Professional Documents
Culture Documents
a. Nyeri viseral
Nyeri viseral merupakan rasa nyeri yang dialami ibu karena perubahan serviks
dan iskemia uterus pada persalinan kala I. Selama kala I persalinan kontraksi
uterus menyebabkan dilatasi serviks, pendataran dan iskemia uterus (penurunan
aliran darah oksigen lokal) akibat dari kontraksi arteri ke miometrium, dimana
impuls nyeri ditransmisikan melalui segmen saraf spinal dan saraf simpatis
lumbar bagian atas yangg berawal di dalam uterus dan serviks. Impuls saraf nyeri
yang berasal dari serviks dan korpus uteri ditransmisikan melalui serabut saraf
aferen yang berjalan melalui saraf otonom menuju medula spinalis melalui saraf
spinal.
Selama kala I persalinan fase laten, lebih banyak terjadi penipisan di serviks
sedangkan pembukaan serviks dan penurunan bagian terendah janin terjadi pada
fase aktif dan transisi (Winkjosastro, 2005). Ibu akan merasakan nyeri yang
berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbar punggung
dan menurun ke paha. Ibu biasanya mengalami nyeri hanya selama kontraksi dan
bebas rasa nyeri pada interval antar kontraksi (Cunningham, dkk, 2005;
Lowdermik, Perry dan Bobak, Lowdermik dan Jensen, 2004).
b. Nyeri somatik
Nyeri somatik merupakan rasa nyeri yang dialami ibu pada akhir kala I dan kala II
persalinan. Ibu mengalami nyeri yang diakibatkan peregangan perineum, vulva
dan tekanan uteri servikal saat kontraksi. Selain itu, terjadi penekanan oleh bagian
terendah janin secara progresif pada fleksus lumbosakral, penekanan pada
kandung kemih, usus dan struktur sensitif panggul yang lain (Bobak, Lowdermilk
dan Jensen, 2004).
Nyeri yang dirasakan berawal dari punggung bawah samapi paha, dan dirasakan
berupa nyeri lokal yang disertai kram, dan sensasi robekan akibat laserasi serviks
dan vagina atau jaringan perineum, dapat pula disertai sensasi seperti terbakar saat
terjadi peregangan dan beralih dirasakan pula pada punggung, pinggang dan paha
(Bobak, Lowdermik dan Jensen, 2004). Rasa nyeri yang dialami ibu dapat bersifat
sedang hingga hebat , ibu kadang mengalami sensasi kram pada anggota tubuh
bagian bawah, nyeri pada punggung bagian belakang juga dapat dirasakan
diantara kontraksi.
Pada Kala I persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh regangan dan robekan
jaringan. Misalnya pada nyeri perineum dan tekanan otot skelet perineum. Disini,
nyeri diakibatkan oleh rangsangan struktur somatik superfisial dan digambarkan
sebagai nyeri yang tajam dan terlokalisasi, terutama pada daerah yang disuplai
oleh saraf pudendus. Beberapa wanita dapat mengalami nyeri pada paha dan
tungkai mereka, digambarkan sebagai nyeri tumpul yang lama, terbakar/ kram.
Hal ini dapat diakibatkan oleh rangsangan struktur pada pelvis yang sensitif dan
yang menyebabkan nyeri ringan yang dialihkan pada segmen lumbalis dan
sakralis bagian bawah (Mander, 2004).
3. Faktor- faktor yang mempemgaruhi respon terhadap nyeri persalinan
(Lowdermilk, Perry dan Bobak, 2000; Bobak, Lowdermik dan Jensen, 2004)
a. Budaya
Persepsi dan ekspresi terhadap nyeri persalinan dipengaruhi oleh budaya individu.
Budaya mempengaruhi sikap ibu pada saat bersalin (Lowdermilk, Perry dan
Bobak, 2000; Pillliteri, 2003). Penelitian Mulyati (2002) menjelaskan bahwa
budaya mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu primipara. Penting bagi
bidan atau tenaga kesehatan untuk mengetahui kepercayaan seorang ibu dalam
mempersepsikan dan mengekspresikan nyeri persalinan.
b. Emosi (cemas dan takut)
Rasa nyeri yang dialami oleh ibu yang akan melahirkan dapat menyebabkan
ketegangan emosi semakin memperberat persepsi nyeri selama melahirkan. Nyeri
atau kemungkinan nyeri akan menginduksi kecemasan yang dapat berakhir pada
kepanikan (Bobak, Lowdermilk dan Jensen, 2004). Hasil penelitian tentang
pengaruh kecemasan terhadap proses persalinan yang dialkukan oleh Wardah
(2002) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang posistif anatara kecemasan
dan lamanya proses persalinan dengan nilai r=0,70, semakin tinggi tingkat
kecemasan, maka semakin lama persalinan. penelitian yang dilakukan oleh
Agehagen (2006) tentang ketakutan sebelum, selama dan setelah persalinan pada
47 ibu nullipara menyebutkan bahwa ada hubungan antara rasa ketakutan akan
persalinan selama kehamilan dengan pengalaman nyeri selama fase aktif
persalinan.
c. Pengalaman melahirkan sebelumnya
Menurut Lowdermilk, Perry dan Bobak (2000) pengalaman melahirkan
sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang
mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada persalinan sebelumnya,
perasaan cemas dan takut pada pengalaman lalu akan mempengaruhi sensifitasnya
rasa nyeri (Kozier, 2000). Hasil penelitian oleh Megapurwara (2001) menyatakan
bahwa ada pengaruh antara persalinan yang sulit dan lama terhadap motivasi ibu
untuk hamil kembali.
Sebaliknya jika ibu mengalami persalinan yang lalu dimana mekanisme koping
yang baik digunakan dalam mengatasi persaan cemas dan takut saat persalinan,
kemungkinan besar ibu akan mampu mengembangkan kemampuannya dalam
mengatasi nyeri persalinan. ibu primipara beresiko mengalami ketidakmampuan
menggunakan mekanisme koping yang baik digunakan dalam mengatasi perasaan
cemas dan takut saat persalinan, kemungkinan besar ibu akan mengembangkan
kemampuannya dalam mengatasi nyeri persalinan. ibu primipara beresiko
mengalami
ketidakmampuan
menggunakan
mekanisme
koping
dalam
sering seiring dengan semakin kencangnya kontraksi dan tekanan kepala bayi pada
serviks itu, begitu rupa hingga serviks itu mengalami regangan dan pembukaan. Jadi,
kontraksi berikut rasa nyeri yang ditimbulkan merupakan bagian alami tubuh untuk
membuka jalan lahir (Mander, 2004).
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi. rasa nyeri saat persalinan,
diantaranya (Sherly, 2007):
a. Terapi Non Farmakologis
Penatalaksanaan nonfarmakologis pada nyeri persalinan merupakan pendekatan
yang tidak menggunakan terapi medis seperti obat-obatan analgesik dan anestesia
untuk mengurangi nyeri. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada persalinan tidak
hanya bertujuan untuk mengontrol rasa nyeri. Metode penatalaksanaan
nonfarmakologis menekankan pada harapan yang ingin dipenuhi ibu untuk
mengatasi rasa nyeri saat bersalin, bukan berfokus pada jumlah nyeri yang
dialami oleh ibu (Bobak Lowdermilk dan Jensen, 2004).
Metoda nonfarmakologik untuk mengurangi nyeri tidak beresiko menimbulkan
efek bahaya bagi ibu dan bayi. Beberapa manfaat tehnik nonfarmakologis selain
menurunkan nyeri persalinan juga mempunyai sifat non-invasif, sederhana,
efektif, dan tanpa efek yang membahayakan. Metode ini tidak tidak
mempengaruhi sistem pernafasan, jantung dan pembuluh darah, tidak
menghambat kemajuan persalinan, tidak mempengaruhi janin, tanpa efek
samping, kemungkinan berhasil sangat besar, murah dan mudah (Tournaire dan
Theau-Younneau, 2007).
Metode Lamaze yang dikenal dengan metode profilaksis mengajarkan ibu yang
bersalin untuk berespon terhadap kontraksi rahim buatan dengan mengendalikan
relaksasi otot dan pernafasan sebagai ganti berteriak dan kehilangan kendali.
Metode ini juga mengajarkan ibu memusatkan perhatian pada titik tertentu agar
persepsi saraf terisi oleh stimulus lain. Metode Bradley menekankan pada faktor
lingkungan yang nyaman saat ibu bersalin. Ibu bersalin juga diajarkan tehnik
kontrol pernafasan,
d) Meminta ibu meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen
e) Melatih ibu melakukan pernafasan perut dengan cara menarik nafas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup
f) Meminta ibu merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada
punggung)
g) Meminta ibu menahan nafas hingga 3 hitungan
h) Meminta ibu menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan melalui
bibir seperti meniup
i) Meminta ibu merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi otot.
Hitung sampai 7 selama ekspirasi
j) Jelaskan kepada ibu untuk melakukan latihan nafas panjang bila
merasakan nyeri
2) Usapan Pada Perut
Pada posisi berbaring kepala ditinggikan dengan 1-2 bantal santai, usapusaplah perut dengan kedua tangan sejajar pinggang secara lembut.
3) Masage Pada Punggung (pengurutan)
Pada posisi tidur miring, lakukan pengurutan pada daerah punggung pada saat
rasa nyeri semakin meningkat. Pijatan atau sentuhan pada area tertentu
ternyata dapat mengurangi rasa nyeri.
4) Mengosongkan Kandung Kemih
Jangan menahan berkemih, segera buang air kecil setiap anda terasa ingin
sehingga akan dapat mengurangi timbulnya rasa nyeri yang semakin
meningkat.
5) Imaging Guide
Teknik mi dengan mengarahkan sang ibu membayangkan sesuatu yang dapat
membuatnya nyaman. Misalnya, ajak dia membayangkan sesuatu tempat yang
memberikan dirinya tenang.
6) Terapi Musik
Hal mi ditujukan bagi anda yang memang suka dengan yang namanya
mendengarkan alunan lagu.
b. Terapi Non Farmakologis
Terapi mi dokter yang bertindak untuk mengatasinya. Berbagai obat disuntikkan
ke ibu, baik itu anestesi umum yang disuntikkan epidural, spinal, maupun sekedar
regional.
5. Teknik Masage Punggung
a. Letakkan tangan anda pada punggung, dengan jari-jari mengarah ke tulang
belakang
b. Gunakan ibu jari untuk menekan atau memijat titik-titik tekanan dalam pola
melingkar kecil
c. Lakukan masage dengan menggunakan telapak tangan dan ujung-ujung jari ke
atas dan ke bawah secara teratur
d. Pada saat kontraksi bertambah sering, lakukan penekanan dengan menggunakan
telapak tangan atau ujung-ujung jari ke atas dan ke bawah dan lakukan gerakan
memutar pada sacrum atau bisa berpindah pada tempat yang dirasakan sakit
(Sumarni, 2007).