You are on page 1of 47

AIDS

(Acquired Immunodeficiency Syndrome)

DISAMPAIKAN DALAM PERKULIAHAN KMB III PSIK FK UNSRI

DEFINISI
Kumpulan gejala penyakit yang menunjukkan
kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh
yang didapat dari faktor luar (bukan bawaan
sejak lahir)
Kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh
retrovirus yang menyerang sistem imun.
Suatu sindrom dengan karakteristik difisiensi
imun yang berat yang merupakan manifestasi
stadium akhir inveksi HIV

HISTORY
1950s: Blood samples from Africa have HIV antibodies.
1976: First known AIDS patient died.
1979 Increased Kaposi sarcoma and Pneumocystis carinii infections
in homosexuals noted in Africa.
1980: First human retrovirus isolated (HTLV-1).
1981: First reports of Acquired Immuno-deficiency Syndrome in Los
Angeles, California yang ditemukan oleh Dr. L. Montagnier.
1983: Virus first isolated in France (LAV).
1984: Virus isolated in the U.S. (called HTLV-III and AIDS-Related
Virus, ARV).
1985: Development and implementation of antibody test to screen
blood donors.
1986: Consensus name Human Immunodeficiency Virus (HIV-1).
Related virus (HIV-2) identified.
1992: AIDS becomes the leading cause of death among adults ages
25-44 in the U.S.
1997: Mortality rates of AIDS starts to decline due to the introduction of
new drug cocktails.
2001: World Health Organization predicts up to 40 million infected
individuals. More than 22 million have already died.

AIDS: A Leading Cause of Death Among People


Aged 25 - 44 years in U.S.

Deaths per 100,000 people aged 25-44 years

People Living with HIV/AIDS by End of 2001


North America
950,000

Western Europe
560,000

East Europe & Central Asia


1000,000
East Asia & Pacific
1000,000

Caribbean
420,000 North Africa &
Middle East
500,000
South/South East Asia
5.6 million
Latin America
1.5 million
Sub-Saharan Africa
28.5 million
Australia &
New Zealand
15,000

Total: 40 million people

Structure of the Human Immunodeficiency


Virus HIV is a Retrovirus

PATOFISIOLOGI
HIV tergolong kelompok retrovirus yang
membawa materi genetik pada RNA bukan DNA
Mampu membuat DNA dari RNA dengan bantuan
enzim reverse transcriptase yang disimpan di
DNA hospes sebagai mesin genetik.
Bersifat limfotropik dan neurotropik, masuk ke
dalam tubuh dan akan melekat pada sel-sel yang
mempunyai resepter terhadapnya yang berupa
Ag CD4 dan terjadi pengikatan antara gp120
dengan CD4.

HIV akan melepaskan selubung lipid dan RNA


akan masuk ke dalam hospes.
Integrasi materi genetik biasanya terjadi 2 -10
jam setelah infeksi dan selanjutnya terjadi
replikasi.
Virus baru akan menginveksi sel target setelah
keluar dari sel pejamu melalui proses budding.

Retrovirus Replication:

Life Cycle of HIV


1.

Attachment
Virus binds to surface molecule (CD4) of T helper cells and
macrophages.

Coreceptors: Required for HIV infection.

CXCR4 and CCR5 mutants are resistant to infection.

2.

Fusion
Viral envelope fuses with cell membrane, releasing contents into
the cell.

3. Reverse Transcription
Viral RNA is converted into DNA by unique enzyme reverse
transcriptase.
Reverse transcriptase
RNA ------------------------------------> DNA
*

Reverse transcriptase is the target of several HIV drugs:


AZT, ddI, and ddC.

4. Integration
Viral DNA is inserted into host cell chromosome by unique
enzyme integrase. Integrated viral DNA may remain latent
for years and is called a provirus.
5. Replication
Viral DNA is transcribed and RNA is translated, making viral
proteins.
Viral genome is replicated.
6. Assembly
New viruses are made.
7. Release
New viruses bud through the cell membrane.

HIV Life Cycle: Attachment Requires


CD4 Receptor plus a Coreceptor

HIV Life Cycle: Reverse Transcriptase


Converts RNA into DNA

HIV Life Cycle: Latent versus Active


Infection

Antibody Levels, T Cell Counts, and HIV


Concentration After Infection

Stages of HIV Infection

Kaposi Sarcoma

African AIDS patient with slim disease


Source: Tropical Medicine and Parasitiology, 1997

Opportunistic Oral Yeast Infection by


Candida albicans in an AIDS Patient

Source: Atlas of Clinical Oral Pathology, 1999

Toxoplasmosis - Brain

Anorectal Herpis simplex

Atypical Mycobacteria

Pneumocystis carinii

PEMERIKSAAN FISIK
Dicurigai AIDS pada orang dewasa bila ada 2 atau lebih
gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak ada sebab
imunosupresi lain (Cancer, malnutrisi berat, Pemakaian
Kortikosteroids lama).
Gejala mayor :
1. Penurunan BB lebih 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronik lebih dari 1 bulan
3. Demam lebih dari 1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologi
5. Dimensia/ensefalopathy HIV

Gejala minor
- batuk lebih dari 1 bulan
- dermatitis pruritik umum
- herpes zoster recurrens
- kandidiasis orofaring
- limphadenopathy generalisata
- Herpes simpleks diseminata yang kronis progresif
- infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.

Dicurigai AIDS pada anak-anak bila ada 2 atau lebih


gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak ada sebab
imunosupresi lain (Ca, malnutrisi berat, Pemakaian
Kortikosteroids lama).
Gejala Mayor :
- penurunan BB dan pertumbuhan lambat dan abnormal
- diare kronik lebih dari 1 bulan
- demam lebih dari 1 bulan

Gejala minor :
- limphadenopathy generalisata
- kandidiasis orofaring
- infeksi umum yang berulang
- batuk persisten
- dermatitis generalisata
- inveksi HIV pada ibunya

TANDA SPESIFIK
1. Gastrointestinal : Cause most of illness and death of late AIDS.

Diarrhea

Wasting (extreme weight loss)

Abdominal pain

Infections of the mouth and esophagus.

2. Respiratory: 70 % of AIDS patients develop serious respiratory problems.

Bronchitis

Pneumonia

Tuberculosis

Lung cancer

Sinusitis

Pneumonitis

3. Neurological
Opportunistic diseases and tumors of central nervous system.
Headaches,
peripheral nerve problems,
AIDS dementia complex (Memory loss, motor problems, difficulty
concentration, and paralysis).
4. Skin Disorders: 90% of AIDS patients develop skin or mucous
membrane disorders.
Kaposis sarcoma
1/3 male AIDS patients develop KS
Most common type of cancer in AIDS patients
Herpes zoster (shingles)
Herpes simplex
Thrush
Invasive cervical carcinoma

5. Eye Infections: 50-75% patients develop eye conditions.


CMV retinitis
Conjunctivitis
Dry eye syndrome

CARA PENULARAN
1.
2.

Hubungan seksual
Kontak langsung dengan produk darah
Transfusi darah
Pemakaian jarum suntik
Ketusuk jarum

3. Secara vertikal dari ibu pengidap HIV.

Transmission of AIDS (Worldwide)


1.

Sexual contact with infected individual: All forms of


sexual intercourse (homosexual and heterosexual).
75% of transmission.

2. Sharing of unsterilized needles by intravenous drug


users and unsafe medical practices : 5-10% of
transmission.
3. Transfusions and Blood Products: Hemophiliac
population was decimated in 1980s. Risk is low
today. 3-5% of transmission.
4. Mother to Infant (Perinatal): 25% of children become
infected in utero, during delivery, or by breastfeeding (with AZT only 3%). 5-10% of transmission.

PENCEGAHAN
1.
2.

3.
4.
5.

Perhatikan benda-benda tajam dan tangani benda


tersebut dengan hati-hati
Tempatkan benda tajam dalam wadah anti tembus,
jarum ditutup kembali, dibengkokkan, dipatahkan dan
dilepas.
Kenakan alat pelindung sesuai dengan tipe dan
prosedur
Basuh segera tangan dan permukaan kulit lainnya
yang terkontaminasi
Sedapat minimalkan mouth to mouth

7.

Laksanakan dan pertahankan tindakan cermat saat


kehamilan
8.
Di lingkungan rumah buang dan siram darah atau
cairan tubuh ke kloset
9. Bungkus dengan plastik bila barang tersebut tidak bisa
di bunag ke kloset dan bungkus kedua sebelum
dibuang ke TPA sesuai dengan peraturan daerah
10. Bersihakn setiap ceceran darah atau cairan tubuh
dengan sabun atau air atau dengan detergen. Larutan
hipoklorit dengan konsentrasi 1 : 10.

PEMERIKSAAN LABORATURIUM
PEMERIKSAAN

HASIL

ELISA
Western Bolt
Indirect Immunofluoresence (IFA)
Radioimmunoprecipitation (RIPA)

+ (dipastikan dengan WB)


+
+ (dipastikan dengan WB)
+ (lebih sensitif dari WB)

Antigen p24
Reaksi PCR
kultur sel mononuklear
kultur sel kuantitatif
kultur plasma kuantitatif
mikroglobulin B2
neopterin serum

+ untuk protein virus yang bebas


deteksi DNA dan RNA
+ (2 kali uji utk RT / Ag p24 kadar )
mengukur muatan virus dalm sel
mengukur muatan virus bebas d plsma
peningkatan protein
meningkat

# sel-sel CD 4
% sel-sel CD4
Rasio CD4 : CD8
Hitung sel darah putih
kadar Ig
tes fungsi CD4
Reaksi sesnitifitas kulit

menurun
menurun
menurun
N hingga menurun
Meningkat
T4 menurun
menurun hingga tidak ada

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kerusakan integritas kulit b.d manivestasi HIV,


ekskoriasi dan daare pada kulit
Diare b.d kuman patogen usus &/atau infeksi HIV
Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi
Intoleransi aktivitas b.d mudah letih, kelemahan,
malnutrisi,
keseimbangan
cairan
elektrolit,
hipoksia infeksi paru.
Perubahan proses fikir b.d penyempitan perhatian,
gangguan ingat, bingung, disorientasi
Bersihan saluran napas tidak efektif b.d
pneumonia pneumocystis carinii, peningkatan
sekret dan penurunan batuk.

Nyeri b.d gangguan integritas kulit perianal,


sarkoma kiposi dan neuropati perifer
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
penurunan asupan oral
Isolasi sosial b.d stigma penyakit, penarikan diri,
prosedur isolasi, takut menularkan
Berduka b.d perubahan gaya hidup serta
perannya dan dengan perognosis yang tidak
menyenangkan
Kurang pengetahuan b.d cara-cara mencegah
penularan HIV dan perawatan mandiri.

INTERVENSI
Meningkatkan integritas kulit
Nilai kulit secara rutin dari lesi, ukuran, lokasi dan infeksi
Bila pasien immobile mika-miki 2 jam/sekali
Ubah tekanan tempat tidur dan tempat tidur (low and
high-air loss beds)
Jangan menggaruk dan menggunakan sabun non
abrasif
Gunakan losion, salep dan kasa seteril yang dibubuhi
obat
Bila ada lesi kaki gunakan kaus kaki katun-putihbersepatu
Periksa dan bersihkan daerah perianal

Meningkatkan Kebiasaan defekasi


Kaji pola defekasi untuk mendeteksi diare
Catat kuantitas dan volume fese cair
Lakukan kultur feses untuk periksa kuman patogan
Hindari makanan yang merangsang usus (buah, sayuran
mentah, jagung bakar, minuman bersoda, makanan
pedas dan makanan berbumbu ekstrem)
Makanan porsi kecil tapi sering
Kolaboratif obat anti anti kolinergik, spasmodik atau
opioid.
Preparat antifungal dan antibiotik dapat pula diberikan

Mencegah infeksi
Pantau tanda-tanda berupa demam, menggigil, keringat
malam, batuk dengan atau tanpa sputum, kesulitan
napas, napas pendek, sakit mulut dan menelan, bercak
putih di mulut, penurunan BB, limphadenopaty, mual dan
muntah, sering berkemih, sulit berkemih, diare, sakit
kepala, perubahan visual dan daya ingat.
Hitung lab nilai leukosit dan hitung jenisnya
Kultur dengan mengambil spesimen dari sekret luka,
lesi, urin, feses, sputum serta darah
Bersihkan tempat-ruangan dengan cairan desinfektan
Hindari penggunaan obat per IV dan cara penularan
Menghindari rokok, keseimbangan diet, istirahat dan OR.

Toleransi aktifitas
Pantau kemampuan pasien untuk ambulasi
Bantu menyusun rencana aktifitas harian
Ajarkan gerakan menghemat energi
Terapi relaksasi, imajinasi terbimbing
Kolaboratif dengan tim kesehatan lainnya
mengungkap faktor penyebab lain

untuk

Bersihan jalan napas


Kaji status respiratorius paling tidak sekali dalam sehari
Analisis spesimen sputum untuk deteksi mikroorganisme
Terapi pulmoner sedikitnya 2 jam sekali
Posisikan semi fowler hingga fowler
Beri kesemapatan untuk istirahat
Anjurkan aupan cairan 3 L/ hari bila tanpa kontraindikasi
Berikan O2 yang telah dilembabkan, suctioning, intubasi
dan ventiasi mekanik bila diperlukan

Meredakan nyeri dan ketidaknyamanan


Berikan preparat anestesi topikal anastesi sistemik
sesuai resep
Bantal lunak atau bantal busa dapat diberikan
Hindari makanan menyebabkan yang iritasai usus
Berikan preparat NSAID dan opioid serta terapi non
farmakologis
Bila nyeri neuropatik (terbakar, baal, kesemutan) berikan
opioid dan antidepresan trisiklik dan stoking elastik.

Memperbaiki status nutrisi


Pantau BB, asupan makann, antopometrik, kadar
albumin, BUN, protein dan transferin serum
Nilai faktor pengganggu asupan oral dan fasilitasi
asupan oral
Berikan antiemetik bila ada mual dan muntah
Makanan harus mudah ditelan
Atur jadwal makan sedemikian rupa.
Hindari makanan kaya serat atau laktosa bila intoleransi
laktosa

HIV Transmission in United States


and Rest of the World

TERIMA KASIH

Perinatal Transmission of AIDS


Source: Tropical Medicine and Parasitiology, 1997

You might also like