You are on page 1of 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2006).
Salah satu masalah kesehatan pada masyarakat pemulung di
tempat pembuangan akhir (TPA) yang memerlukan perhatian serius
adalah

penyakit

dermatitis

kontak.

Dermatitis

kontak

adalah

peradangan pada kulit yang terjadi karena kontakan eksternal yang


menimbulkan sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan). Dermatitis kontak
akan menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa terbakar dan hal
ini akan bertahan sampai berminggu-minggu. Gejala dermatitis kontak
akan menghilang bila kulit sudah tidak terpapar oleh bahan yang
mengiritasi kulit tersebut (Mansjoer, 2000).
Penyakit kulit akibat kerja atau dermatitis akibat kerja (DAK) di luar
negeri merupakan yang tertinggi di antara penyakit-penyakit akibat
kerja lainnya. Tahun 2000 di California, Amerika Serikat ditemukan
40,6% penyakit akibat kerja merupakan DAK. Biro statistik tenaga
kerja Amerika Serikat mendapatkan angka 1,5% dari seluruh tenaga
kerja yang terdaftar menderita DAK. Dermatitis tersering adalah
dermatitis kontak, sebesar 21,3% yang merupakan terbanyak ke dua
(Astono dan Sudarja, 2006).

Di Indonesia laporan dari Bagian Penyakit Kulit dan Kelamin FK


Universitas Sam Ratulangi Manado dari tahun 1988-1991 dijumpai
insiden dermatitis kontak sebesar 4,45%. Dari data kunjungan pasien
baru di RS Dr. Pirngadi Medan, selama tahun 2000 terdapat 3897
pasien baru di Poliklinik alergi dengan 1193 pasien (30,61%) dengan
diagnosis dermatitis kontak. Dari bulan Januari hingga Juni 2001
terdapat 2122 pasien alergi dengan 645 pasien (30,40%) menderita
dermatitis kontak. Di RSUP H. Adam Malik Medan, selama tahun 2000
terdapat 731 pasien baru dipoliklinik alergi dimana 201 pasien
(27,50%) menderita dermatitis kontak. Dari bulan Januari hingga Juni
2001 terdapat 270 pasien dengan 64 pasien (23,70%) menderita
dermatitis kontak. Penelitian di RS Dr. Pirngadi tersebut menunjukan
penyebab terbanyak dermatitis kontak tidak diketahui (41,86% tahun
1992 dan 28,57% tahun 1994) (Trihapsoro, 2008).
Menurut Trihapsoro (2008) telah melakukan penelitian pada
pekerja industri batik di Surakarta, yang berkaitan dengan pekerja
dengan masa kerja 1 tahun lebih banyak menderita dermatitis
daripada yang masa kerjanya <1 tahun. Hal ini juga disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan mengenai kegunaan alat pelindung diri
(APD).
Volume sampah yang dihasilkan kota Makassar setiap harinya
terus mengalami peningkatan, Setiap hari sampah yang di angkut ke
TPA Tamangapa Antang tidak kurang dari 3800 m 3 yang dihasilkan
dari 1,3 juta jiwa penduduknya saat ini. Sampah-sampah ini berasal

dari buangan kegiatan produksi dan konsumsi manusia baik dalam


bentuk padat, cair maupun gas, yang merupakan sumber pencemaran
lingkungan hidup dan merupakan sumber penyakit jika tidak dikelola
dengan baik karena bisa menjadi sarang penyakit, menjijikan dan
menimbulkan bau tidak sedap (Riset Manajemen Lingkungan, 2007).
Penyakit kulit yang diderita oleh masyarakat pemulung di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Antang, kelurahan Tamangapa, Kecamatan
Manggala, kota Makassar mayoritas keluhannya adalah dermatitis
kontak, dimana berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas
Tamangapa, dermatitis kontak termasuk dalam sepuluh besar
penyakit terbanyak. Pada tahun 2006 presentase kejadian dermatitis
kontak sebesar 13,37% dari 28.656 pasien kemudian meningkat
menjadi 13,54% dari 25.255 pasien pada tahun 2007 kemudian pada
tahun 2008 meningkat lagi menjadi 13,56% dari 11.975 pasien
(Puskesmas Tamangapa, 2008).
Data yang diperoleh dari Pemkot Makassar Dinas Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Keindahan Kota Makassar tahun 2008
disebutkan bahwa jumlah pemulung di TPA Tamangapa sebanyak 152
orang dengan jumlah kepala rumah tangga sebanyak 84 orang dan
dengan kelompok umur 10-15 tahun 10 orang, kelompok umur 1620
tahun 112 orang dan kelompok umur 45 tahun ke atas 30 orang.
Selain itu data yang diperoleh dari Yayasan Pabbata Ummi yang
berada di Kelurahan Tamangapa tahun 2010 disebutkan bahwa
jumlah pemulung orang tua sebanyak 780 orang, untuk laki-laki 379
orang, perempuan 401 orang, pemulung remaja yang berumur 18

tahun ke atas sebanyak 199 orang, laki-laki 122 orang, perempuan 77


orang, dan jumlah pemulung anak sebanyak 217 orang, untuk laki-laki
105 orang dan perempuan 112 orang, selain itu ada juga pemulung
berusia remaja yang sekolah di Yayasan Pabbata Ummi dari umur 1218 tahun yang berjumlah kurang lebih 120 orang. Dari semua data
yang diperoleh dari Pemkot maupun Yayasan Pabbata Ummi tidak
semua pemulung yang ada di TPA Tamangapa mempunyai penyakit
kulit tetapi sebagian besar dari mereka menderita penyakit kulit.
Berdasarkan data yang diperoleh langsung dari Puskesmas
Pembantu Tamangapa, pada tahun 2009 orang yang datang berobat
di Pustu dengan keluhan penyakit kulit berjumlah 139 orang dan pada
tahun

2010

berjumlah

178

orang.

Diagnosis

ini

ditentukan

berdasarkan pemeriksaan klinis.


Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan kondisi kesehatan
masyarakat pemulung ini cukup memprihatinkan, karena menderita
penyakit dermatitis kontak karena itu memerlukan tindak lanjut yang
serius, mengingat dampaknya terhadap aspek kesehatan dan aspek
ekonomi masyarakat pada umumnya dan pemulung pada khususnya.
Oleh karena itu, untuk mendukung upaya mengatasi masalah tersebut
maka penelitian ini akan mencari hubungan personal hygiene dengan
kejadian penyakit kulit pada masyarakat pemulung di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Antang, kelurahan Tamangapa, kecamatan
Manggala, kota Makassar.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka penelitian ini apakah


ada

hubungan personal hygiene terhadap kejadian penyakit kulit

pada pemulung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang Kelurahan


Tamangapa kecamatan Manggala Kota Makassar.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan
kejadian penyakit kulit pada pemulung di TPA Antang kelurahan
Tamangapa Kecamatan Manggala Kota Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui personal hygiene pada pemulung di TPA
Antang kelurahan Tamangapa kecamatan Manggala Kota
Makassar.
b. Untuk mengetahui kejadian penyakit kulit pada pemulung di
TPA Antang kelurahan Tamangapa kecamatan Manggala kota
Makassar.
c. Untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan
kejadian penyakit kulit pada pemulung di TPA Antang
Kelurahan Tamangapa kecamatan Manggala Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Institusi Terkait
Manfaat penelitian ini bagi instansi terkait yaitu sebagai data
penelitian yang dapat dipergunakan sebagai informasi bagi dinas
tersebut dan dapat dijadikan sebagai masukan bagi pelaksanaan
program kesehatan dan keselamatan kerja pada dinas tersebut.
2. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
3. Manfaat Praktis

Penelitian ini menjadi pengalaman awal dan berharga bagi


peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan serta aplikasi dalam
masyarakat.
4. Manfaat bagi Peneliti
Sebagai pengalaman proses belajar mengajar khususnya
dalam bidang metodologi penelitian.
5. Manfaat bagi Pemulung
Dapat memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat
pemulung sehingga penerapan derajat kesehatan semakin
meningkat khususnya bagi pemulung.
6. Manfaat bagi Peneliti selanjutnya
Peneliti dapat menggunakan sebagai acuan untuk
perbandingan data yang diperoleh pada peneliti selanjutnya.

You might also like