Professional Documents
Culture Documents
Nama
Umur
: 19 tahun
Jenis kelamin
: Peremuan
Alamat
Pekerjaan
: Mahasiswa
Status perkawinan
: Belum menikah
: Indonesia / Jawa
Riwayat Kasus
Pasien datang dengan keluhan utamanya yaitu terdapat benjolan pada
palatum durum, benjolan tersebut membesar dan sakit saat pasien mengalami
stress. Dari riwayat penyakit, benjolan tersebut ada sejak pasien SMA, dapat
membesar dan sakit saat stress sejak pasien SMA.
memeriksakannya ke dokter umum pada saat kelas 3 SMA dan oleh dokter diberi
vitamin, lalu beberapa hari kemudian benjolan pecah dan terasa asin. Pasien
pernah melakukan restorasi pada gigi molar I bawah kanan pada saat SMP dan
gigi insisiv II kiri atas satu tahun yang lalu. Pasien juga melakukan perawatan orto
satu tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat sakit maag sejak SMA, serta
memiliki riwayatsakit typhus sejak SD dan typus ini kambuh 5 minggu yang lalu.
Pasien tidak suka mengkonsumsi sayur. Dari keadaan umum, penyakit yang
pernah atau sedang diderita yaitu typus dan maag. Dari tanda tanda vital terlihat
normal semua. Pasien memiliki tinggi badan yaitu 158 cm dan berat badan 42 cm,
serta suhu normal yaitu 36. Pasien mengonsumsi obat maag, metronidazole, dan
obat typhus pada 6 bulan terakhir. Keadaan sosial pasien baik dan tidak memiliki
kebiasaan buruk. Dari riwayat keluarga pasien tidak mempunyai riwayat penyakit
pada keluarga.
Pemeriksaan Klinis
1. Ekstra Oral
Pada pemeriksaan ekstra oral diperiksa penampilan umum dari pasien,
asimetri wajah, pembengkakan, kemerahan dan adanya pembengkakan kelenjar
limfe. Pada pemeriksaan ekstra oral di klinik OM dilakukan pemeriksaan pada
muka, kelenjar saliva, dan kelenjar limfe. Pada pemeriksaan kelejar limfe kita
harus memeriksa kelenjar leher, kelenjar submandibularis, kelenjar pre dan post
auricularis, serta kelenjar submentalis.
1. Muka
Pemeriksaan muka terdiri dari pemeriksaan pipi kanan dan kiri,
bibir bawah dan atas dan sudut mulut kanan dan kiri.
a. Pipi kanan / kiri
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya pembengkakan
atau peradangan patologis. Dari pemeriksaan yang dilakukan
kelompok kami di dapatkan bahwa pipi penderita kanan dan kiri
dalam keadaan normal.
b. Bibir atas / bawah
Pemeriksaan bibir atas dan bawah dilakukan dengan mengamati
bentuk, warna, ukuran, dan tekstur permukaan. Dalam pemeriksaan
bibir bawah dan atas pasien didapatkan hasil bahwa bibir pasien
normal.
c. Sudut mulut kanan / kiri
Pemeriksaan sudut mulut kanan dan kiri dilakukan untuk
mengetahui apakah disudut mulut pasien terdapat kelainan.
Pemeriksaan pada pasien menunjukkan bahwa sudut mulut pasien
normal.
2. Kelenjar Saliva
a. Kelenjar parotis
Pemeriksaan kelenjar parotis dilakukan dengan cara palpasi.
Pemeriksaan kelenjar parotis dilakukan untuk mengetahui adanya
pembengkakan atau perabaan yang lunak. Pemeriksaan yang telah
dilakukan didapatkan hasil bahwa kelenjar parotis pasien normal.
b. Kelenjar Submandibula
Pemeriksaan submandibula juga dilakukan dengan cara palpasi.
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa
kelenjar submandibula pasien dalam keadaan normal.
3. Pemeriksaan Kelenjar Limfe
- Pemeriksaan leher meliputi inspeksi pada bentuk leher, simetris, kaku
kuduk, atau scrofuloderm. Pada hasil pemeriksaan pada leher tidak
-
IV
III
II
II
III
IV
X4
11
X4
11
5X 6
IV
III
II
II
III
IV
7
Imp
Keterangan :
b. Mukosa
Seperti yang telah dijelaskan diatas, pemeriksaan mukosa
meliputi pemeriksaan mukosa labial atas-bawah dan mukosa
bukal kanan-kiri. Pemeriksaan mukosa ini dilakukan pertamatama dengan inspeksi untuk melihat apakah terdapat kelainan.
Jika ditemukan kelainan kemudian dilanjukan dengan palpasi
untuk mengetahui konsistensi dan rasa sakit. Hasil pemeriksaan
mukosa menunjukkan tidak ada kelainan, baik pada mukosa bukal
maupun mukosa labial. Pada mukosa bukal kanan pasien
Dilihat
pada
dasar
pemeriksaan
tidak
tampak
ada
kemerahan
dan
DIAGNOSA SEMENTARA
Pada penentuan diagnosa dalam penyakit mulut tidak serta merta mapu
ditentukan dalam hasil evaluasi pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif
saja,namun membutuhkan pemeriksaan penunjang.Karena pada dasarnya penyakit
di rongga muliut dibedakan menjadi 3 kelas besar (1) infeksi atau penyakit
keradangan (2) kelainan pertumbuhan dan perkembangan (3) neoplasia.Sehingga
memang
sangatlah
dibutuhkan
pemeriksaan
penunjang
seperti
Pada beberapa kasus, kondisi vesikula yang menahun diduga gejala dari
tumor ataupun kanker. Oleh sebab itu, diagnosa pasti dapat ditetapkan setelah
dilakukan tahap biopsi untuk menentukan bagaimana pola epitelium apakah
terdapat mutasi dari sel epithelium sehingga terjadi proliferasi lapisan epithelium
yang salah, atau pembengkakan terjadi karena akumulasi cairan intrasel. Apabila
terjadi perubahan bentuk sel dan penyimpangan diferensiasi sel diduga diagnosa
adalah tumor non neoplastik, apabila hanya berupa timbunan cairan intrasel,
kemungkinan hanya kerusakan sel epidermis yang memicu penimbunan cairan
intrasel membentuk vesikula.
Dengan demikian dapat disimpulkan.Diagnosa kasus diatas adalah
vesikula hormonal yang terjadi akibat faktor resiko kondisi psikologi pasien yang
bermanifestasi terhadap penurunan kekebalan tubuh pasien, dengan diferensial
diagnose(DD) berupa adenoma pleomorfik, dan adenoma monomorfik
Rencana Perawatan
Fungsi vitamin dalam terapi suportif ini adalah untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh pasien. Karena membesarnya vesikel dipengaruhi oleh sistem
kekebalan tubuh pasien. Selain itu vitamin berfungsi juga untuk menggantikan
asupan nutrisi yang kurang akibat pasien tidak suka makan sayur.