You are on page 1of 17

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai
tingkat insidensi yang tinggi di dunia, sebanyak 17% insidensi terjadi pada
pria (peringkat kedua setelah kanker prostat) dan 19% pada wanita (peringkat
ketiga setelah kanker payudara dan kanker kolorektal).
World Health Organization (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa
insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk. Di negara maju
seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki
peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker
yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru.
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM &
PL pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker
paru sebesar 30%.
Faktor- faktor risiko kanker paru yaitu merokok, terpapar asbestos,
riwayat adanya penyakit paru interstisial, terpapar zat beracun (nikel,
kromium, klorometil eter), terpapar uranium atau radon, dan infeksi HIV.
Dari semua faktor risiko diatas, merokok adalah penyebab utama terjadinya
kanker paru pada 80-90% kasus kanker paru meskipun hanya 10-15%
perokok terserang kanker paru.
1.2. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami penyakit kanker paru, terutama mengenai
2.

gambaran radiologinya.
Memenuhi sebagian syarat untuk Ujian Stase Pulmonologi RSUP Haji
Adam Malik Medan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru. Sebagian
besar karsinoma paru berasal dari sel-sel di dalam paru; tetapi karsinoma paru bisa

juga berasal dari karsinoma di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru.
Karsinoma paru merupakan karsinoma yang paling sering terjadi, baik pada pria
maupun wanita.
2.2. Etiologi
Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tapi ada tiga
faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insidensi penyakit
ini: merokok, bahaya industri, dan polusi udara. Dari faktor-faktor ini merokok
yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh kasus.
Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90 % kasus karsinoma
paru pada pria dan sekitar 70 % kasus pada wanita. Semakin banyak rokok
yang dihisap, semakin besar resiko untuk menderita karsinoma paru. Hanya
sebagian kecil karsinoma

paru (sekitar 10-15 % pada pria dan 5 % pada

wanita) yang disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja.
Bekerja dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, eter, gas mustard, dan
pancaran oven arang bisa menyebabkan karsinoma paru meskipun biasanya
hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai
penyebab karsinoma paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena
adanya paparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang karsinoma paru
(terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang
parunya telah memiliki jaringan parut akibat penyakit paru lainnya seperti
tuberkulosis dan fibrosis.

2.3. Klasifikasi
Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan :
1. Small cell lung cancer (SCLC)
2. Non small cell lung cancer (NSCLC / karsinoma skuamosa, adenokarsinoma,
karsinoma sel besar)
WHO (1999) membuat klasifikasi histologis untuk karsinoma paru dan pleura
sebagai berikut :
1. Tumor epitelial:
a. Jinak: papiloma, adenoma
b. Lesi prainvasif: displasia skuamosa / karsinoma in situ, hiperplasia
adenomatosa atipik, hiperplasia sel neuroendokrin paru difus

c.

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Ganas:
-Karsinoma sel skuamosa : papiler, sel jernih, basaloid
-Small cell carcinoma : combined small cell carcinoma
-Adenokarsinoma
(i) Asinar
(ii) Papiler
(iii) Bronkoalveolar : nonmusinosa, musinosa, musinosa campuran
(iv) Karsinoma padat dengan formasi musin
(v) Adenokarsinoma dengan subtipe campuran
-Karsinoma sel besar
-Karsinoma adenoskuamosa
-Karsinoma dengan sarkomatoid pleomorfik atau unsur sarkomatosa
-Tumor karsinoid
Lain-lain : tumor jaringan lunak
Tumor mesotelial
Penyakit limfoproliferatif
Tumor sekunder
Unclassified tumors
Lesi seperti tumor

2.4. Patologi
1. SCLC
Gambaran histologis SCLC yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang
hampir semuanya diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin dan sedikit sekali
tanpa nukleoli. Disebut juga oat cell carcinoma karena bentuknya mirip bentuk
biji gandum, sel kecil ini cenderung berkumpul disekeliling pembuluhdarah
halus menyerupai pseudoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali
ditemukan begitu juga gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan
2.

warna gelap disekitar pembuluh darah.


NSCLC
Ciri khas karsinoma sel skuamosa adalah proses keratinisasi dan
pembentukan bridge intra selular. Studi sitologi memperlihatkan perubahan

3.

yang nyata dari displasia skuamosa ke karsinoma in situ.


Adenokarsinoma
Ciri khasnya adalah dengan bentuk formasi glandular dan kecenderungan
ke arah pembentukan konfigurasi papilar. Biasanya membentuk musin, sering
tumbuh dari bekas kerusakan jaringan paru (scar). Dengan penanda tumor
CEA (carcinoma embryonic antigen), karsinoma ini bisa dibedakan dari

4.

mesotelioma.
Karsinoma bronkoalveolar

Merupakan sub tipe adenokarsinoma, sel karsinoma bentuk ini mengikuti


5.

permukaan alveolar tanpa menginvasi atau merusak jaringan paru.


Karsinoma sel besar
Suatu sub tipe dengan gambaran histologis yang dibuat secara eksklusion.
Karsinoma sel besar termasuk NSCLC tetapi tanpa gambaran deferensiasi
skuamosa atau glandular, sel bersifat anaplastik tak berdiferensiasi, biasanya
disertai dengan infiltrasi sel neutrofil.

2.5. Manifestasi Klinis


Gejala karsinoma paru tergantung jenis, lokasi dan cara penyebarannya.
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis. Bila
sudah dalam stadium lanjut maka gejala mulai tampak. Gejala dapat bersifat :
1. Lokal (tumor tumbuh setempat) :
a. Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
b. Hemoptisis
c. Mengi (wheezing / stridor) karena ada obstruksi saluran napas
d. Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
e. Atelektasis
2. Invasi lokal :
a. Nyeri dada
b. Dispneu karena efusi pleura
c. Invasi ke perikardium (terjadi tamponade atau aritmia)
d. Sindrom vena kava superior
e. Sindrom Horner (anhidrosis facialis, ptosis, miosis)
f. Suara serak, karena penekanan nervus laringis rekuren
g. Sindrom Pancoast
3. Gejala penyakit metastasis :
a. Pada otak, tulang, hati, adrenal
b. Limfadenopati servikal dan supraklavikula
4. Sindrom paraneoplastik, terdapat pada 10 % kanker paru dengan gejala :
a. Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
b. Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
c. Hipertrofi osteoartropati
d. Neurologis : demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer
e. Neuromiopati
f. Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
g. Dermatologis : eritema multiformis, hiperkeratosis, jari tabuh
h. Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)
5. Asimtomatik dengan kelainan radiologis
2.6. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi untuk mencari adanya tumor ganas dapat


dilakukan antara lain dengan bronkoskopi invasif dan CT Scan thoraks.
Tetapi, pemeriksaan radiologi seperti foto thoraks PA, lateral,

dan

fluoroskopi masih mempunyai nilai yang diagnostik yang tinggi meskipun


kadang-kadang dalam ukuran yang kecil tumor itu tidak terlihat . Meskipun
begitu, kelainan lain akan sangat dicurigai sebagai akibat tumor ganas,
misalnya kelainan emfisema setempat, atelektasis, peradangan sebagai
komplikasi tumor atau akibat bronkus terjepit, dan pembesaran kelenjar hilus
yang unilateral. Efusi pleura yang progresif dan elevasi diafragma juga perlu
dipertimbangkan sebagai akibat tumor ganas.
1. Atelektasis
Gambaran perselubungan padat akibat hilangnya aerasi yang disebabkan
sumbatan bronkus oleh tumor, dapat terjadi secara segmental, lobaris,
atau hemitoraks. Gambaran atelektasis secara radiologis tidak berbeda
2.

dengan atelektasis yang disebabkan oleh penyumbatan bronkus lainnya.


Massa hilus
Pembesaran hilus unilateral merupakan manifestasi dini secara radiologi
karsinoma paru. Hal ini terjadi akibat tumor primer pada hilus tersebut atau
pembesaran hilus. Pembesaran hilus oleh karena metastasis dari luar paru
dapat menyebabkan kelenjar menjadi lebih besar dan menyebar di sisi kiri
dan kanan. Karsinoma paru sentral manifestasinya bertambahnya opasitas

3.

pada region hilus.


Nodul soliter pada paru
Bercak kalsifikasi dalam nodul sering dinyatakan sebagai proses jinak. Bila
ada kalsifikasi maka kita perlu lakukan CT Scan toraks untuk memastikan
adanya nodul di dalamnya. Bayangan nodul pada paru berukuran beberapa
milimeter sampai 4 cm atau lebih dan tidak mengandung kalsifikasi harus
diutamakan pada kecurigaan sebagai karsinoma bronkogen terutama usia
diatas 40 tahun.

5.

Pneumonitis yang tidak sembuh


Peradangan paru sering disebabkan aerasi yang tidak sempurna akibat
sumbatan sebagian bronkus dan pengobatan dengan antibiotik umumnya tidak
memberi hasil sempurna atau berulang kembali peradangannya. Sering setelah

peradangan berkurang terlihat gambaran massa yang sangat dicurigai sebagai


6.

keganasan.
Efusi pleura
Adanya gambaran cairan dalam rongga pleura yang cepat bertambah
(progresif) atau bersamaan ditemukan bayangan massa dalam paru perlu
dipertimbangkan sebagai keganasan paru yang sudah bermetastasis ke pleura.

7.

Biasanya cairan pleura itu terdiri atas cairan darah.


Elevasi diafragma
Letak tinggi diafragma satu sisi dengan bayangan massa tumor yang
diakibatkan kelumpuhan nervus frenikus dapat diperlihatkan pada pemeriksaan

8.

fluoroskopi dimana pergerakan diafragma berkurang atau tak ada sama sekali.
Perselubungan dengan destruksi tulang sekitarnya
Suatu perselubungan padat terutama di puncak paru dengan gambaran destruksi
tulang iga atau korpus vertebra sekitarnya merupakan tumor ganas primer pada
paru (sulcus superior) lanjut yang dikenal sebagai tumor Pancoast yang secara

9.

klinis disertai dengan sindrom Horner.


Metastasis paru
Paru merupakan salah satu organ tubuh yang sering sebagai tempat metastatis
tumor lain. Penyebaran dapat bersifat hematogen dan limfogen.
a. Metastasis hematogen
Tumor ganas anak yang sering bermetastasi ke paru adalah tumor Wilms,
neuroblastoma, sarkoma osteogenik, sarkoma Ewing; sedangkan tumor
ganas dewasa adalah karsinoma payudara, tumor ganas saluran cerna,
ginjal, dan testis. Gambaran radiologis dapat bersifat tunggal (soliter)
atau ganda (multipel) dengan bayangan bulat berukuran beberapa
milimeter hingga sentimeter, batas tegas.
b.

Metastasis limfogen
Sebaran limfogen sering menyebabkan pembesaran kelenjar mediastinum
yang dapat meningkatkan penekanan pada trakea, esofagus, dan vena
kava superior dengan bermacam keluhannya. Sebaran juga bisa menetap
di saluran limfe peribronkial atau perivaskuler yang secara radiologis
memberi gambaran garis-garis berdensitas tinggi yang halus seperti
rambut. Contoh keganasannya yaitu karsinoma tiroid dan kelenjar air liur

dapat menetap di paru selama bertahun-tahun dengan keadaan umum


yang baik.
Beberapa gambaran radiologi karsinoma paru :

Gambar 1. NSCLC dengan bronkoskopi. Sebuah lesi sentral besar didiagnosis


NSCLC.

Gambar 2. NSCLC lobus paru kiri bawah dengan efusi pleura kiri.

Gambar 3. NSCLC dengan kolaps paru kiri atas e.c. karsinoma bronkogenik
endobronkial.

Gambar 4. NSCLC. Karsinoma sel skuamosa lobus paru kanan bawah dengan
kavitas.

Gambar 5. SCLC.

Gambar 6. SCLC dengan massa mediastinal / hilar kanan.

Gambar 7. SCLC dengan pneumonitis obstruktif dan atelektasis lobus paru kanan
atas.

Gambar 8. Tumor Pancoast dengan asimetrisitas sulcus superior.


2.7. Diagnosis
Jika seseorang (terutama perokok) mengalami batuk yang menetap atau
semakin memburuk atau gejala paru lainnya, maka terdapat kemungkinan
terjadinya karsinoma paru. Kadang petunjuk awalnya berupa ditemukannya
bayangan pada. rontgen dada dari seseorang yang tidak menunjukan gejala.
Rontgen dada bisa menemukan sebagian besar tumor paru, meskipun tidak semua
bayangan yang terlihat merupakan karsinoma.
Biasanya dilakukan pemeriksaan mikroskopik dari contoh jaringan, yang
kadang berasal dari dahak penderita (sitologi dahak). Untuk rnendapatkan
jaringan yang diperlukan, dilakukan bronkoskopi. CT Scan bisa menunjukan
bayangan kecil yang tidak tampak pada foto rontgen dada dan bisa menunjukan
adanya pembesaran kelenjar getah bening. Untuk mengetahui adanya penyebaran

10

ke hati, kelenjar adrenal atau otak, dilakukan CT Scan perut dan otak. Penyebaran
ke tulang bisa dilihat melalui scanning tulang. Kadang dilakukan biopsi sumsum
tulang karena karsinoma sel kecil cenderung menyebar ke sumsum tulang.
Penggolongan (stadium) karsinoma dilakukan berdasarkan :
1. Ukuran tumor
2. Penyebaran kelenjar getah bening di dekatnya
3. Penyebaran ke organ lain
Pada tahun 2009, International Union Against Cancer dan American Joint
Committee on Cancer menyusun sistem klasifikasi TNM terbaru yang mencakup
baik NSCLC, SCLC, dan karsinoid bronkopulmoner sebagaimana tercantum pada
tabel berikut ini.
Tumor Designation
Size
2 cm
> 2 but 3 cm
> 3 but 5 cm
> 5 but 7 cm
> 7 cm
Pleural or pericardial
invasion
Visceral pleura
Parietal pleura
Mediastinal pleura
Parietal pericardium
Central airway invasion
Tumor extending into

New System
(Seventh

Five-Year
Survival

Edition)

Rate (%)

T1
T1
T2
T2
T2

T1aa
T1ba
T2aa
T2ba
T3a

77d
71d
58d
49d
35d

T2
T3
T3
T3

T2ab or T2bC
T3
T3
T3

NAe
NAe
NAe
NAe

T2

T2ab or T2bC

NAe

T3

T3

NAe

T4

T4

NAe

T2

T2ab or T2bC

NAe

T3

T3

NAe

T3

T3

NAe

Prior System
(Sixth Edition)

mainstem bronchus > 2


cm from carina
Tumor extending into
mainstem bronchus 2
cm from carina
Tumor extending to carina
Lung atelectasis
Tumor causing atelectasis
of less than entire lung
Tumor causing atelectasis

11

of entire lung
Soft tissue invasion
Chest wall and superior
sulcus
Diaphragm
Mediastinum
Heart or great vessels
Trachea
Esophagus
Osseous invasion
Rib
Vertebral body
Nerve invasion
Phrenic nerve
Recurrent laryngeal nerve
Satellite nodules
Same lobe
Same lung, different lobe
Lymph node designation
No lymphadenopathy
Ipsilateral, peripheral, or

T3
T4
T4
T4
T4

T3
T4
T4
T4
T4

NAe
NAe
NAe
NAe
NAe

T3
T4

T3
T4

NAe
NAe

T3
T4

T3
T4

NAe
NAe

T4
M1

T3
T4

N0
N1

N0
N1

28f
22f
56g
38g
22g

N2

N2

6g
3h

hilarinterlobar zone
involvement
Ipsilateral upper,

N3

N3

1h

aorticopulmonary, lower,
or subcarinal zone
involvement
Supraclavicular or
contralateral upper,
aorticopulmonary, lower,
hilarinterlobar, or
peripheral zone
involvement
Metastatic disease
designation
Contralateral lung
metastases
Pleural or pericardial

2h

M1

M1a

T4

M1a

M1

M1b

12

dissemination
Distant metastases
NoteCells in bold indicate a change in the designation from the sixth edition.
NA indicates not applicable.
a
T designation is listed for tumors completely surrounded by lung. Designation
can increase depending on presence and extent of invasion.
T2a designation if tumor measures 5 cm in long-axis diameter.
c
T2b designation if tumor measures > 5 cm but 7 cm in long-axis diameter.
d
Survival based on patients staged pathologically with complete resection of
b

tumor (R0) and no nodal or extranodal metastatic disease (N0M0).


Individual survival statistics not calculated due to limited information. As a

group, 5-year survival rate in patients pathologically staged with a T3 and T4


designation
(excluding those with tumors > 7 cm or satellite nodules), any R, any N, and
f

M0 was 31% and 22%, respectively.


Survival based on patients staged pathologically with complete or incomplete
resection of tumor (any R), any nodal disease (any N), and M0.
Survival based on patients staged pathologically with any tumor designation

(any T) and M0.


Survival based on patients staged clinically with any T and any N.
Tabel 1. Seventh Edition of the TNM Classification of Lung Cancer Compared
h

With the Sixth Edition.


Sistem staging juga mengalami revisi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 2
berikut ini:
Stage in
Seventh

Stage in
Sixth

N0

N1

N2

N3

Edition
T1a
T1b
T2a
T2b
T3 (> 7 cm)
T3 (invasion)
T3 (satellite

Edition
T1
T1
T2
T2
T2
T3
T4

IA
IA
IB
II A
II B (I B)
II B
III B (III

II A
II A
II A (II B)
II B
III A (II B)
III A
III A (III B)

III A
III A
III A
III A
III A
III A
III A (III

III B
III B
III B
III B
III B
III B
III B

nodule, same
lobe)
T4 (invasion)

A)
T4
M1

III A (III

B)
III A (III B)
III A (IV)

III B

III B
III B

13

T4 (ipsilateral
nodule,

B)
III A (IV)
T4

different lobe)
M1a (pleural
or pericardial

(IV)

IV (III B)

IV (III

IV (III B)
IV (III B)

M1

B)

IV
IV

dissemination

IV
M1

) M1a

III B (IV)

IV

IV
IV

(contralateral

IV

IV

lung nodules)
M1b (distant
metastatic
disease)
NoteCells in bold indicate a change in the stage from the sixth edition.
Adjacent stage in parentheses represents staging from the sixth edition.
Tabel 2. Revisions to Stage Groupings in the Seventh Edition of the TNM
Classification for Lung Tumors Compared With the Sixth Edition.
2.8. Penatalaksanaan
Pengobatan yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan, radiasi,
dan kemoterapi. Tumor bronkial jinak biasanya diangkat melalui pembedahan
karena bisa menyumbat bronkus dan lama-lama bisa menjadi ganas. Kadang
dilakukan pembedahan pada karsinoma selain karsinoma sel kecil yang belum
menyebar. Sekitar 10 - 35% karsinoma bisa diangkat melaui pembedahan, tetapi
pembedahan tidak selalu membawa kesembuhan.
Sebelum pembedahan, dilakukan tes fungsi paru untuk menentukan apakah
paru-paru yang tersisa masih bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak.
Jika hasilnya jelek, maka tidak mungkin dilakukan pembedahan. Pembedahan
tidak perlu dilakukan jika :
1. Karsinoma telah menyebar keluar paru
2. Karsinoma terlalu dekat dengan trakea
3. Penderita memiliki keadaan yang serius (penyakit jantung atau penyakit paruparu yang hebat
Terapi penyinaran dilakukan pada penderita yang tidak dapat menjalani
pembedahan karena mereka memiliki penyakit lain yang serius. Tujuan dari

14

penyinaran adalah memperlambat pertumbuhan karsinoma, bukan untuk


penyembuhan. Terapi penyinaran bisa mengurangi nyeri otot, sindroma vena cava
superior, dan penekanan syaraf tulang belakang. Tetapi penyinaran bisa
menyebabkan peradangan paru (pneumonitis karena penyinaran) dengan gejala
berupa batuk, sesak nafas, dan demam. Gejala ini bisa dikurangi dengan
kortikosteroid (prednison).
Pada saat terdiagnosis, karsinoma sel kecil hampir selalu telah menyebar ke
bagian tubuh lainnya, sehingga tidak mungkin dilakukan pembedahan. Karsinoma
ini diobati dengan kemoterapi dan penyinaran. Penderita karsinoma paru banyak
mengalami penurunan fungsi paru. Untuk mengurangi gangguan pernafasan bisa
diberikan terapi oksigen dan obat yang melebarkan saluran udara (bronkodilator).
2.9. Prognosis
Prognosis secara keseluruhan bagi pasien-pasien dengan karsinoma paru
adalah buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini,
meskipun telah diperkenalkan berbagai obat kemoterapi yang baru. Dengan
demikian, penekanan penatalaksanaan adalah pencegahannya. Tenaga-tenaga
kesehatan harus menganjurkan masyarakat untuk tidak merokok atau hidup dalam
lingkungan yang tercemar polusi industri. Tindakan-tindakan protektif harus
dilakukan bagi mereka yang bekerja dengan asbes, uranium, kromium, dan materi
karsinogenik lainnya.
Berikut ini gambaran prognosis dengan menggunakan klasifikasi TNM
terbaru :
Factor

Median Survival (mo)

Five-Year Survival Rate


(%)

15

TNM stage
IA
IB
IIA
IIB
IIIA
Cell type
Bronchoalveolar carcinoma
Adenocarcinoma
Squamous cell carcinoma
Large cell carcinoma
Adenosquamous carcinoma
Sex
Female
Male
Age (y)
< 70
70

95
75
44
29
19

66
56
43
35
23

83
45
44
34
26

61
44
43
41
29

66
40

52
41

49
38

46
38

Tabel 3. Prognostic Factors of Survival in Pathologically Staged Patients With


NonSmall Cell Lung Carcinoma.

BAB 3
KESIMPULAN
Karsinoma paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru yang dapat
berasal dari sel-sel di dalam paru maupun dari karsinoma di bagian tubuh lainnya
yang menyebar ke paru.
Etiologi sebenarnya dari karsinoma paru belum diketahui, tetapi merokok
agaknya yang memegang peranan paling penting yaitu 35 % dari seluruh
kasus. Pembagian praktis karsinoma paru yaitu small cell lung cancer (SCLC)
dan non small cell lung cancer (NSCLC).

16

Gejala klinis dari karsinoma paru seperti batuk yang menetap, dahak bisa
mengandung darah, demam, nyeri dada, sesak nafas, hilangnya nafsu makan,
penurunan berat badan dan kelemahan. Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan
antara lain bronkografi invasif, CT Scan, serta pemeriksaan radiologik
konvensional (toraks PA, lateral, fluoroskopi).
Diagnosis dari karsinoma paru dilakukan berdasarkan penggolongan
(stadium) TNM karsinoma terbaru dari International Union Against Cancer dan
American Joint Committee on Cancer. Terapi yang paling sering adalah
kombinasi dari pembedahan, radiasi, dan kemoterapi dengan prognosis secara
keseluruhan bagi pasien-pasien dengan karsinoma paru adalah buruk dan hanya
sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z. (2007). Kanker Paru. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK
UI.
Irshad, A., Ravenel, J.G. (2009). Imaging In Small Cell Lung Cancer :
Multimedia.

Diakses

tanggal

April

2013

dari

http://emedicine.medscape.com/ article/358274-media
Kligerman, S., Abbott, G. (2010). A Radiologic Review Of The New TNM
Classification Of Lung Cancer. Diakses tanggal 1 April 2013 dari
http://www.ajronline.orgcgireprint1943562.pdf
Price, S.A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta: EGC.
Rahardjo, J. (1995). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Indonesia. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Rasad. S. (2006). Radiologi Diagnostik FK UI Edisi Kedua. Jakarta : Gaya Baru.

17

Sharma, S., Maycher, B. (2009). Imaging In Non-Small Cell Lung Cancer :


Multimedia.

Diakses

tanggal

April

2013

dari

http://emedicine.medscape.com/article/358433-media
Sjamsuhidajat, R., de Jong, W. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Sutton, D. (1995). Buku Ajar Radiologi Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 5.
Jakarta : Hipokrates.
WHO. (2000). The World Health Report 2000. Diakses tanggal 1 April 2013 dari
http://www.who.int/whr/2000/en/whr00_en.pdf

You might also like