You are on page 1of 6

J. Sains MIPA, April 2007, Vol. 13, No. 1, Hal.

: 37 - 42
ISSN 1978-1873

KAJIAN ADSORPSI Cu(II) DENGAN BIOMASSA


Hydrilla verticillata TERAKTIVASI
Noer Komari1,*, Azidi Irwan1, Eka Susilawati 2
1Prog.

Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat


Prog. Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Jend. A. Yani Km 35,8 Banjarbaru 70714 Kalimantan Selatan
*Alamat untuk surat menyurat e-mail : abuzakki_noer@yahoo.co.id

2Alumni

Diterima 24 September 2006, perbaikan 16 Januari 2007, disetujui untuk diterbitkan 19 Maret 2007

ABSTRACT
The present of heavy metals, such as Cu is now a major concern and the elimination of the heavy metals from
environment is important. One of the alternative treatments to handle the pollution of heavy metals is by the use of
biomass as biosorbent. The aims of this research are therefore to find out the ability of activated biomass Hydrilla
verticillata to adsorb Cu(II) ion. The biomass was activated by NaOH treatment. This research was performed with batch
system. The measurements of the experiments includ pH, time dependence, metal-binding capacities of biomassa and
Cu(II) recovery. The bound-metals ion were recovered by treatment with HCl. The functional groups were analysis with
IR spectroscopy. The results showed that the opmimum adsorption occurred at pH 5 within 15 minutes of mixing. The
adsorbtion capacity of the activated biomassa was 3,5721 mg Cu/g biomass, while that of non-activated biomass was
3,3071 mg Cu/g biomassa. The recovery Cu(II) ion with activated biomass was 99,0509 %, and that of non-activates
was99,4013 %. From the infrared spectra, it is estimated that the carboxylate groups play a pivotal role in the interaction
with Cu(II) ion.
Keywords: Cu(II), biomass, Hydrilla verticillata, activated

1. PENDAHULUAN
Biosorpsi, penggunaan biomassa sebagai alternatif
bahan adsorben logam berat sudah banyak
dikembangkan1).
Keunggulan biosorpsi efektif
menghilangkan ion logam berat pada limbah dengan
volume besar dan konsentrasi sangat rendah2). Selain
itu juga murah karena prosesnya dapat balik sehingga
biomassa dapat dipakai berulang-ulang, serta ramah
lingkungan3).
Proses biosorpsi oleh biomassa dipengaruhi oleh pH
dan waktu adsorpsi. pH mempengaruhi muatan
adsorben pada titik isoelektrik. Pada pH yang lebih
tinggi dari titik isoelektrik, adsorben akan memiliki
muatan positif dan pada pH yang lebih rendah dinding
sel adsorben akan memiliki muatan negatif. Muatan
negatif pada dinding sel inilah yang akan berinteraksi
dengan ion logam4). Waktu adsorpsi berpengaruh pada
lama interaksi logam dengan adsorben. Pengikatan ion
logam umumnya terjadi pada awal reaksi dan pada
reaksi selanjutnya akan berjalan seragam, atau bahkan
bisa terjadi penurunan. Hal ini disebabkan dinding sel
biomassa sudah mengalami dekomposisi lebih lanjut5).
Salah satu tanaman air yang dapat digunakan sebagai
biomassa adalah Hydrilla verticillata. Tanaman ini dapat

2007 FMIPA Universitas Lampung

mentolerir toksisitas logam berat, sehingga dapat


tumbuh walaupun media tumbuhnya terkontaminasi
oleh logam berat. Tanaman gulma ini memiliki
keunggulan dalam fotosintesis, menyediakan banyak
oksigen, menyerap karbon dari air dengan efisien,
menyimpan banyak fosfor, serta dapat mentoleransi
salinitas6). Hydrilla verticillata tumbuh liar di Irigasi Riam
Kanan Kalimantan Selatan sangat berpotensi sebagai
biosorben untuk mengurangi kandungan logam berat di
lingkungan perairan.
Kemampuan biosorpsi logam dapat ditingkatkan melalui
proses aktivasi, misalnya dengan NaOH6). Aktivasi
tersebut menyebabkan biomassa memiliki lebih banyak
situs aktif yang dapat berikatan dengan ion logam.
Menurut hasil penelitian oleh peneliti sebelumnya7-10),
bahwa aktivasi dapat dilakukan dengan menggunakan
asam atau basa, yang akan membuat ion Cu2+ yang
terserap lebih banyak, sehingga proses biosorpsi terjadi
dengan sangat optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
adsorpsi biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi
terhadap ion Cu2+. Penelitian ini diharapkan dapat
dapat diaplikasikan untuk mengurangi pencemaran
logam berat di lingkungan terutama di lingkungan
perairan.

37

Noer Komari, dkkKajian Adsorpsi Cu(II) dengan Biomassa

2. METODE PENELITIAN
2.1. Preparasi dan Aktivasi Biomassa
Hydrilla verticillata diambil dari Irigasi Riam Kanan
Kalimantan Selatan. Sampel dicuci dan dikeringkan
pada suhu 60oC selama 2 hari. Sampel kering digerus
dan disaring dengan ukuran 100 mesh. Sampel (+ 15 g)
dicuci dua kali dengan HCl 0,1 M. Sampel disentrifuge
pada 2800 rpm. Endapannya dicuci dengan akuades
dan ditambah 150 ml NaOH 0,1 M lalu dikocok dengan
shaker selama 1 hari. Larutan disentrifuge lagi pada
2800 rpm selama 5 menit. Endapan dicuci dengan
akuades 3 kali dan dikeringkan pada suhu 60oC selama
1 hari.
2.2. Penentuan pH Optimum Adsorpsi
Sebanyak 1,25 g biomassa dicuci dua kali dengan HCl
0,1 M dan sekali dengan akuades. Sampel ditambah
250 ml HCl 0,01 M untuk memperoleh konsentrasi
biomassa 5 mg/mL. Sebanyak 10 ml suspensi
dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan pH diatur
pada masing-masing 2, 3, 4, 5, dan 6 dengan
menambahkan CH3COONa. Semua larutan disentrifuge
pada 2800 rpm selama 5 menit. Endapan yang didapat
ditambahkan dengan 10 ml larutan logam Cu2+ 0,3 mM
dengan pH 2, 3, 4, 5, dan 6 sambil dikocok
menggunakan shaker selama 1 jam. Larutan
disentrifuge pada 2800 rpm selama 5 menit. Cu2+ pada
supernatan dianalisis menggunakan spektrofotometer
serapan atom (AAS).
2.3. Penentuan Waktu Optimum Adsorpsi
Sebanyak 1,25 g biomassa dicuci dua kali dengan HCl
dan sekali dengan akuades . Sampel ditambah 250 ml
CH3COONa untuk memperoleh konsentrasi biomassa 5
mg/mL. Larutan diatur pada pH optimum. Sebanyak 10
ml suspensi dimasukkan kedalam masing-masing
tabung dengan interval waktu 10, 15, 30, 60 dan 90
menit, lalu disentrifuge pada 2800 rpm selama 5 menit.
Endapan ditambahkan dengan 10 ml larutan logam
Cu2+ 0,3 mM pada pH optimum. Larutan dikocok
menggunakan shaker sesuai dengan interval waktu
yang telah ditetapkan.
Larutan diputar dengan
sentrifuge pada 2800 rpm selama 5 menit. Cu2+ pada
supernatan dianalisis menggunakan spektrofotometer
serapan atom (AAS).
2.4. Penentuan Kapasitas Adsorpsi
Sebanyak 0,5 g biomassa dicuci dua kali dengan HCl
dan sekali dengan akuades. Sampel ditambah 100 ml
CH3COONa agar didapatkan pH optimum. Sebanyak 10
ml suspensi dimasukkan kedalam tabung sentrifuge dan
disentrifuge pada 2800 rpm selama 5 menit. Endapan
yang didapat ditambahkan dengan 10 ml larutan
logam Cu2+ 0,3 mM pada setiap tabung, kemudian

38

dikocok menggunakan shaker selama waktu optimum.


Larutan diputar dengan sentrifuge pada 2800 rpm
selama 5 menit. Cu2+ pada supernatan dianalisis
menggunakan spektrofotometer serapan atom (AAS).
2.5. Recovery Logam Cu2+
Biomassa yang telah mengikat ion logam ditambahkan
dengan 10 ml HCl 0,1 M pada masing-masing tabung,
kemudian dikocok menggunakan shaker selama waktu
optimum. Setelah itu diputar menggunakan sentrifuge
dengan kecepatan 2800 rpm selama 5 menit. Cu2+ pada
supernatan
tersebut
dianalisis
menggunakan
spektrofotometer serapan atom (AAS).
2.6. Analisis Gugus Fungsi
Identifikasi gugus fungsi biomassa dilakukan dengan
Spektroskopi Inframerah.
2.7. Perhitungan Kapasitas Adsorpsi dan persen
recovery
Kapasitas adsorpsi dihitung dengan rumus pada
Persamaan (1):
(1)
q = V x(Co Ce )
m
Dengan:
q = kapasitas adsorpsi logam (mg/g)
V = volume larutan logam (L)
m = massa biomassa (g)
Co = konsentrasi larutan logam mula-mula (mg/L)
Ce = konsentrasi larutan logam setelah adsorpsi (mg/L)
Sedang % recovery dihitung dengan rumus pada
Persamaan (2) :
%R = Cr x100 %
(2)
Co Ce
Dengan :
%R = perolehan kembali
CR = konsentrasi larutan logam setelah peroleh kembali
Ce = konsentrsi larutan logam setelah adsorpsi
Co = konsentrasi larutan logam mula-mula

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Pengaruh pH terhadap Adsorpsi Cu2+
Interaksi antara logam Cu2+ dengan biomassa Hydrilla
verticillata merupakan interaksi kimia melalui
pembentukan ikatan kimia antara logam dengan gugusgugus yang terdapat pada dinding sel. Oleh karena itu
interaksi logam Cu2+ dengan biomassa dipengaruhi oleh
pH. Kondisi pH dalam larutan merupakan faktor penting
dalam biosorpsi logam, yang mana fenomena ini dapat
menjelaskan pemutusan ikatan dan sifat kimia dari
logam Cu2+. Secara umum pada pH rendah, ikatan
dalam biomassa akan terprotonasi (muatan positif)

2007 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains MIPA, April 2007, Vol. 13, No. 1

Tabel 1. Pengaruh pH terhadap adsorpsi Cu2+ pada biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi dan tidak teraktivasi
pH
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0

Teraktivasi (mg/L)
8,272
10,634
12,294
18,298
16,832

Tidak Teraktivasi (mg/L)


4,516
6,228
10,464
16,824
15,908

Tabel 2. Pengaruh waktu pada adsorpsi Cu2+ pada biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi dan tidak teraktivasi
Waktu (menit)
10
15
30
60
90

Teraktivasi (mg/L)
16,733
17,011
17,288
17,082
17,118

Tidak Teraktivasi (mg/L)


16,609
16,890
17,137
17,067
17,079

Tabel 3. Kapasitas adsorpsi logam Cu2+ dengan biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi dan tidak teraktivasi
Biomassa
Aktivasi
Tidak aktivasi

Kapasitas adsorpsi (mgg


Cu2+/g biomassa)
3,5721
3,3071

maka akan terjadi tolakan antara logam dengan


biomassa. Pada pH tinggi, ikatan akan mulai
terdeprotonasi
(muatan
negatif)
yang
akan
menimbulkan situs-situs baru yang dapat berikatan
dengan logam.
Pengaruh pH terhadap adsorpsi sangat besar, karena
akan mempengaruhi muatan pada situs aktif dan
muatan ion logam dalam larutan. Tabel 1 menunjukkan
bahwa biosorpsi Cu2+ meningkat pada pH 1 sampai 5,
tetapi mengalami penurunan pada pH 6 dengan
adsorpsi maksimum terjadi pada pH 5.
Dalam
penelitian ini tidak dilakukan variasi diatas pH 6, karena
pada pH tersebut Cu2+ mulai mengendap, sehingga
adsorpsi Cu2+ oleh biomassa Hydrilla verticillata pada
pH tersebut tidak dapat dilakukan.
Biomassa yang teraktivasi dapat mengadsorpsi ion
logam Cu2+ lebih besar daripada biomassa yang tidak
aktivasi. Hal ini terjadi karena pada biomassa yang
teraktivasi lebih banyak mempunyai situs-situs aktif
yang dapat berikatan dengan logam akibat dari reaksi
hidrolisis basa yang akan menghasilkan suatu garam
karboksilat, sehingga dapat meningkatkan daya
penyerapan logam oleh biomassa tersebut.
3.2. Pengaruh Waktu Terhadap Adsorpsi Cu2+
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam adsorpsi
Cu2+ dengan biomassa Hydrilla verticillata adalah waktu
interaksi. Dengan pertambahan waktu banyaknya Cu2+
yang adsorpsi akan semakin banyak sampai pada suatu
titik, dimana seluruh situs aktif pada biomassa telah

2007 FMIPA Universitas Lampung

jenuh oleh Cu2+, sehingga jumlah Cu2+ yang terikat tidak


mengalami pertambahan yang signifikan.
Tabel 2 menunjukkan bahwa waktu optimum adsorpsi
terjadi pada waktu interaksi 15 menit pertama. Waktu
yang diperlukan pada proses adsorpsi Cu2+ oleh
biomassa Hydrilla verticillata relatif singkat, karena
interaksinya merupakan interaksi pasif yang tidak
melibatkan proses metabolisme3). Adsorpsi Cu2+ pada
biomassa yang teraktivasi lebih besar, bila dibandingkan
dengan biomassa yang tidak teraktivasi, walaupun
dengan Cu2+ yang terserap tidak terlalu signifikan
berbeda.
Pengikatan ion logam umumnya terjadi pada awal-awal
reaksi dan pada reaksi selanjutnya akan berjalan
seragam, atau bahkan bisa terjadi penurunan karena
dinding sel biomassa sudah mengalami dekomposisi
lebih lanjut5). Adsorpsi ion logam pada dinding sel
biomassa disebabkan karena terjadinya ikatan pada
permukaan dinding sel (surface-binding), melalui
mekanisme fisika dan kimia, seperti adsorpsi,
pertukaran ion, dan pembentukan kompleks. Akan
tetapi, ikatan antara biomassa Hydrilla verticillata
dengan logam Cu2+ harus cukup kuat, sehingga dapat
menjaga terjadinya perpindahan molekul yang telah
teradsorpsi sepanjang permukaan dinding sel
biomassa4).
3.3. Kapasitas Adsorpsi Logam Cu2+
Tabel 3 menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi untuk
biomassa teraktivasi sebesar 3,5721 mg Cu/g biomassa
dan tak teraktivasi sebesar 3,3071 mg Cu/g biomassa.

39

Noer Komari, dkkKajian Adsorpsi Cu(II) dengan Biomassa

Adsorpsi logam Cu2+


dengan biomassa Hydrilla
verticillata teraktivasi lebih besar dibandingkan dengan
yang tidak aktivasi walaupun tidak berbeda jauh dengan
kapasitas adsorpsi biomassa teraktivasi. Persen
kenaikan adsorpsi hanya sebesar 8,0131 %.

Kapasitas adsorpsi dipengaruhi rekasi hidrolisis


biomassa pada saat diaktivasi. Hal ini disebabkan
karena pada biomassa teraktivasi telah terjadi
pembentukan gugus karboksilat selama terjadinya
reaksi hidrolisis. Gugus karboksilat sangat berperan
dalam proses biosorpsi. Semakin banyak gugus
karboksilat, maka akan semakin banyak pula situs-situs
aktif biomassa yang dapat berikatan dengan ion logam
Cu2+.

Kapasitas adsorpsi logam Cu2+ oleh biomassa Hydrilla


vercillata jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan
kapasitas adsorpsi oleh biomassa Solanum
elaeagnifolium.
Pada Solanum elaeagnifolium
kapasitas adsorpsi biomassa yang teraktivasi sebesar
19,96 mg/g dan biomassa tidak teraktivasi sebesar
13,14 mg/g. Bila ditinjau dari perbandingan sifat asam
ion logam, kation yang bersifat asam keras akan
berinteraksi dengan ligan yang bersifat basa keras.
Sebaliknya kation yang bersifat asam lunak akan
berinteraksi dengan ligan yang bersifat basa lunak.
Berdasarkan sifat keasaman, logam Cu2+ bersifat
antara, yang dapat berinteraksi dengan ligan basa keras
maupun basa lunak pada situs aktif biomassa.
Walaupun logam Cu2+ dapat berinteraksi dengan basa
keras maupun basa lunak, akan tetapi situs-situs aktif
yang berada pada dinding sel biomassa Hydrilla
verticillata sedikit, sehingga akan mengakibatkan
kecilnya kapasitas yang dicapai.

3.4. Recovery Logam Cu2+


Pada pengaruh pH terhadap adsorpsi logam Cu2+
dengan biomassa Hydrilla vercillata diketahui bahwa
ikatan logam Cu2+ akan menurun dengan menurunnya
pH larutan. Hal ini dapat dijadikan acuan, sehingga
dalam proses recovery logam Cu2+ digunakan larutan
encer, agar tidak dapat merusak atau mendegradasi
biomassa. Dalam penelitian ini digunakan larutan HCl
0,1 M. Larutan dengan konsentrasi sebesar 0,1 M,
dapat dikatakan larutan encer, sehingga ia tidak
membuat biomassa tersebut menjadi rusak atau
terdegradasi. Data dari hasil recovery logam Cu2+
dapat ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Recovery adsorpsi logam Cu2+ pada biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi dan tidak teraktivasi
Recovery (%)
99,0509
99,4013

Biomassa
Aktivasi
Tidak aktivasi

Tabel 5. Perbandingan Bilangan Gelombang Spektra Inframerah dari Biomassa Hydrilla verticillata Alami, Hydrilla
verticillata Teraktivasi, dan Hydrilla verticillata Teraktivasi dengan Cu2+
Biomassa
Hydrilla
verticillata
Alami
(Cm-1)
3425,3
2923,9
2854,5
2341,4
1639,4

Biomassa
Hydrilla
verticillata
Teraktivasi
(Cm-1)
3435,3
2923,9
2854,5
2341,4
1743,5
1639,4

Biomassa Hydrilla
verticillata Teraktivasi
dengan Cu2+ (Cm-1)

Gugus Fungsional

3448,5
2923,9
2345,3
1639,4

1524,9
1419,5
1323,1
1033,8
1068,5
1157,2
956,6
894,9

1523,7

Rangkaian OH
Rangkaian CH dari CH3
Rangkaian CH2 dan CH3
OH dari ikatan H
Rangkaian COOH dan C=O
C=C aromatik, C=O ikatan H ganda yang
terkonjugasi dengan vibrasi karbonil, dan
COORangkaian antisimetri COO-

1319,2
1033,8

Rangkaian C-O dari karboksilat


Rangkaian C-O
Getaran dari O-CH3

956,6

C-C, C-OH, C-O-C yang merupakan ciri


khas sambungan glukosida, bahan
polimer, dan ketidakmurnian dalam
senyawa

1323,1
1377,1
1072,3
960,5

40

2007 FMIPA Universitas Lampung

J. Sains MIPA, April 2007, Vol. 13, No. 1

Tabel 4 menunjukkan bahwa 99,0509% logam Cu2+


terdesorpsi pada biomassa Hydrilla
verticillata
teraktivasi dan 99,4013% logam Cu2+ terdesorpsi pada
biomassa Hydrilla verticillata tidak teraktivasi. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir semua logam Cu2+ yang
telah berikatan dapat dilepas kembali, sehingga
biosorpsi bersifat reversibel (bolak-balik). Dengan
adanya sifat reversibel tersebut maka biomassa dapat

dipakai berulang-ulang, dan ramah lingkungan karena


ion logam berat yang terikat dapat diperoleh kembali
dan dipisahkan sehingga tidak dihasilkan limbah baru
yang beracun. Proses biosorpsi merupakan gabungan
dari berbagai proses akumulasi yang bersifat pasif dan
tidak tergantung pada proses metabolisme dari
biomassa.

Gambar 1. Spektra Inframerah Biomassa Hydrilla verticillata

Gambar 2. Spektra Inframerah dari Biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi

Gambar 3. Spektra Inframerah dari Biomassa Hydrilla verticillata Teraktivasi berinteraksi dengan Logam Cu2+

2007 FMIPA Universitas Lampung

41

Noer Komari, dkkKajian Adsorpsi Cu(II) dengan Biomassa

3.5. Spektra Inframerah dari Biomassa Hydrilla


Verticillata
Berdasarkan spektra Inframerah biomassa Hydrilla
verticillata teraktivasi dengan logam Cu2+ seperti yang
tersaji pada Gambar 1, 2 dan 3, memperlihatkan adanya
pergeseran bilangan gelombang dari spektra inframerah
biomassa Hydrilla verticillata teraktivasi. Pergeseran itu
terjadi pada bilangan gelombang 3425,3 cm-1 menjadi
3448,5 cm-1 yang mengidentifikasikan adanya vibrasi
ulur OH dan semakin lemah bahkan menghilangnya
peak pada bilangan gelombang 1743,5 cm-1 yang
menunjukkan C=O dari COOH, serta bergesernya
gugus C-O dari bilangan gelombang 1323,1 cm-1
menjadi 1319,1 cm-1, dan bergesernya rangkaian
antisimetri COO- pada bilangan gelombang 1523,7 cm1, serta adanya vibrasi ulur antisimetri anion COOpada bilangan gelombag 1319,2 cm-1 dan 1523 cm-1
yang menunjukkan bahwa biomassa Hydrilla verticillata
mengikat ion logam Cu2+ melalui gugus karboksilat. Pita
serapan pada bilangan gelombang 1639,4 cm-1 sebagai
vibrasi ulur anion COO- menunjukkan bahwa interaksi
antara biomassa Hydrilla verticillata dengan ion logam
terjadi dengan melibatkan ikatan kovalen koordinasi.
Ikatan kovalen koordinasi terjadi pada serapan bilangan
gelombang 1650 cm-1 sampai 1620 cm-1.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Suhendrayatna. 2001. Bioremoval Logam Berat


dengan Menggunakan Mikroorganisme: Suatu
Kajian Kepustakaan. Seminar On-Air Bioteknologi
untuk Indonesia Abad 21. Sinergy Forum-PPI
Tokyo Institute of Technologi.

2.

Volesky, B. 1987. Biosorbents for Metal recovery.


Tibtech., 5: 96-101.

3.

Susanti, Zakia, E.N. & Utomo, Y. 2004. Biosorpsi


Ion Logam Berat oleh Ragi Roti. Forum Penelitian
Kependidikan, 16 (1): 37-50.

4.

Lestari, S, Sugiharto, E. & Mudasir. 2003. Studi


Kemampuan Biosorpsi Biomassa Saccharomyces
cerevisiae yang Terimobilkan pada Silika Gel
terhadap Tembaga (II). Gajah Mada University,
Yogyakarta. J. Teknosains, 16A (3): 356-371.

5.

Jasmidi, Sugiharto, E. & Mudjiran. 2002. Pengaruh


Lama dan Kondisi Penyimpanan Biomassa
terhadap Biosorpsi Timbal(II) dan Seng(II) oleh
Biomassa Saccharomyces cerevisiae. Indo. J.
Chem..2: 11-14.

6.

Lukito, S. 2001.
Pustaka. Jakarta.

7.

Gardea-Torresday, Baig, T.H. & Garcia, A.E.


1999. Biosorption of Heavy Metal Ions by The
Biomass of Solanum elaegnifolium (silverleaf
nighshade). Proceeding of The 1999 Conference
on Hazardous waste Research, 131-142.

8.

Yan, G. &
Viraraghavan. 2002. Effect of
Pretreatment on the Biobiosorption of Heavy Metal
on Mucor rouxii. Water S.A., 26 (1): 122-136.

9.

Horsfall, M. Jr., Abia, A.A., & Spirr, A.L. 2003.


Removal of Cu(II) and Zn (II) from Wastewater by
Cassava (Manihot esculenta
Cranz) waste
Biomass. Elec. J. Biotech., 7(3): 313-323.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan
yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Pada variasi pH 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; dan 6,0,
didapatkan pH optimum adalah pH 5,0, pada biomassa
Hydrilla verticillata teraktivasi maupun tidak teraktivasi.
Pada variasi waktu interaksi selama 10, 15, 30, 60, dan
90 menit, didapatkan waktu interaksi yang optimum
adalah 15 menit, pada biomassa Hydrilla verticillata
teraktivasi maupun tidak teraktivasi.
Kapasitas Adsorpsi pada biomassa Hydrilla
verticillata teraktivasi lebih besar daripada biomassa
Hydrilla verticillata tidak teraktivasi.Proses recovery ion
Cu(II), gugus karboksilat sangat berperan dalam
interaksi logam Cu2+ dengan biomassa Hydrilla
verticillata teraktivasi.

42

Tanaman Air.

Agromedia

10. Goksungur, Y, Uren, S & Guvenc, U. 2003.


Biosorption of Copper Ions by Caustic treated
Waste Bakers Yeast Biomass. Turk. J. Biol., 27:
23-29.

2007 FMIPA Universitas Lampung

You might also like