Professional Documents
Culture Documents
justru melihat bahwa The importance of this early work on routines, in sum, rests
largely on its contribution to a view of news as a construction of reality, rather than a
mirror of that reality (Becker & Vlad, 2009, h. 59). Pendapat tersebut dikarinakan
menurut pandangan konstruksionis, berita adalah hasil konstruksi sosial yang selalu
melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media (Eriyanto,
2011, h. 29). Dengan demikian tidak mungkin suatu berita mencerminkan keadaan yang
ada secara utuh. Seperti pada pemberitaan tentang Korea Utara yang pada penelitian
kali ini, wartawan tidak hanya akan memberitakan tentang apa yang dilakukan oleh
Korea Utara secara utuh saja, tetapi akan meminta pendapat beberapa pakar dan juga
memberitakan reaksi dari beberapa negara lain terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh Korea Utara.
Sebuah berita dalam pandangan konstruksionis merupakan lapangan untuk
beradu kekuatan pihak-pihak yang terkait pada suatu peristiwa. Berita bukan
menggambarkan realitas, melainkan potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak
yang berkaitan dengan peristiwa tersebut (Eriyanto, 2011, h. 28). Hal serupa juga terjadi
pada berita-berita yang diteliti pada penelitian kali ini. Perang argumen dan pendapat
antara pihak-pihak terkait baik yang mendukung maupun menolak tindakan-tindakan
yang dilakukan Korea Utara, baik dalam hal uji coba nuklir hingga pernyataan perang
dengan Korea Selatan.
Berita yang dianggap ideal adalah berita yang bebas dari opini wartawan yang
pembuat berita. Pandangan konstruksionis menilai bahwa berita tidak lepas dari opini
karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif
(Eriyanto, 2011, h. 31). Wartawan dalam melihat sebuah fakta akan menafsirkan fakta
tersebut berdasarkan pandangannya sendiri. Pandangan wartawan dalam melihat
sebuah fakta dapat dipengaruhi oleh field of experience yang dipengaruhi oleh ideologi
yang dianut wartawan. Teun A. van Dijk menyatakan bahwa
ideologies control more specific group attitudes and how personal mental
models of journalists about news events control activities of news making,
such as assignments, news gathering, interviews, news writing, editing and
final make up (Dijk, 2009, h. 195).
Sehingga Hal ini memungkinkan terjadinya perbedaan berita suatu peristiwa yang sama.
Fenomena ini merupakan hal yang wajar karena adanya perbedaan nilai-nilai yang
dianut oleh wartawan.
2. Hal yang Mempengaruhi Isi Berita
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa berita dikonstruksi oleh media
massa. Pembuatan konstruksi berita tidak hanya dipengaruhi oleh faktor psikologi
wartawan tetapi juga organisasi, dan politik media massa (Entman, Matthes, &
Pellicano, 2009, h. 175). Shoemaker dan Reese (1996) menjelaskan tentang hal-hal
yang mempengaruhi isi dari media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain, faktor
individu pekerja media, faktor rutinitas media, faktor organisasi media, faktor eksternal
media, dan faktor ideologi yang ada pada masyarakat.
Gambar 1: Hirarki faktor yang mempengaruhi pemberitaan model Shoemaker dan
Resse
Freddy H. Tulung adalah Direktur Jendral Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian Komunikasi dan
Informatika Republik Indonesia.
berdasarkan kepentingannya. Kepentingan media massa dapat dilihar dari tujuan media
massa tersebut didirikan. Shoemaker & Resse (1996, h. 139) mengatakan bahwa ketika
media massa dimiliki oleh swasta, maka pemilik akan berorientasi kepada keuntungan
secara ekonomi. Sehingga, idologi kapitalis akan menjadi cara pandang kebanyakan
media massa yang memegang prinsip bad news is a good news.
Ideologi pemilik media massa akan mempengaruhi garis pencitraan berita
media massa (Wazis, 2012, h. 5). Fenomena kapitalisasi media massa di Indonesia
terlihat dari adanya beberapa media massa yang dimiliki oleh kelompok-kelompok
tertentu. Sebagai contoh, MNC Grup yang membawahi RCTI, Global TV, Koran Sindo,
dan portal berita koran-sindo.com. Contoh lain adalah Media Indonesia Grup yang
memiliki Harian Media Indonesia, Metro-TV, metrotvnews.com dan portal berita
mediaindonesia.com. Praktik kapitalisasi media massa di Indonesia tidak hanya
menyebabkan bias dalam pemberitaan dikarenakan pengaruh ideologi media tersebut,
tetapi juga keseragaman isi konten media massa termasuk berita.
Setelah mengetahui ideologi media massa selanjutnya adalah bagaimana ideologi
tersebut mempengaruhi pemberitaan. Hallin (1986, h. 116), menjelaskan bagaimana
pemberitaan dibagi kedalam tiga peta ideologi yakni sphare of consensus, Sphere of
Legitimate Controversy, dan Sphere of Deviance. Peta ideologi ini akan membantu
dalam melihat bagaimana sebuah berita dibingkai oleh media massa.
Sphare of Consensus
Sphare of Legitimate
Controversy
Sphare of Deviance
Menurut Jhon Hartley (Eriyanto, 2011, h. 154), berita hampir mirip seperti novel
atau fiksi yang menampilkan tokoh dua sisi untuk dipertentangkan. Disinilah pengaruh
ideologi akan tampak dalam pemberitaan. Seperti yang telah diketahui secara umum
bahwa dalam sebuah peliputan berita yang baik akan dicari dua pendapat yang bertolak
belakang dari sebuah fenomena agar berimbang. Narasi sebuah berita yang dibuat oleh
wartawan dan media massa akan menampilkan kedua sisi tersebut bukan untuk
menunjukan kedua pendapat tersebut sama benarnya, namun untuk menekankan liputan
pada dua sisi tersebut (Eriyanto, 2011, h. 155). Sisi mana yang akan lebih ditekankan
pada sebuah berita tergantung ideologi yang ada pada media massa tersebut.
Untuk lingkup yang lebih mikro, konstruksi pemberitaan dapat dilakukan pada
ranah struktur dan kelengkapan berita. Sebuah berita memiliki struktur dan
kelengkapan berita yang harus dipenuhi sehingga berita tersebut layak disebar luaskan
ke khalayak. Eriyanto (2011, h. 299) menjelaksan bahwa kelengkapan informasi pada
berita dapat dilihat dari kelengkapan 5W + 1H atau what, where, when, who, why, dan
how. Abdul Chaer (2010) menyebudkan bahwa struktur berita terutama pada staight
news terdiri dari headline, lead, isi, dan penutup. Namun yang perlu diingat adalah
bahwa struktur dari sebuah berita sangatlah dipengaruhi oleh ideologi (Dijk, 2009, h.
199). Sehingga kelengkapan informasi dan struktur berita menjadi alat dalam
melakukan konstruksi pemberitaan (Entman, Matthes, & Pellicano, 2009, h. 179).
Konstruksi pada berita tidak hanya terjadi pada tulisan, tetapi juga pada foto. Foto
merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari sebuah berita. Foto dalam sebuah
berita biasa dikenal dengan istilah fotojurnalistik. Fotojurnalistik bukanlah realitas
melainkan hasil konstruksi realitas. Hal ini menurut Goldstain (2007, h. 65)
dikarenakan lensa kamera tidak akan pernah menyamai mata manusia. Sehingga,
walaupun foto yang dihasilkan adalah potret realitas tetaplah representasi berbentuk
dua dimensi.
Foto dalam dunia jurnalistik hadir untuk memenuhi unsur objektifitas sebuah
berita. Namun sampai saat ini, objektivitas sebuah foto masih belum mampu
mengungkapkan peristiwa secara utuh. Hal ini terjadi ketika sebuah peristiwa diambil
dengan angle dan pengeditan yang berbeda oleh wartawan. Perbedaan dalam
pengambilan angle akan menyebabkan perbedaan makna dari sebuah foto bahkan dapat
menimbulkan sekan yang bertolak belakang (Wijaya, 2011, h. 34).
Pengeditan merupakan suatu proses konstruksi yang dibagun oleh fotografer
untuk membentuk persepsi masyarakat mengenai suatu foto. Goldstein (2011, h. 72),
menyebutkan bahwa ada dua jenis pengeditan foto jurnalistik yaitu pengeditan temporal
dan pengeditan spasial. Pengeditan dalam fotojurnalistik merupakan hal yang wajar dan
diperbolehkan selama tidak berlibihan dan membelokan makna dari foto tersebut
(Wijaya, 2011). Selama pengeditan hanya ditujukan untuk menonjolkan sisi tertentu,
maka fotojurnalistik tersebut akan bisa ditampilkan kepada publik. Tetapi,
bagaimanapun tujuan pengeditan tetaplah untuk membentuk persepsi kepada
masyarakat.
Hubungan foto jurnalistik dengan penelitian ini adalah karena foto dan berita
merupakan satu kesatuan teks. Sehingga, jika ingin meneliti mengenai konstruksi
pemberitaan, maka foto pada berita merupakan bagian yang juga harus diteliti. Selain
itu, foto dalam berita bukan hanya sebagai penghias atau tambahan dari sebuah berita,
tetapi juga sebagai alat untuk menekankan arti tertentu kepada pembaca (Eriyanto,
2011).
3. Agenda Setting
Media massa dalam membuat pemberitaan akan membingkai berita tersebut
dalam suatu narasi. Namun pembikaian berita sebenarnya sudah dimulai pada tahap
sebelum terjadinya liputan atau bisa disebut dengan agenda setting. McQuail (2000, h.
426) menjelaskan bahwa
Agenda setting is a proces by wich the relative attention given to items or
issues in news converage influences in the rank order of public awareness of
issues and atribution of significance
Teori agenda setting menyatakan bahwa media massa sebagai pusat penentuan
kebenaran (Tamburaka, 2012, h.22). Hal ini karena media massa memiliki kemampuan
dalam mengatur arus informasi kepada khalayak, sehingga apa yang menjadi agenda
media akan menjadi agenda publik.
McCombs (dikutip dari Griffin, 2004, h. 396-397) menjelaskan bahwa terdapat
dua level dalam agenda setting. Level pertama menjelaskan tentang penyampaian
tentang objek yang dianggap penting kepada khalayak. Sedangkan level kedua
menjelaskan tentang menonjolkan (salience) hal yang dianggap penting dari atributatribut yang ada dalam objek tersebut. Level kedua ini menurut Griffin selaras dengan
konsep framing. Dengan kata lain, Coleman, McCombs, Shaw, dan Weaver (2009, h.
150) mengatakan bahwa, pada level pertama agenda setting mengkaji apa yang
disajikan media menjadi sentral atensi publik. Sedangkan pada level kedua mengkaji
bagaimana khalayak memahami apa yang menjadi atensi tersebut.
Keterkaitan agenda setting dengan framing dibuktikan penelitian yang
dilakukan oleh Sung-Yeon Park, Kyle J. Holody and Xiaoqun Zhang pada tahun 2012
yang meneliti tentang pemberitaan penembakan di kampus Virginia Tech (VT) yang
terjadi pada tahun 2007. Penelitian tersebut memakai teori framing dan atribut agenda
setting untuk membahas pemberitaan pada tiga media massa yang berbeda.. Selain pada
penelitian tersebut, keterkaitan antara agenda setting dengan framing digambarkan oleh
Griffin (2004, h. 398) menyatakan bahwa the media may not only tell us what to think
about, they also may tell us how and what to think about it.
Pemahaman tentang Agenda setting menjadi penting dalam penelitian ini karena
media massa dalam pemberitaan dilakukan proses agenda setting terlebih dahulu
sebelum membentuk frame pada pemberitaan. Namun, penelitian kali ini tidak akan
berfokus kepada teori dan analisis agenda setting.
4. Konsep Framing
Sebelum masuk pada pembahasan mengenai konsep framing peneliti akan
menjelaskan perbedaan antara fame dan framing. Frame dipahami sebagai pengulangan
dengan menggunakan kata-kata dan simbol-simbol yang serupa dan identik mengenai
suatu objek (Entman, Matthes, & Pelicano, 2009, h. 177). Frame dilakukan dengan
tujuan untuk membentuk interpretasi khalayak mengenai suatu objek, sehingga
menimbulkan pertimbangan moral dan emosional. Sedangkan secara garis besar
Framing merupakan proses yang melibatkan frame-building (frame yang
dimunculkan oleh media massa) dan frame-setting (frame yang cenderung muncul di
masyarakat) (de Veerse, 2005, h. 25).
Williams, A.P., & Trammell, K.D. (2005) yang meneliti tentang pemberitaan konflik
di Iraq oleh 246 portal berita internasional di internet. Untuk melijelaskan lebih lanjut
tentang proses framing, dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3 : Proses Framing
Frame-Building
Frame-Setting
Framing Effects:
- Information
processing effects
- Attitudinal effects
- Behavorial effects
Sumber: de Verse (2005, h. 51), News framing: Theory and typology dalam Information Design
Journal + Design 13(1).
Daftar Pustaka
Barker, C. (2005). Cultural Studies Teori & Praktik. (Nurhadi, Terjemahan). Bantul: LPKM
Bastian, G.C., Leland, D.C., & Baskette, F.Y. (1956). Editing the days news : An introduction
to newspaper copyediting, headline writing, ilustration, makeup and small magazine
production (4th ed.). New York : the Macmillian Company
Becker, L. & Vlad, T. (2009). Journalism and Globalization. Dalam K. Wahl-Jorgensen, T.
Hanitzsch (Ed.). The handbook of journalism studies (h, 341-357). New York :
Routledge
Berkowitz, D.A. (2009). Journalism and Globalization. Dalam K. Wahl-Jorgensen, T.
Hanitzsch (Ed.). The handbook of journalism studies (h, 341-357). New York :
Routledge
Brewer, P.R., & Macafee, T. (2007). Anchors Away: Media Framing of Broadcast Television
Network Evening News Anchors. The Harvard International Journal of
Press/Politics 12(4), 3-19. DOI: 10.1177/1081180X07307526
Clausen, L. (2003). Global News Communication Strategies: 9.11.2002 around the world.
Nordicom Review (1), 105-115
Clausen, L. (2004). Localizing the Global: 'Domestication' Processes in International News
Production. Media, Culture, & Society 26(25), 25-44. DOI: DOI:
10.1177/0163443704038203
Coleman, R., McCombs, M., Shaw, D., & Weaver, D. (2009). Journalism and Globalization.
Dalam K. Wahl-Jorgensen, T. Hanitzsch (Ed.). The handbook of journalism studies
(h, 341-357). New York : Routledge
Cottle, S. (2009). Journalism and Globalization. Dalam K. Wahl-Jorgensen, T. Hanitzsch (Ed.).
The handbook of journalism studies (h, 341-357). New York : Routledge
De Vreese, C.H. (2005). News Framing: Theory and typology. Information Design Journal +
Document Design 13(1).
DiMaggio, A.R. (2008). Mass media, mass propaganda: examining American news in the
"War on terror". Plymouth : Lexington Books
Dimitrova, D.V., Kaid, L.L., Williams, A.P., & Trammell, K.D. (2005). War on the Web The
Immediate News Framing of Gulf War II. The Harvard International Journal of
Press/Politics 10(1), 22-44. DOI: 10.1177/1081180X05275595
Dimmick, J., Feaster, J.C. & Hoplamazian, G.J. (2011). News in the interstices: The niches of
mobile media in space and time. new media & society 13(1). 2339. DOI:
10.1177/1461444810363452
Djuraid, H. N. (2012). Panduan Menulis Berita. Malang : UMM Press
Elmasry, M.H., Shamy A.El., Manning, P., Mills, A., & Auter, P.J. (2013). Al-Jazeera and AlArabiya framing of the Israel-Palestine conflict during war and calm periods. The
International
Communication
Gazette
75(8),
750768.
DOI:
10.1177/1748048513482545
Entman, R.M., Matthes, J., & Pellicano, L. (2009). Nature, Sources, and Effects of News
Framing. Dalam K. Wahl-Jorgensen, T. Hanitzsch (Ed.). The handbook of
journalism studies (h, 175-190). New York : Routledge
Entmant, R.M. (2010). Media framing biases and political power: Explaining slant in news of
Campaign 2008. Journalism 11(4), 389408. DOI: 10.1177/1464884910367587
Eriyanto. (2011). Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta :
LkiS
Fowler, E.F., Gollust, S.E., Dempsey, A.F., Lantz4, P.M., & Ubel P.A. (2102). Issue
Emergence, Evolution of Controversy, and Implications for Competitive Framing:
The Case of the HPV Vaccine. The International Journal of Press/Politics 17(2),
169189. DOI: 10.1177/1940161211425687
Gagnon, V.B. (2011). International News Production. Global Media Journal 4(1), 187-194
Garyantes, D.M., & Murphy, P.J. (2010). Success or Chaos? Framing and Ideology in News
Coverage of the Iraqi National Elections. The International Communication Gazette
72(2) 151170. DOI: 10.1177/1748048509353866
Ghannam, J. (2011). Social Media in the Arab World: Leading up to the Uprisings of 2011.
Washington : Center for International Media Assistance
Goldstain, B. M. (2007). All Photos Lie: Images as Data. Dalam Gregory C. Stanczak (Ed.).
Visual Reaserch Methods (h. 6181). California : Sage Publication
Goron, C. Hrinbernik, M. (2013). North Korea : Hungry for Change. EIAS Briefing Paper 04.
1-25
Griffin, Em.A. (2004) A First look At Communication Theory (5th Ed.). Singapore : McGrawHill
Hallin, D.C. (1986). The uncensored War : The Media and Vietnam. Oxford : Oxford
University Press
Im, Yung-Ho., Kim, Eun-mee., Kim, K., & Kim, Y. (2011). The emerging mediascape, same
old theories? A case study of online news diffusion in Korea. New Media & Society.
13 (4). 605-625. DOI: 10.1177/1461444810377916
Kostadinova, P., Dimitrova, D. V. (2012). Communicating policy change: Media framing of
economic news in post-communist Bulgaria. European Journal of Communication
27(2), 171 186. DOI: 10.1177/0267323112449097
Kriyantono, R. (2006). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta : Kencana
Kusumaningrat, H., & Kusumaningrat, P. (2012). Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung :
Remaja Rosdakarya
Kominfo, & LKBN Antara. (2013). Panduan Pelaksanaan PSO Bidang Pers LKBN Antara
2013. Jakarta : Antara Publishing
Lee, Chin-Chuan., Chan, J.M., Pan, Z., & So, C.Y.K. (2002). Global Media Spectacle : News
War Over Hong Kong. New York : Statte University of New York Press
Lewis S.C., & Reese, S.D. (2009). What is the War on Terror? Framing through the Eyes of
Journalists. Journalism & Mass Communication Quarterly 86(1), 85-102. DOI:
10.1177/107769900908600106
LKBN Antara. (2012). Stylebook : Panduan Penulisan Berita Antara 2012. Jakarta : Antara
Publishing
Lim, J. (2013). Power relations among popular news websites for posting headlines through
monitoring and imitation. New Media & Society. 15 (7). 1112-1131 DOI :
10.1177/1461444812466716
Marland, A. (2012). Political Photography, Journalism, and Framing in the Digital Age: The
Management of Visual Media by the Prime Minister of Canada. The International
Journal of Press/Politics 17(2), 214233. DOI: 10.1177/1940161211433838
McCombs, M. (2005). A Look at Agenda-setting: past, present and future. Journalism studies,
6 (4), 543-557
McMenamin, I., Flynn, R., OMalley, E., & Rafter, K. (2012). Commercialism and Election
Framing: A Content Analysis of Twelve Newspapers in the 2011 Irish General
Election. The International Journal of Press/Politics 18(2), 167-187. DOI:
10.1177/1940161212468031
McNair, B. (2009). Journalism and Democracy. Dalam K. Wahl-Jorgensen, T. Hanitzsch (Ed.).
The handbook of journalism studies (h, 237-249). New York : Routledge
McQuail, D. (2000). Mass communication theory : An introduction (4th ed.). London : Sage
Publication
Mencher, M. (2003). News reporting and writing (9th ed.). New York. McGraw-Hill
Meraz, S., & Papacharissi, P. (2013). Networked Gatekeeping and Networked Framing on
#Egypt. The International Journal of Press/Politics 18(2), 138-166. DOI:
10.1177/1940161212474472
Moleong, L.J. (2013). Metonologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya
Mondry. (2008). Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor : Gahlia Indonesia
Nabila, D. (2014). Analisis Framing Pemberitaan Banjir Jakarta Januari 2013 Di Harian
Kompas dan Jawa Pos. Malang : Universitas Brawijaya
Papacharissi, Z., & Oliveira, M. F. (2008). News Frames Terrorism: A Comparative Analysis
of Frames Employed in Terrorism Coverage in U.S. and U.K. Newspapers. The
International
Journal
of
Press/Politics
13(1),
52-74.
DOI:
10.1177/1940161207312676
Park, S.Y., Holody, K.J., & Zhang, X. (2012). Race in Media Coverage of School Shootings:
A Parallel Application of Framing Theory and Attribute Agenda Setting. Journalism
&
Mass
Communication
Quarterly
89(3)
475
494.
DOI:
10.1177/1077699012448873
Potter, W.J. (2005). Media literacy (3rd Ed.). California : Sage Publication, Inc.
Rakhmat, J. (2009). Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik.
Bandung : Remaja Rosdakarya
Reese, S. (2009). Finding frames in a web of culture: The case of the War on Terror. Dalam
P. DAngelo, & J. Kuypers (ed.). Doing News Framing Analysis: Empirical,
Theoretical, and Normative Perspectives. New York: Routledge
Richardson, J.D., & Lancendorfer, K. M. (2004). Framing Affirmative Action The Influence
of Race on Newspaper Editorial Responses to the University of Michigan Cases. The
Harvard International Journal of Press/Politics 9(4), 74-94. DOI:
10.1177/1081180X04271863
Schechter, D. (2003). Media wars : news at a time of terror. Oxford : Rowman & Littlefield
Publishers
Seib, B. (2004). Beyond The Front Lines: how the news media cover a world shaped by war.
New York : Palgrave Macmillan
Shoemaker, P.J., Resse, S.D. (1996). Mediating the Message: Theories of Influences on Mass
Media Content. New York : Longman
Sobur, A. (2009). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosdakarya
Srivastava, M. P. (1982). The Corean Conflict Search For Unification. New Delhi : PrinceHall Of India Private Limited
Tamburaka, A. (2012). Agenda Setting Media Massa. Jakarta : RajaGrafindo Persada
Tumber, H. (2009). Convering War and Peace. Dalam K. Wahl-Jorgensen, T. Hanitzsch (Ed.)
The handbook of journalism studies (h, 386-397). New York : Routledge
Tumber, H., & Palmer, J. (2004). Media At War : The Iraq Crisis. London : SAGE Publications
Tumber, H., & Wbster, F. (2004). Journalists Under Fire Information War and Journalistic
PracticesCrisis. London : SAGE Publications
Van Dijk, T.A. (2009). News, Discourse, and Ideology. Dalam K. Wahl-Jorgensen, T.
Hanitzsch (Ed.) The handbook of journalism studies (h, 191-204). New York :
Routledge
Waziz, K. (2012). Media massa dan konstruksi realitas. Malang : Aditya Media Publishing
Wimmer, R.D., & Dominick, J.R. (2011). Mass Media Research: An Introduction (9th ed).
Boston : Wadsworth
Wijaya, T. (2011). Fotojurnalistik. Klaten : Sahabat
Artikel Online :
Burhandi, R. (2013). Korea Utara konfirmasi lakukan uji coba nuklir. Antaranews.com. dikases
dari http://www.antaranews.com/berita/358009/korea-utara-konfirmasi-lakukanuji-coba-nuklir
DAngelo, P. (2002). News framing as a mulitiparadigmatic research program: A response to
Entman. Journal of Communication 52(4), 870-888. Diakses pada Maret 2014, dari
http://mmc.twitbookclub.org/MMC910/Readings/Week%2007/News%20framing.p
df
Saputra, D. (2012). Korea Utara luncurkan roket jarak jauh. Antaranews.com. Diakses dari
http://www.antaranews.com/berita/348147/korea-utara-luncurkan-roket-jarak-jauh
Sujoko, A. (2013). Diversity of Media= Diversity of Content?. Diakses pada April 2014, dari
http://goliveindonesia.wordpress.com/2013/04/22/diversity-of-mediadiversity-ofcontent/