Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai
tingkat insidensi yang tinggi di dunia, sebanyak 17% insidensi terjadi pada
pria (peringkat kedua setelah kanker prostat) dan 19% pada wanita (peringkat
ketiga setelah kanker payudara dan kanker kolorektal).
World Health Organization (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa
insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk. Di negara maju
seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki
peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker
yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru.
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM &
PL pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker
paru sebesar 30%.
Faktor- faktor risiko kanker paru yaitu merokok, terpapar asbestos,
riwayat adanya penyakit paru interstisial, terpapar zat beracun (nikel,
kromium, klorometil eter), terpapar uranium atau radon, dan infeksi HIV.
Dari semua faktor risiko diatas, merokok adalah penyebab utama terjadinya
kanker paru pada 80-90% kasus kanker paru meskipun hanya 10-15%
perokok terserang kanker paru.
1.2. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami penyakit kanker paru, terutama mengenai
2.
gambaran radiologinya.
Memenuhi sebagian syarat untuk Ujian Stase Pulmonologi RSUP Haji
Adam Malik Medan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru. Sebagian
besar karsinoma paru berasal dari sel-sel di dalam paru; tetapi karsinoma paru bisa
juga berasal dari karsinoma di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru.
Karsinoma paru merupakan karsinoma yang paling sering terjadi, baik pada pria
maupun wanita.
2.2. Etiologi
Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tapi ada tiga
faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insidensi penyakit
ini: merokok, bahaya industri, dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini merokok
yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90 % kasus karsinoma
paru pada pria dan sekitar 70 % kasus pada wanita. Semakin banyak rokok
yang dihisap, semakin besar resiko untuk menderita karsinoma paru. Hanya
sebagian kecil karsinoma
wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja.
Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, eter, gas mustard, dan
pancaran oven arang bisa menyebabkan karsinoma paru meskipun biasanya
hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai
penyebab karsinoma paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena
adanya paparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang karsinoma paru
(terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang
parunya telah memiliki jaringan parut akibat penyakit paru lainnya seperti
tuberkulosis dan fibrosis.
2.3. Klasifikasi
Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan :
1. Small cell lung cancer (SCLC)
2. Non small cell lung cancer (NSCLC / karsinoma skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel besar)
WHO (1999) membuat klasifikasi histologis untuk karsinoma paru dan pleura
sebagai berikut :
1. Tumor epitelial:
a. Jinak: papiloma, adenoma
b. Lesi prainvasif: displasia skuamosa / karsinoma in situ, hiperplasia
adenomatosa atipik, hiperplasia sel neuroendokrin paru difus
c.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Ganas:
-Karsinoma sel skuamosa : papiler, sel jernih, basaloid
-Small cell carcinoma : combined small cell carcinoma
-Adenokarsinoma
(i) Asinar
(ii) Papiler
(iii) Bronkoalveolar : nonmusinosa, musinosa, musinosa campuran
(iv) Karsinoma padat dengan formasi musin
(v) Adenokarsinoma dengan subtipe campuran
-Karsinoma sel besar
-Karsinoma adenoskuamosa
-Karsinoma dengan sarkomatoid pleomorfik atau unsur sarkomatosa
-Tumor karsinoid
Lain-lain : tumor jaringan lunak
Tumor mesotelial
Penyakit limfoproliferatif
Tumor sekunder
Unclassified tumors
Lesi seperti tumor
2.4. Patologi
1. SCLC
Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang
hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali
tanpa nukleoli. Disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip bentuk
biji gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul disekeliling pembuluhdarah
halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali
ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan
2.
3.
4.
mesotelioma.
Karsinoma bronkoalveolar
dan
3.
5.
keganasan.
Efusi pleura
Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah
(progresif) atau bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru perlu
dipertimbangkan sebagai keganasan paru yang sudah bermetastasis ke pleura.
7.
8.
fluoroskopi dimana pergerakan diafragma berkurang atau tak ada sama sekali.
Perselubungan dengan destruksi tulang sekitarnya
Suatu perselubungan padat terutama di puncak paru dengan gambaran destruksi
tulang iga atau korpus vertebra sekitarnya merupakan tumor ganas primer pada
paru (sulcus superior) lanjut yang dikenal sebagai tumor Pancoast yang secara
9.
Metastasis limfogen
Sebaran limfogen sering menyebabkan pembesaran kelenjar mediastinum
yang dapat meningkatkan penekanan pada trakea, esofagus, dan vena
kava superior dengan bermacam keluhannya. Sebaran juga bisa menetap
di saluran limfe peribronkial atau perivaskuler yang secara radiologis
memberi gambaran garis-garis berdensitas tinggi yang halus seperti
rambut. Contoh keganasannya yaitu karsinoma tiroid dan kelenjar air liur
Gambar 2. NSCLC lobus paru kiri bawah dengan efusi pleura kiri.
Gambar 3. NSCLC dengan kolaps paru kiri atas e.c. karsinoma bronkogenik
endobronkial.
Gambar 4. NSCLC. Karsinoma sel skuamosa lobus paru kanan bawah dengan
kavitas.
Gambar 5. SCLC.
Gambar 7. SCLC dengan pneumonitis obstruktif dan atelektasis lobus paru kanan
atas.
10
ke hati, kelenjar adrenal atau otak, dilakukan CT Scan perut dan otak. Penyebaran
ke tulang bisa dilihat melalui scanning tulang. Kadang dilakukan biopsi sumsum
tulang karena karsinoma sel kecil cenderung menyebar ke sumsum tulang.
Penggolongan (stadium) karsinoma dilakukan berdasarkan :
1. Ukuran tumor
2. Penyebaran kelenjar getah bening di dekatnya
3. Penyebaran ke organ lain
Pada tahun 2009, International Union Against Cancer dan American Joint
Committee on Cancer menyusun sistem klasifikasi TNM terbaru yang mencakup
baik NSCLC, SCLC, dan karsinoid bronkopulmoner sebagaimana tercantum pada
tabel berikut ini.
Tumor Designation
Size
2 cm
> 2 but 3 cm
> 3 but 5 cm
> 5 but 7 cm
> 7 cm
Pleural or pericardial
invasion
Visceral pleura
Parietal pleura
Mediastinal pleura
Parietal pericardium
Central airway invasion
Tumor extending into
New System
(Seventh
Five-Year
Survival
Edition)
Rate (%)
T1
T1
T2
T2
T2
T1aa
T1ba
T2aa
T2ba
T3a
77d
71d
58d
49d
35d
T2
T3
T3
T3
T2ab or T2bC
T3
T3
T3
NAe
NAe
NAe
NAe
T2
T2ab or T2bC
NAe
T3
T3
NAe
T4
T4
NAe
T2
T2ab or T2bC
NAe
T3
T3
NAe
T3
T3
NAe
Prior System
(Sixth Edition)
11
of entire lung
Soft tissue invasion
Chest wall and superior
sulcus
Diaphragm
Mediastinum
Heart or great vessels
Trachea
Esophagus
Osseous invasion
Rib
Vertebral body
Nerve invasion
Phrenic nerve
Recurrent laryngeal nerve
Satellite nodules
Same lobe
Same lung, different lobe
Lymph node designation
No lymphadenopathy
Ipsilateral, peripheral, or
T3
T4
T4
T4
T4
T3
T4
T4
T4
T4
NAe
NAe
NAe
NAe
NAe
T3
T4
T3
T4
NAe
NAe
T3
T4
T3
T4
NAe
NAe
T4
M1
T3
T4
N0
N1
N0
N1
28f
22f
56g
38g
22g
N2
N2
6g
3h
hilarinterlobar zone
involvement
Ipsilateral upper,
N3
N3
1h
aorticopulmonary, lower,
or subcarinal zone
involvement
Supraclavicular or
contralateral upper,
aorticopulmonary, lower,
hilarinterlobar, or
peripheral zone
involvement
Metastatic disease
designation
Contralateral lung
metastases
Pleural or pericardial
2h
M1
M1a
T4
M1a
M1
M1b
12
dissemination
Distant metastases
NoteCells in bold indicate a change in the designation from the sixth edition.
NA indicates not applicable.
a
T designation is listed for tumors completely surrounded by lung. Designation
can increase depending on presence and extent of invasion.
T2a designation if tumor measures 5 cm in long-axis diameter.
c
T2b designation if tumor measures > 5 cm but 7 cm in long-axis diameter.
d
Survival based on patients staged pathologically with complete resection of
b
Stage in
Sixth
N0
N1
N2
N3
Edition
T1a
T1b
T2a
T2b
T3 (> 7 cm)
T3 (invasion)
T3 (satellite
Edition
T1
T1
T2
T2
T2
T3
T4
IA
IA
IB
II A
II B (I B)
II B
III B (III
II A
II A
II A (II B)
II B
III A (II B)
III A
III A (III B)
III A
III A
III A
III A
III A
III A
III A (III
III B
III B
III B
III B
III B
III B
III B
nodule, same
lobe)
T4 (invasion)
A)
T4
M1
III A (III
B)
III A (III B)
III A (IV)
III B
III B
III B
13
T4 (ipsilateral
nodule,
B)
III A (IV)
T4
different lobe)
M1a (pleural
or pericardial
(IV)
IV (III B)
IV (III
IV (III B)
IV (III B)
M1
B)
IV
IV
dissemination
IV
M1
) M1a
III B (IV)
IV
IV
IV
(contralateral
IV
IV
lung nodules)
M1b (distant
metastatic
disease)
NoteCells in bold indicate a change in the stage from the sixth edition.
Adjacent stage in parentheses represents staging from the sixth edition.
Tabel 2. Revisions to Stage Groupings in the Seventh Edition of the TNM
Classification for Lung Tumors Compared With the Sixth Edition.
2.8. Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan, radiasi,
dan kemoterapi. Tumor bronkial jinak biasanya diangkat melalui pembedahan
karena bisa menyumbat bronkus dan lama-lama bisa menjadi ganas. Kadang
dilakukan pembedahan pada karsinoma selain karsinoma sel kecil yang belum
menyebar. Sekitar 10 - 35% karsinoma bisa diangkat melaui pembedahan, tetapi
pembedahan tidak selalu membawa kesembuhan.
Sebelum pembedahan, dilakukan tes fungsi paru untuk menentukan apakah
paru-paru yang tersisa masih bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak.
Jika hasilnya jelek, maka tidak mungkin dilakukan pembedahan. Pembedahan
tidak perlu dilakukan jika :
1. Karsinoma telah menyebar keluar paru
2. Karsinoma terlalu dekat dengan trakea
3. Penderita memiliki keadaan yang serius (penyakit jantung atau penyakit paruparu yang hebat
Terapi penyinaran dilakukan pada penderita yang tidak dapat menjalani
pembedahan karena mereka memiliki penyakit lain yang serius. Tujuan dari
14
15
TNM stage
IA
IB
IIA
IIB
IIIA
Cell type
Bronchoalveolar carcinoma
Adenocarcinoma
Squamous cell carcinoma
Large cell carcinoma
Adenosquamous carcinoma
Sex
Female
Male
Age (y)
< 70
70
95
75
44
29
19
66
56
43
35
23
83
45
44
34
26
61
44
43
41
29
66
40
52
41
49
38
46
38
BAB 3
KESIMPULAN
Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru yang dapat
berasal dari sel-sel di dalam paru maupun dari karsinoma di bagian tubuh lainnya
yang menyebar ke paru.
Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tetapi merokok
agaknya yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh
kasus. Pembagian praktis karsinoma paru yaitu small cell lung cancer (SCLC)
dan non small cell lung cancer (NSCLC).
16
Gejala klinis dari karsinoma paru seperti batuk yang menetap, dahak bisa
mengandung darah, demam, nyeri dada, sesak nafas, hilangnya nafsu makan,
penurunan berat badan dan kelemahan. Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan
antara lain bronkografi invasif, CT Scan, serta pemeriksaan radiologik
konvensional (toraks PA, lateral, fluoroskopi).
Diagnosis dari karsinoma paru dilakukan berdasarkan penggolongan
(stadium) TNM karsinoma terbaru dari International Union Against Cancer dan
American Joint Committee on Cancer. Terapi yang paling sering adalah
kombinasi dari pembedahan, radiasi, dan kemoterapi dengan prognosis secara
keseluruhan bagi pasien-pasien dengan karsinoma paru adalah buruk dan hanya
sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z. (2007). Kanker Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI.
Irshad, A., Ravenel, J.G. (2009). Imaging In Small Cell Lung Cancer :
Multimedia.
Diakses
tanggal
April
2013
dari
http://emedicine.medscape.com/ article/358274-media
Kligerman, S., Abbott, G. (2010). A Radiologic Review Of The New TNM
Classification Of Lung Cancer. Diakses tanggal 1 April 2013 dari
http://www.ajronline.orgcgireprint1943562.pdf
Price, S.A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC.
Rahardjo, J. (1995). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Indonesia. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Rasad. S. (2006). Radiologi Diagnostik FK UI Edisi Kedua. Jakarta : Gaya Baru.
17
Diakses
tanggal
April
2013
dari
http://emedicine.medscape.com/article/358433-media
Sjamsuhidajat, R., de Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Sutton, D. (1995). Buku Ajar Radiologi Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 5.
Jakarta : Hipokrates.
WHO. (2000). The World Health Report 2000. Diakses tanggal 1 April 2013 dari
http://www.who.int/whr/2000/en/whr00_en.pdf