You are on page 1of 2

Definisi

Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan obat oksigen untuk mencegah atau
memperbaiki hipoksia jaringan, dengan cara meningkatkan masukan oksigen kedalam sistem
respirasi, meningkatkan daya angkut oksigen dalam sirkulasi dan meningkatkan pelepasan
oksigen ke jaringan atau ekstraksi oksigen jaringan. Menurut Departemen Kesehatan RI,
terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan.
Tujuan
a. Meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan untuk
memfasilitasi metabolisme aerob
b. Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 % untuk :
Mencegah dan mengatasi hipoksemia atau hipoksia serta mmempertahankan
oksigenasi jaringan yang adekuat.
Menurunkan kerja nafas dan miokard.
Menilai fungsi pertukaran gas
Indikasi terapi oksigen
Pada kondisi normal, konsumsi oksigen tubuh adalah 115-165 mL/menit/meter persegi luas
permukaan tubuh, sedangkan penyediaan oksigen sebanyak 550-650 mL/menit/meter persegi
luas permukaan tubuh. Hal ini berarti masih tersedia sebanyak 435-485 mL cadangan oksigen
dalam darah yang segera akan habis digunakan dalam metabolisme apabila selama 3-4 menit
pasien tidak bernafas atau tidak diberikan oksigen.
Keseimbangan antara penyediaan dengan konsumsi oksigen senantiasa diupayakan oleh
tubuh melalui mekanisme fisiologi sistem respirasi dan sistem sirkulasi dalam penyediaan
oksigen dan mekanisme kompensasi dalam tubuh untuk mengatur konsumsi oksigen. Apabila
terjadi gangguan keseimbangan dengan dominasi penurunan penyediaan oksigen atau
sebaliknya peningkatan dalam konsumsi akan terjadi hutang oksigen.
Secara umum indikasi klinis terapi oksigen diberikan pada pasien yang menderita ketidakadekuatan oksigenasi jaringan yang terjadi akibat :
1. Gagal nafas. Akibat sumbatan jalan nafas, depresi pusat nafas, penyakit saraf otot,
trauma thoraks atau penyakit pada paru misalnya ARDS.
2. Kegagalan transportasi oksigen. Akibat syok (kardiogenik, hipovolemik dan septik),
infark otot jantung, anemia atau keracunan CO.
3. Kegagalan ekstraksi oksigen oleh jaringan akibat keracunan sianida
4. Peningkatan kebutuhan jaringan terhadap oksigen,seperti pada luka bakar, multiple
trauma, infeksi berat, penyakit keganasan, kejang dll.
5. Pasca anestesia terutama anestesia umum dengan gas gelak atau N2O
Dengan demikian tujuan terapi oksigen pada keadaan-keadaan seperti tersebut diatas untuk :
1) Mengoreksi hipoksemia

Pada gagal nafas akut, terapi oksigen yang diberikan merupakan upaya penyelamatan
nyawa, sedangkan untuk kasus-kasus yang lain adalah untuk membayar hutang
oksigen pada jaringan sehingga metabolisme dapat kembali aerob
2) Mencegah hipoksemia
Terapi oksigen diberikan untuk mempertahankan penyediaan oksigen dalam darah,
misalnya pada tindakan bronkoskopi perlu tambahan oksigen pada udara respirasinya
atau pada kondisi yang menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen seperti infeksi
yang berat, kejang dan lain-lain.
3) Mengobati keracunan karbon monoksida (CO)
Terapi oksigen diberikan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen (PO2) dalam
darah dan untuk mengurangi ikatan CO dengan hemoglobin.
4) Fasilitas absorbsi gas dari jaringan dan rongga-rongga dalam tubuh. Pada kondisi
seperti ini, terapi oksigen diberikan untuk mempercepat proses eliminasi obat
anestesia inhalasi pasca anestesia.
Oksigen dapat diberikan dalam kondisi tinggi atau rendah pada semua kondisi yang
berhubungan dengan hipoksemia. Dalam kondisi seperti COPD dimana ada resiko untuk
terjadinya hiperkarbi, oksigen konsentrasi rendah harus digunakan. Sementara dalam kondisi
paru-paru akut tanpa adanya penyakit paru kronis yang mendasari) seperti emboli paru,
pneumonia, tension pneumotoraks, asma akut, edema paru atau infark miokard, konsentrasi
oksigen tinggi dapat diberikan. Sementara pada kondisi alveolitis fibrosa dimana tidak terjadi
retensi dari CO2, oksigen konsentrasi tinggi dapat diberikan tanpa ada bahaya induksi
hipoventilasi. Hipoksemia harus dikurangi segera dengan memberikan oksigen umumnya
dalam konsentrasi 24 % untuk meningkatkan oksigenasi tanpa kehilangan efek stimulan
pernafasan.
Kontra indikasi
Tidak ada kontra indikasi absolut dari terapi oksigen, tetapi ada beberapa kontraindikasi dari
teknik pemberian oksigen:
a.Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong tidak boleh jika ada obstruksi nasal.
b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal tidak dapat dilakukan jika ada fraktur dasar
tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.
c.Sungkup muka dengan kantong rebreathing tidak dapat dilakukan pada pasien dengan
PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.

You might also like