You are on page 1of 4

Pesisir dan Proses

A. Pesisir
Pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan,
baik kering maupun terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang
surut, perembesan air laut (intrusi) yang dicirikan oleh vegetasinya yang khas, sedangkan batas wilayah
pesisir ke arah laut mencakup bagian atau batas terluar daripada daerah paparan benua (continental shelf),
dimana ciri-ciri perairan ini masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi
dan aliran air tawar, maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran (Bengen, 2002). Menurut Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL) batas wilayah pesisir ialah daerah yang masih ada pengaruh kegiatan bahari dan
sejauh konsentrasi (desa) nelayan.
B. Pembagian Zone Wilayah Pesisir
Setiap zone perairan dipesisir mengalami proses mengahasilkan struktur sedimen yang khas dan berbeda
satu sama lainnya. Berdasarkan hal ini zone pesisir dibagi menjadi backshore, foreshore, shoreface, dan
offshore.
1. Backshore terletak diantara batas bawah gumuk pasir (sand dune) hingga ke garis air pasang paling tinggi
(mean high water line). Jadi Backshore terdapat di amabang pantai (beach bar).
2. Foreshore yaitu zone pasang surut, kawasan yang terletak di antara batas atas dan bawah pasang air laut
disebut. Backshore dan foreshore merupakan bagian atas dari pesisir pantai. Dikawasan ini terdapat zone
pemecah, zone swash dan arus sepanjang pantai (longshore current). Sehingga kawasan ini menerima tenaga
aliran yang kuat. Sedimen-sedimen yang ada diwilayah ini kebanyakan terdiri dari material pasir.
3. Shoreface yaitu zone yang berbatasan dengan zone peralihan. Batas bawah shoreface bergantung pada
rata-rata dasar gelombang maksimal (average maximum wave base). Di kawasan shoreface sedimennya
terdiri dari pasir bersih, dibagian atas shoreface terdapat arus pesisir pantai. Pada saat cuaca buruk arus ini
akan bertambah kuat dan akan mengkikis bagian atas shoreface dan mengendapkannya semula di bagian
bawah shoreface atau membawanya kearah daratan seperti laguna. Jadi dibagian shoreface sedimennya
makin kasar kearah daratan dan riak simetri berubak menjadi tak simetri dan gumuk (Clifton, 1967). Bagian
bawah shoreface terdiri dari lapisan dan percampuran antara lumpur dan pasir, tetapi pada saat cuaca buruk
bagian bawahnya mengalami tindakan gelombang dan akibatnya endapan pasir akan percampuran lumpur
dan pasir akan terbentuk di kawasan ini.
4. Offshore merupakan zone lepas pantai yang mengarah kelaut.
Selain pembagian diatas wilayah pesisir juga dapat dibagi berdasarkan kedalamannya, yaitu:
1. Zona Lithoral, adalah wilayah pantai atau pesisir atau shore. Di wilayahini pada saat air pasang
tergenang air dan pada saat air laut surut berubahmenjadi daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering disebut
juga wilayah pasang surut.
2. Zona Neritic (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150 m.
Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga wilayah ini paling banyak terdapat
berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun tumbuhan-tumbuhan, contoh Jaut Jawa, Laut Natuna, Selat
Malaka dan laut-laut disekitar kepulauan Riau.
3. Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150 hingga
1800 meter. Wilayah ini tidak dapat ditembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak

sebanyak yang terdapat di zona neritic.


4. Zona Abysal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman lebih dari 1800 m.
Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan, jenis hewan yang hidup di wilayah
ini sangat terbatas.
Proses
Proses-proses utama yang sering terjadi di wilayah pesisir meliputi: sirkulasi massa air, percampuran
(terutama antara dua massa air yang berbeda), sedimentasi dan abrasi serta upwelling. Daerah pesisir
merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan, karena daerah tersebut menjadi tempat bertemunya
dua kekuatan, yaitu berasal dari daratan dan lautan. Perubahan lingkungan pesisir dapat terjadi secara lambat
hingga sangat cepat, tergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan
gelombang, pasang surut dan angin. Perubahan pesisir terjadi apabila proses geomorfologi yang terjadi pada
suatu segmen pesisir melebihi proses yang biasa terjadi. Perubahan proses geomorfologi tersebut sebagai
akibat dari sejumlah faktor lingkungan seperti faktor geologi, geomorfologi, iklim, biotik, pasang surut,
gelombang, arus laut, dan salinitas (Sutikno, 1993 dalam Johanson D. Putinella, 2002). Iklim mempengaruhi
gelombang dan juga aktivitas biologi serta proses-proses kimia di permukaan atau dekat dengan permukaan
seperti evaporation, penyemian dan lain-lain. Menurut Dahuri (1996) dalam Johanson. D. Putinella (2002),
ombak merupakan salah satu penyebab yang berperan besar dalam pembentukan pesisir. Ombak yang terjadi
di laut dalam pada umumnya tidak berpengaruh terhadap dasar laut dan sedimen yang terdapat di dalamnya.
Sebaliknya ombak yang terdapat di dekat pesisir, terutama di daerah pecahan ombak mempunyai energi
besar dan sangat berperan dalam pembentukan morfologi pesisir, seperti menyeret sedimen (umumnya pasir
dan kerikil) yang ada di dasar laut untuk ditumpuk dalam bentuk gosong pasir. Di samping mengangkut
sedimen dasar, ombak berperan sangat dominan dalam menghancurkan daratan (erosi laut). Daya
penghancur ombak terhadap daratan atau batuan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keterjalan
garis pesisir, kekerasan batuan, rekahan pada batuan, kedalaman laut di depan pesisir, bentuk pesisir,
terdapat atau tidaknya penghalang di muka pesisir dan sebagainya.
Berbeda dengan ombak yang bergerak maju ke arah pesisir, arus laut, terutama yang mengalir sepanjang
pesisir merupakan penyebab utama yang lain dalam membentuk morfologi pesisir. Arus laut terbentuk oleh
angin yang bertiup dalam selang waktu yang lama, dapat pula terjadi karena ombak yang membentur pesisir
secara miring. Berbeda dengan peran ombak yang mengangkut sedimen tegaklurus terhadap arah ombak,
arus laut mampu membawa sedimen yang mengapung maupun yang terdapat di dasar laut. Pergerakan
sedimen searah dengan arah pergerakan arus, umumnya menyebar sepanjang garis pesisir. Bentuk
morfologispit, tombolo, beach ridge atau akumulasi sedimen di sekitar jetty (dermaga atau tembok laut) dan
tanggul pantai menunjukkan hasil kerja arus laut. Dalam hal tertentu arus laut dapat pula berfungsi sebagai
penyebab terjadinya abrasi pesisir.
Keseimbangan antara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan pengangkutan sedimen di muara
sungai akan menentukan berkembangnya dataran pesisir. Apabila jumlah sedimen yang dibawa ke laut dapat
segera diangkut oleh ombak dan arus laut, maka pantai akan dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila
jumlah sedimen melebihi kemampuan ombak dan arus laut dalam pengangkutannya, maka dataran pesisir
akan bertambah. Selain itu aktivitas manusia yang memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagai
kepentingan juga dapat merubah morfologi pesisir menjadi rusak apabila pengelolaannya tidak
memperhatikan kelestarian lingkungan. Proses-proses lainnya yang terjadi di wilayah pesisir antara lain:

Proses Fisika yaitu proses-proses fisik yang mempengaruhi pembentukan pesisir seperti
gelombang, rombakan arus (rip current), arus pasang surut, pasang surut dan sebagainya. Gelombang
merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentasi .
abrasi merupakan proses pengikisan batuan yang diakibatkan oleh tenaga eksogen yang berupa
air.
Sedimentasi yang dibawa melalui sungai, arus sepanjang tepi pantai (longshore drift), dan arus
pasang surut. Sedimen ini terbentuk dari lumpur, pasir, hingga kerikil. Sedimen bertekstur kasar terdapat di
kawasan bertenaga tinggi.
Arus laut pasang surut yang disebabkan oleh pasang surut air laut (subsidence) adalah proses naik
turunnya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan
matahari. Naik turunnya muka laut dapat terjadi sehari sekali (pasang surut tunggal), atau dua kali sehari
(pasang surut ganda). Ketika pasang surut terbentuk dilautan luas merambat sebagai gelombang menuju
lereng benua (continental slope) dan paparan benua (continental shelf), gelombang tersebut akan mengalami
proses perubahan karena nakin dangkalnya perairan.
Berdasarkan batasan tersebut di atas, beberapa ekosistem wilayah pesisir yang khas seperti estuaria, delta,
laguna, terumbu karang (coral reef), padang lamun (seagrass), hutan mangrove, hutan rawa, dan bukit pasir
(sand dune) tercakup dalam wilayah ini. Luas suatu wilayah pesisir sangat tergantung pada struktur geologi
yang dicirikan oleh topografi dari wilayah yang membentuk tipetipe wilayah pesisir tersebut.
Perbedaan antara pantai dan pesisir yaitu pantai adalah bagian dari permukaan bumi yang terdekat dgn
permukaan laut dan dipengaruhi oleh kondisi cuaca dari laut. Pesisir adalah daerah pertemuan antara darat
dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih
mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang
dicirikan oleh vegetasinya yang khas.
C. Geomorfologi Wilayah Pesisir
Bentukan-bentukan yang umum terdapat diwilayah pesisir adalah sebagai berikut:
1. Pesisir Pantai (Beach) adalah yaitu pesisir diantara garis pasang naik dan pasang surut.
2. Laguna adalah air laut dangkal yang memiliki luas beberapa mil, sering merupakan teluk atau danau yang
terletak diantara pulau penghalang dengan pantai. Selain itu ada pula yang mengartikan sekumpulan air asin
yang terpisah dari laut oleh penghalang yang berupa pasir, batu karang atau semacamnya.
3. Pulau Penghalang (Barrier Island) adalah gosong pasir yang tersembul dipantai yang dipisahkan dari
pantai oleh laguna. Pulau penghalang ini bias berbentuk sebagai spit atau gumuk pasir yang dibentuk oleh
angin atau air.

4. Delta adalah deposit lumpur, pasir, atau kerikil (endapan alluvium) yang mengendap di muara suatu
sungai. Delta dibagi menjadi tiga berdasarkan bentuknya, yaitu Delta Arcuate (Berbentuk kipas), Delta
Cuspate (Berbentuk gigi tajam), Delta Estuarine (Berbentuk estuarine). Delta merupakan endapan di yang
terdapat dimuara sungai dan bentuknya seperti segitiga.
Syarat-syarat terbentuknya delta adalah :
gelombang dan arus laut kecil

lereng pantai landai


sungai tidak mengalami penurunan
terdapat material yang diangkut

5. Goa Laut (Sea Cave) merupakan goa yang terbentuk pada terbing terjal (cliff) atau tanjung (headland)
sebagai akibat erosi dari hantaman gelombang dan arus.
6. Sea Arch merupakan sea cave yang telah tereosi sangat berat akibat dari hantaman ombak.
7. Sea Stack merupakan tiang-tiang batu yang terpisah dari daratan yang tersusun dari batuan yang resisten
sehingga masih bertahan dari hantaman gelombang.
8. Rawa Air Asin (Salt Marsh) merupakan rawa yang terbentuk akibat genangan air laut di dinggir pantai.
9. Head Land yaitu batuan daratan resisten yang menjorok kelaut sebagai akibat erosi gelombang.
10. Bar yaitu gosong pasir dan kerikil yang terletak pada dasar laut dipinggir pantai yang terjadi oleh
pengerjaan arus laut dan gelombang. Kadang-kadang terbenam seluruhnya oleh air laut. Beberapa jenis bar
antara lain:
Spit yaitu yang salah satu ujunganya terikat pada daratan, sedangkan yang lainnya tidak. Bentuknya
kebanyakan lurus sejajar dengan pantai, tetapi oleh pengaruh arus yang membelok ke arah darat atau oleh
pengaruh pasang naik yang besar, spit itupun membelok pula ke arah darat yang disebut Hook atau
Recurved Spit (Spit Bengkok).
Baymouth Bar adalah spit yang kedua ujungnya terikat pada daratan yang menyeberang dibagian muka
teluk.
Tombolo adalah spit yang menghubungkan pulau dengan daratan induk atau dengan pulau lain. Tombolo
dapat juga diartikan tanggul pasir alami yang menghubungkan daratan dengan pulau yang berada dekat
pantai. Tombolo dapat terbentuk pada laut dangkal yang tidak terganggu oleh arus laut.

You might also like