You are on page 1of 45

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Umur harapan hidup penduduk suatu Negara sering kali dilihat sebagai salah
satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Demikian juga di Indonesia yang merupakan
salah satu Negara berkembang, dengan perkembangannya yang cukup baik
menyebabkan makin tinggi pula umur harapan hidup masyarakatnya (Darmodjo, 2000).
Hal ini berarti akan bertambah pula jumlah lansia, diseluruh dunia jumlah lanjut usia
diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun
2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan
orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari.
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas dan
mengakibatkan timbulnya berbagai masalah kesejahteraan di hari tua, kecuali bila
sebelum umur tersebut proses menua telah terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik,
mental dan social (Rahardjo, 1994 dikutip oleh Budhi Darmojo, 2000). Menurut dr.S.A
Nuhonni M. Jatim, Sp.RM, proses menua adalah penjumlahan semua perubahan yang
terjadi dengan berlalunya waktu. Perubahan ini menjadi penyebab atau berkaitan erat
dengan meningkatnya kerentanan tubuh terhadap penyakit, karena berkurangnya
kemampuan tubuh dalam proses-proses penyesuaian diri dalam maupun luar tubuh.
Masalah yang umumnya terjadi pada lansia antara lain gangguan penyesuaian,
kehilangan, depresi, gangguan kepribadian dan lain-lain.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007, Jumlah lansia
diIndonesia mencapai 18,96 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, 14% di antaranya berada di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atau yang merupakan daerah paling tinggi jmlah
lansianya. Disusul Provinsi Jawa Tengah (11,16%), Jawa Timur (11,14%), dan Bali
(11,02%).
Dengan meningkatnya populasi lansia akan menyebabkan konsekuensi berupa
besarnya biaya kesehatan karena sifat penyakitnya adalah penyakit degeneratif, kronis
dengan multiple patologi. Keadaan ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
sehari-hari secara mandiri.
Peran perawat dalam meminimalkan atau mengantisipasi masalah kesehatan
pada lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawaatan pada lansia baik dalam
keadaan sehat maupun sakit pada tingkat individu maupun kelompok. Fokus asuhan
keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( UPT PSLU ) Pasuruan
merupakan salah satu sasaran pelayanan keperawatan yang komprehensif pada lansia
dari individu maupun kelompok. Berkaitan dengan kondisi diatas kami mahasiswa
Program Profesi Ners STIKes Insan Cendekia Medika Jombang ingin menerapkan
konsep asuhan keperawatan pada lansia secara langsung di Unit Pelaksana Teknis
Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( UPT PSLU ) Pasuruan pada tanggal 10 November-28
November 2014. Kegiatan ini bertujuan mendapatkan pengalaman secara langsung
untuk menemukan permasalahan yang terjadi pada lanjut usia serta memberikan asuhan
keperawatan baik secara bio-psiko-sosio-spiritual dan kultural.

1.2. Tujuan Kegiatan


1.2.1.

Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan kelompok lanjut usia
dalam kehidupan Panti secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan secara komprehensif di UPT PSLU Pasuruan pada tanggal 10 November28 November 2014.

1.2.2.

Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti praktek keperawatan gerontik mahasiswa dapat:
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada kelompok lanjut usia di Unit Pelaksana
Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( UPT PSLU ) Pasuruan.
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan atau keperawatan yang timbul pada kelompok
lanjut usia yang ada di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( UPT
PSLU ) Pasuruan.
3. Membuat rencana strategis untuk memberikan solusi terhadap masalah kesehatan
atau keperawatan yang ada di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (
UPT PSLU ) Pasuruan, dengan mempertimbangkan sumber daya, dana, sarana dan
prasarana, serta kebijakan pemerintah pusat dan daerah.
4. Melaksanakan rencana strategis untuk mengatasi masalah kesehatan atau
keperawatan pada kelompok lanjut usia yang ada di Unit Pelaksana Teknis
Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( UPT PSLU ) Pasuruan.
5. Mengevaluasi hasil implementasi rencana strategis serta membuat kesimpulan dan
saran.

1.3. Manfaat Kegiatan


1.3.1.Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan konsep teori tentang asuhan keperawatan kelompok
gerontik yang tinggal di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia ( UPT
PSLU ) Pasuruan.
1.3.2.Bagi Lansia
1. Lansia mendapatkan pelayanan keperawatan secara komprehensif.
2. Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya.
3. Lansia mendapat penjelasan tentang kesehatan secara sederhana.
4. Lansia akan meingkat kwalitas hidupnya.
1.3.3.Bagi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU)
Pasuruan.
1. Dapat menerapkan pelayanan yang komprehensif (Bio-Psiko-Sosio-Spiritual)
2. Mendapatkan masukan tentang masalah kesehatan pada lansia serta alternatif
pemecahannya
1.3.4.Bagi Institusi Pendidikan.
Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia di
lingkungan Panti, sekaligus sebagai sarana evaluasi terhadap proses pembelajaran
mahasiswa berkaitan dengan praktik profesi keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1

Konsep Panti

2.1.1 Pengertian
Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia
adalah Unit Pelaksana Tehnis Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur
yang melaksanakan tugas pelayanan, dan bimbingan sosial
bagi lanjut usia terlantar, berdasarkan pada

Peraturan

Gubernur Jawa Timur Nomor : 119 tahun 2008 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial
Provinsi Jawa Timur
2.1.2 Landasan Hukum
a. Pancasila dan UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34.
b. UU No. 11 Th 2009 Tentang kesejahteraan sosial.
c. UU No.13 Tahun 1998 Tentang kesejahteraan Lanjut Usia.
d. UU No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Jo
No.32 Th 2004
e. UU No. 25 Tahun 1999 Tentang, Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah Junto PP No. 25 Th. 2000.
f. PP

No.

38

tahun

2007

tentang

pembagian

urusan

pemerintahan antara pemerintahan, pemerintah Daerah


Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kab/Kota
g. PP No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
h. Permendagri No. 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah
i. Perda Prov Jatim No. 5 tahun 2008 tentang Pembentukan
Perda
j. Perda Prov Jatim No. 7 Tahun 2008 Tentang Urusan
Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Timur.
k. Pergub Prov Jatim No. 119 tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi
Jatim
2.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi
UPT

Pelayanan

sosial

Lanjut

Usia

mempunyai

tugas

melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam pelayanan sosial


lanjut usia terlantar
Untuk melaksanakan tugas UPT mempunyai fungsi :
a.

Pelaksana program kerja UPT

b.

Pembinaandan pengendalian pengelolaan ketatausahaan,


penyelenggaraan kegiatan pelayanan sosial bimbingan dan
pembinaan lanjut

c.

Penyelenggaraan praktek pekerjaan sosial dalam bimbingan


sosial lanjut usia

d.

Pemberian bimbingan umum kepada klien di lingkungan


UPT

e.

Penyelenggaraan kerjasama dengan instansi / lembaga lain


perorangan

dalam rangka pengembangan progran UPT

f.Pengembangan metodologi pelayanan kesejahteraan sosial


dalam pelayanan sosial lanjut usia
g.

Penyelenggaraan

penyebarluasan

pelayanan tentang
h.

informasi

tentang

pelayanan kesejahteraan sosial

Penyelenggaraan konsultasi bagi keluarga atau masyarakat


yang

menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial

i.Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan


j.Pelaksanaan pelayanan masyarakat
k.

Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala


Dinas

2.2 Pelayanan Lansia Dalam UPT PSLU


2.2.1Prinsip Pelayanan
a) Menghormati harkat & martabat klien
b) Menjaga kerahasiaan
c) Tidak memberikan stigma
d) Tidak mengucilkan
e) Menghindari sikap sensitive
f) Pemenuhan kebutuhan secara tepat
g) Pelayanan secara komprehensif.
h) Menghindari sikap belas kasihan
i) Pelayanan yang cepat dan tepat
j) Pelayanan yang bermutu
k) Pelayanan yang efisien dan efektif
l) Pelayanan yang akuntabel
2.2.2Persyaratan masuk panti
a) Laki / perempuan usia 60 tahun keatas
b) Potensial dan tidak potensial.
c) Atas kemauan sendiri dan tidak ada unsur paksaan

d) Berbadan sehat tidak mempunyai penyakit menular yang


dinyatakan dengan surat keterangan sehat dari Dokter.
e) Direkomendasi dari kantor sosial / Pemda setempat.
f) Calon klien dinyatakan lulus seleksi oleh petugas panti.
2.2.3Jenis Pelayanan Sosial Lanjut Usia
a. Pengasramaan
Proses

kegiatan

penempatan

klien

ke

masing-masing

wismayang disesusikan dengan kondisi dan kapasitas yang


ada
b. Permakanan
Pemberian makan klien yang sesuai dengan menu dan
standart gizi yang direkomendasi oleh ahli gizi/dokter
Puskesmas setempat.
c. Pakaian
Pakaian diberikan terhadap klien sesuai dengan kebutuhan
d. Kesehatan / obat-obatan.
Pelayanan kesehatan bagi klien diberikan sewaktu-waktu
pada saat klien membutuhkan perawatan. Pemeriksaan
seluruh klien dilakukan setiap hari jumat bekerja sama
dengan PUSKESMAS ( POSYANDU LANSIA )
e. Pemberian higine dan obat-obatan, sesuai kebutuhan
f. Melakukan rujukan ke Puskesmas dan Rumah Sakit, apabila
klien memerlukan perawatan lanjutan / rawat inap (opname)
2.2.4Proses Pelayanan
1) Tahap Pendekatan Awal
a) Sosialisasi
Kegiatan ini merupakan penyampaian informasi tentang
program pelayanan sosial dalam panti kepada pihak-pihak
yang

terlibat

agar

terdapat

kesamaan

persepsi

dan

memilih

dan

tindakan dalam pelayanan sosial lanjut usia


b) Identifikasi dan seleksi
Proses

menemukenali,

menginfentarisasi

menetapkan calon klien


c) Penerimaan dan Regristrasi
penerimaan calon klien dari pihak keluargaatau pihak-pihak
lain kepada pihak panti
2) Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment)

Proses untuk menilai situasi dan kondisi, kebutuhan dan


permasalahan klien, serta situasi dan kondisi obyektif dari
keluarga dan lingkungan sosialnya untuk dijadikan dasar
dalam penyusunan rencana pelayanan yang akan diberikan
kepada lanjut usia
3) Tahap Perencanaa Program Pelayanan
Merupakan proses penelaahan dan penyusunan rencana
program pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan
permasalahan klien
4) Tahap Pelaksanaan Pelayanan
a. Pememenuhan kebutuhan pisik
Pemenuhan

kebutuhan yang berkaitan dengan makan,

pakaian, tempat tinggal

b. Bimbingan sosial.
Bimbingan sosial adalah proses pelayanan yang ditujukan
kepada lanjut usia agar mampu mengembangkan relasi
sosial yang positip dan menjalankan

peranan sosialnya

dalam panti dan dalam lingkungan sosial masyarakat


c. Bimbingan fisik dan kesehatan.
Merupakan proses pelayanan yang ditujukan menjaga atau
meningkatkan kondisi fisik

dan kesehatan lanjut

usia,

sehingga dapat melaksanakan peran sosialnya


d. Bimbingan Psikososial.
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi
sosial

psikologis

seperti

adanya

perasaan

rasa

aman,

nyaman, tenteram dan damai


e. Bimbingan Mental Spiritual dan kerohanian.
Merupakan upaya yang dilaksanakan untuk memelihara dan
meningkatkan kondisi mental-spiritual dan kerohanian klien.
f. Bimbingan Ketrampilan.
Merupakan

kegiatan

yang

dilaksanakan

dalam

rangka

mengembangkan bakat, minat dan potensi klien untuk


menisi waktu luangnya sehingga merasa betah dan nyaman
tinggal dalam panti.
g. Bimbingan Rekreasi dan Hiburan.

Upaya yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan


kreatifitas untuk meningkatkan semangat hidup klien agar
bahagia dalam menjalankan kehidupannya.
2.2.5Tahap Pasca Pelayanan
a) Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauhmana
keberhasilan atau kegagalan program pelayanan yang telah
diberikan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
pihak panti kepada klien, keluarganya atau pemerintah
b) Terminasidan Rujukan
Terminasi adalah proses pengakhiran pelayanan setelah
klien meninggal dunia atau kembali ke keluarga atau karena
sesuatu

hal

harus

menghubungkan

klen

dilakukan.Rujukan
dengan

adalah

pelayanan

lain

proses
yang

dibutuhkan sesuai masalah dan kebutuhannya.


c) Pembinaan Lanjut
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah klien kembali ke
keluarga, dan/atau ketika klien sudah dimakamkan karena
klien tidak memiliki keluarga

TAHAP pelayanan
Proses

PENDEKATA
N AWAL
1.Sosialisasi
2.Identifikasi
/seleksi
3.penerimaa
n
& regestrasi

TAHAP
PENGUNGKAP
AN DAN
PEMAHAMAN
MASALAH
( ASSESMEN )
TAHAP
PERENCANA
AN
PROGRAM
PELAYANAN
TAHAP

MENUJULANSIASEJAHTERA
TUABERGUNADANBERKUALITAS
TAHAP
PASCA
PELAYANAN
1.Evaluasi
2. Terminasi
Kep Mensos
: 4/PRS&
Rujukan
3/KPTS/2007
3.
Pembinaan
2.2.6Ketenagaan
Lanjut
Kebutuhan tenaga di panti

PELAKSANAAN
PELAYANAN

1.Pemenuhan
Kebutuhan Fisik
2.Bimbingan Sosial
3.Bimbingan fisik &
Kesehatan
4. Bimbingan
Psikososial
5.Bimbingan Mental
6. Bimbingan
Ketrampilan
sebaiknya
berimbang antara tenaga
7. Bimbingan
pelaksanaan pelayanan dengan penerima pelayanan.
Tenaga pelaksana yang
Rekreasi & Hiburan
memenuhi persyaratan pendidikan sesuai dengan bidang tenaga, secara umum
ketenagaan dibagi dalam dua bidang yaitu tenaga administrasi dan tenaga
teknis.

2.2.7 Peralatan pelayanan


Peralatan yang diperlukan oleh lanjut usia meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
2.3

Peralatan penginapan
Peralatan makan
Peralatan ketrampilan
Peralatan pembinaan mental spiritual
Peralatan olah raga
Peralatan terapi
Peralatan hiburan
Peralatan pelayanan kesehatan
Teori TentangAging Proses

2.3.1 Pengertian

Lanjut Usia Proses menua merupakan suatu yang


fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang
dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13

tahun 1998

adalah 60 tahun. Proses penuaan dipandang sebagai sebuah


proses total dan sudah dimulai saat masa konsepsi. Meskipun
penuaan adalah sebuah proses berkelanjutan, belum tentu
seseorang meninggal hanya karena usia tua. Sebab individu
memiliki perbedaan yang unik terhadap genetik, sosial,
psikologik, dan faktor-faktor ekonomi yang saling terjalin
dalam kehidupannya menyebabkan peristiwa menua berbeda
pada

setiap

seseorang

orang.

Dalam

mengalami

pengalaman

maupun emosional yang


seseorang
dirinya.

untuk

sepanjang

kehidupannya,

traumatik

baik

fisik

bisa melemahkan kemampuan

memperbaiki

atau

mempertahankan

Akhirnya periode akhir dari hidup yang disebut

senescence terjadi saat organisme biologik tidak dapat


menyeimbangkan

lagi

mekanisme

Pengrusakan

dan

Perbaikan.
2.3.2 Teori tentang Proses menua
a. Teori Biologik Menurut Mary Ann Christ et al. (1993)
Penuaan merupakan proses yang secara berangsur
mengakibatkan

perubahan

yang

kumulatif

dan

mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan


kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan sel, akibat
interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya
menimbulkan perubahan degeneratif. Teori biologis tentang
proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan
ekstrinsik.

Intrinsik

berarti

perubahan

yang

berkaitan

dengan usia, timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri,


sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan
yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan.
Faktor intrinsik, peranan enzym seperti DNA polymerase
yang berperan besar pada penggandaan dan perbaikan DNA,
serta enzym proteolytik yang dapat menemukan sel yang
mengalami degradasi protein sangat penting. Sedangkan
pada faktor ekstrinsik yang penting dikemukakan adalah
radikal

bebas,

fungsi

kekebalan seluler

dan

humoral,

oksidasi stress, cross link serta mekanisme dipakai dan aus


sangat menentukan dalam proses penuaan yang terjadi .
Adanya faktor pengaruh intrinsik dan ekstrinsik tadi pada
9

akhirnya akan mempengaruhi tingkat perubahan pada sel ,


sel otak dan saraf, gangguan otak , serta jaringan tubuh
lainnya.
1) Teori Genetik dan Mutasi
Genetic

Clock

Menua

terjadi

sebagai

akibat

dari

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul /DNA


dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. Teori
ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat
adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan
berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini
sudah

habis

putarannya

maka,

akan

menyebabkan

berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil


penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono
(1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara
kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur
spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting
lainnya

yang

perlu

diperhatikan

dalam

menganalisis

faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah


faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi
somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi
dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori
ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik,
akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan
fungsional sel tersebut.
2) Teori ERROR Salah satu hipotesis yang berhubungan
dengan

mutasi

sel

somatik

adalah

hipotesis

"Error

Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori


tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai
macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat
kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme
yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel
secara perlahan.
3) Pemakaian dan Rusak, wear and tear theory Kelebihan
usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah
4) Autoimune Pada proses metabolisme tubuh , suatu saat
diproduksi suatu zat khusus. Saat jaringan tubuh tertentu
yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan mati. Proses menua dapat
terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun
10

tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika


mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada
permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem
imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan
tersebut

sebagai

sel

asing

dan

menghancurkannya

Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan


dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi
pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan
Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri
daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses
menua,

daya

serangnya

terhadap

antigen

menjadi

menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat sesuai


dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari
Nuryati, 1994).
5) Teori Stres Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa

digunakan.

Regenerasi

jaringan

tidak

dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres


menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.
6) Teori

Radikal

Bebas

Tidak

stabilnya

redikal

bebas

mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik


seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat regenerasi. Penuaan dapat terjadi
akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh
manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2),
Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2).
Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif ,
sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam
lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari
Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin
tua

umur

makin

banyak

terbentuk

radikal

bebas,

sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan


organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
7) Teori Kolagen Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan
menyebabkan

kecepatan

kerusakan

jaringan

dan

melambatnya perbaikan sel jaringan.


b. Teori Sosial
1. Teori Aktifitas.
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
2. Teori Pembebasan.
11

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur


angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga
terjadi kehilangan ganda yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontrol sosial
c) Berkurangnya komitmen
3. Teori Kesinambungan.
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam
siklus kehidupan lansia. Dengan demikian pengalaman
hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya
kelak pada saat ini menjadi lansia. Pokok-pokok dari teori
kesinambungan adalah :
a) lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau
harus

aktif

dalam

proses

penuaan,

akan

tetapi

didasarkan pada pengalamannya di masa lalu, dipilih


peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
b) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
c) Lansia

dimungkinkan

untuk

memilih

berbagai

cara

adaptasi.
4. Teori Interaksi Sosial (Social Exchange Theory).
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak
pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang
dihargai masyarakat. Mauss
Blau

(1964)

(1954), Homans (1961) dan

mengemukakan

bahwa

interaksi

sosial

didasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa,


sedangkan pakar lain Simmons (1945) mengemukakan
bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi
sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status
sosialnya untuk melakukan tukar menukar.Pokok-pokok
Social Exchanger Theory sebagai berikut :
a) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya
mencapai tujuannya masing-masing.
b) Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang
memerlukan biaya dan waktu.
c) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang
aktor akan mengeluarkan biaya.
d) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan
mencegah terjadinya kerugian.
12

e) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan


olehnya.
5. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory).
Cumming

dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa

kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat


kesehatan

mengakibatkan

seseorang

lansia

secara

perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya.


Selain

hal

tersebut,

mempersiapkan

dari

pihak

masyarakat

juga

kondisi agar para lansia menarik diri.

Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun


baik secara kualitas maupun secara kuantitas.Pokok
pokokdisenggagement theory adalah :
a) Pada pria, kehilangan peran utama hidup terjadi pada
masa pensiun. Pada wanita terjadi pada masa peran
dalam keluarga berkurang misalnya saat anak menginjak
dewasa dan meninggalkan rumah untukbelajar dan
menikah.
b) Lansia danmasyarakat menarik manfaat dari hal ini,
karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial
berkurang sedangkan kaum muda memperoleh kerja
yang lebih luas.
c) Tiga aspek utama dalam teori ini adalah :
1) Proses menarik diri terjadi sepanjang hidup
2) Proses tak dapat dihindari
3) Hal ini diterima lansia dan masyarakat.
6. Teori Aktivitas (Activity theory)
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et
al. (1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses
tergantung dari bagaimana lansia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas
tersebut selama mungkin.Pokok-pokok teori aktivitas adalah
:
a) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial
dan keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
b) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang
lansia.
7. Teori Perkembangan (Development Theory)
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang
telah dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa,
dengan demikian perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung
13

dan Erikson. Sigmund Freud meneliti tentang psikoanalisa


dan perubahan psikososial anak dan balita . Erikson (1930)
membagi kehidupan menjadi 8 fase dan lansia perlu
menemukan integritas diri melawan keputusasaan (ego
integrity

versus

menguraikan

despair)..

tujuh

Havighurst

jenis

tugas

dan

Duvall

perkembangan

(development tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan


oleh lansia yaitu ;
a) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis
b) Penyesuaian

terhadap

pensiun

dan

penurunan

pendapatan
c) Menemukan makna kehidupan
d) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
e) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
f) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal
dunia
g) Menerima dirinya sebagai calon lansia Joan Birchenall
RN, Med dan Mary E Streight RN (1973) menekankan
perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna
mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama
fase kehidupannya.
Pokok-pokok dalam development theory adalah :
a) Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh
masa kehidupannya.
b) Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap
kenyataan sosial yang baru yaitu pensiun dan atau
menduda atau menjanda.
c) Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang
berakhir

dalam

keluarga,

kehilangan

identitas

dan

hubungan sosialnya akibat pensiun, ditinggal mati oleh


pasangan hidup dan teman-temannya.
8. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory) Wiley
(1971)
menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia kronologis
yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan
kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan
usia. Dua elemen penting dari model stratifikasi usia
tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori ini adalah :
a) Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
14

b) Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok


c) Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di antara
penduduk.
c. Teori Psikologi
1. Teori Kebutuhan Manusia menurut Hirarki Maslow Menurut
teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia
(Maslow, 1954). Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas
yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sudah
terpenuhi, mereka berusaha menemukannya pada tingkat
selanjutnya

sampai

urutan

yang

paling

tinggi

dari

kebutuhan terbsebut tercapai. Semua kebutuhan ini sering


digambarkan seperti sebuah segitiga dimana kebutuhan
dasar terletak paling bawah/di dasar.
2. Teori Individual Jung Carl Jung (1960) menyusun sebuah
teori

perkembangan

kepribadian

dari

seluruh

fase

kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak, masa muda


dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.
Kepribadian

individu

terdiri

dari

Ego,

ketidaksadaran

seseorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini


kepribadian

digambarkan/diorientasikan

terhadap

dunia

luar (ekstroverted) atau ke arah subyektif, pengalamanpengalaman dari dalam diri

(introvert).

Keseimbangan

antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan


merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.
3. Teori Proses Kehidupan Manusia Charlotte Buhler (1968)
menyusun

sebuah

teori

yang

menggambarkan

perkembangan manusia yang didasarkan pada penelitian


ektensif

dengan

menggunakan

biografi

dan

melalui

wawancara. Fokus dari teori ini adalah mengidentifikasi dan


mencapai tujuan hidup manusia yang melewati klima fase
proses perkembangan. Menurutnya, pemenuhan kebutuhan
diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang sehat dan
itu membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak
dapat menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dengan beberapa cara. Pada tahun 1968
Buhler mengembangkan awal pemikirannya yang secara
jelas mengidentifikasi lima fase yang terpisah dalam
pencapaian tujuan kehidupan yang dilewati manusia. Pada
masa kanak-kanak belum terbentuk tujuan hudup yang
15

spesifik dan pada masa depan pengakhiran kehidupan juga


tidak jelas. Masa remaja dan masa dewasa muda dicapai
hanya

sekali

mengkonsep

dalam

kehidupan.

tujuan-tujuan

hidup

Seseorang
yang

mulai

spesifik

dan

memperokleh pengertian terhadap kemampuan individu.


Saat berumur 25 tahun seseorang menjadi lebih konkrit
mengenai tujuan hidupnya dan secara aktif diterapkan
dalam diri mereka. Buhler melihat fase akhir dari lansia
(usia 65 atau 70 tahun) sebagai usia untuk mengakhiri citacitanya yang muluk untuk mencapai tujuan hidup.
2.4

Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


2.4.1 Perubahan fisik
a. Sel :
jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,
berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan :
cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam
respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca
indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi membran
timpani,

terjadinya

pengumpulan

serum

karena

hlangnya

respon

meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan :
spinkter

pupil

timbul

sklerosis

dan

terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa


keruh, meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya
daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler :
katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah

berumur

20

tahun

sehingga

menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas


pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e. Sistem respirasi :
otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan
menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya
sehingga

kapasitas

residu

Kedalaman pernafasan menurun.


f. Sistem gastrointestinal :
16

meingkat,

nafas

berat.

kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk, indera


pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan
atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya
sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin.
g. Sistem genitourinaria :
ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran
darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi
meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika
urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan
berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami
oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang
vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan
menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin :
pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan
basal

metabolisme

rate

(BMR).

Porduksi

sel

kelamin

menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.


i. Sistem integumen :
pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan
rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi
keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal :
tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi
kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi
serabut erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban
bergerak. otot kam dan tremor.
2.4.2 Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah:
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d.Keturunan
e. Lingkungan Kenangan (memori) ada 2 :
17

a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berharihari yang lalu


b. kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a.Tidak

berubah

dengan

informasi

matematika

dan

perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan
psikomotor

terjadi

perubahan

pada

daya

membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor


waktu.
2.4.3 Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah
perawatan bergerak lebih sempit.

\
LANSIA
Perubahan
biologis/fisik

Perubahan
masukan
nutrisi

Perubaha
n aktifitas

Perubahan
kejiwaan

Perubahan
sosial

Penurunan daya
ingat tingkat
pendidikan
rendah

Sumber
keuangan
menurun

Fungsi
intelektua
l

Fungsi sosial
menurun
kehilangan hub

Penurunan
Demensia
18
fungsi
sendi,otot,pende
G3
Takut
Perasaan
Mudah
ngaran,pengliha MerasaPerasaa
istirahat/tidur
(ansietaas)
tak
marah/tersingg
kurang
n sedih

Dmensia penurunan
cara hidup (masuk
PSTW) Perubaha
n

Membahayakan
diri sendiri

2.5

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

2.5.1 Fisik / Biologis


a.

Gangguan

nutrisi

(kurang

dari

kebutuhan

tubuh)

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.


b.

Gangguan

persepsi

berhubungan

dengan

gangguan

pendengaran / penglihatan.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya
minat dalam merawat diri.
d. Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian
penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.
e. Perubahan pola elemenasi berhubungan dengan pola makan
yang tidak efektif, peristaltik lemah.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau
nyeri.
g. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan
jalan napas / adanya skrit pada jalan napas.
h. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi,
atropis serabut otot.
2.5.2 Psikologis-sosial
a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan
b.
c.
d.
e.

tidak mampu.
Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
Koping
yang
tidak
adekuat
berhubungan
dengan
ketidakmampuan menghilangkan perasaan secara tepat.

19

Menarik dari
sosial

f. Cemas

berhubungan

dengan

sumber

keuangan

yang

terbatas.
2.5.3 Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan
tak siap dengan kematian.
c. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang
dialami.
d. Perasaan

tidak

tenang

berhubungan

dengan

ketidak

mampuan ibadah secara tepat.

BAB III
PENGKAJIAN
3.1

Pengkajian kelompok usia lanjut UPT PSLU Pasuruan


Langkah pertama dalam kegiatan pelaksanaan praktek
keperawatan

gerontik

di

UPT

PSLU

Pasuruan

adalah

menganalisa situasi. Hasil analisa situasi dapat menggambarkan


situasi umum tempat praktek yang selanjutnya dapat dijadikan
pedoman dalam merencanakan tindakan berikutnya: data yang
diperoleh dalam pelaksanaan analisa situasi adalah indentitas
20

panti, latar belakang pendirian panti, misi, visi dan motto panti,
tujuan panti, struktur panti, kapasitas panti, sarana dan
prasarana panti, kegiatan dalam panti, hubungan lintas sektoral
dan lintas sektor, distribusi pendanaan, data kesehatan yang
disajikan dalam bentuk analisa SWOT.
3.2 Identitas Panti
Nama Panti

UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN

SOSIAL LANJUT USIA PASURUAN


Alamat

: Jl Dr. Soetomo, Pandaan, Pasuruan

Pengelola

: Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur

3.3 Latar Belakang Berdirinya Unit Pelayanan Sosial Lanjut


Usia Pauruan.
a.

Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruan ini didirikan
pada tanggal 1 Oktober 1979 dengan nama SASANA TRESNA WERDHA ( STW )
"SEJAHTERA" PANDAAN yang pada awalnya melayani 30 orang,

b.

Pada tanggal 17 Mei 1982 diresmikan pemakaiannya oleh Menteri Sosial


Bapak Saparjo dengan dasar KEP.MENSOS RI NO. 32/HUK / KEP/VI/82 di bawah
pengendalian Kanwil Depsos Propinsi Jawa Timur dengan kapasitas tampung 110
orang dan menempati areal seluas 13.968 M

c.

Pada tahun 1994 mengalami pembakuan penamaan UPT Pusat / Panti /


Sasana

dilingkungan Departemen Sosial

dengan

No.14/HUK/1994 dengan nama Panti Sosial Tresna Werdha

SK. Mensos

RI

Sejahtera "

Pandaan.
d.

Dalam perkembangan waktu dan perkembangan kebutuhan akan pelayanan


lanjut usia terjadi perubahan dengan Melalui SK.Mensos RI. No.8/HUK/1998
ditetapkan menjadi Panti percontohan Tingkat Propinsi dengan kapasitas 110 orang.

e.

Pada tahun 1988 ketika Departemen Sosial RI Dihapus, panti ini sempat di
kelola melalui Badan Kesejahteraan Sosial Nasional Pusat. Dan pada tahun 2000
pada saat pelaksanaan otonomi daerah diberlakukan maka semua perangkat pusat
termasuk aset-asetnya diserahkan pada Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui
Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2000. tentang Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur
bahwa Panti Sosial Tresna Werdha
Pelaksana Tehnis

f.

Dinas

Sejahtera Pandaan, merupakan

Unit

Sosial Propinsi Jawa Timur.

Sejalan dengan perkembangan jangkauan pelayanan pada lanjut usia melalui


Perda No.14 Tahun 2002 tentang perubahan atas Perda No.12 Tahun 2000
tentang Dinas Sosial, bahwa Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan berubah nama
menjadi : Panti Sosial Tresna Werdha Pandaan- Bangkalan, yang jangkauan

21

pelayanannya bertambah untuk wilayah Madura dengan penambahan Unit


Pelayanan Sosial lanjut Usia di Bangkalan
g.

Berdasarkan pada Peraturan Gubernur No. 119 tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, Panti Sosial
Tresna Werdha Pandaan- Bangkalan berubah menjadi : Unit Pelaksana Teknis
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pasuruandengan jangkauan pelayanan wilayah
Kabupaten Pasuruan dan Kab./Kota sekitarnya ditambah Pelayanan Sosial Lanjut
Usia di Lamongan dengan jangkauan pelayanan wilayah Kabupaten Lamongan dan
Kabupaten sekitarnya
3.4 Visi, Misi, dan Motto Panti
1)
Visi :
Terwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Misi :
a. Melaksanakan tugas pelayanan dan rehabilitasi bagi lanjut usia
dalam upaya memenuhi kebutuhan rohani, jasmani dan sosial sehingga
dapat menikmati hari tua yang diliputi kebahagiaan dan ketentraman
lahir batin.
b. Mengembangkan sumber potensi bagi lanjut usia potensial, sehingga dapat
mandiri dan dapat menjalankan fungsi sosial secara wajar.
c. Peningkatan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut usia terlantar.
3)
Motto
Lansia Kreatif dan Energic
3.5 Maksud dan Tujuan
1) Maksud.
Memberikan tempat pelayanan sosial serta kasih sayang terhadap para
Lanjut Usia terlantar ( potensial dan tidak potensial ) dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
2) Tujuan.
a. Terpenuhinya kebutuhan rohani meliputi:
Ibadah sesuai dengan Agama masing-masing, kebutuhan kasih
sayang, peningkatan semangat hidup dan rasa percaya diri.
b. Terpenuhinya kebutuhan jasmani meliputi :
Kebutuhan pokok secara layak ( Sandang, pangan dan papan ),
pemeliharaan kesehatan, pemenuhan kebutuhan rekreatif untuk mengisi
waktu luang
c.Terpenuhinya kebutuhan sosial, terutama bimbingan sosial antar penghuni
panti, pembina maupun dengan masyarakat.

22

3.6 Denah

23

3.7

Struktur Kepengurusan Panti

KEPALA UPT
VISI

Drs. JABISTON LIMBONG, M.M.


NIP. 19580221 198503 1 011

Terwujudnya peningkatan
taraf kesejahteraan sosial
bagi lanjut usia yang
bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

Drs. SUGIYONO, M.Si.


NIP. 19650315 199303 1

Staf Tata Usaha

MISI
1.

2.

3.

Melaksanakan
tugas
pelayanan dan rehabilitasi bagi
lanjut usia
dalam upaya
memenuhi kebutuhan rohani,
jasmani dan sosial sehingga
dapat menikmati hari tua yang
diliputi
kebahagiaan
dan
ketentraman lahir batin.
Mengembangkan
sumber
potensi bagi lanjut usia potensial,
sehingga dapat mandiri dan
dapat menjalankan fungsi sosial
secara wajar.
Peningkatan
peran
serta
masyarakat dalam penanganan
lanjut usia terlantar.

Kasub. Bag. Tata Usaha

DYA IRIANTI, S.Sos.


NIP. 19690124 198901 2
KASIE. PELAYANAN SOSIAL

KASIE. BINJUT.

Rr. DEWI ROZAINA, S.H.


NIP. 19580710 197812 2

SUKRISNO, S.Sos.
NIP. 19630323 198303 1

Pekerja Sosial
M. UMAR SAID, S.H.
NIP. 19600711 198303 1
NINUK FIRONIKA
NIP. 19610613 198503 2
RINI ASTUTI SETYOWATI
NIP. 19680921 199303 2

DEWI SENJAYATI
NIP. 19650926 200701 2
INDAH SETIYO WIJAYANTI
NIP. 19790512 201403 2
SARTINI
NIP. 19820930 200901 2

24

PROBO NOEGROHO
NIP. 19630813 198910 1
KHUSNAN MULYADI
NIP. 19600417 200604 1

Staf Pelayanan Sosial


LISTIYO, A.K.S.
NIP. 19641017 198910 1

MARYANI, S.Sos.
NIP. 19650703 198910 2

Staf Binjut.
DARMANTO, A.K.S.
NIP. 19630517 198901 1
SOLIKIN, S.S.T.
NIP. 19670807 199010 1
SUSIAMI, S.Sos.
NIP. 19630812 198603 2
SUPRIANTO NAZULUL,
S.H.

DANNY CAHYADI
ISDIANTORO
DIDIK HARIYANTO
NIP. 19701231 200801 1
ISMAWAN
NIP. 19791106 200901 1
TAUFAN ALMUSTAKIM
NIP. 19700202 200901 1
SITI ALFIAH
NIP. 19831020 200901 2
MOHAMAD TOLIB
NIP. 19670805 201001 1
SAKUR
NIP. 19690831 200801 1

3.8 Manajemen Unit


3.8.1. MAN
Ketenagaan :
Jumlah tenaga yang ada di panti ada 28 pegawai dengan perincian sebagai
berikut :

PNS

: 20 orang

PTT

: 8 orang

Selain 21 pegawai tetap, pihak UPT PSLU Pandaan juga merekrut 13 orang
PTT dengan perincian sebagai berikut :

Satpam 2 orang
Perawat : 4 orang
Petugas dapur : 4 orang
Pengasuh staf : 3 orang
Kapasitas Panti
Jumlah lanjut usia berdasarkan kriteria WHO adalah :
1) Usia 60 tahun ke atas : 107 jiwa
Jumlah hunian yang berada di wisma berdasarkan jenis kelamin
Jumlah Hunian
Laki-laki
Perempuan

Nama Wisma
Wisma Teratai
0
8
Wisma Anggrek
8
1
Wisma Kemuning
9
1
Wisma Mawar
0
7
Wisma Cendana
0
10
Wisma Dahlia
7
0
Wisma Perawatan Khusus
1
28
Wisma Seruni
10
0
Wisma Kenanga
0
8
Wisma Melati
1
7
Total
Total hunian
107
Berdasarkan hasil pendataan pada 12 November 2014
3.8.2 METHOD :
A. Pripsip Pelayanan
1. Menghormati harkat & martabat klien
2. Menjaga kerahasiaan
3. Tidak memberikan stigma
4. Tidak mengucilkan
5. Menghindari sikap sensitive
6. Pemenuhan kebutuhan secara tepat
7. Pelayanan secara komprehensif.
8. Menghindari sikap belas kasihan
9. Pelayanan yang cepat dan tepat
10. Pelayanan yang bermutu
11. Pelayanan yang efisien dan efektif
12. Pelayanan yang akuntabel
B. Persyaratan Masuk Panti
a. Laki / perempuan usia 60 tahun keatas
25

b. Potensial dan tidak potensial.


c. Atas kemauan sendiri dan tidak ada unsur paksaan
d. Berbadan sehat tidak mempunyai penyakit menular yang dinyatakan
dengan surat keterangan sehat dari Dokter.
e. Direkomendasi dari kantor sosial / Pemda setempat.
f. Calon klien dinyatakan lulus seleksi oleh petugas panti.
C. Jenis Pelayanan Lanjut Usia
1. Pengasramaan
Proses kegiatan penempatan klien ke masing-masing wisma yang disesusikan
dengan kondisi dan kapasitas yang ada
2. Permakanan
Pemberian makan klien yang sesuai dengan menu dan standart gizi yang
direkomendasi oleh ahli gizi/dokter Puskesmas setempat.
3. Pakaian
Pakaian diberikan terhadap klien sesuai dengan kebutuhan
4. Kesehatan / obat-obatan.
Pelayanan kesehatan bagi klien diberikan sewaktu-waktu pada saat klien
membutuhkan perawatan. Pemeriksaan seluruh klien dilakukan setiap hari
jumat bekerja sama dengan PUSKESMAS ( POSYANDU LANSIA )
5. Pemberian higine dan obat-obatan, sesuai kebutuhan
6. Melakukan rujukan ke Puskesmas dan Rumah Sakit, apabila klien
memerlukan perawatan lanjutan / rawat inap ( opname ).
D. Proses Pelayanan
1. Tahap Pendekatan Awal.
a. Sosialisasi
Kegiatan ini merupakan penyampaian informasi tentang program
pelayanan sosial dalam panti kepada pihak-pihak yang terlibat agar
terdapat kesamaan persepsi dan tindakan dalam pelayanan sosial lanjut
usia
b. Identifikasi dan seleksi
Proses menemukenali, menginfentarisasi memilih dan menetapkan
calon klien.
c. Penerimaan dan Regristrasi
Penerimaan calon klien dari pihak keluarga atau pihak-pihak lain
kepada pihak panti
2. Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assesment)
Proses untuk menilai situasi dan kondisi, kebutuhan dan
permasalahan klien, serta situasi dan kondisi obyektif dari keluarga dan
lingkungan sosialnya untuk dijadikan dasar dalam penyusunan rencana
pelayanan yang akan diberikan kepada lanjut usia.
3. Tahap Perencanaan Program Pelayanan
Merupakan proses penelaahan dan penyusunan rencana program
pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan klien
4. Tahap Pelaksaan Pelayanan
a) Pememenuhan kebutuhan pisik
Pemenuhan kebutuhan yang berkaitan dengan makan, pakaian,
tempat tinggal
26

b) Bimbingan sosial.
Bimbingan sosial adalah proses pelayanan yang ditujukan kepada
lanjut usia agar mampu mengembangkan relasi sosial yang positip dan
menjalankan peranan sosialnya dalam panti dan dalam lingkungan
sosial masyarakat
c) Bimbingan fisik dan kesehatan.
Merupakan proses pelayanan yang ditujukan menjaga atau
meningkatkan kondisi fisik dan kesehatan lanjut usia, sehingga dapat
melaksanakan peran sosialnya
d) Bimbingan Psikososial.
Merupakan upaya yang dilakukan untuk menciptakan situasi sosial
psikologis seperti adanya perasaan rasa aman, nyaman, tenteram dan
damai
e) Bimbingan Mental Spiritual dan kerohanian.
Merupakan upaya yang dilaksanakan untuk memelihara dan
meningkatkan kondisi mental-spiritual dan kerohanian klien.
f) Bimbingan Ketrampilan.
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam

rangka

mengembangkan bakat, minat dan potensi klien untuk menisi waktu


luangnya sehingga merasa betah dan nyaman tinggal dalam panti
g) Bimbingan Rekreasi dan Hiburan.
Upaya yang dilaksanakan dalam rangka mengembangkan
kreatifitas untuk meningkatkan semangat hidup klien agar bahagia
dalam menjalankan kehidupannya.
5. Tahap pasca pelayanan
a) Evaluasi.
Evaluasi adalah suatu kegiatan untuk menilai sejauhmana
keberhasilan atau kegagalan program pelayanan yang telah diberikan
sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pihak panti kepada
klien, keluarganya atau pemerintah.
b) Terminasi dan Rujukan.
Terminasi adalah proses pengakhiran pelayanan setelah klien
meninggal dunia atau kembali ke keluarga atau karena sesuatu hal
harus dilakukan.
Rujukan adalah proses menghubungkan klen dengan pelayanan
lain yang dibutuhkan sesuai masalah dan kebutuhannya.
c) Pembinaan Lanjut
Merupakan kegiatan yang dilakukan setelah klien kembali ke
keluarga, dan/atau ketika klien sudah dimakamkan karena klien tidak
memiliki keluarga
E. Pemberdayaan
1. Keterampilan : lansia di UPT PSLU Pandaan diarahkan untuk membuat
keterampilan yang mempunyai nilai ekonomis sebagai upaya untuk
pemberdayaan lansia.

27

2. Pertanian : lansia di UPT PSLU Pandaan pernah diberikan pengarahan


untuk menanam pohon dan merawat pekarangan disekitar UPT PSLU
Pandaan.
3. Peternakan : lansia di UPT PSLU Pandaan diarahkan untuk memelihara
kambing dan ikan serta merawat dari peliharaan tersebut.
F. Maping lokasi
1. Total care (perawatan khusus) diperuntukkan bagi lansia yang tidak bisa
memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Adapun ruangannya yaitu di
wisma flamboyan dan cempaka.
2. Partial care (perawatan sebagian) diperuntukkan bagi lansia yang bisa
memenuhi kebutuhan dasar namun dengan bantuan orang lain. Adapun
ruangannya yaitu di wisma anggrek
3. Self care (perawatan mandiri) diperuntukkan bagi lansia yang mampu
memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Adapun ruangannya yaitu di
wisma teratai, melati, dahlia, mawar, cendana, kenanga
3.8.3. MATERIAL
1) Kondisi geografis panti
UPT PSLU Pasuruan yang terletak di Jl. Dr. Sutomo Pandaan, Kec.
Pandaan, Kab. Pasuruan merupakan lokasi yang sangat strategis, karena
mudah untuk dicapai seluruh lapisan masyarakat Luas tanah 13.968 m2,
kondisi cuaca kabupaten Pasuruan yang sejuk sepanjang tahun, merupakan
faktor yang sangat mendukung bagi lansia untuk mempertahankan
kenyamanan

lansia

mudahnya

sumber-sumber

pendukung

bagi

kelangsungan panti, seperti sumber air,sumber listrik, akses terhadap pasar


dan transportasi yang memadai akan sangat mendukung dalam operasional
panti. Namun demikian lokasi yang cenderung pada daerah menurun
menjadikan tempat ini riskan dengan resiko injuri. Akan tetapi modifikasi
tempat disiasati dengan pemasangan pagar pegangan yang sekaligus
pengaman menurunkan resiko meskipun tetap ada resiko tersebut. Oleh
karena itu diperlukan pengawasan yang terus menurus.
2) Dukungan pemerintah
Dukungan pemerintah terhadap keberadaan UPT PSLU Pasuruan ini
sangat besar, hal ini terlihat dari Perda Pemprov jawa Timur yang
menjadikan panti ini sebagai suatu lembaga sosial yang berada langsung
dibawah pemerintah propinsi dengan pertimbangan untuk mempermudah
pengembangan terutama yang berhubungan dengan pendanaan dan
pengembangan sumber daya manusia. Namun anggaran yang dikeluarkan
pemerintah kurang bisa memenuhi kebutuhan lansia sehingga menyulitkan
dalam pengelolaan bagi kebutuhan lansia.
3)Sarana dan prasarana

28

Secara umum saran dan prasarana di UPT PSLU Pasuruan sudah


cukup lengkap namun ada beberapa hal yang masih perlu menjadi
perhatian khusus yaitu :

Model tempat tidur yang digunakan


Model tempat tidur yang digunakan oleh klien lansia kurang
ergonomis, yaitu semua tempat tidur tidak ada pengaman samping
(Side Rail) sehingga kurang memberi keamanan pada klien terutama
resiko jatuh dengan tinggi tempat tidur relative tinggi (50 cm) belum
cukup memadai untuk meminimalkan resiko cedera akibat dari jatuh
dari tempat tidur.

Bangunan perumahan
Bangunan panti merupakan bangunan permanen dengan dinding
tembok, lantai keramik, atap genting, ventilasi dan pencahayaan
cukup, yang terdiri dari :
: 11 buah, luas 858m 2

a. Wisma klien

: 1 buah, luas 94,5 m2

b. Kantor

: 1 buah, luas141,75 m2

c. Aula

: 1 buah, luas 157,5 m2

d. Musholla

: 1 buah, luas 81 m2

e. Ruang keterampilan
f. Ruang poliklinik

: 1 buah, luas 26,25 m2

g. Gudang

: 1 buah

h. Pos Penjagaan

: 1 buah, 9 m2

i. Ruang perawatan khusus

: 1 buah, luas 70 m2
: 1 buah, luas 63 m2

j. Rumah dinas Kepala


k.

: 1 buah,luas 15 m2

garasi

l. Dapur

: 1 buah

m. Lokal kerja

: 1 buah

n. Ruang Bimbingan

: 1 buah

o. Show room

: 1 buah

p. Taman dan jalan


q. Tanah makam
(Sumber data sekunder UPT PSLU Pasuruan 2014).
a. Sarana Air bersih
Sumber air bersih dari PDAM
b. Jamban Keluarga
Jamban keluarga sejumlah 20 buah, hampir keseluruhan
jamban masih baik, sebagian jamban menggunakan kloset jongkok
dan sebagian lagi menggunakan kloset duduk.
c. Sarana Pembuangan air limbah

29

Pengelolaan pembuangan air limbah menggunakan SPAL


tertutup dengan septictank menjadi satu dengan jamban.
Untuk wisma : saluran air dialirkan langsung ke resapan
Perumahan

: disalurkan kekolam

Dapur

: disalurkan ke got

d. Sarana Ibadah
Sarana ibadah berupa 1 buah musholla.
e. Model tempat tidur
Tempat tidur masih ada yang tinggi, lebih dari 30 cm tanpa
pengaman.
f. Lampu penerangan
Lampu penerangan cukup.
g. Lantai rumah
Kondisi lantai baik, kebersihan perlu dijaga untuk mencegah
resiko cedera.
h. Kamar mandi dan WC
Kondisi cukup bersih, belum terdapat pegangan tangan (kecuali
wisma flamboyan, wisma anggrek dan wisma cempaka terdapat pegangan
tangan) untuk menghindari lansia jatuh (cedera).
i. Ruang ketrampilan
Terletak didepan ruang pertemuan, luas ruangan tidak mampu
menampung seluruh lansia.
j. Tempat Olah Raga
Olah raga dilaksanakan di halaman panti setiap hari selasa
kamis pelaksanaan senam dimulai pukul 07.30 WIB.
k. Ruang perawatan khusus
Sudah adanya ruangan khusus bagi perawat yang full obsereasi
pada ruang perawatan khusus. Namun belum maksimal dalam
penggunaannya
l. Ruang makan
Ruang makan bersama belum ada, lansia makan di wisma
masing-masing.
m. Transportasi
Mobil

: 2 buah

Sepeda motor

: 1 buah

n. asrama
Terletak di sebelah barat musholla, yang terdiri dari 16 ruangan
dengan luas 72 m2 yaitu 8 ruangan di lantai 2 dan 8 ruangan dilantai
bawah.

30

o. koperasi
Ruangan ini terletak di sebelah tangga, bagian lantai bawah
sebelah kamar asrama. dengan terdapat kursi yang terletak didepan
koperasi. koperasi ini menjual berbagai barang dagangan misalnya :
softdrink, sabun, mie instan, snack, kopi, gula, dan lain lain.
3.8.4. MONEY
Distribusi pendanaan
a.

Donatur
Donator diperoleh dari lembaga swasta terdiri dari :

a) Organisasi masyarakat
b) Kelompok pengajian
c) Perorangan
d) Perusahaan
Macam donatur :
a) Uang
Donatur berupa uang, dikumpulkan dan penggunaan ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan klien yang kurang dan penambahan sarana
prasarana panti.
b. Dinas sosial
a) Biaya dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur ( APBD )yang diberikan
setiap bulan.
b) Biaya dari pemerintah digunakan untuk DIPA (Daftar Isian Proyek
Anggaran) yang dibentuk oleh panti termasuk gaji PTT.
c) Pembimbing wisma (Pegawai UPTPS) gaji disesuaikan dengan tingkat
golongan masing-masing pegawai.
3.8.5. MARKET
Dalam mengenalkan UPT PSLU kepada masyarakat, pihak panti
menggunakan media social seperti membuat blog, memalui facebook. Selain
itu, upaya pelayanan di panti yang baik mampu meningkatkan pemasaran
panti di masyarakat. Dimulai dari masyarakat lingkungan panti yang
menginformasikan kepada sanak keluarga dan masyarakat diluar panti
lainnya. Selain itu, alur penerimaan klien juga terstruktur. Dimulai dari
identifikasi klien sampai dengan tahap seleksi.
Adanya kerjasama UPT PSLU Pasuruan dengan UPT lain, akan
meningkatkan jumlah klien dengan proses yang lebih cepat karena telah
diproses sebelumnya oleh pihak UPT lain. Adanya lansia dengan
keterampilan tertentu
Jenis keterampilan lansia yang variatif seperti:

31

o Merajut
o Membuat kemucing
o Membuat jampel
o Membuat bros
o Membuat keset, dll

32

3.9 Pengkajian wisma binaan


1) Wisma Anggrek
Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma anggrek
mayoritas

termasuk

dalam

indeks

katz

A (kemandirian

dalam

makan,kontinen, berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi),


sebanyak 7 orang, sedangkan 2 orang termasuk dalam indeks katz B
(kemandiriaan dalam semua aktifitas hidup sehari-hari kecuali 1 dari
fungsi tersebut).
Secara keseluruhan,lansia di wisma anggrek dapat menjaga
kebersihan

dirinya

masing-masing,akan

tetapi

masih

harus

di

ingatkan.Sosialisasi antar lansia di wisma anggrek sudah cukup


baik,walaupun kadang-kadang masih ada konflik antar lansia. Tiaplansia
saling membantu satu sama lain dalam satu wisma, 3 dari 9 mampu
membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar sesama lansia di
wisma anggrek menggunakan bahasa jawa.
Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma
anggrek adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
4
5
6

Keluhan

Klien
1
1

Persentase
1/9 = 11,11%
1/9 = 11,11%

Nyeri
Gangguan
penglihatan
Diabetes Melitus
1
1/9 = 11,11%
Hipertensi
1
1/9 = 11,11%
Pegal linu
2
2/9 = 22,22%
Tidak Ada Keluhan
3
3/9 = 33,35%
Jumlah
9
100%
Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari Selasa tanggal 11

November2014
No
1

Sholat di
Musholah
0

Sholat di
Wisma
3
(33,33%)

Tidak
Sholat
6
(66,67%)

Alasan Tidak Sholat


- tidak ada kemauan
untuk sholat
- 1 nasrani

9 (100%)

2) Wisma Mawar
Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma arjuna mayoritas
termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam makan, kontinen,
berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi), sebanyak 7 orang.
Secara keseluruhan,lansia di wisma mawar dapat menjaga
kebersihan dirinya masing-masing.Sosialisasi antar lansia di wisma mawar
sudah cukup baik,walaupun kadang-kadang masih ada konflik antar
lansia. Tiaplansia saling membantu satu sama lain dalam satu wisma
mereka mampu membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar
sesama lansia di wisma mawar menggunakan bahasa jawa.
33

Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma


mawar adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
4

Keluhan
Klien
Persentase
Gangguan penglihatan
2
2/7 = 28,57 %
Asma
1
1/7 = 14,28 %
Hipertensi
2
2/7 = 28,57 %
Tidak Ada Keluhan
2
2/7 = 28,58%
Jumlah
7
100%
Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari Selasa tanggal 11 November 2014
Kegiatan Spiritual lansia di Wisma mawar adalah sebagai berikut:
No
1

Sholat di
Musholah
2
(28,57%)

Sholat di
Wisma
4
(57,14%)
7 (100%)

Tidak
Sholat
1
(14,29%)

Alasan Tidak Sholat


- Gangguan Jiwa

3) Wisma Cendana
Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma shinta mayoritas
termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam makan, kontinen,
berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi), sebanyak 10 orang.
Secara keseluruhan,lansia di wisma Cendana dapat menjaga
kebersihan dirinya masing-masing.Sosialisasi antar lansia di wisma shinta
sudah cukup baik,walaupun kadang-kadang masih ada konflik antar
lansia. Tiaplansia saling membantu satu sama lain dalam satu wisma
mereka mampu membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar
sesama lansia di wisma Cendana menggunakan bahasa jawa.
Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma
Cendana adalah sebagai berikut:
No
1
2
3
4

Keluhan

Klien
Persentase
Batuk
1
1/10 = 10%
Sesak napas
2
2/10= 20%
Pegal linu
2
2/10 = 20%
Tidak Ada Keluhan
5
5/10 = 50%
Jumlah
10
100%
Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari Selasa 11 November 2014
Kegiatan Spiritual lansia di Wisma Cendana adalah sebagai
berikut:
No
1

Sholat di
Musholah
5 (50%)

Sholat di
Wisma

Tidak
Sholat
5 (50%)

Alasan Tidak Sholat


- 1 nasrani
- 4 Keterbatasan fisik

10 (100%)

4) Wisma teratai
Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma srikandi
mayoritas termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam makan,

34

kontinen, berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi), sebanyak 8


orang.
Secara keseluruhan,lansia di wisma teratai dapat menjaga
kebersihan dirinya masing-masing. Sosialisasi antar lansia di wisma teratai
sudah cukup baik,walaupun kadang-kadang masih ada konflik antar
lansia. Tiaplansia saling membantu satu sama lain dalam satu srikandi
mereka mampu membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar
sesama lansia di wisma srikandi menggunakan bahasa jawa.
Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma
teratai adalah sebagai berikut:
No
1
2
3

Keluhan
Klien
Persentase
Hipertensi
2
2/8 = 25%
Pegal linu
3
3/8 = 37,5%
Tidak Ada Keluhan
3
3/8 = 37,5%
Jumlah
8
100%
Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari Selasa 11 November 2014
Kegiatan Spiritual lansia di Wisma teratai adalah sebagai berikut:
No
1

Sholat di
Musholah
7 (87,5%)

Sholat di
Wisma
0(0%)
8 (100%)

Tidak
Sholat
1 (12,5%)

Alasan Tidak Sholat


- nasrani

5) Wisma Kemuning
Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma bima mayoritas
termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam makan, kontinen,
berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi), sebanyak 9 orang, dan
1 yang termasuk dalam indeks katz B (kemandiriaan dalam semua
aktifitas hidup sehari-hari kecuali 1 dari fungsi tersebut).
Secara keseluruhan,lansia di wisma Kemuning dapat menjaga
kebersihan

dirinya

masing-masing,akan

tetapi

masih

harus

di

ingatkan.Sosialisasi antar lansia di wisma Kemuning sudah cukup


baik,walaupun kadang-kadang masih ada konflik antar lansia. Tiaplansia
saling

membantu satu sama lain dalam satu wisma mereka mampu

membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar sesama lansia di


wisma Kemuning menggunakan bahasa jawa.

Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma


Kemuning adalah sebagai berikut:
No
1
2

Keluhan
Hipertensi
Sesak napas

Klien
5
1

35

Persentase
5/10 = 50%
1/10 = 10%

3
4
5

Gatal-gatal
2
2/10 = 20%
Linu-linu
1
1/10 = 10%
Gangguan jiwa
1
1/10 = 10%
Jumlah
10
100%
Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari Selasa 11 November 2014
Kegiatan Spiritual lansia di Wisma Kemuning adalah sebagai
berikut:
No
1

Sholat di
Musholah
0

Sholat di
Wisma
1 (10%)

Tidak
Sholat
9
(90%)

Alasan Tidak Sholat


- 7 Tidak Mau Sholat
- 1 gangguan jiwa
- nasrani

10 (100%)

6) Wisma Dahlia
Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di wisma Dahlia
mayoritas termasuk dalam indeks katz A (kemandirian dalam makan,
kontinen, berpindah ke kamar mandi, berpakaian dan mandi), sebanyak 7
orang.
Secara keseluruhan,lansia di wisma Dahlia dapat menjaga
kebersihan dirinya masing-masing,akan tetapi masih harus di ingatkan.
Sosialisasi antar lansia di wisma Dahlia sudah cukup baik,walaupun
kadang-kadang masih ada konflik antar lansia. Tiaplansia saling
membantu satu sama lain dalam satu wisma mereka mampu
membersihkan kamar mereka sendiri. Komunikasi antar sesama lansia di
wisma Dahlia menggunakan bahasa jawa.
No
1
2
3

Keluhan
Klien
Persentase
Hipertensi
4
1/7 = 14,28%
Gangguan Jiwa
1
1/7 = 14,28%
Tidak Ada Keluhan
2
5/7 = 71,43%
Jumlah
7
100%
Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari selasa 11 November 2014
Kegiatan Spiritual lansia di Wisma Dahlia adalah sebagai berikut:
No
1

Sholat di
Musholah
1
(14,28%)

Sholat di
Wisma
0

Tidak
Sholat
6
(85,71%)

Alasan Tidak Sholat


- Tidak Mau Sholat
- Gangguan jiwa

7 (100%)

7) Wisma Perawatan Khusus


Tingkat kemandirian lansia yang tinggal di perawatan khusus
mayoritas termasuk dalam indeks katz F (kemandirian dalam aktifitas
sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, berpindah dan satu
fungsi tambahan) sebanyak 7 orang, 13 orang termasuk dalam indeks katz
E (kemandirian dalam aktifitas sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan) dan 9 yang termasuk dalam
indeks katz A (kemandiriaan dalam semua aktifitas hidup sehari-hari).
36

Secara keseluruhan,lansia di perawatan khusus tidak dapat


menjaga kebersihan dirinya masing-masing secara mandiri ,akan tetapi di
bantu oleh petugas dalam melakukan ADL. 2 lansia yang melakukan
shalat. Komunikasi antar lansia di perawatan khusus kurang berjalan
dengan baik.
Adapun keluhan penyakit yang dirasakan para lansia di Wisma
Perawatan Khusus adalah sebagai berikut:
N
o
1
2
3
4
5

Keluhan

Klien

Persentase

Hipertensi
4
4/29 = 13,80 %
Gatal-gatal
2
2/29 = 6,90 %
Rematik
3
3/29 = 10,34 %
Nyeri tulang/ linu-linu
6
6/29 = 20,69 %
Tidak ada keluhan
14
14/29 = 48,27 %
Jumlah
29
100 %
Sumber: Hasil pengkajian mahasiswa hari selasa 11 November 2014
Kegiatan Spiritual lansia di Wisma Perawatan Khusus adalah
sebagai berikut:
No
1

Sholat di
Musholah
0 (0%)

Sholat di
Wisma
2 (6,90%)
29 (100%)

Tidak
Sholat
27(93,10%)

Alasan Tidak Sholat


- 27 keterbatasan fisik

3.10. Analisa Data


Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari hasil pengkajian yang telah
dilakukan maka disusun analisa, yaitu sebagai berikut :
No.

Bidang

Data Subyektif

Data Obyektif

37

Masalah

BIOLOGIS

PSIKOLOGI
S

SOSIAL

SPIRITUAL

Sebagian lansia pusing-


pusing
= ( Anggrek 1+ Mawar 2 +
Teratai 2 + Kemuning 5 +
Dahlia 4 + PK 4) : 80 x
100%
= 22,5 % = 18 orang
Sebagian
lansia
mengeluhkan linu-linu
= (Anggrek 2 + Cendana 2
+ Teratai 3 + Kemuning 1
+ PK 6 +) : 80 x 100%
= 17,5 % orang = 14 orang
Dari 8 wisma terdapat
wisma yang kurang bersih
perawatannya yaitu PK
dan Anggrek
Semua pembimbing wisma
selalu mengadakan
bimbingan mental di
masing-masing wisma
pada tiap minggu
Semua klien dari 8 wisma
mengatakan
melakukan
komunikasi
dengan
menggunakan bahasa jawa.

Sebagian besar lansia


mengatakan jarang
melakukan sholat dan
mengaji
= ( anggrek 6 + mawar 1 +
cendana 5 + teratai 1 +
Dahlia 6 + PK 27) : 80 x
100%
= 57,5 % = 46 orang

38

Sebanyak 14 lansia
mengeluhkan linulinu

ketidakefektifa
n pemeliharaan
kesehatan pada
lansia

Data
pada
12
November
2014
lansia
yang
menderita
Hipertensi
14
orang
Post Stroke 4
orang
Kondisi panti yang
berada di daerah
pegunungan

Terdapat
program
rekreasi untuk lansia
penghuni panti yang
dilakukan
setiap
tahun
Sosialisasi
antar
lansia
di
setiap
wisma sudah cukup
baik
Tiaplansia
saling
membantu satu sama
lain
dalam
satu
wisma.
Sebanyak 4 lansia
nasrani
Alasan lansia tidak
sholat:
- Tidak bisa sholat
- Keterbatasan fisik/
stroke/ badan kaku/
Linu-linu
- Tidak mau sholat/
malas

Potensial.

Potensial
peningkatan
interaksi social
komunitas
(lansia)

Hambatan
Religiositas

BAB IV
ANALISA SWOT
ELEMEN
STRENGTH
Man
Terdapat pengelola UPT PSLU pasuruan sebanyak 50
orang dengan rincian
1. PNS : 30 orang
2. CPNS : 4 orang
3. Tenaga honorer : 16 orang yang terdiri
- Satpam 5 oarang
- Perawat : 1 orang

- Petugas dapur : 3 orang


- Tukang kebun 2 orang
- Asisten perawat 1 orang
- Pesuruh 2 orang
- Tukang cuci 1 orang

- Tenaga administrasi 1 orang


Petugas pendukung (kerja sama dengan pihak lain):
1. Dokter dari puskesmas (sebagai konsultan)
2. Perawat puskesmas
metode

WEAKNESS
OPPORTUNITY
THREATH
Belum
Adanya kerja sama dengan lembaga Berdirinya PSTW magetan yang
mencukupinya tenaga perawat diantaranya Stikes ICME jombang, dikelola Dinas Sosial Pen Prov
yang bertanggung jawab di ruang PSIK UNAIR, Stikes Majapahit Jatim yang menyediakan SDM
perawatan khusus secara full Mojokerto, Akademi keperawatan dan yang
professional,
ditunjang
yang memadai sesuai jumlah intitusi kesehatan lain.
peralatan yang memadai
Dijadikan lahan praktek bagi institusi Meningkatnya
kesadaran
lansia
Belum
adanya yang memerlukan praktek tentang masyarakat Indonesia terhadap
kesejasteraan lansia
tenaga ahli gizi dan fisioterapi lansia
yang semestinya dibutuhkan oleh Dijadikan lahan penelitian bagi Semakin meningkatnya jumlah
mahasiswa dari institusi kesehatan
lansia yang memiliki masalah
lansia
kesehatan
Kurang
adanya
interaksi sosial antar wisma bagi
lansia
yang
memiliki
keterbatasan gerak

System kepengurusan panti sudah baik. Telah terdapat Kurang support dari karyawan Panti dapat digunakan sebagai lahan Terbatasnya petugas kesehatan
suatu pembagian struktur organisasi
untuk melatih dan memotivasi praktek
dan
penelitian
bagi yang melakukan pemeriksaan
System yang digunakan adalah model asuhan langsung lansia
dalam
melakukan mahasiswa dan institusi lain
kesehatan di UPT PSLU Pandaan,
yang dijalankan seluruh pegawai. Semua pegawai latihan ROM mandiri
Adanya kesempatan bekerja sama Pasuruan.
dipanti bias melakukan tindakan vokasi tanpa Kurangnya motivasi dari lansia dengan instansi lainya dalam
memerlukan pendidikan khusus
untuk
mengikuti
kegiatan mengadakan
bimbingan
social
Pegawai yang bekerja di panti memiliki motivasi social panti,seperti
senam,
dan spiritual dan kesehatan
yang tinggi
kerjabakti

39

Material

Jadwal untk pegawai (Perawat) adalah 1 shift


Adanya pemeriksaan kesehatan lansia secara rutin setiap
hari rabu
Setiap hari selalu ada kegiatan ibadah bersama di
mushola
Kegiatan senam pagi dilakukan 3 kali seminggu hari
selasa, rabu dan kamis. Senam ini menjaga kebugaran
lansia
Adanya jadwal pengaturan istirahat bagi lansia (siang
dan malam)
Masing-masing lansia memiliki tempat tidur sendiri
Adanya
kegiatan
tambahan
seperti
ketrampilan,karawitan, dan hiburan menyanyi
Adanya kegiatan memelihara hewan ternak dan merawat
kebun
UPT PSTW Pandaan Jl. Dr. Sutomo Pandaan, Kec.
Pandaan, Kab. Pasuruan Luas tanah 13.968 m2
Suhu udara 350-360C
Fasilitas yang tersedia

a. Wisma klien : 11 buah, luas 858 m 2


2
b. Kantor : 1 buah, luas 94,5 m
c. Aula : 1 buah, luas141,75m2
d. Musholla : 1 buah, luas 157,5 m2

e. Ruang keterampilan : 1 buah, luas 81 m2


2
f. Ruang poliklinik : 1 buah, luas 26,25 m
g. Gudang : 1 buah

2
h. Pos Penjagaan : 1 buah, 9 m
i. Ruang perawatan khusus : 1 buah, luas 247 m2

Semua tempat tidur belum Adanya anggaran untuk penggadaan adanya potensial resiko terjadinya
memakai pengaman samping alat material
injury karena tidak adanya
(side rail) sehingga klien beresiko adanya kerjasama dengan instansi pengaman mobilisasi untuk lansia
jatuh
pendidikan dalam pengembangan banyaknya souvenir yang diberikan
Belum memaksimalkan fungsi pembangun UPT
oleh
mahasiswa
praktek
klinik sebagai tempat pemberian
menyebabkan kerusakan dinding
tindakan dasar / tindakan infasif
sederhana
ketinggian antar anak tangga
terlalu tinggi
belum adanya tombol darurat di
wisma yang dihubungkan dengan
ruangan perawat atau poliklinik.

40

Rumah dinas Kepala: 1 buah, luas 63 m2


k.
garasi
: 1 buah,luas 15 m2
l.
Dapur
: 1 buah
m.
Lokal kerja : 1 buah
n.
Ruang Bimbingan : 1 buah
o.
Show room : 1 buah
p.
mobil 2 buah
q. Taman dan jalan
r. Tanah makam
Adanya pegangan tangan sepanjang jalan
Sudah adanya ruangan khusus untuk perawatan yang
memerlukan observasi penuh.
APBD Pem Prov Jatim

Biaya operasional berasal dari donator swasta dan


swadaya dari pihak panti dan mahasiswa
dalam menggalang dana misalnya untuk memperbaiki
atau menambahkan sarana prasarana.
Adanya bantuan dana pihak luar (Kunjungan spontanitas)
yang peduli pada kesejasteraan lansia
Produk kerajinan yang diperjualbelikan dan hasil dibagi
dengan para lansia yang terlibat.
UPT PSLU Pasuruan memiliki apotek hidup yang
ditanam di depan wisma dan di kebun
Adanya lansia yan memiliki kemampuan membuat

kerajinan tangan
j.

Money

Sebanyak lansia tidak memiliki UPT PSLU Pasuruan mempunyai Adanya tuntutan dari lansia dalam
keluarga atau sebatang kara,
otonomi khusus dalam menjalankan
peningkatan pelayanan
Terbatasnya dana kesehatan bagi
sehingga jika terjasdi sesuatu
menejementnya
lansia
yang
memerlukan
tindakan Beberapa lansia yang tinggal di UPT
PSLU
Pasuruuan
memiliki
khusus
yang
membutuhkan
kemampuan
membuat
keajinan
persetujuan dari pihak ketiga
tangan sehingga bisa menjadi
(keluarga) mengalami kesulitan
Tidak adanya donator tetap selain
alternatif incame dan mampu melatih
dana dari APBD Pem Prov Jatim
senam sehingga tidak memerlukan
Pengelolaan uang terutama untuk
instruktur senam khusus
gizi lansia disesuaikan kondisi Adanya donator swasta
keuangan panti
Pemberdayaan tanaman obat untuk
mengobati masalah kesehatan
lansia yang belum optimal
Tidak ada dana khusus untuk

41

market

Adanya lansia dengan ketrampilan tertentu


Jenis ketrampilan lansia yang bervariatif seperti :
1.
Merajut
2.
Menjahit

transportasi bila ada lansia sakit


Adanya penurunan fungsi motorik
sensorik dan mental lansia karena
proses penuaan
Sistem
marketing
hasil
ketrampilan lasia kurang maksimal

42

Digunakannya UPT PSLU sebagai


lahan praktek dapat meningkatkan
kesempatan
lansia
untuk
meningkatkan kemampuannya

Produksi terbatas karena kurang


tenaga
Banyaknya produk lain yang serupa
dengan harga yang kompetitif

PERENCANAAN
4.1. BIOLOGIS
1. Bidang Kesehatan
a. Tujuan
1) Tujuan Umum
Agar terjadi peningkatkan status kesehatan kepada para lansia penghuni
UPT PSLU Pasuruan.
2) Tujuan Khusus
a) Mengikuti pemeriksaan kesehatan yang dilakukan bersama dengan
Mahasiswa Stikes ICME Jombang
b) Mengikuti penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh Mahasiswa
Stikes ICME Jombang
c) Mengikuti terapi aktifitas kelompok yang dilakukan oleh Mahasiswa
Stikes ICME Jombang
b. Waktu Pelaksanaan
17 November 2014
c. Penanggung Jawab
Diah erviana, S.Kep.
d. Rencana Kegiatan
1) Mengidentifikasi bersama pasien kemungkinan penghambat perubahan
perilaku sehat
2) Melakukan Senam (Senam otak dan lomba ketajaman panca indera)
yang dilakukan bersama dengan Mahasiswa Stikes ICME Jombang
3) Melakukan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh Mahasiswa
Stikes ICME Jombang
2. Bidang Rekreasi dan Olahraga
a. Tujuan
1) Tujuan Umum
Menciptakan kegiatan yang bersifat rekreatif dan olahraga
kepada para lansia penghuni UPT PSLU Pasuruan.
2) Tujuan Khusus
a) Mengikuti acara hiburan yang dilakukan bersama dengan Mahasiswa
Stikes ICME Jombang
b) Mengikuti acara perlombaan yang dilakukan bersama dengan
Mahasiswa Stikes ICME Jombang
c) Mengikuti kegiatan Senam yang dilakukan bersama dengan
Mahasiswa Stikes ICME Jombang
b. Waktu Pelaksanaan
18 November 2014
c. Penanggung Jawab
Erwin sukiswanti, S.Kep.
d. Rencana Kegiatan

43

1) Melakukan acara hiburan yang dilakukan bersama dengan Mahasiswa


Stikes ICME Jombang
2) Mengadakan acara perlombaan (Lomba berhias + fashion show, Lomba
nyanyi)

yang dilakukan bersama dengan Mahasiswa Stikes ICME

Jombang
3) Melakukan kegiatan Senam yang dilakukan bersama dengan Mahasiswa
Stikes ICME Jombang
4) Melakukan kegiatan lomba kebersihan wisma yang dilakukan oleh
mahasiswa Stikes ICME Jombang
4.2.

PSIKOSPIRITUAL
1. Bidang Kerohanian
a. Tujuan
1) Tujuan Umum
Membantu meningkatkan pemenuhan kebutuhan spiritual kepada para
lansia penghuni UPT PSLU Pasuruan.
2) Tujuan Khusus
a) Mengikuti kegiatan mengaji bersama yang dilakukan bersama dengan
Mahasiswa Stikes ICME Jombang
b) Mengikuti Tausiah yang dilakukan bersama dengan Mahasiswa
Stikes ICME Jombang
b. Waktu Pelaksanaan
20 November 2014
c. Penanggung Jawab
M. noor , S.Kep.
d. Rencana Kegiatan
1) Melakukan kegiatan bimbingan mental dan Spiritual
2) Melakukan kegiatan mengaji bersama dan yasinan yang dilakukan
bersama dengan Mahasiswa Stikes ICME Jombang
3) Melakukan Tausiah yang dilakukan bersama dengan Mahasiswa Stikes
ICME Jombang

4.3.

BIDANG SOSIAL
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Agar terjadi peningkatkan dalam hal kegiatan bersosialisasi
kepada para lansia penghuni UPT PSLU Pasuruan.
b. Tujuan Khusus
1) Mengikuti kegiatan bakti sosial yang dilakukan bersama dengan
Mahasiswa Stikes ICME Jombang
2) Mengikuti kegiatan keterampilan yang dilakukan bersama dengan
Mahasiswa Stikes ICME Jombang
2. Waktu Pelaksanaan
19 21 November 2014
3. Penanggung Jawab
44

Evie Mayangsari, S.Kep.


4. Rencana Kegiatan
a. Mengikuti kegiatan bakti sosial membersihkan makam yang dilakukan
bersama dengan Mahasiswa Stikes ICME Jombang
b. Mengikuti kegiatan keterampilan yang dilakukan bersama dengan
Mahasiswa Stikes ICME Jombang
c. Melakukan terapi aktifitas kelompok yang dilakukan oleh Mahasiswa
Stikes ICME Jombang

45

You might also like