You are on page 1of 9

PENYISIHAN COD DAN BOD DALAM GREYWATER DENGAN FREE

WATER SYSTEM CONSTRUCTED WETLAND


Amaliyah Nurul Hidayah dan Yulinah Trihadiningrum
Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan akuatik yang hidup di
constructed wetland dan dapat dimanfaatkan untuk mengolah greywater. Penelitian ini
dilakukan dalam skala laboratorium secara kontinyu untuk mengkaji kemampuan eceng
gondok dalam menurunkan COD. Konsentrasi COD sebelum diaerasi rata-rata lebih tinggi
dibandingkan setelah diaerasi. Efisiensi removal pada debit 1 ml/mnt adalah 42,43% dan pada
debit 3 ml/mnt adalah 37,73%. Secara rata-rata removal COD dapat dikatakan rendah, hal ini
dapat disebakan oleh aerasi tidak cukup mampu meningkatkan kemampuan bakteri aerob
untuk memecah bahan organik.
Aerasi yang dilakukan sebagai pre-treatment dengan debit 1 mL/menit sampai hari
ke-18 mampu menyisihkan COD 47.64% dan BOD 59.17%. Perlakuan tanpa menggunakan
tumbuhan (kontrol) dengan perlakuan variasi aerasi (pre-treatment aerasi dan non-aerasi) dan
variasi jumlah tumbuhan merupakan perlakuan terbaik dalam menyisihkan semua parameter.
Kata kunci : free water constructed wetland, greywater, COD, BOD5
1. PENDAHULUAN
Sumber pencemar badan air perkotaan, 60% disumbang oleh air limbah domestik.
Pembuangan air limbah domestik yang tidak mendapatkan perhatian serius dapat menurunkan
kualitas air di badan air. Dampak akhir antara lain ketidakseimbangan kualitas ekologi di
aliran sungai, menurunkan derajat kesehatan masyarakat, meningkatkan angka kematian
akibat infeksi, meningkatkan biaya pengolahan air minum dan tercemarnya air tanah dangkal
terdekat. Penurunan kandungan oksigen terlarut dalam air dapat terjadi akibat keadaan
anoksik dalam air, sehingga bahan organik yang terdapat dalam air limbah domestik
mengalami dekomposisi anaerobik dan menghasilkan hidrogen sulfida (H2S) dan amonia
(NH3). Keduanya merupakan racun bagi organisme hewani dalam air. Bau H2S yang
menyengat dapat dijadikan indikasi berlangsungnya dekomposisi anaerobik (Rochana, 2001).
Pengolahan air limbah domestik secara sederhana dapat dilakukan menggunakan
aerasi atau penambahan udara. Aerasi dilakukan untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar.
Ada dua cara untuk aerasi yaitu dengan memasukkan udara kedalam air air limbah dan
memaksa air keatas untuk berkontak dengan oksigen (Sugiharto, 2005). Hanina (2008)
menunjukkan bahwa, dengan penambahan aerasi pada air limbah pencelupan benang terjadi
peningkatan kemampuan bioreactor Kana untuk menurunkan kandungan polutan organik
dengan efisiensi untuk BOD = 86,22% dan COD = 77,5%.
Tujuan penelitian adalah mengkaji seberapa besar kinerja constructed wetland dalam
menyisihkan BOD5 dan COD.
2. METODOLOGI
Penelitian dilakukan dalam Laboratorium. Penelitian ini diperkirakan akan
dilaksanakan pada bulan Februari-Juli 2009 yang diperkirakan berada pada akhir musim
penghujan sehingga intensitas sinar matahari yang masuk sangat kurang. Sinar matahari
digantikan oleh lampu LED berdaya 1 watt. Pemilihan jenis lampu LED dikarenakan lampu
ini tidak menyebabkan bakteri mati maupun pembusukan pada tumbuhan. Lampu LED
mampu mendukung perkembangan dan pertumbuhan tumbuhan dengan baik jika diletakkan
diatas tumbuhan seperti pada dengan jarak 45,7260,96 cm (Anonim, 2008g). Lampu LED
merupakan lampu tunggal, lampu LED tersedia dalam berbagai warna. Warna yang

digunakan dalam penelitian ini adalah merah. Warna merah memiliki panjang gelombang
620-635 nm.
Reaktor penelitian terbuat dari kaca.
dimensi reaktor adalah sebagai berikut :
Panjang
: 60 cm
Lebar
: 30 cm
Tinggi
: 30 cm
Tebal media kerikil
: 5
cm
Tebal media pasir kasar
: 5
cm
Tebal media pasir halus
: 10 cm
Air limbah yang digunakan adalah jenis greywater yang berasal dari kamar mandi
yang diambil dari asrama ITS. Greywater diambil pada pagi hari atau sore hari, karena
aktivitas dipagi hari maupun sore hari menghabiskan banyak air.
Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah eceng gondok (Eichornia crassipes).
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan akuatik yang mampu mengolah limbah yang masuk ke
perairan dan karena pertumbuhannya yang sangat cepat tumbuhan ini sering menjadi gulma.
Tumbuhan diambil dari rawa-rawa yang ditumbuhi oleh tumbuhan ini yang banyak terdapat
disekitar kampus. Tumbuhan yang digunakan reatif seragam, baik dari segi ukuran maupun
ketinggian tumbuhan.
Media tanam yang digunakan adalah pasir kasar, pasir halus dan kerikil. Media
dicuci menggunakan air PDAM supaya bersih dari lumpur yang ada dan kemudian
dikeringkan. Penelitian ini menggunakan reaktor constructed wetland kontinyu. Greywater
ditampung dan dialirkan oleh bak pengatur debit untuk didistribusikan ke reaktor uji
perlakuan dan reaktor uji kontrol. Greywater keluar dari reaktor CW melalui pipa outlet dan
ditampung kedalam bak efluen sehingga memudahkan pengambilan sampel untuk dianalisis
parameternya. Reaktor kontrol merupakan reaktor yang berfungsi untuk mengetahui
kemampuan reaktor CW untuk menurunkan kandungan polutan greywater tanpa
menggunakan eceng gondok. Penamaan reaktor disajikan pada Table 1 dan 2.
Tabel 1. Penamaan reaktor penelitian
Variabel debit
Variabel aerasi
Nama reaktor
(mL/menit)
atau non-aerasi
1A6
1
Aerasi
1A4
1
Aerasi
1AK
1
Aerasi
3A6
3
Aerasi
3A4
3
Aerasi
3AK
3
Aerasi
1nA6
1
Non-aerasi
1nA4
1
Non-aerasi
1nAK
1
Non-aerasi
3nA6
3
Non-aerasi
3nA4
3
Non-aerasi
3nAK
3
Non-aerasi

Variabel
Jumlah tumbuhan
6
4
Kontrol
6
4
Kontrol
6
4
Kontrol
6
4
Kontrol

Tabel 2. Penamaan pengatur debit


Nama pengatur
Variabel aerasi
debit
atau non-aerasi
PD1A
Aerasi
PD3A
Aerasi
PDnA1
Non-aerasi
PDnA3
Non-aerasi

Variabel debit
(mL/menit)
1
3
1
3

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan konsentrasi pencemar
dalam air limbah domestik sebelum dan sesudah aerasi. Aerasi di air limbah merupakan
proses memasukkan udara menggunakan alat, yaitu aerator, dengan tujuan supaya limbah
berhubungan dengan udara sehingga konsentrasi pencemarnya dapat berkurang (Sugiharto,
2005). Tabel 3 menunjukkan konsentrasi COD dan BOD sebelum dan sesudah aerasi di
pengatur debit 1 ml/mnt (PDA1) dan 3 ml/mnt (PD3A).
Pengatur debit sekaligus berfungsi sebagai tempat pre-treatment aerasi limbah.
Pengatur debit yang sekaligus berfungsi sebagai tempat pre-treatment aerasi dalam penelitian
ini dibedakan berdasarkan debit yaitu:
1. Pengatur debit 1 ml/mnt dengan pre-treatment aerasi (PDA1),
2. Pengatur debit 3 ml/mnt dengan pre-treatment aerasi (PDA3),
Pengatur debit yang tanpa pre-treatment aerasi dibedakan berdasarkan debit menjadi dua
antara lain:
1. Pengatur debit 1 ml/mnt tanpa aerasi (non-aerasi) (PDnA1) dan
2. Pengatur debit 3 ml/mnt tanpa aerasi (non-aerasi) (PDnA3).
Efluen dari masing-masing pengatur debit adalah influen bagi masing-masing reaktor uji.
Konsentrasi COD sebelum diaerasi rata-rata lebih tinggi dibandingkan setelah
diaerasi. Rata-rata nilai efisiensi removal pada PD1A adalah 42,43% dan di PD3A adalah
37,73%. Secara rata-rata removal COD dapat dikatakan rendah, hal ini dapat disebakan oleh
aerasi tidak cukup mampu meningkatkan kemampuan bakteri aerob untuk memecah bahan
organik. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001, rata-rata konsentrasi COD sebelum dan sesudah
aerasi masih belum memenuhi standar baku mutu, namun konsentrasi COD sudah dapat
diturunkan oleh adanya aerasi. Aerasi dalam penelitian ini merupakan variable pre-treatment,
sehingga pengolahan dilajutkan menggunakan sistem free water surface constructed wetland
sebagai tempat fitoremediasi menggunakan tanaman eceng gondok.
Chemical oxygen demand (COD) digunakan untuk menyatakan banyaknya oksigen
yang digunakan untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi menggunakan kalium
dikromat (K2Cr2O7) dalam kondisi asam (Metcalf dan Eddy, 2003).
Hasil analisis di efluen reaktor constructed wetland disajikan oleh Tabel 4 dan
Gambar 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan COD influen dan efluen secara ratarata masih diatas baku mutu kelas III, PP NO. 82 Tahun 2001. Kandungan COD dibawah
baku mutu adalah pada reaktor 3nA4 hari ke-6. Kandungan COD yang fluktuatif dapat
disebabkan oleh kandungan influen COD yang masuk fluktuatif.
Tabel 4. menunjukkan kandungan COD efluen pada hari pengamatan ke-18 di reaktor
pre-treatment aerasi dengan debit 1 ml/mnt, 6 tanaman adalah sebesar 103,7 mg/L, pada
reaktor dengan 4 tanaman sebesar 96,30 mg/L dan di reaktor kontrol adalah sebesar 103,70
mg/L. Kandungan COD di reaktor tanpa pre-treatment aerasi (non-aerasi) debit 1 ml/mnt
adalah sebesar 162,96 mg/L pada reaktor dengan 6 tanaman, 81,48 mg/L pada reaktor dengan
4 tanaman dan 111,11 mg/L pada reaktor kontrol. Kandungan COD di reaktor dengan

pre-treatment aerasi maupun non-aerasi dengan debit 1 ml/mnt menunjukkan perbedaan kandungan namun tidak signifikan.
Kandungan COD efluen pada hari pengamatan ke-18 di reaktor pre-treatment aerasi (non-aerasi) dengan debit 3 ml/mnt, 6 tanaman
adalah sebesar 74,07 mg/L, sedangkan di reaktor dengan 4 tanaman adalah sebesar 103,70 mg/L dan di reaktor kontrol adalah sebesar 66,66
mg/L. Chemical oxygen demand yang terkandung di reaktor dengan debit 3 ml/mnt, non aerasi, 6 tanaman adalah sebesar 111,11 mg/L,
sedangkan di reaktor dengan 4 tanaman adalah 103,70 mg/L dan di reaktor kontrol sebesar 125,93 mg/L.
Baku mutu air kelas III, PP No. 82 Tahun 2001 menunjukkan kandungan COD adalah sebesar 50 mg/L., sedangkan hasil penelitian
secara rata-rata menunjukkan nilai yang masih lebih besar dari baku mutu.

Tabel 3. Karakteristik greywater Asrama ITS sebelum dan sesudah aerasi dibandingkan dengan standar baku mutu.
Konsentrasi (mg/L)
No

Parameter

Sebelum aerasi
0

Karakteristik kimia
COD
1
a. PD 1
b. PD 3
BOD
2
a. PD 1
b. PD 3

Efisiensi removal (%)


Sesudah aerasi

12

18

82,35

884,35

1565

55.36

663.01

12

18

12

18

Standar
Baku
Mutu
(mg/L)

50
70,59
94,11

204,1
204,1

884,4
544,2

14.28
-14.3

76.923
76.923

43.479
65.217

60.27
90.50

157.51
139.08

639.04
478.08

12.92
0.00

71.72
79.02

59.17
69.45

1565

100

Keterangan:
PD1A = Pengatur debit 1 ml/mnt, pre-treatment aerasi; PD3A = Pengatur debit 3 ml/mnt, pre-treatment aerasi.

Jenis standar baku


mutu

Kelas III, PP No. 82


Tahun 2001

Tabel 4. Kandungan dan efisiensi removal COD


Kandungan pada (mg/L)
pada hari ke-

Reaktor

Efisiensi removal (%)

12

18

PD1A
(influen)

70.59

204.08

884.35

1A6

144.00

99.05

1A4

113.73

1AK
PD3A
(influen)

Baku
Mutu*

12

18

103.70

0.00

51.47

88.27

50

76.19

96.30

0.00

62.67

89.11

50

133.33

91.43

103.70

0.00

55.20

88.27

50

94.11

204.08

544.22

3A6

78.43

45.71

74.07

16.66

77.60

86.39

50

3A4

167.35

91.43

103.70

0.00

55.20

80.95

50

3AK

90.19

91.43

66.66

4.17

55.20

87.75

50

PDnA1
(influen)

82.35

884.35

2222.22

1nA6

52.94

45.71

162.96

35.71

94.83

92.67

50

1nA4

35.29

76.19

81.48

57.15

91.38

96.33

50

1nAK

78.43

99.05

111.11

4.76

88.80

95.00

50

PDnA3
(influen)

82.35

884.35

740.74

3nA6

70.58

137.14

111.11

14.29

84.49

85.00

50

3nA4

47.06

68.57

103.70

42.85

92.25

86.00

50

3nAK

62.75

91.43

125.93

23.80

89.66

83.00

50

*Baku mutu air kelas III, PP No. 82 Tahun 2001


Reaktor dengan pre-treatment aerasi dibandingkan dengan reaktor tanpa pretreatment aerasi (non-aerasi) menunjukkan efisiensi removal yang tidak berbeda secara
signifikan, begitu pula dengan reaktor yang ada tanaman dengan yang tanpa tanaman.
100
Efisiensi penyisihan (%)

100

Efisiensi penyisihan (%)

80

60

40

20

80
60
40
20
0

0
1A6

6
1A4

1AK

Hari ke-

1nA6

12

18
1nA4

1nAK

0
3A6

6
3A4

3AK

Hari ke3nA6

12
3nA4

18
3nAK

(A)
(B)
Gambar 1. Grafik efisiensi penyisihan COD (%) di (A) debit 1 mL/menit, variabel aerasi,
dan non-aerasi, (B) debit 3 mL/menit, variabel aerasi dan non-aerasi

Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi removal COD pada reaktor


dengan pre-treatment aerasi menurun pada hari ke-6, kemudian meningkat sampai hari
ke-18. Reaktor dengan debit 1 ml/mnt, pre-treatment aerasi menunjukkan efisiensi
removal COD terbesar pada hari ke-18 sebesar 88,27% pada reaktor dengan 6 tanaman,
dengan 4 tanaman sebesar 89,11% dan tanpa tanaman sebesar 88,27%. Reaktor dengan
debit 3 ml/mnt dengan pre-treatment aerasi, 6 tanaman menunjukkan efisiensi removal
COD terbesar terjadi pada hari ke-18 dengan efisiensi removal 86,39% pada reaktor
dengan 6 tanaman, 80,95% pada reaktor dengan 4 tanaman dan 87,75% pada reaktor
tanpa tanaman (kontrol).
Rata-rata efisiensi removal COD yang ditunjukkan oleh Tabel 4. pada reaktor
tanpa pre-treatment aerasi (non-aerasi) menunjukkan nilai yang turun pada hari ke-6
kemudian meningkat sampai hari ke-18. Efisiensi removal COD pada reaktor dengan
debit 1 ml/mnt, 6 tanaman menurun pada hari ke-6 kemudian pada hari ke-12 meningkat
dan sedikit menurun pada hari ke-18 menjadi sebesar 92,67%. Reaktor dengan 4 tanaman
menunjukkan penurunan efisiensi pada hari ke-6 dan meningkat sampai hari ke-18
menjadi 96,33%. Reaktor tanpa tanaman menunjukkan efisiensi yang menurun pada hari
ke-6 kemudian meningkat sampai hari ke-18 menjadi sebesar 95,00%.
Efisiensi removal COD pada reaktor dengan debit 3 ml/mnt, tanpa pre-treatment
aerasi (non-aerasi) dan 6 tanaman menurun pada hari ke-6 kemudian meningkat sampai
hari ke-18 sebesar 85,00%. Reaktor dengan 4 tanaman dan tanpa tanaman (kontrol)
menunjukkan efisiensi meningkat dari hari ke-0 sampai hari ke-12 kemudian menurun
pada hari ke-18. Efisiensi removal COD terbesar pada reaktor dengan 4 tanaman adalah
sebesar 92,25% dan tanpa tanaman (kontrol) adalah 89,66%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa efisiensi removal COD pada reactor non-aerasi, 4 tanaman dan kontrol optimal
pada hari ke-12.
Berdasarkan penelitian Sunarisasi (2003), kemampuan eceng gondok dalam
meremoval COD dalam limbah cair adalah sebesar 0,48%. Berdasarkan He dan Mankin
(2009) kemampuan reaktor constructed wetland yang ditanami tanaman dalam
menyisihkan kandungan COD limbah sedikit lebih besar (17%) dibandingkan dengan
reaktor yang tanpa tanaman. Hasil penelitian Lim et al. (2001) menunjukkan bahwa
kandungan COD pada reaktor FWS yang ditanami tanaman tidak berbeda secara
signifikan dengan reaktor yang tidak ditanami tanaman.
Media pasir mampu meremoval kandungan COD sebesar lebih dari 99% di dalam
limbah susu. Jumlah mikroorganisme di lapisan pertama media pasir akan meningkat
seiring dengan semakin lamanya waktu detensi sehingga removal kandungan COD
semakin lama semakin meningkat (Rodgers et al., 2005 dan Healy et al., 2006).
Penyisihan secara fisik kandungan COD pada sistem constructed wetland adalah
melalui proses sedimentasi dan terjebaknya bahan organik dalam ruang kosong pasir.
Pengolahan secara biologis dilakukan oleh mikroorganisme yang terdapat di media dan
permukaan akar (Polprasert, 1996). Removal kandungan COD yang relatif tinggi dalam
penelitian ini dapat disebabkan karena media tanam yang digunakan mampu melakukan
filtrasi dengan baik disertai oleh mikroorganisme perombak bahan organik.
Efisiensi removal yang bernilai negatif menunjukkan bahwa kandungan COD di
efluen lebih besar dibandingkan influen. Meningkatnya kandungan COD dapat
disebabkan oleh mikroorganisme belum mampu memecah bahan organik dengan optimal
sedangkan kandungan organik di dalam air meningkat.

Tabel 4. Nilai dan efisiensi penyisihan BOD5 (Nilai BOD5 pada hari ke-0 adalah sebesar
399.50 mg/L)
Nilai BOD5 (mg/L)
pada hari ke-

Reaktor

Influen (PD1A)
Efluen:
1A6
1A4
1AK

Efisiensi penyisihan (%), pada


hari ke-

12

18

60.2662

157.51

639.04

41.52
50.53
58.47

52.83
50.01
73.65

58.74
36.56
90.5

90.5

139.08

478.08

60.81
63.21
70.09

45.71
72.22
55.56

21.32
32.73
42.44

46.69

367.26

2071.27

28.52
30.15
43

33.46
53.06
51.8

85
66.71
97.2

58.19

527.34

725.45

32.21
28.64
51.19

97.25
46.99
51.19

70.27
70.48
93.99

PD3A (influen)
Efluen:
3A6
3A4
3AK
Influen (PDnA1)

Baku
mutu*
(mg/L)

12

18

31.10
16.16
2.99

66.46
68.25
53.24

90.81
94.28
85.84

37.18
34.70
27.59

48.79
48.07
60.05

95.54
93.15
91.12

100
100
100

32.81
30.15
22.55

90.89
85.55
85.90

95.90
96.78
95.31

100
100
100

44.65
50.78
12.03

81.56
91.09
90.29

100
100
100

Efluen:
1nA6
1nA4
1nAK
influen (PDnA3)
Efluen:
3nA6
3nA4
3nAK

90.31
90.28
87.04

100
100
100

* Kep. Men. LH No. 112 Tahun 2003


100
Efisiensi penyisihan (%)

Efisiensi penyisihan (%)

100

80

60

40

20

80
60
40
20
0

0
1A6

6
1A4

1AK

Hari ke-

1nA6

12
1nA4

18
1nAK

3A6

6
3A4

3AK

12
Hari ke3nA6 3nA4

18
3nAK

(A)
(B)
Gambar 2. Grafik efisiensi penyisihan (%) BOD5 di (A) debit 1 mL/menit, variabel
aerasi, dan non-aerasi, (B) debit 3 mL/menit, variabel aerasi dan non-aerasi
Hasil analisis disajikan oleh Tabel 4 dan Gambar 2 menunjukkan nilai BOD5
efluen pada hari pengamatan ke-18 di reaktor variabel aerasi dengan debit 1 mL/menit, 6
tumbuhan adalah sebesar 58.74 mg/L, pada reaktor dengan 4 tumbuhan sebesar 36.56
mg/L dan di reaktor kontrol adalah sebesar 90.5 mg/L. Nilai BOD5 di reaktor tanpa
variabel aerasi (non-aerasi) debit 1 mL/menit adalah sebesar 85 mg/L pada reaktor

dengan 6 tumbuhan, 66.71 mg/L pada reaktor dengan 4 tumbuhan dan 97.2 mg/L pada
reaktor kontrol.
Nilai BOD5 efluen pada hari pengamatan ke-18 di reaktor variabel aerasi
dengan debit 3 mL/menit, 6 tumbuhan adalah sebesar 21.32 mg/L, sedangkan di reaktor
dengan 4 tumbuhan adalah sebesar 32.73 mg/L dan di reaktor kontrol adalah sebesar
42.44 mg/L. Biochemical oxygen demand di reaktor dengan debit 3 mL/menit, non
aerasi, 6 tumbuhan adalah sebesar 70.27 mg/L, sedangkan di reaktor dengan 4 tumbuhan
adalah 70.48 mg/L dan di reaktor kontrol sebesar 93.99 mg/L.
Hasil analisis menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan BOD5 efluen pada hari
ke-18 lebih besar dibandingkan hari sebelumnya, hal ini dapat disebabkan oleh kondisi
tumbuhan yang baru diganti. Baku mutu limbah 100 mg/L dan hasil penelitian secara
rata-rata menunjukkan nilai dibawah baku mutu. Konsentrasi efluen yang berada dibawah
baku mutu menunjukkan bahwa jika efluen dibuang ke lingkungan maupun badan air
tidak akan menimbulkan efek negatif.
Reaktor dengan debit 1mL/menit, variabel aerasi menunjukkan efisiensi
penyisihan BOD5 berkisar antara 85.84-94.28%. Efisiensi penyisihan BOD5 sebesar
90.81% pada reaktor dengan 6 tumbuhan, dengan 4 tumbuhan sebesar 94.28% dan tanpa
tumbuhan sebesar 85.84%.
Reaktor dengan debit 1mL/menit, tanpa variabel aerasi (non-aerasi)
menunjukkan efisiensi penyisihan BOD5 berkisar antara 95.31-96.78%. Reaktor dengan 6
tumbuhan menunjukkan efisiensi penyisihan sebesar 95.90%, pada reaktor dengan 4
tumbuhan sebesar 96.78% dan 95.31% pada reaktor tanpa tumbuhan (kontrol).
Reaktor dengan debit 3 mL/menit, variabel aerasi menunjukkan efisiensi
penyisihan BOD5 berkisar antara 91.12-95.54%. Efisiensi penyisihan BOD5 pada reaktor
dengan 6 tumbuhan adalah sebesar 95.54%, reaktor dengan 4 tumbuhan dan kontrol
menunjukkan prosentase secara berturut-turut adalah sebesar 93.15% dan 91.12%.
Reaktor dengan debit 3mL/menit, tanpa variabel aerasi (non-aerasi)
menunjukkan efisiensi penyisihan BOD5 berkisar antara 90.9-93.20%. Efisiensi
penyisihan BOD5 pada reaktor dengan 6 tumbuhan sebesar 93.20%, dengan 4 tumbuhan
sebesar 93.18% dan kontrol sebesar 90.9%.
Free water surface constructed wetland (FWS CW) dengan waktu detensi yang
lama memiliki peranan penting dalam penyisihan BOD5. Proses yang terjadi antara lain
evapotranspirasi, sedimentasi, filtrasi, degradasi oleh mikroorganisme anaerobik dan
aerobik, nitrifikasi dan denitrifikaai (Polprasert, 1996; Bhurtel et al., 2000 dan
Karathanasis et al., 2003). Semakin lama waktu detensi maka penyisihan BOD5 semakin
besar, hal ini dapat disebabkan oleh inflitrasi yang meningkat seiiring dengan lamanya
waktu detensi (Sirianuntapiboon et al., 2006). Zimmels et al. (2006) menunjukkan bahwa
variasi debit tidak mempengaruhi efisiensi removal BOD5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara reaktor dengan 6 maupun 4
tumbuhan menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dengan reaktor kontrol.
Penelitian Karathanasis et al. (2003) menunjukkan bahwa reaktor tanpa tumbuhan
mampu mepenyisihan BOD5 limbah domestik sebesar 63% sedangkan reaktor dengan
tumbuhan sebesar 75-79%. Penyisihan BOD5 di media dengan tumbuhan tidak lebih baik
dibandingkan dengan reaktor tanpa tumbuhan. Attached growth biofilm memerankan
peranan penting dalam penyisihan BOD5, sedangkan media dan tumbuhan menyediakan
tempat untuk biofilm melekat (Lim et al., 2001).

Media tanam yang hanya terdiri dari pasir semakin lama akan mengalami
penurunan penyisihan BOD5 dikarenakan media lebih padat dan kurang aerobik. Kondisi
media yang aerobik mempengaruhi mikroorganisme. Jumlah mikroorganisme aerobik
lebih banyak di media yang terdiri lebih dari satu media dibandingkan dengan media
yang hanya terdiri dari pasir saja. Namun, jika rasio media pasir dengan media lain
adalah lebih besar di media pasir maka jumlah bakteri aerobik semakin meningkat.
Peningkatan jumlah bakteri aerobik dapat disebakan oleh peningkatan porositas
(Sirianuntapiboon et al., 2006).

3. KESIMPULAN
Aerasi yang dilakukan sebagai pre-treatment dengan debit 1 mL/menit sampai
hari ke-18 mampu menyisihkan COD 47.64% dan BOD 59.17%. Perlakuan tanpa
menggunakan tumbuhan (kontrol) dengan perlakuan variasi aerasi (pre-treatment aerasi
dan non-aerasi) dan variasi jumlah tumbuhan merupakan perlakuan terbaik dalam
menyisihkan semua parameter.
4. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2008g), 150W High power LED grow light for horticulture/hydroponics/indoor
gardening lighting, http: http://www.alibaba.com, tanggal mengunduh : 20 Oktober
2008.
Bhurtel, J., Higuchi, T. dan Ukita, M. (2000), Application of biofilm model in free water
system constructed wetlands, J. Environ. Syst and Eng,
Hal. 85-95
Hanina. (2008), Penyisihan BOD5, COD dan TSS dalam limbah industri pencelupan
benang dengan metode bioreactor kana (Canna sp.) dan metode koagulasiflokulasi, Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS, Surabaya.
Healy, M.G., Rodgers, M. dan Mulqueen, J. (2007), Performance of stratified sand filter
in removal of chemical oxygen demand, total suspended solids and ammonia
nitrogen from high strength-wastewater, Journal of Enviroment Management, Hal.
409-415
Lim, P.E., Wong, T.F dan Lim, D.V. (2001), Oxygen demand, nitrogen and copper
removal by free water surface and sub-surface constructed wetlands under tropical
condition, Environment International, Hal. 425-431.
Metcalf and Eddy Inc,. Tchobanoglous, G., Burton, F., Stensel, H.D. (2003), Wastewater
engineering treatment and reuse, McGraw-Hill Companies, New York.
Polprasert, C. (1996), Organic waste management : technology and management, John
Wiley & Sons, Chichester, Inggris.
Rodgers, M., Healy, M.G dan Mulqueen, J. (2005), Organic carbon removal and
nitrification of high strength wastewater using stratified sand filters, Water
Research, Hal. 3279-3286
Sugiharto. (2005), Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Sirianuntapiboon, S., Kongchum, M. dan Jitmaikasem, W. (2006), Effect of hydraulic
retention time and media of constructed wetland for treatment of domestic
wastewater, African Journal of Agricultural Reasearch. Vol.1, Hal. 27-37.

You might also like