You are on page 1of 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Tanah


Tanah bertalian erat dengan lingkungan yang dapat dicermati dari kuatnya
keterlibatan tanah dalam pengaliran energi dan pandauran bahan yang berlangsung di
permukaan daratan bumi. Tanah dapat terlibat secara sendirian selaku ekosistem atau
sistem energi dan dapat terlibat secara bekerja sama dengan subsistem lahan lain yang
berasosiasi dengan tanah, terutama biosfer.
Tanah adalah hasil pengalihragaman bahan mineral dan organik yang
berlangsung di muka daratan bumi di bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang
bekerja selama waktu sangat panjang, dan berwujud sebagai suatu tubuh dengan
organisasi dan morfologi tertakrifkan (disadur dari Schroeder,1984). Pada dasarnya
tanah merupakan tubuh alam. Namun demikian banyak tanah yang memperlihatkan
tanda-tanda pengaruh antropogen. (Notohadiprawiro,1999)
Tanah idealnya dapat menyediakan sejumlah unsur hara penting yang
dibutuhkan oleh tanaman. Penyerapan unsur hara oleh tanaman mestinya dapat segera
diperbaharui sehingga kandungan unsur hara di dalam tanah tetap seimbang.
Pengambilan unsur hara oleh ribuan jenis tumbuhan diimbangi dengan pelapukan
bahan organik yang menyuplai hara bagi tanah. (Novizan,200)
Tanah sebagai tubuh alami memperlihatkan ciri dan watak khas yang dapat
digunakan sebagai pembeda dari tubuh alami lainnya. Ciri dan watak tubuh tanah ini
dapat diselidiki dari penampilan penampang lintang tubuh tanah (profil).

Universitas Sumatera Utara

Tubuh tanah merupakan medium tempat berjangkarnya perakaran tanaman


sehingga tanaman dapat tumbuh tegak dan kokoh, sebagai wadah dan sumber anasir
hara dan air, dan sebagai pengendali keadaan-keadaan lain yang diperlukan untuk
menunjang pertumbuhan tanaman.
Kemampuan tanah sebagai medium untuk menunjang pertumbuhan tanaman
digunakan dalam berbagai batasan. Dua batasan yang sering digunakan secara rancu
adalah produktivitas tanah dan kesuburan tanah. Produktivitas tanah diberi batasan
sebagai kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan suatu tanaman (atau sekuen
tanaman) yang diusahakan dengan system pengolahan tertentu. Produktivitas tanah me
rupakan perwujudan dari seluruh faktor (tanah dan bukan tanah) yang mempengaruhi
hasil tanaman. (Mas,ud,1992)
Tanah yang dikehandaki tanaman adalah yang berstruktur gembur, di dalamnya
terdapat ruang pori-pori yang dapat diisi oleh air tanah dan udara. Air tanah dan udara
sangat penting bagi pertumbuhan akar tanaman.
Struktur tanah memang ada bermacam-macam. Akan tetapi, yang kita
kehendaki ialah struktur tanah yang remah. Keuntungan struktur tanah demikian ialah
udara dan air tanah berjalan lancar, temperaturnya stabil. Keadaan tersebut sangat
memacu pertumbuhan jasad renik tanah yang memegang peranan penting dalam
proses pelapukan bahan organik di dalam tanah. Oleh Karena itu, untuk memperbaiki
struktur tanah ini dianjurkan untuk diberi pupuk organik (pupuk kandang, kompos,
atau pupuk hijau). (Lingga P. dan Marsono, 2005)
Guna tekstur tanah secara fisik berperan pada struktur, aerasi dan suhu tanah, dan
secara kimia berperan dalam pertukaran ion-ion, sifat penyangga kejenuhan basa dan
sebagainya. Fraksi liat tergolong bagian tnah yang aktif, sedangkan fraksi pasir dan

Universitas Sumatera Utara

debu non aktif. Penetapan di lapangan dengan cara perasa. Ambil contoh tanah dan
basahi dengan air sedikit demi sedikit sambil dirasakan. (Kuswandi,1993)

2.2. Unsur Hara Karbon dan Bahan Organik Dalam Tanah


Senyawa karbon atau biasa dikenal dengan senyawa organik adalah suatu
senyawa yang unsur-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom
hydrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogen, atau fosfor. Pada awalnya senyawa
karbon ini secara tidak langsung menunjukkan hubungannya dengan sistem
kehidupan. Namun dalam

perkembangannya, ada senyawa organik yang tidak

mempunyai hubungan dengan system kehidupan. Hal ini terbukti pada abad ke-19,
senyawa organik dibuat dari sumber-sumber yang tidak ada kaitannya dengan sistem
kehidupan. Sebagai contoh, Friedrich-Wohler pada tahun 1828 telah berhasil membuat
urea (urea adalah senyawa organik dari makhluk hidup yang berasal dari urin) dengan
jalan menguapkan garam ammonium sianat yang merupakan senyawa anorganik
menjadi senyawa organik. (Riswiyanto,2009)
Bahan organik

adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu system

kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman atau binatang yang terdapat
di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi
oleh faktor biologis, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk fraksi bahan organik ringan,
biomassa mikroorganisme, bahan organik didalam air, dan bahan organik yang stabil
atau humus.

Universitas Sumatera Utara

Pemberian bahan organik ke dalam tanah memberikan dampak yang baik terhadap
tanah, tempat tumbuh tanaman. Tanaman akan memberikan respon yang positif
apabila tempat tanaman tersebut tumbuh memberikan kondisi yang baik bagi
pertumbuhan dan perkembangannya. Bahan organik yang ditambahkan ke dalam
tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang memberikan keuntungan bagi
pertumbuhan tanaman seperti vitamin,asam amino, auksin dan giberelin yang
terbentuk melalui dekomposisi organik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dekomposisi bahan organik dapat dikelompokkan
dalam tiga grup, yaitu :
a. Sifat dari bahan tanaman termasuk jenis tanaman, umur tanaman dan
komposisi kimia
b. Tanah termasuk aerasi, temperatur, kelembapan, keasaman, dan tingkat
kesuburan
c. Faktor iklim terutama pengaruhi dari kelembaban dan temperatur.
Bahan organik secara umum dibedakan tas bahan organik yang relatif sukar
didekomposisi karena disusun oleh senyawa siklik yang sukaar diputus dan dirombak
menjadi senyawa yang lebih sederhana, termasuk di dalamnya adalah bahan organik
yang mengandung senyawa lignin, minyak, lemak, dan resin yang umumnya ditemui
pada jaringan tumbuh-tumbuhan; dan bahan organik yang mudah didekomposisikan
karena disusun oleh senyawa sederhana yang terdiri dari C, O, dan H, termasuk di
dalamnya adalah senyawa dari selulosa, pati, gula dan senyawa protein. Dari berbagai
aspek tersebut, jika kandungan bahan organik tanah cukup, maka kerusakan tanah
dapat diminimalkan, bahkan dapat dihindari. (http//hafara.com/karbon.html)

Universitas Sumatera Utara

Bahan organik tanah adalah semua bahan organik didalam tanah maupun yang
hidup, walaupun organisme hidup (biomassa tanah) hanya menyumbang kurang dari
5% dari total bahan organik. Pada termologi tertentu, biomassa tidak dimasukkan
sebagai bahan organik tanah, secara praktek, analisis bahan organik dilakukan pada
bahan tanah kering udara yang lolos dari ayakan 2 mm dan termasuk semua materi
hidup maupun mati yang ada dalam tanah.
Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung
C-organik antara 1 hingga 9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah
hutan dapat mengandung 40 sampai 50% C-organik dan biasanya < 1% di tanah gurun
pasir.
Karbon adalah komponen utama dari bahan organik. Pengukuran C-organik
secara tidak langsung dapat menentukan bahan organik melalui penggunaan waktu
koreksi tertentu. Faktor yang selama beberapa tahun ini digunakan adalah faktor Van
Bemmelan yaitu 1,74 dan didasarkan pada asumsi bahwa bahan organik mengandung
58% karbon.
Ada beberapa metode yang biasa dilakukan dalam analisis bahan organik tanah.
Antara lain dengan pembakaran, oksidasi basah. Kebanyakan metode dari manual
hingga yang otomatis menduga C-organik melalui oksidasi seluruh atau sebagian
karbon dan menentukan perkembangan CO2 yang terbentuk.
Karbon dan oksigen ditambahkan kepada atmosfer oleh pelepasan gas
(outgassing) CO2 dan uap H2O dari dakhil bumi. Semula atmosfer tidak mengandung
gas oksigen bebas, atau kalau sedikit sekali. (Mukhlis.2007)

Universitas Sumatera Utara

Senyawa-senyawa dapat dikelompokkan sebagai senyawa organik dan senyawa


anorganik. Senyawa-senyawa yang diperoleh dari mahluk hidup, seperti gula, cuka,
dan karet tidak dapat dibuat dilaboratorium kemudian senyawa-senyawa itu
digolongkan sebagai senyawa organik, senyawa-senyawa lainnya yang tidak berasal
dari mahluk hidup, seperti air, pasir, dan batu kapur digolongkan sebagai senyawasenyawa anorganik. Seiring dengan perkembangan ilmu kimia diketahui bahwa
senyawa-senyawa organik tersebut merupakan senyawa karbon. Oleh karena itu,
senyawa organik disebut juga senyawa karbon. Walaupun begitu senyawa karbon juga
membentuk berbagai senyawa anorganik, seperti oksida ( karbon dioksida dan karbon
monoksida). Perkembangan selanjutnya, ternyata senyawa organik juga dapat
disintesis di laboratorium, misalnya asam cuka, alkohol, dan karet. Bahkan, banyak
senyawa karbon yang tidak terdapat di alam yang berhasil dibuat (bahan sintesis)
contohnya plastik, Freon, dan berbagai macam peptisida.

Kedua senyawa tersebut memiliki perbedaan. Perbandingan sifat-sifat senyawa


organik dan anorganik dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Perbedaan Sifat Organik dan anorganik.

Perbedaan
1. Stabilitas terhadap

Senyawa Organik

Senyawa Anorganik

Kurang stabil

Stabil

Relatif rendah

Relatif tinggi

Mudah larut dalam

Mudah larut dalam

pelarut non polar

pelarut polar seperti air

pemanasan
2. Titik cair dan titik
didih
3. Kelarutan

seperti kloroform
4. Kereaktifan

Lebih lambat

Cenderung cepat

(http://kimiakoloid.com)

2.3. Unsur Hara Dalam Tanah


Berdasarkan jumlah yang diperlukan tanaman, unsur hara dibedakan menjadi unsur
hara makro dan mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah yang banyak, apabila kurang, pertumbuhan tanaman dan produksi akan
berkurang. Mineral yang termasuk unsur hara makro adalah N, P, K, Ca, dan Mg.
Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah sedikit,
apabila kurang sedikit saja pertumbuhan tanaman akan terganggu, dan apabila
kelebihan sedikit saja tanaman akan beracun. Unsur hara mikro antara lain adalah B,
Cu, dan Zn.(Pahan.I,2008)

Universitas Sumatera Utara

Unsur hara di dalam tanah terbagi dalam unsur makro dan unsur mikro.
Mengenai faedah atau kegunaan unsur-unsur hara tersebut bagi tanaman, berikut
ulasannya.
a. Nitrogen
Peranan utama Nitrogen (N) bagi tanaman adalah untuk merangsang pertumbuhan
secara keseluruhan, khususnya batang, cabang, dan daun. Selain itu, Nitrogen pun
berperan penting dalam pembentukkan hijau daun yang sangat berguna dalam
proses fotosintesis. Fungsi lainnya ialah membentuk protein, lemak, dan berbagai
persenyawaan organik lainnya.
b. Fosfor
Unsur fosfor (P) bagi tanaman untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya
akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor berfungsi sebagai bahan mentah
untuk pembentukkan sejumlah protein tertentu; membantu asimilasi san
pernapasan; serta mempercepat pembuangan, pemasakan biji, dan buah.
c. Kalium
Fungsi utama Kalium (K) ialah membantu pembentukkan protein dan karbohidrat.
Kalium pun berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga, dan
buah tidak mudah gugur. Yang tak biasa dilupakan ialah Kalium pun merupakan
sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit.
d. Magnesium
Agar tercipta hijau daun yang sempurna dan terbentuk karbohidrat, lemak, dan
minyak-minyak, magnesiumlah biangnya. Magnesium (Mg) pun memegang

Universitas Sumatera Utara

peranan penting dalam transportasi Fosfat dalam tanaman. Dengan demikian,


kandungan Fosfat dalam tanaman dapat dinaikkan dengan jalan menambah unsur
Magnesium.
e. Kalsium
Bagi tanaman, Kalsium (Ca) bertugas untuk merangsang pembentukan bulu-bulu
akar, mengeraskan batang tanaman, dan merangsang pembentukkan biji. Kalsium
yang terdapat pada batang dan daun ini berkhasiat untuk menetralisasikan senyawa
atau suasana yang tidak menguntungkan pada tanah.
f. Belerang
Belerang (S) berperan dalam pembentukan bintil-bintil akar. Sulfur ini merupakan
unsur yang penting dalam beberapa jenis protein seperti asam amino. Unsur ini
pun membantu pertumbuhan

anak ikan. Selain itu, sulfur merupakan bagian

penting pada tanaman-tanaman penghasil minyak, sayuran seperti cabai, kubis dan
lain-lain.
g. Klor
Memperbaiki dan meningkatkan hasil kering tanaman seperti tembakau, kapas,
kentang, dan tanaman sayuran umumnya adalah peran dari Klor (Cl). Unsur ini
pun banyak ditemukan dalam air sel semua bagian tanaman.
h. Besi
Untuk pernapasan tanaman dan pembentukkan hijau daun merupakan peran dari
Besi (Fe). Kehadirannya tidak boleh dianggap enteng. Sekali tidak ada, terutama
pada tanah yang mengandung banyak kapur, tanaman akan langsung merana.

Universitas Sumatera Utara

i.

Mangan

Peranan Mangan (Mn) tak jauh beda dengan unsur Besi. Selain sebagai komponen
untuk memperlancar proses asimilasi, unsur ini pun merupakan komponen penting
dalam berbagai enzim.
j.

Tembaga
Fungsi Tembaga (Cu) ini pun baru sedikit diketahui. Kehadirannya dapat
mendorong terbentuknya hijau daun dan dapat menjadi bahan utama dalam
berbagai enzim.

k. Boron
Boron (B) berfungsi mengangkut karbohidrat ke dalam tubuh tanaman dan
mengisap unsur Kalsium. Selain itu, Boron berperan dalam perkembangan bagianbagian tanaman untuk tumbuh aktif. Pada tanaman penghasil biji, unsur ini pun
berpengaruh terhadap pembagian sel. Dan, yang paling penting nyata ialah
perannya dalam menaikkan mutu tanaman sayuran dan tanaman buah.
l.

Molibdenum
Sama halnya dengan tembaga, hingga kini diketahui masih sedikit peranan
molybdenum (Mo) bagi tanaman. Unsur ini sangat berguna bagi tanaman jeruk
dan sayuran. Untuk tanaman pupuk hijau, Molybdenum membantu mengikat
bagian dari komponen penyusun enzim-enzim pada Bakteri Nodula akar tanaman
pupuk hijau.

m. Seng

Universitas Sumatera Utara

Seng (Zn) memberi dorongan terhadap pertumbuhan tanaman karena diduga Zn


dapat berfungsi membentuk hormon tubuh. (Hanafiah,K.A, 2005)

- Gejala Kekurangan Unsur Hara


1. Nitrogen
- Daun menjadi kuning pucat dimulai dari daun termuda
- Daun pendek dan keras
2. Fospor
- Daun memendek dan anak daun keungu-unguan
- Daun rumputan di sekitar tanaman bewarna ungu memanjang
- Batang dan tandan mengecil
3. Kalium
- Pada daun terapat bercak berwarna kuning (tembus cahaya)
4. Magnesium
- Daun menguning merata pada daun yang tua, dimulai dari ujung daun
sampai ke pangkal daun
-

Gejala berat ditandai dengan jaringan yang mati, ditemui dari pinggir daun
sampai ke anak daun

Gejala tersebut hanya ditemukan pada daun yang terkena cahaya matahari
(Pahan.I, 2008)

5. Boron
-

Ujung anak daun berbentuk pancing (hook leaf)

Terdapat daun mengeriting seperti tanda bahaya pada gardu listrik

Bagian ujung daun memendek

Universitas Sumatera Utara

2.4. Sifat-sifat Tanah


2.4.1. Sifat Kimia Tanahn
Sifat kimia tanah

berhubungan

erat

dengan

kegiatan

pemupukan.

Berbicara tentang sifat kimia tanah, tidak terlepas dari persoalan unsur-unsur kimia
dan reaksi kimia yang pembahasannya agak rumit. Namun, pembahasan akan
lebih ditekankan pada aspek praktisnya sehingga akan sangat membantu dalam
mencapai efektivitas pemupukan. Dengan mengetahui sifat kimia tanah akan didapat
gambaran jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan. Pengetahuan tentang sifat kimia
tanah juga dapat membantu memberikan gambaran reaksi pupuk setelah ditebarkan ke
tanah.
a. Unsur Hara Esensial
Tumbuhan tingkat tinggi memperoleh unsur Karbon (C) dan Oksigen (O2) dari udara
melalui stomata yang terdapat di permukaan daun. Kedua unsur tersebut selanjutnya
diproses melalui mekanisme fotosintesis. Unsur Hydrogen (H) didapatkan dalam
bentuk Air (H2O). Unsur mineral lainnya diperoleh tanaman dari dalam tanah, yakni
Nitrogen (N), Kalium (K), Fosfor (P), Magnesium (Mg), Sulfur (S), Kalsium (Ca),
Besi (Fe), Seng (Zn), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Boron (B), Molybdenum (Mo),
dan Khlor (Cl).
Berdasarkan kandungan unsur kimia di atas, tidak berarti jaringan tubuh
tanaman sebagian besar terdiri dari unsur-unsur kimia yang diserap dari dalam
tanah. Hasil analisis di laboratorium menunjukkan

bahwa sebagian besar (94 -

99,5%) jaringan tubuh tanaman terdiri dari unsur C, H, dan O2 sisanya (0,5-6%) terdiri
dari dalam tanah. Meskipun dalam jaringan tubuh tanaman jumlah unsur hara

Universitas Sumatera Utara

yang berasal dari tanah sangat kecil, peranannya dalam pertumbuhan tanaman sangat
besar.
b. Larutan Tanah
Larutan tanah adalah air yang terdapat diantara pori-pori tanah. Larutan ini
mengandung ion-ion terlarut yang dapat diserap oleh akar tanaman. Diantaranya
terdapat juga ion-ion yang tidak berguna atau bersifat racun bagi tanaman, seperti
alumunium. Larutan tanah identik dengan larutan garam yang mudah berubah
konsentrasi (kepekatan) dan susunan kimianya.
Di daerah kering, kadar garam larutan tanah lebih tinggi daripada di daerah
basah. Sering kali kadar garam larutan tanah menghambat pertumbuhan tanaman.
Kadar garam sebesar 0,5% saja sudah berbahaya bagi tanaman.
c. pH Tanah
Keasaman atau pH (potential of hidrogen) adalah nilai (pada skala 0-14) yang
menggambarkan jumlah relatif ion H+ terhadap ion OH- di dalam larutan tanah.
Larutan tanah disebut bereaksi jika nilai pH berada pada kisaran 0-6. Artinya, larutan
tanah mengandung ion H+ dalam larutan tanah lebih kecil dari pada ion OH-, larutan
tanah disebut bereaksi basa (alkali) atau memiliki nilai pH 8-14. Jika jumlah ion H+ di
dalam larutan tanah sama dengan jumlah ion OH-, larutan tanah disebut bereaksi netral
dengan pH 7. Semakin banyak kandungan ion H+ di dalam larutan tanah, reaksi tanah
tersebut akan semakin asam.
Tanah bersifat asam karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium,
Kalium, atau Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air ke lapisan tanah
yang lebih bawah (pencucian) atau hilang diserap oleh tanaman. Karena ion-ion

Universitas Sumatera Utara

positif yang melekat pada koloid tanah berkurang, kation pembentuk asam seperti
Hydrogen dan Alumunium akan menggantikannya. Terlalu banyak pupuk Nitrogen,
seperti ZA, juga menyebabkan tanah menjadi lebih asam karena reaksinyaa didalam
tanah menyebabkan peningkatan konsentrasi ion H+.
d. Kapasitas Tukar Kation
Koloid tanah adalah bagian tanah

yang sangat berperan dalam penyediaan unsur

hara bagi tanaman. Koloid tanah bermuatan negatif, sehingga dapat menarik dan
memegang ion-ion bermuatan positif (kation), seperti Ca2+,H+, Mg2+,K+, Na+, Al3+,
dan NH4+. Daya tarik-menarik ini dapat dianalogikan seperti kutub negatif
magnet-magnet menarik dan memegang

kutub

positif magnet lainnya. Kation

yang telah melekat pada koloid tanah tidak mudah tercuci oleh aliran air. Namun,
kation atau anion yang berada pada larutan tanah sangat mudah hanyut terbawa
air.
2.4.2. Sifat Fisika Tanah
Jika tanah digali sampai kedalaman tertentu dari penampang vertikalnya dapat
dilihat gradasi warna yang membentuk lapisan-lapisan (horizon) atau biasa disebut
profil tanah. Di tanah hutan yang sudah matang terdapat tiga horizon penting, yakni
horison A, B, dan C.
Horison A atau top soil adalah lapisan tanah paling atas yang paling sering dan
paling mudah dipengaruhi oleh faktor iklim dan faktor biologis. Pada lapisan ini,
sebagian besar bahan organik terkumpul dan mengalami pembusukan. Kandungan zatzat terlarut dan fraksi liat (koloid tanah) pada lapisan ini termasuk miskin, karena telah

Universitas Sumatera Utara

dicuci oleh air ke lapisan yang lebih bawah. Karena itu, lapisan ini disebut juga zona
pencucian (elevation zone).
Horison B disebut juga dengan zona penumpukan (illuvation zone). Horison ini
memiliki bahan organik yang lebih sedikit dibandingkan dengan horison A, tetapi
lebih banyak mengandung unsur yang tercuci daripada horison A. Tumpukan partikel
liat yang terbentuk koloid dan bahan mineral, seperti Fe, Al, Ca, dan S, menjadikan
lapisan ini lebih padat. Berbeda dengan kedua horison sebelumnya, horison C adalah
zona yang terdiri dari batuan terlapuk yang merupakan bagian dari batuan induk, tanah
yang halus dan padat. Natrium dan alumunium di dalam koloid tanah yang
menyebabkan tanah menjadi padat dan lengket dapat digantikan oleh kalsium.
Akhirnya natrium dan alumunium akan terlarut dan tercuci oleh air dan keluar dari
daerah perakaran. (Novizan,2007)
2.4.3. Sifat Hayati Tanah
Sehubungan dengan produksi enzim,CO2, dan beraneka zat organik, kehidupan dalam
tanah bertanggung jawab atas terjadinya banyak alihragaman fisik dan kimia. Sifat
dan tampakkan tanah yang mengimplikasikan kegiatan hayati tanah ialah nisbah C/N,
kadar bahan organik atau kandungan biomassa tiap satuan luas/volum tanah, tingkat
perombakan bahan organik, pembentukkan krotovina, dan permintaan oksigen hayati
(Biological Oxygen Demand, BOD).
Proses-proses yang dijalankan oleh jasad renik tanah mencakup berbagai alihragam N
(amonifikasi, nitrifikasi, denitrifikasi, dan penyematan hayati N2) dan alihragaman
bahan organik (humifikasi), Proses-proses yang diperantai jasad renik tanah ialah
pelarutan p, oksidasi S, dan oksidasi Fe. (Notohadiprawiro.T. 1999)

Universitas Sumatera Utara

2.5. Titrimetri
Salah satu cara pemeriksaan kimia disebut titrimetri, yakni pemeriksaan jumlah zat
yang didasarkan pada pengukuran volume larutan pereaksi yang dibutuhkan untuk
bereaksi secara stoikiometri dengan zat yang ditentukan.
1. Landasan Pemeriksaan
Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu cara pemeriksaan sejumlah zat
kimia yang luas pemakaiannya. Pada satu segi, cara ini menguntungkan karena
pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi. Pada segi
lain, cara ini menguntungkan karena dapat digunakan untuk menentukan kadar
berbagai zat yang mempunyai sifat yang berbeda-beda.
Dalam praktek, titik kesetaraan itu ditentukan dengan berbagai cara, tergantung pada
sifat reaksinya. Biasanya, titik kesetaraan tidak disertai oleh perubahan sifat yang
dapat dilihat. Karena itu diperlukan zat tambahan yang dapat menunjukkan perubahan
yang dapat dilihat pada atau dekat titik kesetaraan. Zat tambahan itu disebut indikator.
Indikator ini berubah warnanya di sekitar titik kesetaraan.
Saat terjadinya perubahan warna indikator dalam proses titrasi disebut titik akhir
titrasi. Pada saat titik akhir ini tercapai, titrasi harus dihentikan. Biasanya titik akhir
titrasi tidak dapat sama dengan titik kesetaraan. Makin kecil perbedaan antara titik
akhir titrasi dan titik kesetaraan, makin kecil kesalahan titrasi.
Agar proses titrasi dapat berjalan dengan baik sehingga membeikan hasil pemeriksaan
yang tepat dan teliti, maka persyaratan berikut perlu diperhatikan dalam setiap titrasi:
a. Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara
stoikiometri dengan factor stoikiometrinya berupa bilangan bulat. Faktor

Universitas Sumatera Utara

stoikiometri ini harus diketahui atau ditetapkan secara pasti, karena factor ini
perlu dalam penghitungan hasil titrasi.
b. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.
c. Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara
terhitung. Artinya, sesuai dengan ketepatan yang dapat dicapai dengan
peralatan yang lazim digunakan dalam titrimetri, reaksi harus sempurna
sekurang-kurangnya 99,9% pada titik kesetaraan.
2. Larutan Baku
Oleh karena semua perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada kepekatan pentiter,
maka kepekatan pentiter itu harus diketahui secara teliti. Karena persyaratan yang
sangat penting ini harus dipenuhi maka pentiter disebut larutan baku. Kepekatan
larutan baku ini sering dinyatakan sebagai kenormalan, kemolaran atau titer
(kepekatan bobot/volume, b/v).

3. Cara Perhitungan
Perhitungan dalam titrimetri didasarkan pada cara menyatakan kepekatan larutan.
Sedangkan satuan yang lazim digunakan adalah millimeter dan milligram. Dan
perhitungan berdasarkan kenormalan, kemolaran dan titer larutan. (Rivai,1994)

Universitas Sumatera Utara

You might also like