You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah
keahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Di buku lain masa nifas dikatakan sekitar 40 hari.
Masa nifas merupakan masaselamaperalinan dan segerasetelah kelahiran
yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi
kembali ke keadaan tidak hamil normal. Masa nifas adalah mada setelah
seorang ibu melahirkan bayi dan plasentanyayang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatanyyakembali yang umumnya memerlukan waktu 612 minggu.
Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan baik
secara fisik ataupun secara psikologi. Pelayanan atau asuhan merupakan
cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas dan
mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan
tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat. Melakukan
skrining secara komperhesif untuk mendeteksi dini masalah ibu nifas
sangatlah penting.
Bidan berperan penting dalam memberikan asuhan masa nifas
untuk dapat memastikan ibu merasa nyaman dalam menjalani peran
barunya dan selalu memberi dukungan proses adaptasi yang dilalui Ibu.
Seorang bidan harus bersikapramah, tanggap dan sabar dalam upaya
memberikan pelayanan yang terbaik untuk kliennya. Asuhan masa nifas
normal erupakan asuhan yang sesuai kebutuhan setiap individu.
Periode Immediate postpartum adalah saat setelah plasenta lahir
sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terjadi banyak permasalahan

seperti perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan secara teratur
harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea,
tekanan darah dan suhu. Selain itu, bidan haru mendeteksi dan perawatan
penyebab lain perdarahan dan segera melakukan rujukan bila perlu,
memberikan konseling kepada keluarga tentang car oenegahan perdarahan
akibat antonia uteri, pemberian asi awal, menajarkan cara mempererat
hubungan antara ibu dan bayi. Periode late postpartum adalah periode 241 minggu setelah postpartum. Pada periode inibidan memastikan involusi
uteri berjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
fundus uteridi bawah umbiliks, tidak ada perdarahan abnormal, loche tidak
berbau busuk, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan
cairan serta ibu menyusui dengan baik. Periode late postpartum adalah
periode antara 1 minggu sampai 5 minggu. Pada periode ini bidan tetap
melakukan perawatan dan pemeriksaansehari-hari serta konseling KB.
Menurut Varney (1997), penatalaksanaan manajemen kebidanan
sebagai suatu proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode
mengorganisasikan fikiran dan tindakan melibatkanteori ilmiah ,
penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangka atau tahapan logis untuk
pengambilan suatu keputudan.
Pengkajian data merupakan langkah dasar dari manajemen
kebidanan, pengkajian tersebut dapat diperoleh dari data objektif dan data
sujektif. Pada tahap ini semua data yang sudah dikumpulkan digunakan
untuk mengevaluasi keadaan pasein.
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keterangan pasien
atau dari sisi pasien. Data ini dikumpulkan dengan cara melakukan
anamnesa dengan memberikan pasien pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik
pasien.

Amnesa dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : auto anamnesa


dan allo anamnesa. Auto anamnesa merupakan anamnesa yang dilakukan
krpada pasien secara langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer
karena langsung dari sumbernya. Allo anamnesa adalah anamnesa yang
dilakukan kepada keluarga pasien yang paling mengetahui tentang
keadaan pasien.
Dalam melakukan pengkajian data ibuu nifas data yang harus
diperoleh antara lain, catatan pengembangan antepartum dan intrapartum,
berapa lama pasien postpartum, peran sebelum dan catatan perkembangan,
suhu, denyut nadi, pernapasan, tekanan darah, pemeriksaan laboratorium
dan tambahan lainnya,catatan obat-obatan, catatan bidan/perawat. Hal ini
di peroleh dari pemeriksaan awal postpartum. Dalam pengumpulan data
mengenai riwayat kesehatan ibu yang harus diperoleh antara lain,
mobilisasi,

buang

air

kecil,

buang

air

besar,

nafsu

makan,

ketidaknyamanan/rasa sakit, kekhawatiran, hal yang tidak jelas, makanan


bayi, reaksi pada bayi, dan reaksi terhadap proses melahirkan. Dalam
pemeriksaan fisik ibu nifas data yang harus diperoleh antara lain, tekanan
darah, suhu badan, denyut nadi, pe,eriksaan tenggorokan, buah dada dan
puting susu, auktulasi paru-paru, pemeriksaan abdomen : kandung kemih,
uterus, diastasis, CVA, lochea, perinium dan ekstremitas.
Semua data yang dikumpulkan dalam angka pengkajian data ini
sangatlah penting untuk mendeteksi apakah keadaan ibu nifas dalam
keadaan normal atau tidak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara bidan melakukan pengkajian data pada ibu nifas 2 jam
setelah post partum?
2. Apa saja pengkajian data yang dilakukan oleh bidan pada ibu nifas
2jam setelah postpartum?
3. Apa tujuan pengkajian data pada ibu nifas 2 jam setelah post partum?
C. Maksud dan Tujuan

1. Agar mahasiswa mampu melakukan pengkajian baik data subjektif


maupun data objektif pada ibu nifas 2 jam setelah post partum yang
datang ke tempat pelayanan kesehatan.
2. Agar bidan mampu melakukan pemeriksaan yang komperhensif dan
sesuai asuhan yang harus diberikan pada ibu nifas 2 jam setelah post
partum.
3. Agar mahasiswa dapat mendeteksi kelainan secara dini yang terjadi
pada ibu nifas 2 jam setelah post partum.
4. Agar mahasiswa dapat melakukan skrinning yang komperhesif
mendekati masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu nifas 2 jam setelah post partum maupun bayinya.
5. Agar bidan dapat mendeteksi adanya penyimpangan dari kondisi
normal.
6. Agar dapat dilakukan dengan segera pada masa immediate postpartum,
seperti : observasi tanda vital, keseimbangan cairan, pencegahan
kehilangan darah yang abnormal fan eliminasi urin,

BAB II
PEMBAHASAN
1. Nifas
a. Pengertian nifas yaitu
1) Masa nifas yaitu masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alatalat kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8
minggu. (Ambarwati dan Wulandari, 2010:1)
2) Masa nifas yaitu masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta,serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali

organ kandungan seperti sebelum hamil waktu kurang lebih 6


minggu (Saleha,2009:4)
3) Masa nifas yaitu dimulai setelah kelahiran plasenta danverakhir
ketika alat-akat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama 6 minggu (Sarwono,2009:122)
b. Tujuan masa nifas menurut Ambarwati dan Wulandari
(2010:1-2)
1) Tujuan umum Membantu ibu dan pasanganya selama
transisi awal mengasuh anak.
2) Tujuan khusus
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya. skrinning yang komprehensif, mendeteksi
masalah, menggobati/ merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu dan bayi.

b) Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan


kesehatan diri, nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi
dan perawatan bayi sehat.

c) Memberikan pelayanan keluarga berencana.


c. Tahapan masa nifas menurut (Soleha, 2009:5-6) ada 3 yaitu:
1) Priode immediate postpartum Masa segera setelah
plasenta lahir sampai 24 jam. Pada masa ini sering terjadi
masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh
karena

itu,

pemeriksaan

bidan

dengan

kontraksi

teratur

harus

uterus,

melakukan
pengeluaran

lockea,tekanan darah dan suhu.


2) Periode early postpartum (24 jam -1 minggu) Pada fase ini
bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,
tidak ada pendarahan, lockea tidak berbau busuk, tidak
ada demam,ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan,
serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late postpartum(1 minggu- 5 minngu) Pada


periode

ini

bidan

tetap

melakukan

perawatan

dan

pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

d. Perubahan fisiologis dan psikologi masa nifas


1) Perubahan fisiologis
a) Perubahan sistem reproduksi
(1) Uterus Pada akhir kala III persalinan, uterus berada
di garis tengah kira-kira 2cm di bawah umbilicus

dengan

bagian

fundus

bersandar

pada

promotorium sakralis. Besar uterus kirakira sama


dengan sewaktu hamil 16 minggu dengan berat
1000 gram (Ambarwati dan Wulandari, 2010:73).
adalah ekresi cairan selama masa

(2) Lochea

nifas.lockea itu terbagi menjadi 4 (Soleha, 2009:56)


yaitu:
(a) lochea rubra Lochea ini muncul hari 1 sampai
hari 4 masa post partum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena berisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak
bayi, lanugo dan mekonium.

(b) lockea sanguilaeta Cairan yang keluar berwarna


merah kecoklatan dan berlendir. Berlansung dari
hari ke 4 sampai hari ke 7 postpartum.
(c) Lockea serosa Lockea ini berwarna

kuning

kecoklatan karena mengandung serum, leukosit


dan laserasi plasenta. Muncul hari ke 7 sampai
hari ke 14 postpartum.
(d) lockea alba Mengandung

leukosit,

selaput

lendirserviks dan serabut jaringan yang mati.


Lockea ini bisa berlangsung 2 sampai 6 minggu
post partum.
(3) Serviks Serviks mengalami involusi bersama- sama
dengan

uterus.

Warna

serviks

sendiri

merah

kehitam- hitaman karena penuh pembuluh darah.


Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat
laserasi/

perlukaan

kecil

karena

robekan

kecil

terjadi selama dilatasi, serviks tidak pernah kembali


dalam

keadaan

sebelum

hamil.Muara

serviks

dilatasi 10 cm pada waktu persalinan, menutup


secara bertahap/ setelah bayi lahir, tangan masih
bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat
dimasuki2-3 jari, pada 6 minggu postpartum serviks
menutup (Ambarwati dan Wulandari, 2010:79).

b) Perubahan endotrin Selama kehamilan dan persalinan


adanya hormon yang berperan pada proses tersebut
yaitu hormon oksitosin yang berperan pada perlepasan
plasenta dan mempertahankan kontraksi agar tidak
terjadi

perdarahan.

Hormon

prolaktin

untuk

merangsang produksi asi. Sedangkan hormon estrogen


dan progesteron dapat meningkatkan volume darah
serta mengurangi perangsangan dan peningkatan
pembuluh darah (Soleha, 2009:60).
c) Perubahan tanda- tanda vital

(Ambarwati

dan

Wulandari, 2010: 84) yaitu:


1) Suhu badan Pada 24 jam post partum suhu badan
akan naik sedikit (37- 38C)sebagianakibat kerja
keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan,dan
kelelahan apabila keadaan normal suhu badanakan
biasa lagi.
2) Nadi Denyut

nadi

normal

dewasa

60-80

kali

permenit. Sehabis melahirkan biasanya jenyut nadi


itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi melebihi
100

adalah

disebabkan

abnormal
oleh

dan

infeksi

postpartum yang tertunda.


3) Tekanan
darah
Biasanya

hal

ini

atau

mungkin

pendarahan

tidak

berubah,

kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah


melahirkan karena ada pendarahan. Tekanan darah
tinggi

pada

postpartum

dapat

menandakan

terjadinya preeklamsi post partum.


4) Pernafasan.
Kedaaan
penafasan

selalu

berhubungan dengan keadaaan suhu dan denyut


nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal
pernapasan juga akan mengikutinya kecuali ada
gangguan khusus pada saluran nafas. D
d) Perubahan kardiovaskuler Terdapat suatu penurunan
besar kurang lebih 1.500 ml dalam jumlah darah
keseluruhan selama kelahiran dan masa nifas. Dalam

persalinan kira kira 200 - 500 ml darah yang hilang


sedangkan selama postpartum 500 800 ml darah
yang hilang dan terakhir 500 ml selama sisa masa
nifas (Soleha, 2009:62).
2) Perubahan psikologi Periode diekspresikan oleh reva rubin
yang terjadi ada 3 yaitu ( Soleha, 2009:64) yaitu:
a) Taking in period Terjadi pada hari 1-2 persalianan, ibu
masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain,
fokus

perhatian

terhadap

tubuhnya

ibu

lebih

mengigatkan pengalaman melahirkan dan persalinan


yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan
meningkat.
b) Taking hold period Terjadi pada hari3-4 hari post
partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya
dalam

menerima

tanggung

jawab

sepenuhnya

terhadap perawatan bayi. Pada masa ini menjadi


sangat sensitif, sehingga membutuhkan dorongan
perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
c) Letting go period Dialami setelah ibu dan bayi tiba
dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung
jawab

sebagai

ibu

dan

menyadari

atau

merasa

kebutuhan bayi sangat bergantung pada dirinya.


e. Kunjungan masa nifas ada 4 kali (Soleha, 2009:6) yaitu:
1) 6 8 jam setelah persalinan
2) 6 hari setelah persalinan
3) 2 minggu atau 14 hari setelah persalinan
4) 6 minggu setelah persalinan
f. Menurut Manuaba (2009:111) masalah kesehatan setelah
melahirkan masa nifas:
1) Perdarahan pasca partum
2) Infeksi puerperium
3) Preeklamsi/ eklamsi
4) Penyakit tromboemboli
5) Infeksi mamae
6) Komplikasi perkemihan.
2. Retensio Plasenta
a. Pengertian Retensio Plasenta
1) Retensio plasenta yaitu belum lepasnya plasenta dengan
melebihi waktu setengah jam( Manuaba, 2009:178).

2) Retensio plasenta adalah Tertahannya atau belum lahirnya


plasenta hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir
(Nugroho,2010:158).
3) Retensio plasenta adalah Tertahannya atau belum lahirnya
plasenta

selama

setengah

jam

setelah

persalinan

bayi(Yanti, 2009:205).
b. Menurut Nugroho(2010:158) Klasifikasi retensio plasenta:
1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot
korion

plasenta

sehingga

menyebabkan

kegagalan

mekanisme separasi fisiologis.


2) Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta
hingga mencapai lapisan miometrium.
3) Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta
hingga mencapai atau melewati lapisan miometrium.
4) Plasenta
perkreta
adalahimplantasi
jonjot
korion
plasentayang

menembus lapisan

miometrium

hingga

mencapai lapisan serosa dinding uterus.


5) Plasenta inkarserata adalah tertahanya plasenta di dalam
kavum uteri, disebabkan oleh kontraksi uteri.
c. Pengertian plasenta restan
1) Perdarahan post partum karena tertinggalnya

sisa

plasenta atau tersisa sebagian kecil plasenta di dalam


uterus mengakibatkan perdarahan lanjut (Cunningham,
2005:709).
2) Perdarahan pasca partum sebagian selaput plasenta
masih tertinggal di dalam uterus (Manuaba, 2008:153).
3) Tertinggalnya sebagian plasenta atau sisa-sisa potongan
plasenta merupakan perdarahan lanjut dalam masa nifas
atau

perdarahan

pasca

persalinan

sekunder

(Yanti,

2009:214).
d. Tanda dan gejala plasenta restan (Nugroho, 2010:145) yaitu:
1) Uterus berkontraksi kurang adekuat
2) Perdarahan segera
3) Tali pusat putus
4) Plasenta atau sebagian tidak lengkap.
5) Inversio uteri akibat tarikan perdarahan lanjut.
e. Komplikasi plasenta restan (Manuaba, 2008 :58) yaitu:
1) Perdarahan Perdarahan post partum adalah pendarahan
lebih dari 500 ml pada persalinan pervaginam atau lebih

dari 1000ml pada persalinan caesar (Norma dan Dwi,


2013:224).
a) Menurut Nugroho(2010: 143) terjadinya pendarahan di
bagi atas 2:
(1) Perdarahan post partum dini/ perdarahan post
partum
yaitu

primer

(early

perdarahan

postpartum

post

partum

hemorrhage)
dini

adalah

perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama


setelah kala III.
(2) perdarahan pada

masa

nifas/perdarahan

post

partum sekunder (late postpartum hemmorrhage)


adalah perdarahan masa nifas puerperium yang
terjadi

pada

masa

nifas

puerperinium

tidak

termasuk 24 jam pertama setelah Kala III.


b) Etiologi peryebab perdarahan menurut Ambarwati dan
Wulandari (2010:127) :
(1) Atonia uteri
(2) Retensio plasenta
(3) Laserasi jalan lahir(Ruptur uteri, Perlukaan vagina,
Perinium).
(4) Retensio sisa plasenta
(5) Infeksi plasenta
(6) Sub involusi.
c) Etiologi penyebab perdarahan post partum menurut
Nugroho (2010:144) yaitu:
(1) Atonia uteri.
(2) Luka jalan lahir
(3) Retensio plasenta.
(4) Gangguan pembekuan darah.
d) Pencegahan perdarahan post partum (Ambarwati dan
Wulandari, 2010 :127) yaitu:
(1) Mengenali resiko perdarahan post partum (uterus
tidak berkontraksi, partus lama, partus dengan

2)

pacuan).
(2) Memberikan oksitosin setelah bayi lahir.
(3) Memastikan kontraksi uterus setelah bayi lahir.
(4) Memastikan plasenta lahir lengkap.
(5) Mengenali robekan jalan lahir.
Infeksi menurut Manuaba (2009:452) yaitu: Biasanya
infeksi di karenakan bakteri masuk ke alat genetalia pada

saat persalinan maupun setelah persalinan. Tanda dan


gejala:
a) Suhu meningkat .
b) Lockea berbau
c) Nyeri pada tempat infeksi. Terapy pemberian antibiotik
dan kolaborasi dengan dokter.
3) Sub involusi menurut Manuaba (2009:454) yaitu: Uterus
gagal

berkontraksi

secara

efektif

selama

masa

pascapartum tanda dan gejala:


a) Peningkatan jumlah lockea
b) Fundus uteri teraba lembek
c) Uterus naik hingga melebihi lokasi yang di perkirakan.
Penanganan: Metilergonovin 0,2 mg setiap empat jam
sebanyak 6 dosis pemberian antibiotik agar tidak
f.

terjadi infeksi.
Penanganan plasenta restan (Nugroho, 2010 :164 ) yaitu :
1) Pemberian antibiotik Ampisilin dosis awal 1 g IV
dilanjutkan 3x1 g oral dikombinasi dengan metronidazol 1
g suppositorial dilanjutkan 3x 500 mg oral.
2) Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan
mengeluarkan bekuan darah atau jaringan. Bila serviks
hanya dapat dilalui oleh istrumen, lakukan evaluasi
dengan dilatasi dan kuratase.
3) Bila kadar HB < 8 gr/ Di berikan tranfusi darah. Bila kadar
HB>8 gr, berikan sulfas ferosus 600mg/ hari selama 10
hari.

2. Manajemen Kebidanan
a. Manajemen kebidanan adalahsuatu metode atau bentuk
pendekatan

yang

digunakan

bidan

dalam

memberikan

asuhan. Pendokumantasi Manajemen kebidanan merupakan


langkah dalam menggambarkan alur pola pikir dan bertindak
bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi
masalah(Salmah,2006:171).
b. Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan
oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah
secara

sistematis

mulai

dari

pengkajian,

analisis

data,

diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi


(Ambarwati dan Wulandari, 2010:130).
c. Menurut Helen ada 7 langkah varney pendokumentasikan
kebidananyaitu:
1) Pengkajian Pada langkah pertama semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua yang berkaitan dengan
kondisi klien telah dikumpulkan. Untuk memperoleh data,
dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian
dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui
pengajuan pertayaan (Sulistyawati, 2009:110).
2) Interpetasi Data Interpetasi data dilakukan bila pengkajian
telah selesai dilaksanakan dan data telah terkumpul
dengan lengkap. Data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpetasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa


dan

masalah

yang

spesifik.

Rumusan

diagnosa

dan

masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat


didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhakan
penagananya. Masalah biasanya sedang dialami wanita
dan diidentifikasi bidan sesuai dengan hasil pengkajian
dan

masalah

tersebut

sering

menyertai

diagnosa

(Maritalia, 2012:118).
3) Dignosa potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial

yang

mungkin

diindentifikasikan
membutuhkan

masalah

antisipasi,

terjadi.
atau

Pada

langkah

diagnosa,

pencegahan,

bila

hal

ini
ini

mungkin

menunggu mengamati dan bersiap- siap apabila hal


tersebut benarbenar terjadi. Melakukan asuhan yang aman
penting sekali dalam hal ini (Ambarwati dan Wulandari,
2010:142).
4) Antisipasi Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dalam menangani masalah sesuai
kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan proses
manajemen kebidanan. Data baru mungkin dikumpulkan
dan dievaluasi. Dimana bidan atau dokter harus bertindak
sefera sesuai kebutuhan keselamatan klien. Dari data
terkumpul kita dapat menyimpulkan tindakan segera yang
harus dilakukan tenaga kesehatan (Maritalia, 2012:121).
5) Perencanaan Langkahlangkah ini ditentukan oleh
langkahlangkah sebelumnya yang merupakan lanjutan
dari masalah atau diagnosa yang telah diindentifikasi atau
di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien
atau setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut
yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010:143).
6) Pelaksanaan Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh
yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara

efisien

dan

aman.

Perencanaan

ini

bisa

dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau tenaga kesehatan lainya.


Dalam situasi dimana bidan kolaborasi dengan dokter
untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka
keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan pada klien
adalah tanggung jawab terhadap terlaksananya rencana
asuhan besama secara menyeluruh (Maritalia, 2009:123).
7) Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna
mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi
keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali
proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah dilakukan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana(Ambarwati
dan Wulandari, 2010:147). merencanakan kembali yang
belum terlaksana(Ambarwati dan Wulandari, 2010:147).
d. Asuhan Kebidanan SOAP Untuk mengetahui apa yang
dilakukan

bidan

didokumentasikan

melalui
dalam

proses
bentuk

2006:172) yaitu:
S(Subjektif) : Menggambarkan

berpikir
SOAP

sistematis,
yaitu(Salmah,

pendokumentasikan

hasil

penggumpulan menggambarkan pendokumentasikan hasil


penggumpulan.
pendokumentasikan

O(Objektif):
hasil

pemeriksaan

Menggambarkan
fisik

klien,

hasil

laboratorium dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam


data

fokus

untuk

mendukung

asuhan

sebagai

langkah

1varney.
A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil
analisis dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam
suatu indentifikasi:
1) Diagonosis/masalah
2) Antisipasi diagnosis/ masalah potensial
3) Perlu adanya tindakan segera oleh bidan atau dokter,
konsultasi kolaborasi dan rujukan langkah 2,3,4 varney

You might also like