Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Perancangan
Perancangan dalam arsitektur menurut John Wade dalam Barliana
(2012 : 9) adalah usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada
menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga proses : mengidentifikasi
masalah-masalah, mengidentifikasi metoda untuk pemecahan masalah, dan
pelaksanaan pemecahaan masalah. Dengan kata lain adalah pemograman,
penyusunan rancangan, dan pelaksanaan perancangan.
2.2
Rumah Susun
Persyaratan
Teknis
Pembangunan
Rumah
Susun,
fasilitasnya
secara
keseluruhan
merupakan
tempat
permukiman.
2) Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok susun yang
terletak pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang
merupakan satu kesatuan sistem pelayanan pengelolaan.
3) Prasarana lingkungan rumah susun adalah kelengkapan dasar fisik
lingkungan yang memungkinkan rumah susun dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
Sehingga dapat disimpulkan, rumah susun dapat diartikan sebagai
suatu bangunan gedung bertingkat yang memiliki sistem kepemilikan
12
13
TipeTabel
Unit 2.1
Tipe 18 m
14
Tipe 21 m2
- ruang tamu/keluarga
Tipe 24 m2
- kamar mandi
Tipe ini biasanya untuk keluarga - dapur/pantry
muda atau seseorang yang belum
memiliki keluarga
Tipe 30 m2
- 2 kamar tidur
Tipe 36 m2
- ruang tamu / keluarga
Tipe 42 m2
- kamar mandi / WC
Tipe 50 m2
- dapur / pantry
Tipe ini untuk keluarga yang sudah - ruang makan
memiliki anak
sumber : Rosfian (2009)
terbuka,
pendidikan,
kesehatan,
peribadatan,
fasilitas
atau
15
yang
berkaitan
dengan
16
No
1
2
3
4
Luas Lahan
Maksimum (%)
Minimum (%)
Bangunan untuk hunian
50
Banguanan
fasilitas
10
Tabel 2.2 Peruntukan Luas Lahan Rumah Susun Ruang Terbuka
20
Prasarana Lingkungan
20
sumber : Standar Nasional Indonesia (2003)
Jenis Peruntukan
harus
dilengkapi
dengan
fasilitas
No.
1
Tabel
2.3 Lingkungan
Fasilitas LingkunganFasilitas
RumahYang
Susun
Jenis
Fasilitas
Tersedia
Warung
Toko-toko perusahaan dan
Fasilitas niaga
dagang
Pusat perbelanjaan
Ruang belajar untuk pra
belajar
Ruang belajar untuk sekolah
dasar
Fasilitas pendidikan
Ruang belajar untuk sekolah
lanjutan tingkat pertama
Ruang belajar untuk sekolah
menengah umum
Posyandu
Balai pengobatan
BKIA dan ruamah bersalin
Fasilitas kesehatan
Puskesmas
Praktek dokter
Apotek
Musola
Fasilitas peribadatan
Masjid kecil
Kantor RT
Kantor/balai RW
Post hansip/siskamling
Pos polisi
Fasilitas pelayanan umum
Telepon umum
Gedung serba guna
Ruang duka
Kotak Surat
Taman
Tempat bermain
Lapangan olah raga
Ruang terbuka
Peralatan usaha
Sirkulasi
Parkir
sumber : Standar Nasional Indonesia (2003)
17
18
koperasi untuk ditanam di tanah tersebut. Sehingga dengan ini, petani yang
bekerja mendapatkan kepastian gaji per bulannya. Tiap minggunya
anggota koperasi mendapatkan keranjang bahan makanan. Hasil panen
tidak ada yang dijual ke luar anggota koperasi. Resiko produk pangan yang
dihasilkan ditanggung bersama. Jika produksi berlimpah, maka konsumen
mendapatkan hasil panen yang banyak. Namun, jika produksi susut, maka
konsumen juga mendapatkan hasil panen yang sedikit. Sebagai bentuk
kontribusi anggota koperasi, tiap anggota wajib bekerja di lahan tani
selama 16 jam per tahunnya. Dengan adanya kontrak antara anggota
koperasi dan pekerja, maka menguatkan sistem koperasi ini berjalan,
kontrak tidak boleh dilanggar. Sistem yang dilakukan Koperasi Jardin du
Chorrotons ini dapat menjadi contoh aplikasi pengelolaan urban farming di
dalam rumah susun.
2.2.5 Karakteristik Penghuni Rumah Susun
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harsiti (2003:99-115)
pola perilaku masyarakat penghuni rumah susun dalam melestarikan
fungsi lingkungan rumah susun adalah sebagai berikut :
1) Sikap terhadap lingkungan ikut menentukan perilaku melestarikan
fungsi lingkungan permukiman. Makin tinggi sikap terhadap
lingkungan maka makin baik perilaku melestarikan fungsi
lingkungan permukiman.
2) Motivasi hidup sehat ikut menentukan perilaku melestarikan
fungsi lingkungan permukiman. Makin kuat motivasi hidup sehat,
maka makin baik perilaku masyarkat dalam melestarikan fungsi
lingkungan. Sehingga untuk dapat melestarikan fungsi lingkungan
permukiman, pola hidup sehat harus ditanamkan.
19
Urban Farming
Urban farming meliputi produksi, pengelolaan, dan distribusi ke
berbagai bentuk makanan, termasuk produksi sayuran di dalam atau pada
pinggiran suatu wilayah perkotaan. Termasuk kultivasi tanaman corps,
buah dan sayuran formal, hutan, taman, kebun, kebun buah, dan aktivitas
yang terkait.
Urban farming yang dimaksud dalam perancangan ini adalah
produksi dan pengelolaan makanan/tanaman berskala rumah tangga.
Sehingga penghuni dapat melakukan aktivitas komunal berkebun yang
dapat bermanfaat bagi seluruh keluarga untuk mengonsumsi sayuran yang
sehat dan bergizi.
Menurut Bakker dalam Herman (2000 : 37), menunjukan bahwa
pertanian kota adalah salah satu pilihan untuk mengatasi ketahanan pangan
rumah tangga. Hal ini sejalan dengan pendapat Haletky dan Tylor (2006 :
51) bahwa pertanian kota adalah salah satu komponen kunci pembangunan
sistem pangan masyarakat yang berkelanjutan.
Kegiatan urban farming telah banyak diterapkan di negara-negara
luar. Banyak komunitas yang melakukan kegiatan ini dalam satu
lingkungan tempat tinggal. Contohnya adalah ReVision House Urban
Farm yang berada di Boston, Massachusetts, diatas tanah 1 hektar. Mereka
menanam banyak varietas buah-buahan, sayuran, dan bunga. Mereka
20
memiliki dua rumah kaca dan 1/2 hektar tanah untuk menanam
pertaniannya. Mereka menggunakan metode berkebun konvensional yang
menggunakan media tanam tanah dan pupuk. Hasilnya digunakan untuk
keperluan penampungan, didstrubusikan ke komunitas-komunitas dengan
cara penjualan, dan dijual ke dua pasar terdekat. Dalam berkebun mereka
selalu menggunakan produk dan metode yang sustainable.
21
Konsep urban farming yang diterapkan pada The Weave ini juga
menggunakan sistem graywater bagi pemeliharaannya. Desain bangunan
terintegrasi dengan sistem pemeliharaan dengan pemanfaatan graywater.
Skema perawatan dan pemeliharaan lahan tanam pada The Weave dapat
terlihat pada Gambar 2.2. Terdapat tangki yang berada di lantai atas yang
berguna untuk mengumpulkan air hujan yang kemudian diolah dan dapat
digunakan sebagai irigasi lahan pertanian. Sisa air yang digunakan untuk
pengairan lahan pertanian juga diolah kembali dan diputar kembali untuk
digunakan sebagai pengairan lahan pertanian.
2.4
Vertikultur
22
dijaga
Menjadi lahan bisnis, baik langsung maupun tidak langsung
Dapat digunakan sebagai sumber tanaman obat keluarga
Menambah dan memperbaiki gizi keluarga
Efisiensi lahan, pupuk, air, benih, dan tenaga kerja
Menghilangkan stress atau mengurangi beban pikiran
23
2) Vertikultur Horizontal
Jenis ini ditemui dalam bentuk rak-rak atau tangga bertingkat.
3) Vertikultur Gantung
Jenis ini umum terlihat dalam bentuk pot-pot atau wadah yang
diikat oleh tali/kawat dan digantung pada atap.
4) Vertikultur Susun
Jenis ini mirip dengan vertikultur vertikal, hanya berbeda dalam
penyajian wadah dan kolom untuk media tanam yang akan
digunakan
24
B. Persemaian
Sebelum penanaman ada proses yang disebut persemaian, yaitu proses
pematangan benih hingga menjadi bibit sehingga siap untuk ditanam pada
media tanam vertikultur. Beberapa jenis tanaman yang membutuhkan
proses persemaian adalah tomat, cabai, terong, mentimun, bunga kol,
brokoli, selada, caisim, kailan, dan lain-lain.
Cara melakukan penyemaian yang diuraikan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan adalah sebagai berikut :
1) Siapkan media untuk penyemaian benih yang biasanya terdiri dari
campuran tanah kebun yang telah diayak dengan pupuk kandang
25
C. Penanaman
Pada pot yang telah dipersiapkan, isikan media tanam yang telah
disiapkan sebelumnya. Masukan media tanam sebanyak 2/3 bagian.
Setelah pot diisi dengan media, sebaiknya disiram terlebih dahulu sehingga
didapatkan kelembaban yang ideal. Setelahnya, barulah tanamkan bibit
yang telah disemaikan. Pastikan semua bagian akar dari semua bibit telah
tertanam kedalam media. Sedangkan untuk jenis tanaman kangkung,
26
bayam, baby capro, lebih baik ditanam langsung dari saat masih benih.
Karena menggunakan pot bertingkat, maka aturlah penanaman. Misalnya
rak terbawah dengan satu jenis tanaman, kemudian rak atasnya lagi dengan
jenis tanaman yang berbeda, sehingga akan didapatkan susunan yang
serasi dan punya nilai seni.
D. Perawatan
Perawatan mulai dilakukan sejak tanaman dipindahkan kedalam pot
verti. Kegiatan perawatan terdiri dari penyiraman, pemupukan, dan
pencegahan hama/penyakit yang dilakukan secara rutin dan teliti.
Penyiraman pada tanaman sebaiknya dengan memperhatikan ukuran
tanaman dan daya cengkeram akar terhadap medianya. Tanaman yang
berukuran kecil dan akarnya halus dilakukan penyiraman dengan
semprotan halus. Namun, tanaman yang berukuran besar dan relatif kuat
bisa dengan gayung secara hati-hati.
Hama/penyakit pada sayuran yang ditanam di dalam pot sangat relatif
dikit. Namun, untuk mencegahnya perlu dilakukan dengan menjaga
kelembaban. Kelembaban yang ada di area pot jangan terlalu tinggi,
karena akan menjadi tidak sehat yang dapat menimbulkan kematian.
Proses pemupukan juga tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
perawatan tanaman vertikultur. Pemupukan dilakukan secara rutin 2-7 hari
sekali. Pada sayuran daun, karena titik beratnya pertumbuhan vegetatif,
maka pupuk yang diberikan harus banyak mengandung unsur nitrogen,
dosis 20gr pupuk urea atau ZA yang dilarutkan dalam 10 liter air yang
disiramkan pada masing-masing pot secukupnya saja sampai media tanam
basah. Apabila kesulitan menemukan pupuk, maka limbah dapur dan daundaun kering dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk
27
akan
membebani
media
tanam
vertikultur
pada
28
29
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tabel 2.4
Jenis
Tanaman Pangan Rumah
Tangga
Jenis
Tanaman
Kelompok
Tanaman
Cabai Besar
Cabai Rawit
Terong
Mentimun
Tomat
Kacang Panjang
Buncis
Paprika
Bayam
Sayuran Buah
Sayuran Daun
30
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Kangkung
Selada
Seledri
Bawang Daun
Kemangi
Pokcoy
Kailan
Bunga Kol
Sayuran Bunga
Brokoli
Wortel
Kentang
Bawang Merah
Sayuran Umbi
Bawang Putih
Bawang Bombay
Kunyit
Kencur
Tanaman Empon-Emponan
Lengkuas
Serai
sumber : Pujo Rasapto (2006)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Cabai Besar
Cabai Rawit
Terong
Mentimun
Tomat
Kacang Panjang
Buncis
Paprika
Bayam
Kangkung
Selada
Seledri
Bawang Daun
Kemangi
Pokcoy
Kailan
(oC)
18-30
18-30
20-30
21-30
18-25
20-35
25
21-27
20
20-32
15-20
18-24
19-24
5-30
15-21
15-20
(%)
60-80
60-80
80-85
50-60
80
40-60
80-90
80-90
60
-
cahaya
Cukup
Cukup
Penuh
Cukup
Cukup
Penuh
Penuh
Cukup
Penuh
Penuh
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Penuh
Penuh
31
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Bunga Kol
24
80-90
Brokoli
24
80-90
Wortel
26
80-90
Kentang
18-21
80-90
Bawang Merah
30
70
Bawang Putih
15-25
60-70
Bawang Bombay
18-20
60-70
Kunyit
19-30
60-80
Kencur
19-30
60-80
Lengkuas
25-29
60-80
sumber : berbagai buku pertanian
Cukup
Cukup
Cukup
Penuh
Penuh
Penuh
Penuh
Penuh
Penuh
Penuh
Bulan
Suhu
(oC)
Kelembaban
(%)
1
2
3
4
5
Januari
Februari
Maret
April
Mei
27,3
27,4
27,9
28,6
28,8
79
79
76
75
76
Matahari
(%)
30,8
46,6
44,8
70,3
51,7
Juni
28,7
73
Juli
28,3
74
Agustus
28,8
69
September
29,0
68
Oktober
29,2
72
November
28,9
74
Desember
28,9
76
sumber : Badan Pusat Statistik Jakarta (2003)
50,8
70,0
98,2
98,5
70,5
61,2
37,7
Dari data diatas maka didapatkan suhu rata-rata Jakarta adalah 27,35 oC,
kelembaban rata-rata 74,25%, dan penyinaran matahari 60,92%.
Produksi Tanaman Vertikultur
Kemampuan produksi tiap tanaman berbeda-beda per meter
perseginya. Untuk dapat mengetahui berapa luasan yang dibutuhkan untuk
mencukupi kebutuhan seluruh penghuni rumah susun, maka harus
diketahui banyaknya produksi tiap tanaman per meter perseginya, dapat
32
dilihat pada tabel 2.7. Data didapatkan dari Data Kementrian Pertanian dan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Evy Latiffah pada tahun 2012.
Tabel 2.7 Hasil
Panen Tanaman Pangan
Hasil Produksi Hasil Produksi
No
Jenis Tanaman
per triwulan
(kg/m2)
per tahun
(kg/m2)
Cabai Besar
6,8
27,2
2
3
4
5
Terong
Mentimun
Kacang Panjang
Kangkung
8,8
4,6
3,6
2,6
35,2
18,4
14,6
10,4
Bawang Merah
9,6
38,4
Sumber
Kementrian
Pertanian
Evy Latiffah
Evy Latiffah
Evy Latiffah
Evy Latiffah
Kementrian
Pertanian
2.5
Dari
dapat
1
2
3
4
5
6
Konsumsi per
kapita/tahun (kg)
Cabai Besar
1,5
Terong
2,55
Mentimun
1,77
Kacang Panjang
3,4
sumber : Kementrian Pertanian (2012)
Kangkung
4,3
Bawang Merah
2,36
Jenis Sayuran
data
di
terlihat
atas