Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
A5-C
KELOMPOK 7
NAMA KELOMPOK :
1.
2.
3.
4.
5.
Dewi Laraswati
Eka Desiari
Nina Andayani
I Wayan Sono
Yogi Aristana Putra
( 11.321.1147 )
( 11.321.1153 )
( 11.321.1168 )
( 11.321.1176 )
( 11.321.1188 )
SI KEPERAWATAN
LAPORAN PENDAHULUAN
f.
g.
h.
i.
4. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau
batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya
pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan
yang cukup lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena
organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan
yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
mengalami kelemahan
Kehamilan
Hernia
PATHWAY
Ketidaknyamanan abdominal
Nekrosis Intestinal
Insisi bedah
Asupan gizi kurang
Peristaltic usus
Mual, muntah
Gangguan
rasa nyaman
Nafsu makan
Intake makanan
Risiko
Infeksi
Konstipasi
Nyeri
Akut
Ketidakseimban
gan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
5. KLASIFIKASI
Klasifikasi hernia, antara lain :
a. Macam-macam hernia menurut letaknya
1) Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk, digaris tengah
perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jaringan yang
berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang relative lemah, hernia ini
sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut,
ketika pertama kali ditemukan.
2) Hernia Umbilikal
Hernia umbilikalis ini sering dijumpai pada bayi dan pada orang dewasa
lebih umum pada wanita, karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya
terjadi pada klien gemuk atau yang melahirkan berkali-kali. Tipe hernia ini terjadi
pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena
masalah pascaoperasi seperti infeksi, Nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau
kegemukan. Pada bayi hernia umbilikalis menutup secara spontan. Pembedahan
dapat dilakukan jika hernia tersebut bertahan 4-5 tahun.
3) Hernia Inguinalis
Adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan.
Hernia ini terjadi ketika dinding abdomen berkembbang, sehingga usus
menerobos kebawah melalui celah. Tanda dan gejala dari hernia ini adalah ada
benjolan di bawah perut yang lembut, kecil, nyeri, dan bengkak. Hernia ini lebih
sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Hernia inguinal ini dibagi lagi
menjadi :
a) Hernia Inguinalis Indirek / lateralis
Hernia Inguinalis Indirek / lateralis menyebabkan penonjolan organ visera
abdomen melalui anulus inguinalis dan mengikuti funikulus spermatikus
(pada laki-laki) dan ligamentum teres uteri (pada wanita)
b) Hernia Inguinalis Direk / medialis
Hernia Inguinalis Direk / medialis terjadi karena kelemahan pada dasar
kanalis inguinalis yang berupa fasia.
4) Hernia Femoralis
Muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk kedalam kantung. Hernia femuralis
akan terlihat sebagai massa atau benjolan pada tempat terabanya denyut arteri
fulmonalis.
5) Hernia Incisional
Dapat terjadi melalui luka pasca oprasi perut. Hernia ini muncul sebagai
tonjolan disekitar pusar, yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup
sepenuhnya. Hernia ini dapat disebabkan oleh kelemahan dinding abdomen yang
ekstrem atau obesitas.
6) Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan tulang belakang. Diantara setiap cakram
tulang belakang ada discus intervertebralis yang menyerap goncangan cakram dan
meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia,
terjadi herniasi discus intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica).
Hernia ini biasa terjadi di punggung bawah dan 3 vertebra lumbbal bawah.
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada adalam anulus
eksternus, pasien diminta mengedan. Apabila ujung jari menyentuh
hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang
Perkusi
Auskultasi
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sinar-x spinal untuk mengetahui abnormalitas tulang.
b. Tomografi komputerisasi atau MRI untuk mengidentifikasi diskus yang terhernisiasi.
Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran secara seksional
pada lapisan melintang dan longitudinal.
c. Elektromiografi untuk melokalisasi keterlibatan saraf-saraf spinal.
d. Mielogram: mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus,
menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
e. Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi sakroiliaka).
Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif,
kelainan bawaan, dan vertebra yang tidak stabil.
f. Foto rontgen dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan miolegrafi
radikuografi, diskografi, serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal.
g. Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop (SR dan F).
Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit paget.
h. Venogram epidural: dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari miogram
terbatas.
i. Pungsi lumbal: mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya darah.
j. Pemeriksaan Ultrasonografi, dapat membantu dalam penilaian pasien tertentu.
Ultrasonografi
untuk
membedakan
antara
hidrokel
dan
hernia
inguinalis.
a.
b.
c.
d.
Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan atau tripleks tebal tanpa kasur).
Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri.
Pemasangan cervical collar atau traksi servikal.
Terapi farmakologi
1) Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon.
2) Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine.
3) Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama fase akut.
e. Chemonudeolysis
1) Untuk herniasi lumbal.
2) Injeksi chymopapain ke dalam diskus agar menghilangkan air dan proteoglikan
dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan subsekuen pada akar saraf.
10. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi 2, konservatif dan operatif antara lain :
a. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi (dengan cara
mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pengurangan
hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi pinggang
ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang)
yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan
berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Hal ini biasanya dipilih jika kita menolak dilakukan perbaikan secara operasi atau
terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di
daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara
ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga tidak menyembuhkan
hernia.
b. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama jenis yang
strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Banyak pasien
hernia inguinal yang memiliki gejala minimal. Menurut sebuah penelitian pada pasien
ini observasi dapat menjadi pilihan yang baik, karena pasien dengan gejala minimal
Rasional
komprehensif
PQRST
menentukan rencana intervensi.
- Lakukan manajemen nyeri keperawatan, - Istirahat
secara
fisiologis
Istirahatkan
pasien pada
saat nyeri
untuk
akan
muncul.
metabolisme basal.
- Distrraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulasi internal.
- Pengetahuan yang akan dirasakan
membantu mengurangi nyerinya dan
dapat
membantu
kepatuhan
- Kolaborasi dengan tim medis pemberian
analgetik
pasien
terapeutik.
- Analgetik memblok
mengembangkan
terhadap
lintasan
rencana
nyeri
b. Konstipasi
Tujuan
: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x. jam diharapkan
konstipasiklien dapat teratasi
KH :
- klien dapat mengeluarkan feces dengan konsistensi lembek.
- Bising usus normal (12-35 x/menit)
Intervensi
Rasional
-Observasi
warna
feces,
konsistensi, -membantu
mengidentifikasi
pada konstipasi.
-Dapat
mengidentifikasi
kehilangan
-Kolaborasi
dengan
memberikan
diet
ahli
penyebab
gizi
seimbang
dehidrasi,
berlebih/
alat
dalam
untuk
tinggi serat.
mengabsorbsi
air
dalam
alirannya
sebagai
perangsang
untuk
defekasi
-Melembekkna feces, meningkatkan fungsi
defekasi sesuai kebiasaan.
Rasional
- Immobilitas dapat menutunkan bising
usus.
- Membantu mencegah distensi gaster atau
ketidaknyamanan
dan
meningkatkan
pemasukan.
sebagai pengobatan dan untuk membuat - Kalori dan protein diperlukan untuk
pilihan
makanan
/ minuman tinggi
kalori/protein.
- Lakukan oral hygiene sebelum makan.
- Kolaborasi
dengan
ahli
gizi
dalam
mempertahankan
berat
badan
dan
meningkatkan penyembuhan.
- Mulut yang bersih dapat meningkatkan
rasa dan nafsu makan yang baik.
pemberian nutrisi.
Intervensi
Rasional
- Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas -Parameter menunjukan respon fisiologis
dengan menggunkan TTV, dipsnea,
nyeri
dada,
kelelahan
berat
dan
untuk
meningkatkan
perhatian
e. Resiko infeksi
-Stabilitas
penting
fisiologis
untuk
pada
istirahat
memajukan
tingkat
aktivitas individual.
pada
kerja
kemajuan
mencegah kelemahan.
aktivitas
dan
Intervensi
-Kaji
jenis
Rasional
hari - Mengidentifikasi
pembedahan,
penyimpanan
diharapkan.
kemajuan
dari
atau
tujuan
yang
- Kondisi
bersih
menghindari
dan
kering
kontaminasi
akan
komensal.
perawatan
luka.
Lakukan
local
dan
akan
memperlama
penyembuhan luka.
pasca bedah dan diulang setiap dua - Perawatan luka sebaiknya tidak setiap hari
hari.
-Kolaborasi penggunaan antibiotic
untuk
menurunkan
kontak
tindakan
pasca
bedah
yang
kemudian
4. IMPLEMENTASI
Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang sudah direncanakan sebelum
ke pasien.
5. EVALUASI
a. Dx I
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
- Skala nyeri 1-3 (0-10).
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah
b. Dx II
- klien dapat mengeluarkan feces dengan konsistensi lembek.
- Bising usus normal (12-35 x/menit)
c. Dx III
- Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)
- BB bertambah 3 kg
- Tidak mual dan muntah
d. Dx IV
- Pasien tidak cemas
- Pasien dapat tidur dengan nyenyak
- Pasien tidak gelisah
e. Dx V
- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan
-
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Nanda.2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: EGC