You are on page 1of 16

Pemetaan Geologi Setempat

Kegiatan ini merupakan pengamatan dan pengukuran langsung yang dilakukan di lapangan.
Pemetaan Geologi Setempat ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi geologi lokal
daerah penelitian dengan melakukan pengukuran kedudukan lapisan batuan (strike / dip),
melihat tingkat ketebalan soil dan pelapukan yang terjadi di daerah ini, serta memperhatikan
kondisi struktur local (struktur mikro) maupun struktur geologi regional yang mengontrol daerah
ini. Kondisi Geologi lokal tetap mengacu pada kondisi geologi regional yang dijelaskan pada
Peta Geologi Lembar Pangkajene dan Bone Bagian Barat, Sulawesi dengan skala 1 : 250.000,
yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Kondisi geologi
regional dan geologi lokal (setempat) daerah penelitian sangat menentukan dalam hal melihat
potensi dan menghitung cadangan batubara yang ada daerah tersebut. Adapun metode pemetaan
yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Penelusuran

daerah-daerah

yang

memungkinkan

didapat

singkapan

batuan,

khususnya singkapan lapisan batubara, misalnya di lokasi sungai, jalan, lereng, lembah

atau puncak -puncak bukit.


Pengeplotan posisi singkapan di atas peta dasar yang berupa peta topografi berskala 1 :

25.000 sebagai hasil perbesaran peta topografi skala 1 : 50.000.


Pendeskripsian terhadap unsur-unsur geologi, khususnya litologi yang berkaitan dengan

lapisan penutup dan pembawa batubara serta lapisan batubara itu sendiri.
Analisis kondisi bawah permukaan berdasarkan hubungan seluruh singkapan geologi
(kedudukan batuan: strike/dip)

dan

pengaruh

struktur

geologi

serta

akan

dinasabahkan dengan pemodelan dan penampang vertikal hasil pengukuran geolistrik


resistivity.

Pelaksanaan Pengukuran Geolistrik Resistivity


Pengukuran

Geolistrik

Resistivity

yang

dilakukan

dalam

penelitian

di

daerah

ini

menggunakan metode pengambilan data secara Schlumberger dengan ketentuan sebagai berikut:

Pengukuran data lapangan diambil dengan system sounding sebanyak 7 titik duga (titik

GL.14 sampai dengan titik GL.20), dengan panjang bentangan kabel (2 x 150 meter).
Dari 7 titik sounding geolistrik, kemudian dibuat menjadi 6 penampang korelasi dari

titik-titik sounding tersebut sepanjang lokasi yang mempunyai potensi lapisan batubara.
Hasil perhitungan dan analisis software res2dinv kemudian dinasabahkan dengan
data geologi lokal dan regional daerah penelitian, sehingga akurasi ketebalan dan
keterdapatan lapisan batubara akurat.

Pengolahan data hasil perhitungan pengukuran geolistrik resistivity :

Data yang diperoleh dari pengukuran berupa harga besar arus (I) dan beda potensial (V)

titik pengamatan.
Harga resistivitas semu dihitung dari faktor konfigurasi pengukuran dan perbandingan

harga beda potensial (V) dan kuat arus (I) pengukuran.


Harga resistivitas semu yang telah didapatkan dari perhitungan lapangan dipetakan
terhadap kedalaman semu, kemudian dimasukkan ke dala m program SURFER untuk
melakukan konturing sehingga diperoleh penampang harga resistivitas semu terhadap

semua kedalaman semu untuk setiap lintasan pengukuran di titik geolistrik tersebut.
Penampang resisitivitas semu di atas digunakan untuk menginterpolasi data resisitivitas
semu ideal dengan asumsi bahwa perlapisan bawah permukaan antar titik pengukuran
saling berhubungan.

Hasil interpolasi dijadikan input untuk memasukkan data ke dalam program RES2DINV
untuk melakukan pemodelan lapisan resistivitas tanah bawah permukaan dengan bantuan

komputer.
Pemodelan resistivitas bawah permukaan dilakukan dengan menggunakan inversi metode
sehingga untuk setiap lintasan akan diperoleh penampang model perlapisan resistivitas
listrik bawah permukaan, dengan menentukan nilai resistivity lapisan batubara
berdasarkan hasil pengukuran nilai resisitivity di atas lapisan batubara tersebut di

lapangan.
Penampang ini ditafsirkan untuk memprediksi kondisi nilai resistivity pada masingmasing lapisan, sehingga diperoleh

gambaran

kondisi

lapisan

batubara

bawah

permukaan di sepanjang lintasan pengukuran berdasarkan nilai resisitivity lapisan


batubara yang sudah ditentukan dan hasil penasabahan data geologi lokal dan regional

daerah penelitian.
Setelah itu ditentukan kedalaman dan ketebalan lapisan batubara yang terekam dalam
penampang lintasan pengukuran geolistrik resistivity di daerah tersebut.
Analisis Potensi dan Cadangan Batubara
Berdasarkan hasil pemetaan geologi setempat yang mengacu pada kondisi geologi
regional serta berdasarkan hasil pengukuran geolistrik resisitivity, maka langkah untuk

menentukan potensi dan cadangan batubara di daerah penelitian adalah sebagai berikut:
Mengukur kedudukan lapisan batuan (Strike/dip), khususnya lapisan batubara pada saat
pemetaan geologi setempat yang mengacu pada kondisi geologi regional, sehingga

penyebaran lapisan batubara dapat ditentukan arah dan perkiraan kedalamannya.


Memperhatikan kondisi geologi struktur secara lokal dan regional yang mengontrol
daerah penelitian, khusunya lapisan batubara, sehingga bias memprediksi kedalaman dan
ketebalan lapisan batubara di daerah penelitian.

Hasil pengukuran Geolistrik Resistivity yang sudah dinasabahkan dengan data geologi
lokal dan regional akan menampilkan dalam bentuk penampang resistivity kondisi

potensi lapisan batubara yang bias didapatkan di daerah penelitian.


Menentukan kedalaman dan ketebalan lapisan batubara di daerah penelitian serta arah
pelamparannya dalam menentukan luas dan persentase keterdapatan lapisan batubara
untuk menghitung jumlah cadangan batubara yang terdapat di lokasi penelitian.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Tahanan Jenis Batubara di dalam Lempung dengan Konfigurasi
Schlumberger

Batubara ditanam pada kedalaman 10 cm di bawah permukaan lempung (Azhar, 2001)

Gamb
ar 1. Lokasi Penelitian Potensi dan Cadangan Batubara di Daerah Massenrengpulu, Bone.
Singkapan Batubara di Daerah Massenrengpulu
Secara umum Daerah Desa Massenrengpulu Kecamatan Lamuru merupakan daerah yang
memiliki

banyak potensi bahan galian, diantaranya adalah batubara yang menjadi lokasi

Penelitian di daerah ini, yang meliputi pemetaan geologi setempat dan pengukuran geolistrik
resistivity pada lokasi pedataran bergelombang, alur-alur sungai kecil, punggungan perbukitan
yang dijadikan sebagai lintasan geologi untuk mengamati litologi pada batuan yang
tersingkap khususnya batubara. Lokasi-lokasi yang dijadikan lintasan pemetaan geologi setempat
dan pengukuran geolistrik resistivity adalah di alur-alur lembah bukit, tepi jalan dan aliran
sungai-sungai kecil yang menyebar di Daerah penelitian, khususnya pada daerah yang
mempunyai singkapan batubara.

Batubara di Daerah Massenrengpulu ini berdasarkan pengamatan pada singkapan di lapangan


dan hasil deskripsi sampel batubara yang tersingkap menunjukkam ciri fisik batuan berdasarkan
ciri stratigrafi adalah merupakan sisipan dalam batulempung karbonatan yang merupakan bagian
dari Formasi Mallawa (Tem).
Lokasi singkapan batubara yang terdapat di sekitar lokasi penelitian sebanyak 4 titik singkapan
yang tersebar di daerah sekitar Desa Massenrengpulu, yang meliputi 2 titik singkapan di Desa
Tenripakkua, 1 titik singkapan di Desa Patukku dan 1 titik singkapan di lokasi focus penelitian
yaitu Desa Massenrengpulu. Keberadaan batubara tersebut secara umum dijumpai pada alur
sungai-sungai kecil yang terdapat pada ketiga lokasi desa tersebut.
Selain dialur-alur sungai, juga dijumpai pada di lereng bukit yang terkupas di Desa Tenripakkua.
Sebaran batubara di Daerah Massenrengpulu melampar relatif barat laut tenggara, dengan
kemiringan lapisan batubara sekitar antara 13 22 atau relatif melampar. Dengan adanya
indikasi dan singkapan batubara di daerah tersebut maka kegiatan penelitian batubara dengan
metode geolistrik

resistivity

difokuskan pada lokasi tersebut yaitu di Daerah Desa

Massenrengpulu Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.


Potensi Batubara di Daerah Massenrengpulu
Berdasarkan pengamatan singkapan di Daerah Massenrengpulu, yang terdapat di daerah
penelitian memperlihatkan

kedudukan

jurus

lapisan

(strike/dip)

batuan

yang

relatif

melampar barat laut tenggara dan kemiringannya relatif melampar antara 15- 23. Lokasi
titik singkapan batubara berada di alur sungai dan tebing sungai yang bagian atasnya sebelah kiri
dan sebelah kanannya merupakan areal persawahan.

Sebaran titik pendugaan dan lintasan pengukuran geolistrik resistivity di sekitar titik singkapan
batubara yaitu meliputi titik pengukuran GL 15, GL 16, GL 17, GL 18, GL 19 dan titik
pengukuran GL 20. Lokasi titik pendugaan dan pengukuran Geolistrik di daerah ini relatif di
berada di sebelah utara singkapan barubara karena orientasi penyebaran batubara relatif berarah
ke barat laut tenggara dengan kemiringan yang relatif melampar sehingga diharapkan pada
topografi yang lebih rendah di sebelah utara lapisan penutup/over burden lebih tipis dan
keberadaan batubara lebih dangkal.
Titik pendugaan dan pengukuran geolistrik resistivity yang berada di sekitar singkapan
batubara Daerah Massenrengpulu di wakili oleh titik pengukuran GL 14. Ketebalan lapisan
batubara yang ditemukan di lokasi pengukuran ini agak tipis hanya berkisar antara 0,56 1,76
meter. Ciri-ciri batubara di lokasi ini berwarna kusam kehitaman, melapuk dan bayak pecahpecah

dengan

pecahannya menyudut, sebagian

konkoidal, mengandung oksida besi dan

belerang.
Pengukuran Geolistrik Resistivity di Daerah Massenrengpulu
Pelaksanaan pengukuran geolistrik resistivity di daerah Masserengpulu dilakukan sebanyak
7 titik sounding dengan menghasilkan 6 buah penampang resistivity yang disebar pada lokasi
daerah singkapan batubara, sekitar lokasi singkapan dan daerah yang diperkirakan masih
mempunyai potensi lapisan batubara.
Hasil penampang resistivity berdasarkan pengolahan software Res2dinv dan penasabahan data
geologi di daerah penelitian menghasilkan gambaran potensi lapisan batubara di daerah
Massenrengpulu yang secara umum dapat dijelaskan secara detail untuk tiap lintasan pengukuran
sebagai berikut.

a. Lintasan 1 pada titik GL.14


Titik GL.14 yang menghasilkan lintasan 1 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran
nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 3), lapisan
batubara berada pada kedalaman antara 7.5 10 meter di bawah permukaan (warna hitam),
dengan ketebalan rata-rata sekitar 2.5 meter yang tidak menerus tetapi diperkirakan terdapat
hanya secara setempat-setempat.

Gambar 3 Penampang Lintasan 1 dari Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-14 di Daerah
Massenrengpulu
Tabel 2.

Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas

Lintasan 1 titik GL.14

b. Lintasan 2 pada titik GL.15


Titik GL.15 yang menghasilkan lintasan 2

penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa

sebaran nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 4), lapisan
batubara berada pada kedalaman antara 9.5 11 meter di bawah permukaan (warna hitam),
dengan ketebalan rata-rata sekitar 2.5 meter yang tidak menerus tetapi diperkirakan terdapat
secara setempat-setempat.

Gambar 4. Penampang Lintasan 2 Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-15 di Daerah


Massenrengpulu.
Tabel 3.

Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas

Lintasan 2 titik GL.15

c. Lintasan 3 pada titik GL.16


Titik GL.16 yang menghasilkan lintasan 3 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran
nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh varia warna (Gambar 5), lapisan batubara
berada pada kedalaman antara 5

6 meter di bawah permukaan (warna hitam), dengan

ketebalan rata-rata sekitar 1 meter yang tidak menerus tetapi diperkirakan terdapat hanya secara
setempat-setempat.

Gambar 5. Penampang Lintasan 3 Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-16 di Daerah


Massenrengpulu.
Tabel 4. Kolom Pendugaan Lapisan
Lintasan 3 Titik GL. 16

Batubara

berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas

d. Lintasan 4 pada titik GL.17


Titik GL.17 yang menghasilkan lintasan 4 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran
nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 6), lapisan
batubara berada pada kedalaman antara 22.5 meter dan 1215.5 meter di bawah permukaan
(warna hitam), dengan kedalaman sekitar 7 meter di bawah lokasi pengukuran.

Gambar 6. Penampang Lintasan 4 dari Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-17 di Daerah
Massenrengpulu.

Tabel 5. Kolom Pendugaan Lapisan

Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas

Lintasan 4 Titik GL.17

e. Lintasan 5 pada titik GL.18 dan titik GL.19


Titik GL.18 dan Titik GL.19 yang menghasilkan lintasan 5 penampang resistivity dapat
dijelaskan bahwa sebaran nilai resistivitas bawah permukaan yang ditandai oleh warna biru,
biru muda, dan coklat-merah hingga ungu (lihat penampang Gambar 7), lapisan batubara berada
pada kedalaman antara 13.5 15 meter di bawah permukaan (warna hitam) dengan ketebalan
rata-rata sekitar 1.5 meter.

Gambar 7. Penampang Lintasan 5 dari Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-18 dan GL.19
yang berada di Daerah Massenrengpulu.

Tabel 6. Kolom Pendugaan Lapisan

Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas

Lintasan 5 Titik pengukuran Geolistrik GL.18 dan GL.19

f. Lintasan 6 pada titik GL.20


Titik GL.20 yang menghasilkan lintasan 6 penampang resistivity dapat dijelaskan bahwa sebaran
nilai resistivitasbawah permukaan yang ditandai oleh variasi warna (Gambar 8), tidak kelihatan
adanya indikasi lapisan batubara. Tetapi pada kondisi kedalaman 10.5 13.5 meter di bawah
permukaan terindikasi ada lapisan batulempung yang bagian bawahnya terindikasi terintrusi
batuan andesit.

Gambar 8. Penampang Lintasan 6 Hasil Pengukuran Geolistrik Titik GL-20 berada di Daerah
Massenrengpulu.

Tabel 7.

Kolom Pendugaan Lapisan Batubara berdasarkan Nilai Penampang Resistivitas

Lintasan 6 Titik GL.20

Berdasarkan hasil pengukuran geolistrik resistivity dan penasabahan data geologi terlihat
bahwa variasi nilai tahanan jenis batubara di Daerah Massenrengpulu, Kecamatan Lamuru
tergolong bernilai resistivitas rendah, yaitu berkisar antara ; 10 20 ohm.m, sehingga dapat
digolongkan kedalam jenis Bituminus pada posisi hampir sejajar terhadap bidang perlapisan
(Azhar, 2001). Namun pada lokasi topografi yang agak tinggi, maka nilai resistivitas
batubara menjadi 30 75 ohm.m, hal ini dipengaruhi oleh saturasi air permukaan yang
dapat mengakibatkan menurunnya nilai tahanan jenis (resistivitas semu) lapisan batuan,
mengingat

pada

saat dilakukannya pengukuran daerah penelitian yang berada di areal

persawahan yang sementara berisi air.


Untuk mendapatkan hasil korelasi yang baik antara pengukuran geolistrik resistivity dan
penasabahan data geologi

dengan

kondisi

sebenarnya

lapisan

batubara

di

Daerah

Massenrengpulu ini, maka perlu dilakukan kegiatan uji test pit (sumur uji, kedalaman terbatas)
atau pengeboran (bisa mencapai kedalaman 20 meter) di beberapa titik dengan mengacu pada
hasil pola penampang nilai resistivitas batubara dan pola kedudukan batuan yang memiliki jurus
relatif baratlaut tenggara dengan sudut kemiringan batuan yang relatif landai berkisar antara 7

18 derajat. Pada beberapa lokasi yang mengalami struktur, kondisi kedudukan batuan berubah
secara drastis terutama kemiringannya yang kadang mendekati tegak (vertikal) sekitar 80.
Cadangan Batubara di Daerah Massenrengpulu
Lapisan batubara di Daerah Massenrengpulu ini ada dua lapisan yang dijumpai pada 2 titik,
yaitu GL.14 dan GL.17, sedangkan yang satu lapisan terekam pada titik GL.15, GL.16, GL.18
dan GL.19. Dari hasil penasabahan data geologi menunjukkan bahwa secara umum daerah
Massenrengpulu mempunyai 2 (dua) lapisan batubara, dimana lapisan pertama berada pada
kedalaman 1,5 2,5 meter dengan ketebalan antara 0,5 1,0 meter. Lapisan kedua berada pada
kedalaman 7,5 15.5 meter dengan ketebalan 1,0 2,0 meter.
Berdasarkan hasil pemetaan geologi setempat diketahui luas areal pelamparan yang mempunyai
sisipan lapaisan batubara sekitar 120 Ha dengan persentasi areal yang mengandung lapisan
sekitar 15%. Ketebalan rata-rata lapisan batubara di Daerah ini dari total dua lapisan hanya
sekitar 2,5 meter, dan berat jenis batubara itu sendiri adalah sebesar 1,3 ton/m 3. Berdasarkan data
luas penyebaran batubara (120 Ha x 15%) di kali dengan ketebalan rata-rata lapisan batubara
(2,5 meter) serta berat jenis batubara, maka jumlah cadangan batubara di Daerah
Massenrengpulu hanya sekitar 0,585 juta ton dengan kualitas secara pengamatan makro berupa
bituminous.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian Geolistrik Resistivity dan pemetaan geologi setempat di Daerah
Massenrengpulu Kabupaten Bone, secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:

Lapisan batubara yang terindikasi di Daerah Massenrengpulu, Kecamatan Lamuru,


Kabupaten Bone terdapat sebagai sisipan di batulempung pada Formasi Mallawa dengan

ketebalan yang bervariasi.


Singkapan batubara di Daerah Massenrengpulu kedudukan relatif barat laut tenggara
dan kemiringannya 5 - 23, ketebalan agak tipis antara 0,56 1,76 meter, ciri-ciri
batubara di lokasi ini berwarna kusam kehitaman, melapuk dan banyak pecah-pecah

dengan pecahannya menyudut, sebagian konkoidal, mengandung oksida besi.


Hasil pengukuran geolistrik resistivity dan penasabahan dengan data geologi dari 7
titik lokasi survei terindikasi ada penyebaran batubara pada titik GL.15, GL.16, GL.17,
GL.18, dan titik GL.19, sedangkan pengukuran titik GL.14 dilakukan di atas lokasi

singkapan batubara.
Lapisan batubara di daerah ini

secara umum

2 (dua) lapisan yaitu terdapat pada

kedalaman 1,5 2,5 meter dan kedalaman sekitar 7.5 15 meter dengan tebal rata-rata
total lapisan batubara sekitar 2,5 meter yang kondisi keterdapatannya setempat-setempat

(lensa-lensa) dan sebagian terpotong oleh struktur geologi.


Luas daerah penyebaran lapisan batubara di Daerah Massenrengpulu 120 Ha
dengan persentasi sebaran sekitar 15%, dengan kualitas batubara berupa bituminous dan
jumlah cadangan batubara di daerah ini sekitar 0,585 juta ton dengan.

You might also like