengan air laut di estuaria, kehadiran berbagai ion yang berasal dari air laut
menyebabkan partikel lumpur menggumpal membentuk partikel yang lebih besar dan
lebih berat serta membentuk dasar lumpur yang khas (Nybakken, 1988).
Menurut
Painter (1976), laju pergerakan dan penyebaran sedimen dalam perairan adalah fungsi
dari karakteristik sedimen yang meliputi ukuran dan densitas serta karakteristik dari
aliran terutama kecepatan aliran dan temperaturnya.
(2008) muasal MPT banyak dijumpai di wilayah pesisir karena masukan dari land
washing atau dari muara sungai atau estuari. Penyebaran MPT atau suspended solid
secara spasial di wilayah pesisir biasanya mengikuti aliran arus masa air dari muara
sungai sehingga membentuk lidah MPT namun tidak selalu demikian tergantung
kekuatan masa air sungai. Selain itu sebaran spasial di biasanya sangat dipengaruhi oleh
pola arus pantai atau rib current , pola Eddy current atau siklus arus pasang surut di
wilayah pesisir tersebut.
Menurut Selley (1988), cara pengangkutan sedimen dalam perairan terdiri dari
tiga macam, yaitu :
A_Hartoko
137
Menurut Nurhajati et al. (1986), tanah terdiri dari partikel-partikel tanah dari
berbagai ukuran. Partikel-partikel tanah ini dibagi ke dalam kelompok-kelompok atas
dasar ukuran diameternya, tanpa memandang komposisi kimia, warna, berat atau sifat
lainnya. Pada Tabel 6.1. dapat dilihat klasifikasi partikel-partikel tanah menurut United
State Departement of Agriculture (USDA) dan sistem pembagian menurut Internasional
Soil Science Society.
5.15.
A_Hartoko
138
5.16.
A_Hartoko
139
5.17.
A_Hartoko
140
A_Hartoko
141
5.19
A_Hartoko
142
5..20
A_Hartoko
143
Tabel
5.4.
Klasifikasi partikel-partikel
Internasional
tanah
menurut
Sistem
USDA
USDA
Internasional
Diameter (mm)
Diameter (mm)
2,00 - 1,00
Pasir kasar
1,00 - 0,50
2,00 - 0,20
Pasir sedang
0,50 - 0,25
Pasir halus
0,25 - 0,10
0,20 - 0,02
0,10 - 0,05
0,05 - 0,002
0,02 - 0,002
dibawah 0,002
di bawah 0,002
dan
Sistem
Jenis tanah
Debu
Liat
A_Hartoko
144
Keterangan :
1.
Liat
2.
Liat berdebu
3.
Liat berpasir
4.
Lumpur berliat
5.
6.
Lumpur berdebu
7.
Debu
8.
Lumpur
9.
kandungan zat-zat yang terdapat dalam air. Zat-zat tersebut adalah zat-zat anorganik
seperti debu dan serasah, serta zat-zat organik seperti fitoplankton, zooplankton, dan
organisme renik lainnya. MPT berpengaruh pada kecerahan perairan, semakin tinggi
kandungan MPT maka akan semakin keruh perairan tersebut sehingga cahaya matahari
tidak
dapat
masuk
secara
optimal.
Kurangnya
cahaya
matahari
yang
masuk
A_Hartoko
145
parameter
kualitas
air
tersebut.
Hartoko
(2008)
mengatakan
bahwa
berdasarkan hasil banyak kajian menunjukkan bahwa konsentrasi dan sebaran spasial di
perairan wilayah pesisir dapat di tera melalui panjang gelombang 0,4 mikrometer (band1) dan 0,5 mikro meter (band-2) dari data satelit Landsat.
A_Hartoko
146
A_Hartoko
147
Waktu
(cm)
Jam
Menit
Detik
20
58
10
56
10
44
10
31
10
A_Hartoko
148
A_Hartoko
149
A_Hartoko
154
5.3.
tersuspensi (MPT) dan tekstur dasar perairan. Data ini merupakan data pendukung
dalam penyusunan model dan analisa citra.
5.3.1. Muatan padatan tersuspensi (MPT) di Laguna Segara Anakan Cilacap
Dari hasil analisa muatan padatan tersuspensi yang didapatkan pada perairan
laguna Segara Anakan pada bulan Juni dan Agustus 2007 menunjukkan perbedaan
yang cukup signifikan. Pada bulan Juni muatan padatan tersuspensi yang didapatkan
berkisar antara 33 - 646 mg/l, sedangkan pada bulan Agustus antara 1378-1874
mg/l. Untuk lebih jelasnya seperti terlihat pada tabel 6.3.
Tabel 5.6. Nilai MPT lapangan pada perairan Laguna Segara Anakan
Stasiun
1
Lintang
108o 47 34,49
0
Bujur
MPT (mg/l)
Juni 2007
Agustus 2007
646
1647
07 o 42 30,34
o
108 48 01,56
07 4029,41
277
1686
108o 49 13,88
07o 4025,48
69
1378
33
1812
108 50 16,7
o
07 4002,93
o
108 50 46,19
07 4136,47
179
1557
108o 51 47,85
07 o 4043,66
100
1874
121
1400
108 52 01,79
07 4145,99
Dari gambar 5.12 terlihat adanya perbedaan hasil yang signifikan. Pada
penelitian bulan Juni 2007, kandungan MPT tertinggi berada pada stasiun 1 dan
terendah pada stasiun 4.
A_Hartoko
155
MPT (mg/l)
2000
1800
Juni 2007
Agustus 2007
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
1
Stasiun
sedimen pada kawasan ini, sebagian besar didominasi oleh liat berlumpur, kemudian
lumpur berpasir dan liat berpasir.
A_Hartoko
156
Fraksi (%)
Tekstur
Pasir
Debu
Liat
(>2 mm)
(0,05 0,002 mm
(< 0,002
mm)
71.4
2.8
25.8
Lumpur berpasir
43.8
5.2
51
6.6
41.3
52.1
Liat berlumpur
5.2
43.2
51.6
Liat berlumpur
41.32
2.8
55.9
Liat berpasir
43.7
7.6
48.7
Liat berpasir
6.4
44.5
49.1
Liat berlumpur
Liat berpasir
Berdasarkan tabel 5.4. terlihat fraksi pasir tertinggi berada pada stasiun 1,
sedangkan fraksi liat pada tengah laguna menunjukkan kisaran nilai yang hampir
80
60
Pasir
40
Liat
Debu
20
0
1
Stasiun
Gambar 5.27. Komposisi dan Tekstur Sedimen di laguna Segara Anakan Cilacap
A_Hartoko
157
yang
pro-kontra
diantara dua
pihak. Bagi
pihak yang
setuju,
cara
pendek
atau
berdampak
langsung.
Bagi
pihak
yang
kurang
setuju
laguna. Waduk bersifat sementara dan dapat tidak difungsikan kembali jika proses
penataan DAS telah selesai dan berfungsi dengan baik (Suradi, 2005).
A_Hartoko
158
A_Hartoko
159
Pengaruh Positif
polusi.
Adalah
bakteri
dari
keluarga
Geobacteraceae
yang
dalam
lumpur
menarik
elektron-elektron
dari
senyawa-senyawa
organik
A_Hartoko
160
Bahan Binaan : Batu granit, batu kapur dan pasir digunakan sebagai batu jalan
(untuk kawasan yang kurang batuan granit), dan membina bangunan, dll.
b)
c)
A_Hartoko
161
Bahan Tenaga : Arang batu merupakan sejenis batuan berasal daripada endapan
tumbuhan
kuno,
yang
membentuk
lapisan
sedimen.
Setelah
mengalami
timbusan yang dalam dan lama (suhu dan tekanan tinggi), lapisan ini berubah
menjadi arang batu. Arang batu merupakan
A_Hartoko
162
yang
memungkinkannya
untuk
tidak
terlepas
dari
tempat
penyimpanannya.
Menginjeksikan karbon dioksida ke dalam sedimen lantai samudera akan
dapat mengurangi pengaruh buruknya terhadap kerusakan kehidupan di laut dan
jelas lebih aman daripada menyemprotkannya secara langsung pada sebuah jebakan
gas di laut. Hal ini juga akan lebih menjamin bahwa tidak ada gas yang keluar ke
atmosfer melalui proses percampuran oleh arus laut. Pada temperatur dan tekanan
di laut dalam yang cukup ekstrim, karbon dioksida bergerak dalam fasa cairnya
untuk membentuk kristal hidrat yang solid dan tak bergerak, dan mempercepat
kestabilan sistem. Para ilmuwan mengatakan bahwa gas tersebut akan cukup aman
dalam tempat penyimpanannya dan tahan terhadap gempa bumi atau proses-proses
geomekanik
lainnya.
Beberapa
peneliti
lain
ada
yang
mengusulkan
untuk
menyimpan karbon dioksida ini dalam formasi geologi seperti pada lapangan gas
alam, tetapi reservoir di daratan seperti itu memiliki resiko kebocoran yang tinggi.
Sedimen di laut dalam berperan sangat besar sebagai reservoir penyimpanan,
demikian kata House, mahasiswa pasca sarjana di Harvard's Department of Earth
and Planetary Sciences. Sekitar 22% atau 1,3 juta kilometer persegi lantai samudera
di zona ekonomi eksklusif Amerika Serikat memiliki kedalaman lebih dari 3000
A_Hartoko
163
A_Hartoko
164
1.
Polusi
Sedimen dapat mengakibatkan polusi dalam dua bentuk yaitu secara fisik dan secara
kimia.
matahari) dan sedimentasi (pengurangan kapasitas waduk di hilir). Polusi kimia oleh
sedimen misalnya pengikatan logam-logam dan phospor yang bersifat kimia organik
hidrophobik.
2.
Sedimen yang berasal dari daerah miskin dan mengalami erosi yang parah akan
memiskinkan tanah yang diendapinya, dan akan meninggikan permukaan tanah
serta dapat mengurangi permeabilitas tanah.
3.
4.
Sedimen yang berasal dari erosi dan ekresi pantai menyebabkan perubahan garis
pantai.
A_Hartoko
165
A_Hartoko
166
A_Hartoko
167
5.
a) Terumbu Karang
Pengaruh
sedimentasi
langsung
terhadap
hewan
karang
yaitu
akan
mematikan langsung karang bila ukuran sedimen cukup besar atau banyak sehingga
menutup polip karang. Ekosistem karang yang makin berkurang akan menurunkan
pula jumlah makhluk laut lainnya terutama yang dimanfaatkan dalam kehidupan
manusia, karena karang dapat dijadikan sebagai sumber makanan dan tempat
berlindung dari musuh bagi mahluk hidup laut.
Terumbu karang memiliki fungsi ekosistem yang penting yaitu menyediakan barang
dan jasa bagi ratusan juta penduduk khususnya di negara-negara berkembang.
Makanan dan pendapatan dari perikanan yang disediakan oleh terumbu karang bagi
masyarakat
lokal
adalah
bagian
dari
nilai
penting
tersebut.
Selain
itu
keanekaragaman hayati terumbu karang yang luar biasa, memiliki nilai ilmu
pengetahuan, farmasi, dan pendidikan. Lebih jauh, terumbu karang memiliki potensi
wisata yang menarik serta memiliki fungsi tak ternilai dalam melindungi pesisir dari
erosi pantai. Wisata yang berkaitan dengan terumbu karang akan memberikan nilai
yang besar, baik pada wisata yang telah berjalan ataupun yang berpotensi.
A_Hartoko
168
6.
oleh
binatang
karang
tersebut
untuk
menghalau
sedimen
7.
Pengendapan sedimen di dasar badan air, akan mengurangi kedalaman badan air itu
sendiri. Kondisi ini berpengaruh negatif terhadap proses pemijahan ikan, karena
biasanya ikan membutuhkan kedalaman tertentu untuk melakukan pemijahan. Jadi,
ketika badan air menjadi dangkal, maka proses pemijahan ikan akan terganggu dan
ini akan menghambat proses regenerasi ikan. Apabila kejadian ini berlangsung
secara terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan jumlah ikan akan
berkurang, karena ruang untuk memijah tidak ada lagi. Kekeruhan di dalam air juga
memberikan pengaruh buruk terhadap kehidupan ikan. Air yang terlalu keruh akan
mengganggu penglihatan ikan dalam air, yaitu jarak pandang ikan menjadi terbatas.
Keterbatasan jarak pandang ikan ini, akan memperkecil kesempatan ikan untuk
bergerak secara leluasa. Kondisi ini akan menyebabkan ikan mengalami kesulitan
A_Hartoko
169
8.
Sedimentasi
berdampak
lumpur
pada
akan
menyebabkan
produktivitas
primer
kekeruhan
perairan
air
laut
laut
yang
meningkat
menjadi
dan
sumber
kepadatan partikel.
Semakin besar dan padat suatu material padatan akan lebih mudah diendapkan
dibanding dengan partikel yang berukuran kecil dan kurang padat. Barangkali arus
laut dapat mencegah partikel dari pengendapan dan mensuspensikan kembali
menjadi
material
yang
terendapkan.
Senyawa
kimia
di
air
dan
salinitas,
A_Hartoko
170
9.
Penyempitan Laguna
Dampak sedimentasi tidak hanya pendangkalan dan penyempitan laguna, tetapi juga
hilangnya potensi ikan, udang serta berbagai jenis biota laut di pesisir selatan Pulau
Jawa, Masalahnya, luasan areal laguna yang semakin sempit sehingga berdampak
kepada bencana banjir dan hilangnya mata pencaharian warga.
A_Hartoko
171
A_Hartoko
172
A_Hartoko
173
masing lokasi wilayah stasiun pengamatan setelah dibandingkan dengan baku mutu
kualitas air untuk kepentingan budidaya laut, kesemuanya menunjukkan tingkat
kelayakan yang cukup baik. Namun tingkat kekeruhan perairan di wilayah bagian
Selatan P Karimun Besar, P Kundur sampai dengan pulau Durai menunjukkan
terjadinya tingkat kekeruhan yang lebih tinggi. Di kawasan ini menunjukkan tingkat
turbidity pada kisaran nilai antara 15 sampai dengan 25 NTU sedangkan kandungan
padatan tersuspensi antara 40 sampai dengan 66.67 mg/L. Sedangkan di kawasan P
Sugi menunujukkan tingkat turbidity dan total padatan tersuspensi jauh lebih
rendah, yaitu antara 4 sampai dengan 10 NTU dan 10.67 sampai dengan 26.67
mg/L. Kriteria kualitas air untuk kegiatan budidaya laut secara umum diperlukan
turbidity pada tingkat di bawah 30 NTU dan total padatan tersuspensi di bawah 80
mg/L (Breveridge, 1991). Padahal rumput laut ini memerlukan cahaya matahari
yang cukup untuk melangsungkan proses fotosintesa yang menghasilkan energi
untuk kehidupan dan pertumbuhan mereka.
A_Hartoko
174
A_Hartoko
175
85000
80000
LUAS (HA)
70000
67000
60000
52300
50000
40000
30000
20000
15246
10000
0
420
1986
3678
1992
1996
1998
1999
2001
TAHUN
Gambar 5.33. Perkembangan Luas Tambak di Delta Mahakam (Dutrieux, 2001)
Kawasan delta ini terletak pada zona intertidal dengan topografi sangat datar
(kelerengan 0,1%). Secara umum delta ini didominasi oleh kawasan hutan mangrove
seluas lebih dari 100.000 ha, dimana sebagian besar telah terkonversi menjadi
kawasan budidaya tambak. Seperti dijelaskan dalam grafik di atas, dari mulai tahun
1986 sampai dengan tahun 2001 telah dikembangkan lahan tambak seluas 85.000
ha. Pada sisi lain pembukaan tambak ini memberikan dampak berupa berkurangnya
fungsi yang diemban kawasan hutan mangrove dalam keseimbangan lingkungan
perairan di kawasan ini. Gambar berikut ini menggambarkan perkembangan dan
permasalahan kawasan mangrove di Delta Mahakam.
A_Hartoko
176
Gambar 5.34. Analisis Wilayah Mega Sedimentasi Delta Mahakam Dengan Citra
Landsat_MSS 1983 Sebelum Dibuka Untuk Pertambakan
A_Hartoko
177
A_Hartoko
178
Gambar 5.36. Vegetasi nipah (Nypa fruticans,atas) dan bakau (Rhizopora.sp, bawah)
Di Kanal Delta Mahakam
A_Hartoko
179
Gambar 5.37. Pengukuran parameter kualitas perairan pada tambak (atas) dan
pada kanal (bawah) di Delta Mahakam
A_Hartoko
180
A_Hartoko
181
A_Hartoko
182
A_Hartoko
183
A_Hartoko
184
A_Hartoko
185
A_Hartoko
186
Gambar 5.39. Habitat dan substrat Gurita (Octopus. Sp) di pantai barat Sumatra
A_Hartoko
187
Padang Lamun
Padang lamun (seagrass) di wilayah Kab. Pesisir Selatan meliputi dua jenis
yaitu Enhalus acroides dan Thallasea hemperinchii. Survei struktur komunitas
makrobentos di perairan Teluk Bayur dan Bungus (Sumatera Barat) bertujuan
mengungkapkan komposisi jenis, indeks keanekaragaman jenis dan kepadatannya.
Pengambilan contoh dilakukan pada bulan Juni dan September 1998 dengan
menggunakan grab Smith Mc Intyre (0,05m2) dan disaring dengan saringan 0,5 mm.
Dari hasil yang diperoIeh, makrobentos yang dikoleksi dari ke dua perairan tersebut
dapat
dibagi
menjadi
grup utama
yaitu
polychaeta,
moluska,
krustasea,
ekhinodermata dan taksa rendah lain yang digolongkan ke dalarn grup lainnya.
Jumlah jenis dari perairan Teluk Bayur pada bulan Juni dan September masingmasing berkisar antara 2 dan 49 jenis dan antara 2 dan 67 jenis. Jumlah jenis dari
Teluk Bungus pada bulan Juni dan September masing-masing berkisar antara 4 dan
48 jenis dan antara 5 dan 37 jenis. Indeks keanekaragaman jenis (H) dari perairan
Teluk Bayur dan Bungus pada bulan Juni dan September bernilai sekitar 4,00. Indeks
kemerataan dari perairan Teluk Bungus lebih tinggi nilainya daripada perairan Teluk
Bayur. Kepadatan rata-rata makrobentos dari perairan Teluk Bayur pada bulan Juni
dan September masing-masing berkisar antata 43,33 dan 2.973,33 ekor/m2 dan
antara 206,67 dan 5.980,00 ekor/m2 dan dari perairan Teluk Bungus masing-masing
berkisar antara. 146,67 dan 2.853,33 ekor/m2 dan antara 20,00 dan 1.400,00
ekor/m2. Baik jumlah jenis maupun kepadatan rata-rata makrobentos dari perairan
Teluk Bayur dan Bungus pada bulan Juni dan September tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan.
Estuari.
muara sungai yang masuk ke laut, teluk dan rawa pasang surut. Ciri khas dari
perairan ini dasarnya didominasi oleh lumpur dan salinitasnya cenderung berfluktuasi
harian dengan arus air yang lambat. Formasi vegetasi di daerah ini dominasi
tumbuhan nipah (Nypa fruticans) dan mangrove, perairan ini oleh masyarakat desadesa
pantai
digunakan
untuk
memproduksi
molusca
(Bivalvia/lokan
dan
A_Hartoko
188
masyarakat
masih
kepada
kegiatan
penangkapan.
Muara/estuaria
merupakan tempat penangkapan kepiting bakau, kerang, udang dan dapat juga
sebagai daerah wisata.
A_Hartoko
189
dan
kepiting,
tetapi
dengan
meningkatnya
pertumbuhan
pabrik
yang
A_Hartoko
190
A_Hartoko
191
Gambar . Sebaran spasial substrat dasar (%-silt) dan asosiasi jenis udang
(perikanan demersal) di perairan Semarang (A.Hartoko & P Wibowo)
A_Hartoko
192
Gambar 5.40 . Jenis sumberdaya perikanan (atas) dan jenis-jenis Moluska demersal
perairan Semarang (Photo : P Wibowo)
A_Hartoko
193
Gambar . Biota endemik demersal Portunus.sp di pantai selatan Jawa (atas) dan
Nephrops.sp di pantai barat Sumatra
A_Hartoko
194
A_Hartoko
195
Tabel
Bl-1. Polychaeta
Gastropoda
Bl-2. Polychaeta
Gastropoda
Bl-3. Polychaeta
Gastropoda
125
583
A_Hartoko
196