You are on page 1of 18

1

Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Sistem reproduksi pada laki-laki dan perempuan berkaitan terutama dengan
kelangsungan keberadaan spesies manusia. Oleh karena itu, sistem ini berbeda dengan
sistem organ lainnya dalam tubuh yang berhubungan dengan homeostatis dan
kemampuan hidup individu (Ethel Sloane, 2004).
Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak. Alat
reproduksi sendiri adalah bagian bagian tubuh kita yang berfungsi dalam melanjutkan
keturunan. Alat reproduksi wanita berbeda dengan alat reproduksi laki-laki. Alat
reproduksi wanita dan laki laki dibagi menjadi dua yaitu alat reproduksi bagian luar
dan alat reproduksi bagian dalam (Taufan Nugroho, 2012).
Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun
siklus reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan
hidup, sebagai contoh manusia yang dilakukan vasektomi pada organ reproduksinya
(testes atau ovarium) atau mencapai menopause dan andropouse tidak akan mati. Pada
umumnya reproduksi baru dapat berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa
pubertas atau dewasa, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon
yang dihasilkan dalam tubuh manusia (Taufan Nugroho, 2012).
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab
terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup, reproduksi
tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati.
Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi
makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan
(anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan generasi (Taufan Nugroho, 2012).
Pengetahuan mengenai anatomi dan organ reproduksi sangat penting dipelajari guna
mengetahui proses reproduksi manusia. Sehingga kami membuat makalah yang
berjudul: Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pria dan Wanita.

2
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

1.2.

Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1.2.1. Mengetahui dan memahami anatomi dan fungsi organ-organ reproduksi.
1.2.2. Mengetahui dan memahami hormon-hormon yang berperan dalam fungsi
reproduksi.
1.2.3. Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya mimpi basah.
1.2.4. Mengetahui dan memahami fase-fase siklus menstruasi.
1.2.5. Mengetahui dan memahami hormone yang berperan saat kehamilan,
melahirkan dan menyusui.
1.2.6. Memenuhi penugasan pada Blok Sistem Reproduksi menngenai anatomi dan
fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita.

1.3.

Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah:
1.3.1. Bagi mahasiswa:
Meningkatnya pemahaman dan pengetahuan mahasiswa mengenai anatomi
dan fisiologi sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita. Sehingga
dapat memahami patologi dan patofisiologi penyakit pada organ-organ
reproduksi.

3
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

BAB 2
PEMBAHASAN
1.1.

Anatomi Organ Reproduksi


a. Pria

Penis

Glan
s

Scrotum

Gambar 1. Organ Reproduksi Pria Eksterna


Genitalia Eksterna

Skrotum
Skrotum adalah kantong kulit berpigmen yang dilapisi jaringan ikat dan
fibrosa serta otot polos. Skrotum berada di bawah simfisis pubis dan di depan
bagian atas paha, serta di belakang penis (Waugh & Grant, 2011).

Penis
Penis terdiri dari 3 massa jaringan erektil berbentuk silinder memanjang yang
memberi bentuk pada penis. Lapisan dalamnya adalah korpus spongiusum
yang membungkus uretra, dan dua massa paralel di bagian luarnya yaitu
korpus kavernosum. Ujung distal penis, dikenal sebagai glans, ditutupi oleh
prepusium. Prepusium dapat dilepas dengan pembedahan (sirkumsisi, sunat)
(Waugh & Grant, 2011).

Genitalia Interna

Testes

4
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

Testes diliputi oleh 3 lapisan: tunika vaginalis, tunika albuginea, dan tunika
vascular. Setiap testis terdiri atas 200-300 lobuli dan dalam setiap lobules
terdapat 1-4 tubulus seminiferus testis.

Diantara tubuli terdapat sedikit

jaringan ikat dengan kelompok sel interstitial Leydig, yang menggetahkan


testosterone (Tambayong, 2001)..

Tubulus seminiferus
Tubulus seminiferous dilapisi epitel germinal yang terdiri atas dua jenis sel;
sel spermatogenik dan sel penyokong. Dari rete testis, melalui 10-12 saluran,
berlanjut sebagai duktus epididimis yang sangat berkelok di dalam epididymis
(Tambayong, 2001)..

Duktus Deferens
Panjang vas deferens sekitar 45 cm dan berjalan dari testis menuju kanalis
inguinalis dan di bagian medial turun menuju dinding posterior kandung
kemih dimana vas deferens bersatu dengan saluran dari vesikula seminalis
(Tambayong, 2001).

Urinary
Bladder
Vas
Deferens
Pubic Bone

Urethra

Seminal
Vesicle

Penis

Rectum
Epididym
is
Testis

Gambar 2. Organ Reproduksi Pria Interna

Vesikula seminalis

Scrotum

Prostate
Gland
Bulbourethr
al
Gland

5
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

Vesikula ini berupa dua kantung kecil di belakang kandung kemih. Saluran ke
luarnya bergabung dengan duktus deferens membentuk duktus ejakulatorius.
Kelenjar ini menghasilkan cairan kental yang membantu agar sperma dapat
tetap hidup setelah ejakulasi (Tambayong, 2001).

Kelenjar Prostat
Kelenjar ini terletak di bawah kandung kemih, mengelilingi bagian pertama
uretra. Fungsinya adalah menghasilkan cairan encer keputihan sewaktu
ejakulasi (Tambayong, 2001).

Kelenjar bulbo-uretral
Kelenjar bulbo-uretral (Cowper) terdapat tepat di bawah prostat. Kelenjar ini
adalah kelenjar tubule-alveolar kompleks dan menghasilkan secret kental,
bersifat alkali dan terang (Tambayong, 2001).

b. Wanita

Gambar 3. Organ
Reproduksi Wanita Eksterna

Genetalia Eksterna

Vulva
termasuk alat kelamin bagian luar tempat bermuaranya sistem urogenital yang
dilingkari oleh labia mayora, ke belakang menjadi satu dengan kommisura
posterior dan perineum, dibawah kulit terdapat jaringan lemak (mons pubis)
(Syaifuddin, 2011).

6
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

Mons pubis adalah bagian menonjol yang melingkar di depan simfisis pubis,
dibentuk oleh jaringan lemak di bawah kulit, meliputi daerah simfisis yang

ditumbuhi rambut pada mas apubertas (Syaifuddin, 2011).


Labia mayora (bibir besar) adalah lipatan kulit yang menonjol secara longitudinal
yang memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis dan membentuk
batas lateral yang banyak mengandung saraf. Masing-masing labium mempunyai
dua permukaan, bagian luar mempunyai pigmen dan ditutupi oleh rambut keriting

dan bagian dalamnya licin dikelilingi oleh folikel sebasea (Syaifuddin, 2011).
Labia minora (bibir kecil) adalah lipatan kecil yang terdapat diantara labia
mayora, memanjang dari klitoris secara oblik ke bawah dan samping kebelakang
sepanjang 4 cm di sisi orifisium vagina. Ujung posterior labia minora bergabung

pada garis median oleh lipatan kulit, disebut frenulum (Syaifuddin, 2011).
Klitoris adalah tonjolan kecil yang melingkar berisi jaringan erektil yang sangat
sensitif, terdapat dibawah kommisura labia anterior dan sebagian tersembunyi di
antara ujung anterior labia minora, banyak mengandung saraf, terdiri dari: korpus

kavernosus dan membran fibrosa (Syaifuddin, 2011).


Vestibulum vagina (serambi) adalah celah diantara labia minora dibelakang glans
glitoris, di dalamnya terdapat orifisium uretra 2,5 cm. Bagian belakang glans
klitoris dan vagina merupakan muara duktus vestibularis mayor, liang sanggama,

kelenjar Bartholini, dan kelenjar Skene kiri dan kanan (Syaifuddin, 2011).
Himen (selaput dara) adalah lapisan tipis menutupi sebagian liang sanggama. Di
tengahnya berlubang, merupakan tempat keluarnya menstruasi, bentuknya
bervariasidan bila teregang akan terbentuk cincin. Glandula vestibularis mayor
(Bartolini) terdiri dari dua bagian melingkar dengan warna merah kekuningkuningan. Pada orifisium vaginalis, ujung posterior dari masing-masing bulbus
vestibula panjang salurannya 2 cm (Syaifuddin, 2011).

Genetalia Interna
Vagina
Vagina merupakan penghubung antara genitalia eksterna dengan genitalia interna.
Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan di belakang 9,5 cm. Epitel vagina
merupakan epitel skuamosa dalam beberapa lapisan. Lapisannya tidak

mengandung kelenjar akan tetapi mengadakan transudasi (Syaifuddin, 2011).


Uterus
Uterus pada orang dewasa merupakan organ tebal seperti buah alpukat atau buah
pir yang sedikit gepeng, terletak dalam rongga pelvis di antara rektum dan

7
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

kandung kemih. Panjang uterus 7-7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus
pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam posisi
anterversiofleksi. Uterus terdiri dari : fundus uteri (dasar rahim), korpus uteri, dan
serviks uteri (Syaifuddin, 2011).

Gambar 3. Organ Reproduksi Wanita Interna

Tuba Falopii
Tuba faloppi adalah saluran telur yang mengangkut ovum dari ovarium ke kavum
uteri. Panjangnya rata-rata 11-14 cm. Tuba faloppi ada dua bagian, mulai dari sisi
pelvis ke sudut superior lateral uterus. Tuba faloppi terdiri dari: pars interstisialis,

pars ismika/istmus, pars ampularis/ampula, dan infundibulum (Syaifuddin, 2011).


Ovarium
Kelenjar yang terletak di kanan dan kiri uterus terikat oleh ligamentum ovari
propium. Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonii dilapisi oleh
epitelium kubik silindrik, disebut epitelium germinativum. Di bawah epitel ini
terdapat tunika albugenia dan di bawah tunika albugenia ditemukan lapisan
banyak folikel (Syaifuddin, 2011).

Kelenjar mamae

8
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

Pada wanita kelenjar mamae mulai berkembang pada permulaan masa pubertas
(adolesens), pada umur 11-12 tahun. Kelenjar mamae terdapat di atas bagian luar fasia
torakalis superfisialis di daerah jaringan lemak subkutis: ke arah lateral sampai ke
linea aksilaris media, melewati linea media mencapai kelenjar mamae sisi yang lain,
ke arah bawah mencapai saerah aksila (lipatan ketiak) (Syaifuddin, 2011).
Kelenjar mamae menyebar disekitar areola mamae, mempunyai lonus antara 15-20.
Tiap lonus berbentuk piramid dengan puncak mengarah ke areola mamae. Masingmasing lobus dibatasi oleh septum yang terdiri dari jaringan fibrosa yang padat. Tiap
lobus kelenjar mamae mempunyai saluran keluar yang disebut duktus laktiferus yang
bermuara ke papila mamae. Pada daerah areola mamae duktus laktiferus melebar,
disebut sinus laktiferus (Syaifuddin, 2011).

Gambar
5.

Penampang Payudara Wanita

1.2.

Fungsi Organ Genitalia


a. Pria
Organ genitalia pria terdiri atas (Syaifuddin, 2011):
Genitalia Eksterna
Penis
Berfungsi mencurahkan semen ke dalam vagina selama koitus.
Skrotum
Skrotum berfungsi mengatur suhu sesuai untuk sperma, dengan mengkerut
(suhu dingin) melonggar (suhu panas).
Genitalia Interna
Testis
Menghasilkan sperma dan mengeluarkan testosterone.

9
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

Epididimis dan duktus deferens


Berfungsi sebagai tempat keluarnya sperma dari testis; sebagai pematangan,
motilitas, dan fertilisasi sperma; memekatkan / mengentalkan dan menyimpan

sperma.
Vesikula seminalis
Menghasilkan fruktosa untuk member makanan sperma yang dikeluarkan,
mengeluarkan prostaglandin yang merangsang motilitas saluran reproduksi
pria dan wanita untuk membantu mengeluarkan sperma, menghasilkan
sebagian besar cairan semen, menyidiakan precursor (proses biologis) untuk

pembekuan semen.
Kelenjar prostat
Mengeluarkan cairan basa yang menetralkan sekresi vagina yang asam,
memicu pembekuan semen untuk menjaga sperma tetap berada dalam vagina

pada saat penis dikeluarkan.


Kelenjar bulbouretra
Mengeluarkan mucus untuk pelumasan.

b. Wanita
Organ genitalia wanita terdiri atas (Syaifuddin, 2011):
Genitalia Eksterna

Mons pubis
Mons pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai
bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
Bibir besar (Labia mayora)
Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia

di

dalamnya

dan

mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan seksual.


Bibir kecil (labia minora)
Berfungsi untuk menutupi organ-organ genitalia di dalamnya serta merupakan

daerah erotis yang mengandung pembuluh darah dan saraf.


Klitoris
Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan

seksual.
Vestibulum
Vestibulum merupakan muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar

paravagina.
Perinium
Perinium membentuk dasar badan perinium.
Kelenjar Bartholin

10
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

Berfungsi untuk mengeluarkan lendir yang banyak ketika melakukan

hubungan seksual.
Himen (Selaput dara)
Himen menutupi sebagian liang senggama berperan sebagai saluran dari lendir
yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.

Genitalia Interna

Vagina
Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus
dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu

persalinan.
Uterus
Uterus berfungsi sebagai tempat tumbuhnya janin saat hamil serta memberi

makanan pada janin melalui plasenta pada dinding rahim.


Tuba Falopii
Tuba fallopi berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai
kavum uteri, untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai
saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi,
tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai

bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi


Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormonhormon steroid.

1.3.

Hormon-hormon yang terkait fungsi reproduksi


a. Pria
Hormon-hormon yang terlibat dalam fungsi reproduksi pria yaitu (Guyton & Hall,
2008):

Testosteron
Testosterone disekresi oleh sel Leydig yang terletak di interstisium testis
Fungsi:
Testosteron berfungsi dalam pertumbuhan dan pembelahan sel-sel germinal
testis, yang merupakan tahap pertama pembentukan sperma.

GnRH
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus di otak.
Fungsi : GnRH akan merangsang pelepasan FSH (Folicle Stimulating
Hormon) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan

11
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

memberikan umpan balik ke hipotalamus sehingga kadar GnRH akan menjadi


rendah, begitupun sebaliknya.

Luteinizing Hormone
Disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior.
Fungsi:
Merangsang sel-sel Leydig untuk menyekresi testosteron.

Folicle Stimulating Hormone


Disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior.
Fungsi:
Merangsang sel Sertoli dalam proses pengubahan spermatid menjadi sperma
(spermatogenesis).

Estrogen
Dibentuk dari testosteron oleh sel-sel Sertoli ketika sel Sertoli dirangsang oleh
hormone perangsang folikel (FSH).
Fungsi:
Berperan penting dalam spermatogenesis.

Hormon pertumbuhan
Dibentuk di hipofisis anterior.
Fungsi: mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis, meningkatkan
pembelahan awal spermatogonia.

a. Wanita
Hormon-hormon yang terlibat dalam fungsi reproduksi pria yaitu (Guyton & Hall,
2008):

Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang
paling penting untuk reproduksi adalah estradiol.
Fungsi :
Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri perkembangan seksual pada
wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan. Estrogen
juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina
sehingga sesuai untuk penetrasi sperma.

Progesteron

12
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum.


Fungsi :
Progesteron

mempertahankan

ketebalan

endometrium

sehingga

dapat

menerima implantasi zygot. Kadar progesteron terus dipertahankan selama


trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon HCG.

GnRH
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus di otak.
Fungsi : GnRH akan merangsang pelepasan FSH (Folicle Stimulating
Hormon) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan
memberikan umpan balik ke hipotalamus sehingga kadar GnRH akan menjadi
rendah, begitupun sebaliknya.

FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)


Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin, hormon yang diproduksi oleh
hipofisis akibat rangsangan dari GnRH.
Fungsi :
FSH

akan

menyebabkan

pematangan

folikel

dan selanjutnya

akan

menghasilkan ovum. LH mempertahankan korpus luteum untuk tetap


menghasilkan ovum. Dibawah pengaruh LH, korpus luteum mengeluarkan
estrogen dan progesteron, dengan jumlah progesteron jauh lebih besar. Kadar
progesteron meningkat dan mendominasi dalam fase luteal, sedangkan
estrogen mendominasi fase folikel.
1.4.

Mimpi Basah
Mimpi basah atau dalam bahasa medis disebut emisi nokturnal adalah peristiwa alami
yang dialami pria. Selama tahap ini, laki-laki mulai menghasilkan sperma dan
mendapatkan kemampuan untuk ejakulasi. Mimpi basah terjadi karena adanya
rangsangan pada alat kelamin akibat gesekan dari kasur atau seprai, mimpi erotis,
kandung kemih penuh atau kenangan dari aktivitas atau pikiran seksual. Sehingga
tanpa disadari mengeluarkan cairan lengket dari kelaminnya, dimana cairan tersebut
adalah cairan semen yakni campuran antara air mani dan sperma (Gustia, 2010).
Mimpi basah ini terjadi pada saat seseorang mengalami tidur yang dalam atau tidur
REM (gerakan mata cepat atau rapid eye movement), yaitu tahap tidur yang mana
terjadinya mimpi. Tidur dalam ini kemudian membuat laju respirasi dan aktivitas otak
meningkat, serta otot-otot menjadi lebih rileks, yang ditandai dengan gerakan bola

13
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

mata yang cepat. Pada saat tidur yang dalam itulah pria biasanya mengalami ereksi
sekitar 3-5 kali. Karena rangsangan kelamin atau mimpi erotis mungkinkan terjadinya
ejakulasi atau orgasme saat tidur yang kemudian akhirnya dikenal dengan mimpi
basah (Gustia, 2010).
Sperma adalah sel yang dihasilkan laki-laki di dalam testis atau pelirnya atas perintah
hormon testosterone. Testosterone adalah hormon yang paling berperan dalam
pertumbuhan tubuh laki-laki. hormon testosteron merupakan hormon yang paling
penting dalam proses repoduksi dan pada pria dihasilkan oleh sel Leydig (testis)
(Gustia, 2010).
1.5.

Siklus Menstruasi
a. Siklus ovarium (Price & Wilson, 2012)
Fase Folikular
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium.
FSH merangsang perumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium, dan
hanya satu yang berkembang menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya
berdegenerasi. Di dalam folikel oosit primer menjalani proses pematangannya
dan menyekresikan estrogen lebih banyak. Kadar estrogen yang meningkat

menyebabkan pelepasan LH.


Fase Luteal
LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit
primer telah mengalami pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen
yang tinggi menghambat sekresi FSH, kemudian kadar estrogen menurun.
Setelah oosit terlepas, folikel deGraaf berubah mejadi korpus luteum yang
menyekresi sebagian kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin
meningkat.

b. Siklus Endometrium (Price & Wilson, 2012)

Fase Proliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam
stadium istirahat. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang
berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan
menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertrofi dan berproliferasi dan pembuluh

darah menjadi banyak sekali.


Fase Sekresi
Setelah ovulasi, di bawah pengaruh progesterone yang meningkat dan terus
diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan

14
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

menjadi seperti beludru. Strome menjadi edematosa. Lama fase ini sama pada

tiap wanita yaitu 14 2 hari.


Fase Menstruasi
Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus 28
hari,

dan

kemudian

mulai

beregresi. Akibatnya,

terjadi

penurunan

progesnteron dan estrogen yang tajam sehingga mengihilangkan perangsangan


pada endometrium. Perubahan iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti
dengan menstruasi.
1.6.

Hormon yang terlibat selama periode kehamilan, kelahiran, dan menyusui


a. Hormon pada periode kehamilan (Guyton & Hall, 2008)
Pada kehamilan plasenta membentuk sejumlah besar hormon diantaranya yaitu
human chorionic gonadotropin, estrogen, progresteron, dan human chorionic
somatomammotropin.
Human chorionic gonadotropin
Human chorionic gonadotropin merupakan glikoprotein yang mempunyai
berat molekul kira-kira 39.000. Fungsinya adalah untuk mencegah involusi
korpus luteum pada akhir siklus seksual bulanan wanita. Human chorionic
gonadotropin menimbulkan efek perangsangan sel-sel interstisial testis fetus
pria sehingga mengakibatkan pembentukan testosterone pada fetus pria sampai
pada waktu lahir. Mendekati akhir kehamilan, testosterone yang disekresikan

oleh testis fetus juga menyebabkan desensus testis ke dalam scrotum.


Estrogen
Hormon ini terutama berfungsi poliferatif pada sebagian besar organ
reproduksi dan organ penyertanya. Estrogen juga merelaksasi ligamentum
pelvis sehingga persendian sekroiliaka menjadi relative lentur dan simfisis
pubis menjadi elastis. Perubahan ini akan mempermudah pasasse fetus melalui

jalan lahir.
Progresteron
Pengaruh-pengaruh khusus progesteron yang penting untuk kemajuan
kehamilan yang normal adalah sebagai berikut :
- Progesteron menyebabkan sel-sel desidua tumbuh di endometrium uterus,
-

dan sel-sel ini memainkan peranan penting dalam nutrisi embrio awal.
Progesteron menurunkan kontraktilitas uterus gravid, jadi mencegah

kontraksi uterus yang menyebabkan abortus spontan


Progesteron juga membantu perkembangan hasil konsepsi bahkan sebelum
implantasi, karena progesteron secara khusus meningkatkan sekresi tuba

15
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

fallopii dan uterus ibu untuk menyediakan bahan nutrisi yang sesuai untuk

perkembangan morula dan blastokista.


Selain itu, ada beberapa alasan untuk mempercayai bahwa progesteron

bahkan mempengaruhi pembelahan sel pada awal perkembangan embrio.


Progesteron yang disekrsikan selama kehamilan juga membantu estrogen

mempersiapkan payudara ibu untuk laktasi.


Human Chorionic Somatomammotropin
Hormon ini merupakan protein yang mempunyai berat molekul kira-kira
38.000 dan mulai disekresikan oleh plasenta kira-kira minggu kelima
kehamilan. Hormon ini mempunyai beberapa fungsi penting salah satunya
adalah hormone ini menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan
menurunka penggunaan glukosa pada ibu, sehingga membuat jumlah glukosa
yang tersedia pada fetus lebih besar. Hormone ini meningkatkan pelepasan
lemak ibu, sehingga menyediakan sumber energy pengganti untuk metabolism
ibu selama kehamilan. Oleh karena itu tampak bahwa human chorionic
somatomammotropin merupakan hormone metabolic umum yang mempunyai
implikasi nutrisi khusus untuk ibu dan fetus.

b. Kelahiran (Guyton & Hall, 2008)


Estrogen dan Progesteron
Progesterone menghambat kontraksi uterus selama kehamilan sehingga
membantu mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya, estrogen mempunyai
kecendrungan nyata untuk meningkatkan kontraktilitas uterus, yang terjadi
karena estrogen meningkatkan jumlah taut celah (gap junction) antara sel-sel
otot uterus yang berdekatan. Di duga bahwa rasio estrogen terhadap
progesterone cukup meningkat menjelang akhir kehamilan, sehingga berperan

sebagaian dala peningkatan kontraktilitas uterus.


Oksitosin
Oksitosin merupakan suatu hormone yang disekresikan oleh neurohipofisis
yang secara khusus menyebabkan kontraksi uterus. Ada 4 alasan oksitosin
diperlukan dalam peningkatan kontraktilitas uterus menjelang kelahiran, yaitu:
- Pertama, otot uterus meningkatkan jumlah reseptor oksitosin sehingga
meningkatkan responnya terhadap dosis oksitosin yang diberikan selama
-

beberapa bulan terakhir kehamilan.


Kedua, kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofisis sangat meningkat
pada saat kelahiran.

16
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

Ketiga, walaupun pada hewan yang telah menjalani hipofisektomi masih


apat melahirkan bayinya pada kehamilan aterm, persalinannya akan

berlangsung lama.
Keempat, penelitian pada hewan menunjukkan bahwa iritasi atau regangan
pada servix uteri, seperti yang terjadi selama persalinan, dapat
menyebabkan sebuah reflex neurogenik melalui nucleus paraventikular
dan supraoptik hipotalamus yang dapat menyebabkan kelenjar hipofisis

posterior (neurohipofisis) meningkatkan sekresi oksitosinnya.


Hormon Fetus
Kelenjar hipofisis fetus menyekresikan oksitosin, yang berperan dalam
merangsang uterus. Membrane fetus melepaskan prostaglandin dalam
konsentrasi tinggi saat persalinan. Prostaglandin ini juga dapat meningkatkan
intensitas kontraksi uterus.

c. Menyusui (Guyton & Hall, 2008)


Estrogen
Selama kehamilan, sejumlah besar estrogen disekresi oleh plasenta sehingga
system duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan, stroma
payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat di dalam

stroma.
Progesteron
Perkembangan akhir payudara menjadi organ yang menyekresi air susu juga
memerlukan progesterone. Sesekali system duktus telah berkembang,
progesterone bekerja secara sinergis dengan estrogen, juga dengan hormone
lainnya, yang menyebabkan pertumbuhan lobus payudara, dengan pertunasan
alveolus dan perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli. Perubahan
ini analog dengan efek sekresi progesterone pada endometrium uterus selama

pertengahan akhir siklus seksual wanita.


Prolaktin
Hormone prolaktin mempunyai efek meningkatkan sekresi air susu. Hormone
ini disekrsikan oleh kelenjar hipofisis anterior ibu dan konsentrasinya dalam
darah ibu meningkat secara menetap dari minggu kelima kehamilan sampai
kelahiran bayi. Efek supresi dari estrogen dan progesterone hanya beberapa
milliliter cairan saja yang disekresikan setiap hari sampai bayi dilahirkan.
Cairan yang disekresi selama beberapa hari terakhir sebelum dan beberapa
hari pertama setelah kelahiran disebut kolostrum..

17
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

BAB 3
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Anatomi organ reproduksi pria dan wanita berbeda-beda. Anatomi reproduksi baik
pria maupun wanita dibedakan menjadi 2 bagian yaitu genetelia eksterna dan
genetelia interna. Selain alat genetalia, wanita juga memiliki kelenjar mamae yang
mulai berkembang pada permulaan masa pubertas (adolesens), pada umur 11-12
tahun.
Dalam reproduksi, terdapat hormon yang terlibat. Hormon yang berperan dalam
sistem reproduksi baik pria maupun wanita GnRH, Luteinizing Hormon, Folicle
Stimulating Hormon, Estrogen dan hormon pertumbuhan. Selain itu terdapat hormon
khusus pada pria yaitu testosterone, dan hormone khusus wanita yaitu progesterone.
Tanda kematangan seksual pada pria adalah terjadinya mimpi basah atau dalam
bahasa medis disebut emisi nokturnal Selama tahap ini, laki-laki mulai menghasilkan
sperma dan mendapatkan kemampuan untuk ejakulasi. Sedangkan tanda kematangan
seksual wanita yaitu menstruasi. Dimana siklusnya dibagi menjadi 2 yaitu siklus
ovarium dan siklus endometrium. Siklus ovarium terdiri dari fase folikular dan fase
lateal dan siklus endometrium terdiri dari fase ploriferasi, sekresi dan menstruasi.
Hormon yang terlibat selama periode kehamilan, kelahiran, dan menyusui berbedabeda.Pada kehamilan plasenta membentuk sejumlah besar hormon diantaranya yaitu
human chorionic gonadotropin, estrogen, progresteron, dan human chorionic
somatomammotropin. Pada kelahiran terdapat hormone estrogen dan progesterone,
oksitosin dan hormone fetus. Dan pada saat menyusui terdapat hormone estrogen,
progesterone dan prolactin.

3.2.

Saran
Untuk mahasiswa:
Agar memahami mengenai anatomi dan fisiologi sistem reproduksi manusia sehingga
dengan mudah dapat memahami patofisiologi penyakit. Dimana tujuan akhirnya
adalah mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien, baik
pasien dengan gangguan sistem reproduksi maupun sistem lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

18
Anatomi & Fisiologi Reproduksi SGD 3 PSIK A Angkatan 2011

Syaifuddin. (2011). Anatomi fisiologi : kurikulum berbasis kompetensi untuk keperawatan &
kebidanan. (Monica Ester, Ed). Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. (2001). Anatomi fisiologi untuk keperawatan (Monica Ester, Eds). Jakarta:
EGC
Price, S. A. & Winson, L. M. (2012). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit (6th
Edition). (Brahm U. Pendit, Trans). (Vol. 1). Jakarta: EGC
Gustia, I. (2010). Saat remja pria mimpi basah pertama kali. DetikHealth. Retrived: March
3rd, 2007, from http://health.detik.com/read/2010/09/23/154051/1446818/764/2/
saat-remaja-pria-mimpi-basah-pertama-kali.
Guyton, A. C. & Hall, J. E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran (11th Edition). (Irawati,
Trans). Jakarta: EGC).
Waugh, A. & Grant, A. (2011). Dasar-dasar anatomi dan fisiologi (10th Edition) (Elly
Nurachmah & Rida Anggriani, Trans) Jakarta: Salemba Medika.

You might also like