Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
Undang-Undang R.I. No. 28 Tahun 2002, tentang Bangunan Gedung, mengamanatkan 4
faktor utama yang perlu diperhatikan, yaitu Keselamatan, Kesehatan, Kenyamanan, dan
Kemudahan. Disamping itu pula, Undang-Undang R.I No. 44 Tahun 2009, tentang Rumah
Sakit, mengamanatkan diperlukannya persyaratan teknis yang berkaitan dengan
pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Sistem proteksi kebakaran merupakan kelengkapan penting di rumah sakit yang
berhubungan dengan keselamatan bangunan. Disamping kebutuhannya untuk pencegahan
dan penanggulangan kebakaran, sistem proteksi kebakaran mempunyai peranan penting
dalam mencegah jatuhnya korban dan kerugian materiel akibat kebakaran.
Untuk itu diperlukannya pengetahuan yang cukup khususnya bagi para petugas di rumah
sakit untuk memahami tentang sistem proteksi kebakaran, dan juga bagi para perancang,
pelaksana pemasangan, pemeriksa dan pengelola sistem proteksi kebakaran.
Dari pengalaman, banyak rumah sakit yang kurang tepat dalam pengelolaan, dan
pemeliharaan peralatan ini, sehingga sangat merugikan apabila terjadi kebakaran.
Untuk mencegah adanya instalasi sistem proteksi kebakaran yang kurang memenuhi syarat,
misalnya pemilihan pompa kebakaran, perletakan detektor alarm kebakaran, kepala
springkler, dan sistem pemipaannya akan berarti pembuangan biaya yang tidak ada
manfaatnya.
Dengan pedoman teknis ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para petugas rumah sakit
dalam menangani pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
...........................................................................................
i
DAFTAR ISI
........................................................................................................ ii
BAB I : KETENTUAN UMUM ........................................................................... 1
1.1 Pendahuluan ............................................................................ 1
1.2 Maksud Dan Tujuan .................................................................. 3
1.3 Ruang Lingkup ........................................................................... 3
BAB II : SISTEM DETEKSI DAN ALARM KEBAKARAN ............................. 4
2.1 Umum........................................................................................ 4
2.2 Peraturan Dan Standar
.............................................................. 4
2.3 Sistem Dan Instalasi ................................................................... 4
2.4 Lain-lain .................................................................................... 9
BAB III: ALAT PEMADA M API RINGAN .............................................................. 10
3.1 Umum........................................................................................ 10
3.2 Peraturan Dan Standar
.............................................................. 10
3.3 Sistem Dan Instalasi ................................................................... 10
3.4 Lain-lain .................................................................................... 14
BAB IV: SISTEM PIPA TEGAK DAN KOTAK SLANG KEBAKARAN
................
15
4.1 Umum
............................................................................................. 15
4.2 Peraturan Dan Standar ................................................................ 15
4.3 Sistem Dan Instalasi ...................................................................... 15
4.4 Jumlah Pipa Tegak .................................................................... 20
4.5 Klasifikasi Sistem Pipa Tegak ................................................... 20
4.6 Tekanan Sisa Dan Laju Aliran Air Minimum Pada Pipa Tegak
... 20
4.7 Kotak Slang Kebakaran (Hidran Gedung) Dan Kelengkapannya 22
4.8 Hidran Halaman ............................................................................. 23
4.9 Lain-lain .................................................................................... 25
ii
iii
1.1.3
1.2.2 Tujuan.
Pedoman teknis ini bertujuan untuk terselenggaranya fungsi bangunan rumah sakit dan
lingkungan yang aman bagi pasien, petugas medik dan pengunjung, serta segala peralatan
yang ada di dalamnya dari bahaya kebakaran, sehingga tidak mengakibatkan terjadinya
kerugian jiwa dan materi
Ped
doman Tek
nis Prasara
ana Rumah
h Sakit, Sis
stem Prote
ksi Kebaka
aran Aktif
Umum
(1) Sistem deteksi dan alarm kebakaran harus disediakan di bangunan rumah sakit sesuai dengan pedoman ini.
(2) Instalasi dan uji serah terima sistem deteksi dan alarm kebakaran harus mengikuti pedoman ini.
(3) Prosedur inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus mengikuti BAB VIII Inspeksi, Tes Da n Pemeliharaan pedoman ini.
Sesuai standar untuk area umum jarak antara setiap titik dalam area yang diproteksi dan detektor terdekat ke titik tersebut
harus tidak melebihi 7,5 meter untuk detektor asap dan 5,3 meter untuk detektor panas. Gambar 2.3.2.(1) menunjukkan
area maksimum yang dapat dicakup oleh detektor individual.
Untuk memastikan cakupan lengkap, jarak antar detektor harus dikurangi sampai 10 meter antar detektor asap, dan 7 meter antar detektor panas. Lihat
gambar 2.3.2.(4).
(5) Untuk koridor kurang dari 2 meter lebarnya, hanya garis pusat membutuhkan pertimbangan dimana tidak penting untuk mengurangi jarak antara detektor untuk
melengkapi seluruh cakupan yang diberikan. Dengan demikian, jarak antara detektor untuk detektor asap menjadi 7,5 meter dari dinding dan 15 meter antar detektor.
Untuk detektor panas, jarak antaranya menjadi 5,3 meter ke dinding dan 10 meter antar detektor. Lihat gambar 2.3.2.(5).
2.3.3 Instalasi.
(1) Lokasi penempatan instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran di rumah sakit, ditentukan seperti ditunjukkan pada tabel 2.3.3.(1)
Tabel 2.3.3.(1) Lokasi penempatan sistem deteksi dan alarm kebakaran.
Jumlah Lantai
Jumlah luas
Sistem alarm dan deteksi
minimum/lantai (m2)
kebakaran
1
1
Tanpa Batas
Manual
2
2-4
T.A.B
Otomatik
3
>4
T.A.B
Otomatik
(2) Lokasi penempatan detektor kebakaran pada ruangan di dalam rumah sakit
ditunjukkan pada tabel 2.3.3.(2).
Tabel 2.3.3.(2) Penempatan detektor kebakaran pada ruangan di dalam rumah sakit
Fungsi Ruang
PERAWATAN BEDAH DAN KRITIS
Ruang Operasi :
Kamar Operasi
Ruang Penunjang
Ruang Melahirkan
Delivery Suite
Labour Suite
Ruang Pemulihan
Ruang Bayi
Ruang Trauma
Gudang Anestesi
PERAWATAN
Ruang Pasien
Ruang Toilet
Perawatan Intensif
Isolasi Protektif
Isolasi Infeksius
Isolasi Ruang Antara
Kala/melahirkan/pemulihan/post
partum (LDRP)
Koridor Pasien
PENUNJANG
Radiologi :
X-Ray (bedah dan perawatan kritis)
X-Ray (diagnostik dan tindakan)
Ruang Gelap
Laboratorium, Umum
Laboratorium, Bacteriologi
Laboratorium, biochemistry
Laboratorium, Cytology
Laboratorium, pencucian gelas
Laboratorium, histology
Laboratorium, pengobatan nuklir
Laboratorium, pathologi
Laboratorium, serologi.
Detektor
Panas
DETEKTOR
Detektor Laju
Detektor
Kenaikan
Asap
Temperatur
Detektor
Lain
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Laboratorium, sterilisasi
Laboratorium, transfer media
Autopsy
Ruang Tunggu tubuh tidak
didinginkan
Farmasi
ADMINISTRASI
Pendaftaran dan ruang tunggu
DIAGNOSA DAN TINDAKAN
Bronchoscopy, sputum collection, dan
administrasi pentamidine
Ruang Pemeriksaam
Ruang Pengobatan
Ruang Tindakan
Therapi fisik dan therapi hidro
Ruang kotor atau tempat sampah
Ruang bersih atau tempat bersih
STERILISASI DAN SUPLAI
Ruang peralatan sterilisasi.
Ruang kotor dan dekontaminasi.
Tempat bersih dan gudang steril.
Gudang peralatan
PELAYANAN
Pusat persiapan makanan
Tempat cuci
Gudang dietary harian
Laundri, umum
Sortir linen kotor dan gudang
Gudang linen bersih
Linen dan
Ruang bedpan
Kamar mandi
Kloset Janitor
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
2.4 Lain-lain.
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem alarm dan deteksi kebakaran yang belum tercantum pada pedoman ini, mengacu pada peraturan dan standar yang
berlaku.
10
m
, harus dilengkapi dengan sekurang-kurangnya sebuah alat pemadam api ringan
berukuran minimal 2 kg sesuai klasifikasi isi ruangan,
2
(3) Setiap luas tempat parkir yang luasnya tidak melebihi 270 m
harus ditempatkan
minimal dua buah alat pemadam api ringan kimia berukuran minimal 2 kg, yang
ditempatkan antara tempat parkir kendaraan dan gedung, pada tempat yang mudah
dilihat dan dicapai.
Tabel 3.3.2.a Penempatan dan Ukuran APAR untuk Bahaya Kelas A
Bahaya
Bahaya
Bahaya
Hunian Ringan
Hunian Biasa
Hunian Ekstra
Kriteria
(Rendah)
(Sedang)
(Tinggi)
Nominal minimum APAR tunggal 2A* 2A* 4A
Luas lantai maksimum per unit A 279 m2 139 m2 93 m2
Luas lantai maksimum untuk APAR 1045 m2 1045 m2 1045 m2
Jarak tempuh maksimum ke APAR 22,7 m 22,7 m 22,7 m
Sumber : NFPA 10
11
Tabel 3.3.2.b - Luas Maksimum Yang Akan Diproteksi Per Unit APAR dalam m
Nominal
Ringan
Biasa
Ekstra
Kelas A
(Rendah)
(Sedang)
(Tinggi)
Pada
Bahaya
Bahaya
Bahaya
APAR
Hunian
Hunian
Hunian
1A
2A 557 278
3A 836 418
4A 1045 557 371
6A 1045 836 557
10A 1045 1045 929
20A 1045 1045 1045
30A 1045 1045 1045
40A 1045 1045 1045
Catatan: 1045 m2 dianggap sebagai batas praktis
Sumber : NFPA 10
Tabel 3.3.2.c - Jenis APAR untuk Ruangan Rumah Sakit
No. Ruangan Jenis Kelas
1 Kamar Operasi (OR) Water mist A, B, C
2 Fasilitas MRI dan Kamar Pasien Water mist A, B, C
Data Processing Centers,
Water mist, atau
3
Telecommunications Records Storage,
Halotron I A, B, C
Collection and Server Rooms
4 Intensive Care Units (ICU) Water mist A, B, C
5 Heliports/helipads FFFP beroda A, B, C
6 Dapur besar/ komersial Kimia basah K
7 Ruangan Diesel generator CO2 B, C
8 Ruangan lain Kimia kering
serbaguna A, B, C
12
lebih dari 49
C dan di bawah 4
C.
13
3.4 Lain-lain.
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem alarm dan deteksi kebakaran yang belum
tercantum pada pedoman ini, mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
14
15
4.3.4 Katup
landing
.
(1) Setiap katup landing 65 mm (2) dengan panjang slang 40 m harus dapat melayani
2
16
17
18
19
4.6 TEKANAN SISA DAN LAJU ALIRAN AIR MINIMUM PADA PIPA TEGAK.
4.6.1 Tekanan sisa.
4.6.1.1 Pengertian.
Tekanan sisa (
residual pressure
), atau kadang-kadang disebut juga sebagai tekanan akhir,
adalah tekanan yang bekerja pada suatu titik dalam sistem dengan suatu aliran yang
disalurkan oleh sistem.
Dalam instalasi pipa tegak, tekanan sisa ini adalah tekanan setelah katup landing atau katup
slang kebakaran pada kotak slang.
20
21
22
Pedoman
n Teknis P
rasarana R
Rumah Sak
kit, Sistem
Proteksi K
Kebakaran A
Aktif
(2)
Apabila sl
lang berdia
ameter kura
ang dari 40
mm (1 in
nci) digunak
kan untuk k
kotak slang
g
40 mm (1
), harus
s digunakan
n slang yang
g tidak terlip
pat.
Ga
ambar 4.7.1
.2.(2) - Slan
ng yang tida
ak terlipat
4.7.1
1.3 Rak sla
ang.
(1)
Setiap kot
tak slang 4
40 mm (1
) yang dis
sediakan de
engan slang
g 40 mm (
1) harus
s
dipasang
dengan rak
k atau fasilit
tas penyimp
panan lain y
yang disetuj
jui.
(2)
Setiap kot
tak slang 4
0 mm (1
) sesuai u
ntuk klasifik
kasi pipa te
egak kelas
I dan kelas
s
III, harus d
dipasang dn
ngan gulung
gan aliran m
menerus ya
ng terdaftar
r/teruji.
4.7.1
1.4 Nozzle
e.
Noze
el yang dise
ediakan untu
uk pelayana
an pipa tega
ak kelas II,
herus teruj
i/terdaftar.
4.7.2
2 Lokas
si Kotak Sl
lang Keba
akaran 40
mm (1
).
Kota
k slang keb
bakaran 4
40 mm (1
) perletaka
nnya diatur
r sebagai be
erikut:
(1)
di koridor
atau di rua
ngan yang
berdekatan
n dengan sa
af tangga ya
ang menuju
u jalur Eksit
t
dan disam
mbungkan k
e pipa tega
ak.
(2)
pengatura
an ini memu
ungkinkan u
untuk mengg
gunakan se
ecara tepat
slang bila t
tangga jalur
r
eksit pe
enuh denga
an orang-o
orang yang
sedang la
ari keluar
pada saat
t terjadinya
a
kebakaran
n.
(3)
pada setia
ap banguna
an umum/te
empat perte
emuan, tem
mpat hibura
an, perhotel
lan, tempat
t
2
2
perawatan
n, perkanto
ran, dan pe
ertokoan/pa
asar untuk s
setiap lanta
ai dengan lu
uas 800 m
harus dipa
asang minim
mum 1 (satu
u) Kotak Sla
ang Kebaka
aran 40 m
mm (1).
4.7.3
3 Jarak
Jangkaua
an Katup S
Slang Keb
bakaran
40 mm (1
).
Siste
em kelas II h
harus dileng
gkapi Katus
sp Slang Ke
ebakaran ya
ang berisi :
katup beru
kuran 40
0
mm
( 1 inci
i), slang de
engan panja
ang 40 m,
rak dan no
ozzle sede
mikian rupa
a sehingga
a
setia
ap bagian d
ari lantai ba
angunan be
erada pada
jangkauan
n 40 m (130
0 ft) dari KS
SSK 40 mm
m
(1
).
4.8
HIDRA
AN HALAM
MAN.
4.8.1
1
Tiap ba
agian dari j
alur akses
mobil pema
adam di lah
han bangun
nan harus d
dalam jarak
k
beba
as hambata
n 50 m dari
i hidran kota
a (lihat gam
mbar 4.8.1).
4.8.2
2
Bila hi
idran kota
yang mem
menuhi pe
rsyaratan t
tersebut pa
ada butir 4
4.8.1 tidak
k
terse
edia, maka
harus dised
diakan hidr
an halaman
n yang disa
ambungkan
dengan ja
ringan pipa
a
hidra
an kota..
23
Ped
doman Tek
nis Prasara
ana Rumah
h Sakit, Sis
stem Prote
ksi Kebaka
aran Aktif
Gambar 4
4.8.1 - Cont
toh dimana
bangunan
tidak jauh d
dari hidran k
kota.
Gamb
ar - 4.8.2 Posisi Hidr
ran halama
n terhadap
hidran kota
a.
24
4.9 Lain-lain.
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem pipa tegak yang belum tercantum pada
pedoman ini, mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
25
Umum
5.1.1
Sistem sprinkler otomatik harus disediakan pada bangunan sesuai dengan
pedoman ini.
5.1.2
Sistem sprinkler otomatik harus dipasang di seluruh bangunan.
5.1.3
Sistem sprinkler otomatik tidak wajib di area berikut :
(1) setiap ruangan di mana penerapan air, atau nyala api dan air, merupakan ancaman
yang serius terhadap kehidupan atau bahaya kebakaran.
(2) setiap kamar atau ruang di mana sprinkler dianggap tidak diinginkan karena sifat dari
isi ruangan.
(3) ruang generator dan transformator yang dipisahkan dari bangunan dengan dinding dan
lantai / langit-langit atau rakitan atap / langit-langit yang memiliki nilai ketahanan api
tidak kurang dari 2 jam.
(4) di kamar atau daerah yang konstruksinya tidak mudah terbakar dengan isi sepenuhnya
bahan tidak mudah terbakar.
(5) untuk ruangan-ruangan yang tidak memungkinkan pasien dipindahkan (ruang bedah,
ruang ICU, ruang radiologi, dan lain-lain), sprinkler boleh tidak dipasang asalkan
dinding, lantai, langit-langit dan bukaan, mempunyai tingkat ketahanan api minimal 2
jam.
5.1.4
Sistem ini harus meliputi kepala springkler, katup kontrol alarm, dan sistem
pemipaannya.
5.1.5
Instalasi dan uji serah terima sistem springkler otomatik harus mengikuti pedoman
ini.
5.1.6
Prosedur inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus
mengikuti BAB VIII, Inspeksi, Tes Dan Pemeliharaan Pedoman ini.
26
5.3.4
Kepala Sprinkler.
27
a) springkler dinding : 17 m
.
2
b) springkler lain : 20 m
.
2) Jarak maksimum kepala springkler dalam satu deret dan jarak maksimum
deretan yang berdekatan :
28
a) springkler dinding
.
: 9m
b) springkler lain : 12 m
.
2) Jarak maksimum kepala springkler dalam satu deret dan jarak maksimum
deretan yang berdekatan :
a) springkler dinding :
1 sepanjang dinding :
(i) untuk langit-langit tidak tahan api : 3,4 m
(ii) untuk langit-langit tahan api : 3,7 m.
2 dari ujung dinding : 1,8 m.
5.3.4.4 Jenis kepala springkler (
SPRINKLER HEAD)
(1) Springkler Standar menghadap keatas (
Upright
) dan menghadap kebawah
(
Pendant
)
Springkler standar menghadap keatas (
upright
) atau kebawah (
Pendant
) digunakan
pada semua klasifikasi bahaya kebakaran dan konstruksi bangunan.
Upright Sprinkler Pendent Sprinkler Conventional Sprinkler
Menghadap ke atas Menghadap ke bawah Springkler Konvensional
Gambar 5.3.4.4.1 Springkler standar
(2) Springkler Dinding (
Sidewall Sprinkler Head).
Springkler dinding hanya dipasang untuk hunian dengan risiko bahaya ringan dengan
langit-langit yang halus dan datar.
29
30
area maksimum 28 m
.
(d) Apabila sistem springkler ESFR dipasang berdekatan dengan sistem springkler
respon standar, perlu ada tirai dari konstruksi tahan api dan sekurang-kurangnya
0,6 m kedalamannya dibolehkan untuk memisahkan dua area.
(e) Laju temperatur springkler untuk springkler ESFR harus dari risiko bahaya
kebakaran sedang.
31
5.4 Lain-lain.
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem springkler otomatik yang belum tercantum
pada pedoman ini, mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
32
6.2 PERATURAN .
Instalasi pompa kebakaran harus dipasang sesuai dengan :
(1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, Nomor 26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan
teknis sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan.
(2) SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Dipasang Tetap Untuk Proteksi Kebakaran.
6.3 INSTALASI.
Instalasi pompa kebakaran meliputi instalasi dari mulai tangki/reservoir air bawah/atas,
sampai ke awal pipa tegak. Instalasi ini meliputi :
(1) tangki air;
(2) instalasi pipa isap,
(3) pompa kebakaran,
(4) pompa jockey;
(5) penggerak pompa kebakaran dan pompa jockey; dan
(6) instalasi pipa tekan.
6.3.1 Tangki Air.
(1) Setiap sistem proteksi kebakaran berbasis air harus dilengkapi sekurang-kurangnya
dengan satu jenis sistem penyediaan air berkapasitas cukup, serta dapat diandalkan
setiap saat.
(2) Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat
mengganggu bekerjanya pompa. Pemakaian air asin tidak diijinkan, kecuali bila tidak
ada penyediaan air lain pada waktu terjadinya kebakaran dengan syarat harus segera
dibilas dengan air bersih.
33
34
35
Gambar 6.3.3. - Kurva aliran yang dapat diterima untuk pompa 1000 gpm
6.3.4 Pompa Jockey.
(1) Pompa jockey menjaga tekanan dan mempertahankan tekanan dalam sistem serta
mencegah pompa kebakaran utama beroperasi.
(2) Kapasitas pompa jockey berkisar antara 5 sampai 10 USGPM dan sebaiknya tidak
melebihi kebutuhan air dari satu springkler yaitu 20 USGPM.
(3) Head pompa jockey biasanya 5 psi sampai 10 psi lebih tinggi dari tekanan kerja (head)
pompa kebakaran utama, sehingga pompa jockey akan beroperasi sebelum pompa
kebakaran utama bekerja. Pemilihan pompa jockey ini tidak memerlukan persetujuan
atas standar tertentu.
36
37
38
(e)
Untuk motor diesel yang berada pada temperatur udara luar di atas 25
C, maka
0
0
39
40
6.4 Lain-lain.
Ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem pompa kebakaran yang belum tercantum
pada pedoman ini, mengacu pada peraturan dan standar yang berlaku.
41
7.1 Umum
7.1.1
Sistem pengendalian asap kebakaran termasuk :
(1) Presurisasi fan pada setiap tangga kebakaran yang terlindung.
(2) Sistem pembuangan asap mekanik yang dirancang secara teknik (
engineered smoke
system
) pada bangunan atau bagian bangunan yang dipersyaratkan dilengkapi dengan
sistem tersebut, misalnya pada atrium.
(3) Sistem pembuangan asap dapur komersial.
7.1.2
Prosedur inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala harus
mengikuti butir 7.2. pedoman ini.
42
7.3
43
44
Umum
8.1.1
Pedoman ini menetapkan persyaratan minimum pemeliharaan dan perawatan
sistem proteksi kebakaran. Jenis sistem meliputi:
(1) Sistem deteksi dan alarm kebakaran.
(2) Alat pemadam api ringan.
(3) Sistem pompa kebakaran.
(4) Sistem pipa tegak dan slang kebakaran (hidran gedung).
(5) Sistem sprinkler otomatik.
(6) Sistem tangki air pemadam kebakaran.
(7) Sistem ventilasi dan pembuangan asap kebakaran.
8.1.2
Tanggung jawab atas pemeliharaan dan perawatan sistem proteksi kebakaran
secara baik dan benar terletak pada pemilik / pengelola bangunan.
8.1.3
Dengan cara inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala, semua
peralatan harus ditunjukkan ada dalam kondisi operasi yang baik, atau setiap kerusakan dan
kelemahan dapat diketahui.
8.2
Tujuan
8.2.1
Tujuan dari inspeksi adalah untuk verifikasi secara visual bahwa sistem proteksi
kebakaran dan perlengkapannya tampak dalam kondisi operasi dan bebas dari kerusakan
fisik.
8.2.2
Tujuan dari pengetesan adalah untuk menjamin operasi otomatik atau manual atas
kebutuhan dan pengiriman kontinyu dari output sistem proteksi kebakaran yang
dipersyaratkan, dan untuk mendeteksi ketidaksempurnaan sistem proteksi kebakaran yang
tidak tampak pada saat inspeksi.
8.2.3
Sedangkan tujuan dari pemeliharaan sistem proteksi kebakaran adalah perawatan
pencegahan (
preventive maintenance
) dan perbaikan (
corrective maintenance
) untuk
mempertahankan fungsi optimum dari peralatannya.
8.3
Catatan Pemeliharaan
8.3.1
Perlu ditegaskan bahwa dalam pemeliharaan dan perawatan sistem proteksi
kebakaran harus dijamin pemenuhan kepada ketentuan dan standar yang berlaku termasuk
persyaratan sertifikasi personil, frekuensi tes dan pemeliharaan dan juga dokumentasi dan
pelaporan termasuk penyimpanan catatan (
record keeping
).
8.3.2 Catatan pemeliharaan:
(1) Catatan dari inspeksi/pemeriksaan, pengujian dan pemeliharaan berkala sistem dan
komponennya harus tersedia bagi instansi yang berwenang atas permintaan, dan
digunakan sebagai salah satu pertimbangan penetapan perpanjangan sertifikat laik
fungsi bangunan.
45
46
47
8.10
Tabel-Tabel
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
BAB X : PENUTUP.
(1) Pedoman Teknis ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan oleh pengelola
rumah sakit, penyedia jasa konstruksi, Dinas Kesehatan Daerah, dan instansi yang
terkait dengan pengaturan dan pengendalian penyelenggaraan pembangunan rumah
sakit dalam prasarana sistem proteksi kebakaran aktig, guna menjamin keselamatan
dan keamanan rumah sakit dan lingkungannya.
(2) Ketentuan-ketentuan yang lebih spesifik atau yang bersifat alternatif serta penyesuaian
pedoman teknis prasarana sistem proteksi kebakaran aktif oleh masing-masing daerah
disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan kelembagaan di daerah.
(3) Sebagai pedoman/petunjuk pelengkap dapat digunakan Standar Nasional Indonesia
(SNI) terkait lainnya.
61