Professional Documents
Culture Documents
terkumpul dalam pori pori batu kapur atau batu pasir. Oleh karena pori pori batu kapur
bersifat kapiler maka dengan prinsip kapilaritas minyak bumi yang terbentuk perlahan lahan
bergerak ke atas . ketika gerakan tersebut terhalang oleh batuan yang tidak berpori maka
terjadilah penumpukan minyak bumi dalam batuan tersebut.
Minyak pertama kali ditemukan di Cekungan Salawati pada tahun 1936 melalui
penemuan Lapangan Klamono. Saat itu, lapangan ini ditemukan melalui rembesan minyak
pada antiklin permukaan. Penelitian2 selanjutnya menampakkan bahwa Lapangan Klamono
sesungguhnya merupakan struktur terumbu karbonat yang menyebabkan draping membentuk
antiklin pada lapisan silisiklastik di atasnya. Sejak itu, play type terumbu karbonat menjadi
primadona di cekungan ini, dan ini terus berlanjut sampai sekarang, setelah lebih dari 70
tahun. Karbonat penyusun terumbu ini terkenal sebagai Formasi Kais berumur Miosen
Tengah-Miosen Akhir.
B. Geologi Regional
Cekungan Salawati terletak di wilayah Papua Barat, yang sudah dikenal sebagai
cekungan Tersier penghasil minyak yang besar di kawasan Indonesia Bagian Timur.
Cekungan ini berarah timur-barat terletak di batas utara Lempeng Benua Australia yang
bergerak ke arah utara sebagai pasive margin yang berbatasan dengan Lempeng Samudera
Pasifik yang bergerak relatif ke arah barat dan dibatasi oleh adanya sesar mendatar regional
yaitu Sesar Sorong. Cekungan Salawati berkembang di sebelah selatan Sesar Sorong dan
perkembangan cekunganya dikontrol oleh
pergerakan sesar besar mendatar ini (Hamilton, 1979).
Cekungan Salawati suatu cekungan sedimentasi yang relatif muda karena mulai
terbentuknya baru pada kala Miosen Tengah dan cekunganya mengalami penurunan yang
sangat intensif pada Kala Pliosen hinga Pleistosen yang diasumsikan sebagai akibat dari
aktifnya pergerakan sesar mendatar Sorong. Adanya kenampakan beberapa ketidakselarasan
pada kala Pliosen dan Plio- Pleistosen di garis seismik ini diduga sebagai akibat dari adanya
pergerakan sesar yang periodik atau yang tidak bergerak secara terus menerus (Pireno, 208).
Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling bertumbukan dan
serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke barat daya
dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng Benua Indo-Australia bergerak ke utara
dengan kecepatan 10,5 cm/th. Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk suatu
tatanan struktur kompleks terhadap Papua Barat (Papua), yang sebagia besar dilandasi kerak
Benua Indo-Australia.
Di daerah kepala burung atau cekungan salawati bintuni, batuan dasar yang berumur
pra-tersier terutama tersingkap di sebelah timur kepala burung yang dikenal sebagai tinggian
kemum, serta di sekitar gunung bijih mining access (gbma) yaitu disebelah barat daya
pegunungan tengah. batuan dasar tersebut disebut formasi kemumyang tersusun oleh
batusabak, filik dan kuarsit. formasi ini di sekitar kepala burung diintrusioleh granit yang
berumur karbon disebut sebagai anggi granit pada trias. oleh sebab ituformasi kemum
ditafsirkan terbentuk pada sekitar devon sampai awal karbon.
2. Formasi Aifam (Perm, 290 - 250 juta tahun)
Selanjutnya Formasi Kemum ditindih secara tidak selaras oleh Group Aifam.
Disekitar Kepala Burung group ini dibagi menjadi 3 Formasi yaitu Formasi Aimau, Aifat
danAinim. Group ini terdiri dari suatu seri batuan sedimen yang taktermalihkan dan terbentuk
dilingkungan laut dangkal sampai fluvio-delataik. Satuan ini di daerah Bintuni ditutupi
secaratidak selaras oleh Formasi Tipuma yang berumur Trias (Bintoro & Luthfi, 1999).
3. Formasi Kembelengan (Jura Akhir Kapur Akhir, 152 66.5 juta tahun)
Formasi Kembelengan, pada bagian bawah merupakan endapan paralis-laut
dangkalyang terdiri dari batupasir, batulempung, mudstone dan batubara berumur Jurasik
Tengah sedangkan pada bagian atas merupakan endapan laut dangkal-dalam terdiri dari
mudstone dan serpih berumur Kapur. Endapan dengan umur Mesozoikum berkembang di
bagian selatanCekungan Salawati, karena pada saat pengendapan sedimen tersebut cekungan
terbuka kearah selatan.
4. Formasi Waripi (Paleosen, 66.5 54 juta tahun)
Formasi Waripi terutama tersusun oleh karbonat dolomitik, dan batupsir kuarsa
diendapkan di lingkungan laut dangkal yang berumur Paleosen sampai Eosen. Di atas
formasiini diendapkan Formasi Faumai secara selaras dan terdiri dari batugamping berlapis
tebal (sampai 15 meter) yang kaya fosil foraminifera, batugamping lanauan dan
perlapisanbatupasir kuarasa dengan ketebalan sampai 5 meter, tebal seluruh formasi ini
sekitar 500 meter.
5. Formasi Faumai (Eosen, 54 36 juta tahun)
Formasi Faumai terletak secara selaras di atas Formasi Waripi yang juga merupakan
sedimen yang diendapkan di lingkungan laut dangkal. Formasi ini terdiri dari batuan karbonat
berbutir halus atau kalsilutit dan kaya akan fosil foraminifera (miliolid) yang menunjukkan
umur Eosen.
6. Formasi Sirga (Oligosen, 36 25.2 juta tahun)
Terjadinya pengangkatan (uplift) , ini ada hubungannya dengan terjadinya oblique collision
antara lempeng Australia dengan sepic arc. Dengan demikian akibat adari tumbukan ini
selain mengakibatkan pengangkatan (Visser dan Hermes, 1982 ; Froidavaux, 1977 ; Brash
1991) juga mengakibatkan terjadinya sea level drop (Lunt dan Djaafar , 1991). Proses
tumbukan ini terus berlangsung hingga umur 15 juta tahun dan mulai dari 30 juta tahun
hingga 15 juta tahun (Oligosen Bawah/Atas-Miosen Tengah bagian bawah) seluruh kelompok
Batugamping New Guinea tersingkap dipermukaan dan tererosi. Selama masa ini muka air
laut purba naik kembali.
Mulai dari umur 15-10 juta tahun (Miosen tengah bagian rumbu bawah-Miosen atas
bagian bawah) terbentuk Formasi Kais tipe terumbu (Robinson & Soedirja , 1986)
dilingkungan Neritik Dalam-Tengah (10-35 meter) dan formasi Klasafet serta formasi
Klasaman bagian dilingkungan Neritik tengah (35-60 meter), selama ini muka air laut
menurun, kedalaman paleobatimetri bertambah dan laju penurunan tektonik meningkat dan
peningkatan ini berhubungan dengan terjadinya oblique subduction antara lempeng
Australia dengan Lempeng Pasific. Dari umur 10-2,5 juta tahun (miosen atas bagian bawahliosen) pertumbuhan formasi Kais tipe terumbu (Robinson dan Soedirdja, 1986) disumur
PY001 dan pembentukan formasi Klassafet berakhir yaitu masing-masing pada umur 8,9 juta
tahun (miosen atas) dan 7,6 juta tahun (miosen atas) dan digantikan dengan terbentuknya
Formasi Klasaman yang tebal. Selama masa ini muka air laut purba naik umur 5 juta tahun
dan menurun kembali hingga umur 2,5, juta tahun dengan kedalaman paleobatimetri yang
relatif bertambah besar dan terjadinya peningkatan laju penurunan tektonik.
Dari adanya peningkatan laju penurunan tektonik disimpulkan bahwa awal
pembentukan Cekungan Salawati dan juga aktivitas Sesar Sorong dimulai dari umur 10 juta
tahun hingga 2,5 juta tahun, selama berlangsungnya proses :oblique subduction antara
Lempeng Australia dengan Lempeng Pasifik. Selama masa ini muka air laut purba meningkat
kembali, kedalaman paleobatimetri berkurang dan laju penurunan tektonik juga berkurang.
Hal ini menandakan bahwa aktivitas Sesar Sorong masih terus berlangsung yang mana akibat
dari aktivitas tersebut menimbulkan pengangkatan dan penurunan. Aktivitas Sesar Sorong ini
diduga ada hubungannya dengan terjadinya oblique collision antara Lempeng Australia
dengan bagian dari Sunda trench dan Banda Fore arc yang berlangsung hingga sekarang.
reservoar lainnya adalah Klasafet yang berumur Miosen akhir. Jebakan hidrokarbon di
Cekungan Salawati terdapat di Formasi Kais berupa kompleks terumbu karbonat dan
karbonat paparan yang tersesarkan. Jebakan dalam jumlah yang lebih kecil ada di Formasi
Klasafet dan Klasaman. Batuan penutup (seal rock) berupa serpih karbonat dari formasi
Klasafet dan batu gamping kristalin Formasi Kais. Batuan yang menjadi overburden adalah
batuan gamping (limestone) pada Formasi Kais, dan clay pada Formasi Klasafet, Klasaman
dan Sele. petroleum system Cekungan Salawati dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut :
J. Reservoir
Lapangan X dan sekitarnya termasuk dalam Lagoonal Deeper Carbonates Facies,
secara umum terdiri dari lime-mudstone berwarna abu-abu kecoklatan yang berbutir halus
dan wackestone pada beberapa tempat terdapat argillaceous dengan material skeletal berkisar
8-25% yang terdiri dari foraminifera plankton dan sedikit foraminifera benthonik.
Berdasarkan peta facies, batugamping terumbu di Lapangan X diperkirakan sebagai suatu
atoll atau finger reef yang berkembang pada suatu lagonal. Analisis paleontologi dan
komposisi litologi menunjukkan bahwa Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dalam
pada open marine dengan kondisi low energy. Di Lapangan X, dari 114 sumur yang telah
dibor, formasi Kais ini memiliki 18 porositas berkisar 20-28% dengan permeabilitas berkisar
248-1722 md (data core). Pada plot antara harga porositas dan permebilitas dapat ditarik
suatu trend (garis). Hasil evaluasi petrofisika menunjukkan bahwa harga saturasi air berkisar
17-26% dengan gross column 13-143 m, dan perbandingan net-to-gross ratio rata-rata 0,78.
Di sekitar lapangan X diperkirakan tidak berkembang Intra-Kais reef, hal ini disebabkan
pada saat pengendapan batugamping Kais relatif lebih dalam. Blok X terletak di onshore
cekungan Salawati Irian Jaya, di mana terdapat lapangan X yang telah diproduksi sejak
tahun 1939-an. Pada penampang yang ditarik dari pulau Misool hingga Klamumuk dapat
dilihat bahwa reservoir X merupakan sebuah self margin dengan pinneacle reef ( Gambar 5
).
K. Kesimpulan
Bedasarkan dari uraian data-data yang ada di atas dapat di simpulkan bahwa cekungan
salawati yang berada di daerah papua barat masih sangat potensial untuk di lakukan
eksploitasi minyak dan gas bumi atau petroleum, dan bedasarkan syarat-syarat dari petrloeum
system itu sendiri telah di penuhi atau sesuai dengan kriteria cekungan salawati yang dimana
syarat tersebut berupa adanya batuan induk (source rock), batuan reservoar (reservoir),
migrasi (migration ), jebakan (trap), batuan penutup (sea atau cap rockl) dan batuan
overburden. Selain syarat di atas, terdapat juga kriteria lain seperti temperatur, berat jenis
minyak, porositas, dan permeabilitas reservoar dan parameter lainnya dan semua syarat yang
di telah di jelaskan telah terpenuhi oleh cekungan salawati itu sendiri, selain itu juga
cekungan salawati juga di dukung oleh tatanan stratigrafinya sendiri yang diman adanya
batugamping yang berfungsi untuk menampung atau menyerap endapan minyak bumi pada
pori-pori batuan tersebut. Namun cekungan salawati juga terdapat suatu masalah yaitu adanya
eksploitasi besar-besaran dan menggunakan metode yang dapat mengganggu keseimbangan
cekungan itu sendiri oleh karna itu sebaiknya kita dapat lebih bijak untuk mengeksploitasi
cekungan tersebut dan lebih baik lagi jika eksploitasi hanya di lakukan oleh orang-orang
dalam negeri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Ridjvandra ranjani, Adhe maulana, Wahyu cahyo r, sekolah tinggi teknologi minyak dan gas
bumi balikpapan (2012)
Satyana Awang (2003)
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20289719-S1237-Achmad%20Yoshi%20S.pdf
http://ensiklopediseismik.blogspot.com/2008/11/petroleum-system-sistem-minyak-dangas.html
http://awangsatyana.com/geology/238-petroleum-geology-petroleum-systems-ofindonesia.html