You are on page 1of 10

ANALISIS PRAKTEK-PRAKTEK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

DILEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Arus globalisasi dan kemajuan teknologi tidak selamanya berdampak
positif, ternyata ada juga dampak negatifnya. Peristiwa-peristiwa yang terjadi
di mancanegara sana, saat ini bisa disaksikan di dalam rumah melalui layar
televisi, internet dan fasilitas teknologi informasi lainnya yang secara
langsung atau tidak dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anak
diusia remaja yang memiliki kecenderungan untuk mencoba-coba sesuatu,
tidak sabar, mudah terbujuk dan selalu ingin menampakkan egonya.
Diselenggarakannya praktek-praktek pendidikan sebagai acuan mereka
didalam melangkah menuju hidup selanjutnya, dan memberikan pengetahuan
secara konkrit dan sistematis didalam memberikan arahan yang tepat kepada
mereka sesuai dengan perkembangan mereka didalam berfikir, dan dijadikan
sebagai pedoman untuk melangkah menuju manusia yang berilmu.
Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia.
Manusia muda tidak cukup hanya tumbuh dan berkembang dengan dorongan
instingnya saja, tetapi bimbingan dan pengarahan pendidikan agar ia menjadi
manusia purna. Pendidikan sangat perlu bagi manusia dan hanya manusialah
yang memerlukan pendidikan. Proses pendidikan yang dilakukan untuk
membimbing tingkah laku manusia baik individu atau sosial, untuk
mengarahkan potensi-potensi dasar (fitrah) maupun belajar yang sesuai
dengan fitrahnya melalui proses intelektual dan spiritual berlandaskan nilai
islam untuk mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Melihat realitas yang ada menjadi sebuah keharusan dan kewajiban
didalam mengadakan sebuah penyelenggaraan pendidikan di lembaga
pendidikan islam dimana generasi saat ini begitu membutuhkan pengetahuan
secara spiritual, dengan tujuan memudahkan mereka didalam melangkah
menuju masa depan yang lebih baik. Jika melihat realita sekarang pendidikan
islam tertinggal karena tidak sesuainya dengan teori-teori efektif school. Lalu
lembaga pendidikan islam sendiri merupakan suatu wadah untuk mewujudkan
segala keinginan didalam mendidik anak yang sesuai dengan ajaran islam
yakni alquran dan hadis.
Dengan demikian penting untuk menganalisa fakta penyelenggaraan
pendidikan islam sesuai dengan kebutuhan dan selaras dengan perkembangan
zaman yang telah bergulir.
2. Topik Pembahasan
Dalam rangka menfokuskan kajian agar terarah dan detail maka topik
pembahasan pada makalah ini dibatasi pada :
1

a. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan di lembaga pendidikan


islam
b. Bagaimana analisis penyelenggaraan pendidikan di lembaga
pendidikan islam
3. Tujuan Penulisan
a. Bagi Penulis;
1) Memberikan gambaran yang jelas tentang praktek-praktek
penyelenggaraan pendidikan
2) Menjadi pengetahuan penting dalam menyelenggarakan
pendidikan dilembaga pendidikan islam
B. PEMBAHASAN
1. Penyelenggaraan Pendidikan di lembaga pendidikan islam
Mayoritas penduduk indonesia beragama islam, bahkan umat islam di
indonesia merupakan yang terbesar di dunia dengan komposisi penduduk
yang demikian, harus disadari bahwa keberadaan pendidikan islam tidak bisa
diremehkan meskipun masih ada beberapa kelemahan dan kenyataan bahwa
tidak setiap muslim dinegri ini belajar di lembaga pendidikan islam
Pendidikan islam di indonesia termasuk warisan peradaban islam,
sekaligus aset bagi pembangunan pendidikan nasional. Sebagai warisan, ia
merupakan amanat sejarah untuk dipelihara dan dikembangkan oleh umat
islam dari masa ke masa. Sedangkan sebagai aset, pendidikan islam yang
tersebar di wilayah ini membuka kesempatan bagi bangsa indonesia untuk
menata dan mengelolanya sesuai dengan sistem pendidikan nasional1
Penyelenggaraan pendidikan merupakan bagian terpenting dari gerak
lajunya lembaga pendidikan. Oleh sebab itu lembaga pendidikan perlu
membuat rencana umum yang menyeluruh untuk kemudian dibuat rencanarencana khusus agar memudahkan pelaksanaan kegiatan pendidikan, dengan
demikian pelaksanaan kegiatan pendidikan akan lebih sistematis, terarah,
efektif dan efisien
Eksistensi lembaga pendidikan islam di indonesia terutama bentuk
pesantren telah cukup tua, seiring dengan keberadaan para penyebar islam.
Lembaga tersebut mengalami berbagai perkembangan dengan berdirinya
madrasah, sekolah umum, perguruan tinggi, dan lembaga kursus serta
pelayanan umat. Masing-masing lembaga tersebut semakin berkembang
setidaknya secara kuantitatif. Jumlah lembaga-lembaga itu senantiasa
bertambah dari tahun ketahun dan tersebar di seluruh indonesia. Sayangnya
secara kualitatif masih menghadapi berbagai problem yang serius walau
sedang berusaha untuk diatasi, baik problem yang bersifat internal maupun
eksternal. Keberadaan lembaga pendidikan islam baik yang berbentuk
pesantren, madrasah, sekolah, maupun perguruan tinggi baik secara terpisah
1

Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam(Jakarta:Erlangga,2007),42.

maupun bersama-sama dalam satu kompleks masih jauh dari apa yang
diharapkan umatnya.2
Secara kualitatif lembaga-lembaga pendidikan yang sekarang ini muncul
serta dinilai terkemuka(outstanding) masih jauh dari penilaian ideal.
Karena, memang dalam bahasa pengembangan pendidikan berlaku adagium
start from the beginning to the end, and end for the beginning.3
Disamping itu perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya
masyarakat menimbulkan tuntunan yang semakin tinggi terhadap standar
pendidikan. Apalagi ketika disadari bahwa pendidikan merupakan faktor
penentu bagi kemajuan peradaban dan kebudayaan bangsa, membuat
kelemahan yang ada pada pendidikan islam semakin terasa sekali dan
tentunya harus segera diselesaikan dan diatasi bersama-sama.
Lembaga pendidikan islam harus memiliki orientasi yang jelas. Ibarat
kendaraan, orientasi itu seperti trayek, yaitu jalur yang harus dilalui untuk
,mencapai tujuan. Dengan pengertian lain, orientasi itu layaknya sasaran yang
mengantarkan pada tujuan. Oleh karenanya,orientasi dapat membuat gerak
pendidikan lebih terarah, teratur,dan terencana. Untuk merumuskan orientasi
tersebut perlu mempertimbangkan fenomena-fenomena yang terjadi terkait
dengan pendidikan.4
Berdasarkan orientasi pendidikan islam tersebut yang tampaknya
berdimensi ganda lembaga pendidikan islam dalam semua bentuknya
(pesantren, madrasah, sekolah serta perguruan tinggi) harus dikelola dan
diselenggarakan dengan stategi tertentu yang mampu menyehatkan
keberadaan lembaga-lembaga tersebut, bahkan dapat mengantarkan pada
kemajuan yang signifikan.
Namun, strategi yang dipilih harus mempertimbangkan berbagai kondisi
yang dirasakan lembaga pendidikan islam itu, sehingga menjadi strategi yang
fungsional. Suatu strategi yang benar-benar mampu menyelesaikan masalahmasalah yang sedang dihadapi sehingga ia dapat berfungsi layaknya resep
yang mujarab dalam mengatasi masalah.
Strategi semacam itu harus berbentuk langkah-langkah operasional yang
dapat dipraktekkan dengan suatu mikanisme tertentu yang memberikan jalan
keluar. Sebelum sampai pada strategi yang detail, perlu ada perhatian tertentu
pada skala prioritas guna memantapkan langkah dalam mengelola dan
menyelenggarakan pendidikan islam.5
Penyelenggaraan pendidikan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
usaha merumuskan program pendidikan yang didalamnya memuat sesuatu
yang akan dilaksanakan, penentu tujuan pendidikan, kebijaksanaan dalam
pendidikan, dalam perencanaan arah yang akan ditempuh dalam kegiatan
pendidikan, prosedur, dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian
tujuan pendidikan.

A. Malik Fadzar,Visi Pembaruan Pendidikan Islam(jakarta:PT raja grafindo,1998),46.


Musthafa Rahman, Holistika Pemikiran Pendidikan(jakarta:PT raja grafindo,2005),250.
4
Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam....51
5
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam...52
3

Nilai-nilai inti yang menjadi ajaran Islam akan mewarnai proses


pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan Islam. Perilaku manajerial
dalam mengelola lembaga pendidikan Islam harus senantiasa didasarkan pada
ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadits serta
praktik-praktik keteladanan yang diberikan oleh para ulama salaf dan
pemimpin Islam.
Konsep manajemen lembaga pendidikan Islam sangat dipengaruhi oleh
beberapa asumsi yang mendasari dalam sistem pengelolaaan dan
penyelenggarannya. Asumsi-asumsi yang dimaksudkan,antara lain
a. Proses penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam dilaksanakan
dengan menggunakan konsep, prinsip-prinsip, kaidah, dan teori-teori
yang digali dari sumber dan khazanah keIslaman.
b. Proses penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam dilaksanakan
dengan menggunakan konsep, prinsip-prinsip, kaidah, dan teori-teori
manajemen yang dikembangkan dalam dunia bisnis dan pendidikan
secara umum yang ada pada saat ini.
c. Proses penyelenggaraan lembaga pendidikan Islam dilaksanakan
dengan menggunakan konsep, prinsip-prinsip, kaidah, dan teori-teori
manajemen yang dikembangkan dalam dunia bisnis dan pendidikan
secara umum dengan menjadikan Islam sebagai nilai untuk memandu
dalam proses penyelenggaraan pendidikannya.
Ketiga asumsi tersebut di atas, yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana kita mengelola lembaga pendidikan Islam dengan baik sehingga
menjadi bermutu dan berkualitas sesuai dengan visi dan misi yang ingin
dicapai. Manajemen di sini pada hakikatnya merupakan kegiatan yang
dilaksanakan untuk menata lembaga pendidikan Islam dengan melibatkan
seluruh sumber daya manusia dan non manusia dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien di lembaga pendidikan Islam. 6
Lembaga pendidikan Islam yang dimaksudkan, antara lain pendidikan di
pondok pesantren, pendidikan Islam terpadu, pendidikan madrasah dan
pendidikan lanjutan seperti IAIN/STAIN, UIN atau Perguruan Tinggi Islam
yang bernaung di bawah Kementrian Agama, pendidikan umum yang
bernapaskan Islam yang diselenggarakan oleh dan/atau berada di bawah
naungan yayasan dan organisasi Islam dan semisalnya.
Ketika prinsip dan kaidah Islam telah menjadi warna, ciri khas dan
karakteristik dalam pelaksanaan manajemen lembaga pendidikan Islam, maka
semua unsur civitas akademikyang terlibat dalam sebuah lembaga pendidikan
Islam dengan tanpa pengecualian harus turut serta melebur dalam warna dan
ciri khas serta karakteristik sebuah lembaga pendidikan Islam tersebut.7
Imam suprayogo menyatakan bahwa dalam mengembangkan kualitas
lembaga pendidikan setidaknya ada 2 sisi yang harus dipenuhi sekaligus:
pertama, perhatikan terhadap daya dukung, meliputi ketanagaan, kurikulum,
6
7

Husni Rahim,arah baru pendidikan islam di indonesia(Jakarta:Wacana ilmu,2001),5.


Husni Rahim, arah baru pendidikan islam....6

sarana dan prasarana, pendanaan, serta manajemen yang tangguh; kedua,


harus ada cita-cita, etos , dan semangat yang tinggi dari semua pihak yang
terlibat di dalamnya.8
Oleh karena itu persoalan mutu atau kualitas merupakan persoalan yang
sangat rumit. Karena, banyaknya komponen penyangga yang harus dibenahi
terlebih dulu, yang nantinya akan dapat mengantarkan terwujudnya mutu
pendidikan islam sebagaimana yang menjadi harapan kita bersama. Jika
komponen-komponen penyangga itu tidak diperbaiki, mutu pendidikan islam
tersebut tidak akan terealisasi meskipun semua orang mengharapkan. Dan
perbaikan terhadap komponen-komponen itu membutuhkan pengaturan dan
pengelolaan yang benar dalam hal pendanaan, strategi, kesadaran bersama,
perubahan sistem, kesemptan, dan sebagainya.
Untuk mewujudkan kualitas tersebut, sedari awal pendidikan islam
harus mempunyai misi yang bersifat teoretis dan aplikatif. Maka, pendidikan
islam harus mampu:
a. Membebaskan akal peserta didik dari semua kekangan dan belenggu
b. Membangkitkan indra dan perasan peserta didik sebagai pintu untuk
berfikir
c. Membekali berbagi macam ilmu pengetahuan yang dapat
membersihkan akal dan meninggikan derajat peserta didik
Hal ini mengarah pada model pendidikan yang membebaskan.
Maksudnya, membebaskan dari semua kondisi yang menyebabkan peserta
didik berpikiran tidak memiliki saluran kreativitas akibat terbeenggu oleh
sikap dan peraturan yang dibuat oleh guru , ternyata menyangkut tata tertib
dalam proses pembelajaran. Pendidikan yang membebaskan hendaknya tidak
ada lagi pemberlakuan dikotomi antara subjek dan objek atau antara guru dan
peserta didik, sebab mereka memerankan semua posisi itu. Suatu saat peserta
didik berposisi sebagai objek, maka, peserta didik sebagai mtra dialog bagi
guru, bahkan, peserta didik sebagai pembelajar junior, sedang guru sebagai
pembelajar senior. Mereka sama-sama sebagai pembelajar dan hanya berbeda
pengalaman. Ini berari, kita membutuhkan perubahan paradigma
pembelajaran, menuju suatu model paradigma pembelajaran yang bersifat
kesejajaran, kesetaraan egaliter dan inklusif9
Beberapa strategi yang ditawarkan dalam mengelola dan
menyelenggarakan pendidikan di lembaga pendidikan islam baik berupa
pesantren, madrasah, sekolah, serta perguruan tinggi, yaitu sebagai berikut.
a. Merumuskan visi, misi, dan tujuan lembaga secara jelas serta
berusaha keras mewujudkannya melalui kegiatan-kegiatan rill seharihari

8
9

Imam Suprayogo, Revormasi visi pendidikan islam,(Malang:STAIN Prees,1999),73.


Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam....54

b. Membangun kepemimpinan yang benar-benar profesioanal (terlepas


dari intervensi ideologi, politik, organisasi, dan mazhab dalam
menempuh kebijakan lembaga)
c. Menyiapkan pendidik yang benar-benar berjiwa pendidik sehingga
mengutamakan tugas-tugas pendidikan dan bertanggung jawab
terhadap kesuksesan peserta didiknya.
d. Berusaha keras untuk memberikan kesadaran para siwa/santri/
mahasiswa bahwa belajar merupakan kewajiban dan kebutuhan
paling mendasar yang menetukan masa depan mereka.
e. Merumuskan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan peserta
didik
f. Menggali strategi pembelajaran yang dapat mengakselerasi
kemampuan siswa yang masih rendah menjadi lulusan yang
kompetitif
g. Mengkondisikan lingkungan pembelajaranyang aman, nyaman, dan
menstimulasi belajar.10
Sebaliknya ada juga keadaan yang harus di hindari dan sedapat mungkin
berusaha dikeluarkan dari lembaga pendidikan islam, yaitu sebagai berikut.
a. Politik kepentingan. apa pun kepentingannya, baik kepentingan
pribadi, kelompok, maupun organisasi tidak diperkenankan masuk
dalam lembaga pendidikan islam. jenis kelamin politik yang boleh
masuk dalam lembaga islam hanya satu, yaitu politik pemberdayaan
dan bahkan poltik ini harus diwujudkan.
b. Kecenderungan bisnis pribadi. Usaha memperoleh laba dari hasil
suatu barang dan jasa serta kegiatan lainnya hanya untuk kepentingan
lembaga.
c. Pemborosan. Baik pemborosan waktu, biaya tenaga, dan strategi.
Sebab, segala sesuatu harus dilaksanakan secara efektif dan efisien. 11
Bila kepala madrasah, pimpinan perguruan tinggi islam, maupun kyai
pesantren mampu mewujudkan perubahan pada siswa/santri/mahasiswa dari
baik menjadi istimewa, dari sedang menjadi baik sekali, dan dari rendah
menjadi baik, maka mereka telah mampu menghadirkan pendidikan yang
sejati, mereka merupakan pahlawan pendidikan kemampuannya mengubah
kondisi siswa/santri/mahasiswa menjadi lebih baik lagi.
Model pendidikan demikian inilah yang seharusnya terjadi yang dapat
disebut sebagai pendidikan emansipatoris. Yatitu suatu pendidikan yang
membebaskan
peserta
didik
dari
kebodohan,
keterbelakangan,
keterbelengguan, ketersesatan, dan kemaksiatan. Jadi, pendidikan benar-benar
hadir sebagai lembaga yang mampu menolong dan memberi jalan

10
11

Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam...56


Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam....57

keluhuran bagi peserta didik sehingga benar-benar terjadi perubahan positifkonstruktif.


Perwujudan perubahan seperti ini sungguh tidak mudah tetapi harus
dilakukan pimpinan lembaga pendidikan islam terutama melalui
guru/ustadzah/dosen karena kebanyakan segmen peserta didik ini berasal dari
kalangan kelas menengah ke bawah secara intelektual. Kondisi semacam ini
memang membutuhkan model pendidikan yang menerapkan strategi ganda.
Karena itu, pelaksanaan pendidikan di lembaga pendidikan islam harus
mengandalkan proses dengan rekayasa menuju metode, pendekatan, maupun
strategi yang mampu mempercepat pemberdayaan peserta didik secara
maksimal. Hal ini dapat mencapai melalui langkah-langkah:
a. Mengidentifikasi problem peserta didik, baik problem personal,
intelektual, maupun hubungan sosial.
b. Menerapkan pendekatan persuasif yang berorientasi pada upaya
menyadarkan peserta didik.
c. Menerapkan pemberdayaan intelektual peserta didik
d. Membuat kondisi sekolah dan pembelajaran yang aman, nyaman, dan
menarik bagi peserta didik.
e. Berupaya meningkatkan mutu pada semua aspek secara terus
menerus.12
Khusus dalam pelaksanaan pendidikan dilembaga pedidikan islam
diperlukan perhatian yang lebih besar dari pada pendidikan pada umumnya,
terutama yang menyangkut mutu pendidikan itu sendiri. Pendidikan agama
tidak dapat diukur melalui tabel-tabel statistik, tetapi dengan totalitas peserta
didik sebagai pribadi dan bagian dari sistem sosial.
2. Analis Penyelenggaraan Pendidikan Di Lembaga Pendidikan Islam
Secara umum lembaga pendidikan islam masih tertinggal kita harus
menerima kenyataan yang pahit bahwa posisi pendidikan islam di indonesia
menempati kelas ekonomi walau tetap memiliki komitmen untuk
menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam membangun kembali di
masa depan. Posisi ini melekat pada lembaga pendidikan islam setelah
bersanding dengan lembaga pendidikan katolik dan lembaga pendidikan
umum negri, ternyata, kedua lembaga pendidikan tersebut lebih maju dan jauh
meninggalkan lembaga pendidikan islam.13
Oleh karena itu, tidak heran bila kita lihat kondisi lembaga pendidikan
islam yang hanya mampu bertahan beberapa tahun dan berakhir dengan
kondisi yang biasa di sebut oleh slogan la yahya wala yamutu. Hidup
enggan mati tak mau, tidak berdaya dan tidak bermutu, sebagai cermin
keadaan yang memprihatinkan secara berkesinambungan.
Bagi lembaga pendidikan pendidikan islam yang bernasib agak baik
lantaran di kelola secara profesioanl, mendapat dukungan dana yang cukup
12
13

Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam....210


Mujamil Qomar,Manajemen Pendidikan Islam....45

atau mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat sekitar, masih optimis
untuk bertahan hidup. Hanya saja, harus di waspadai jika terjadi sesuatu
kontra produktif yang dapat membalik keadaan dan mendegradasikan posisi
tersebut. Hal ini bisa saja terjadi, misalnya konflik yang serius antara jajaran
pimpinan. Ini merupakan suatu bentuk konflik yang sangat sulit diatasi,
karena pihak-pihak yang berkonflik adalah para pengendali dan penentu
jalannya proses pendidikan.
Tampaknya, minat masyarakat muslim terhadap lembaga pendidikan
islam belakangan ini telah bergeser dari pertimbangan ideologis menuju
pertimbangan rasional. Artinya, mereka tidak bisa serta merta memasukkan
putra-putrinya ke madrasah atau sekolah islam hanya karena kesamaan
identitias keislaman. Akan tetapi , mereka melakukan seleksi. Jika ternyata
lembaga pendidikan tersebut benar-benar bagus dan berkualitas, mereka
sangat tertarik untuk menjadikannya sebagai pilihan
Ada beberapa fenomena yang menunjukkan kemajuan yang signifikan
dan di minati masyarakat dimana masyarakat mulai memburu sekolah yang
keadaannya sudah maju, gejala-gejala kemajuan yang terjadi pada beberapa
lembaga pendidikan islam itu sebagian dari proses santrinisasi atau
kebangkitan islam, dan pastinya tidak jauh dari proses dan usaha para
pemimpin lembaga yang profesional dalam menyelenggarakan dan mengelola
pendidikan di lembaga pendidikan islam tersebut, dan mampu membuktikan
kemajuannya baik dari segi akademik maupun non akademik maka akan
menjadi momentum terbaik untuk era sekarang ini. Sebab, kebutuhan
masyarakat masyarakat muslim kelas menengah keatas sekarang ini adalah
terjaminnya mutu akademik dan kepribadian, terutama dalam menghadapi era
globalisasi.
Berikut telah kita ketahui bersama tentang teori-teori diatas yang
mengatakan bahwa kepala madrasah baik dari perguruan tinggi maupun
pesantren bila dapat memberikan perubahan yang dianggap baik bagi para
kalangan masyarakat maka disitulah mereka dikatakan telah berhasil di dalam
memberikan pendidikan bagi anak baik itu secara intelektual maupun
akademik.
Jadi permasalahannya bukan karena masyarakat muslim tidak lagi
memiliki komitmen terhadap agamanya yang di wujudkan dengan memilih
lembaga pendidikan islam bagi putra putrinya. Akan tetapi, lebih karena
tuntutan yang semakin tinggi oleh karena itu dikatakan bahwa kurang
tertariknya masyarakat untuk memilih lembaga-lembaga pendidikan islam
sebenarnya bukan karena telah terjadi pergeseran nilai-nilai ikatan keagamaan
yang mulai memudar, melainkan karena sebagian besar lembaga pendidikan
islam itu kurang menjajikan dan kurang responsitif terhadap tuntunan dan
permintaan saat ini maupun mendatang.
Jika melihat penyelenggaraan pendidikan khususnya di lembaga
pendidikan islam sekarang masih jauh dari berbagai teori yang telah di
kemukakan diatas oleh sebab itu beberapa lembaga pendidikan harus kembali
berfikir di dalam memberikan perubahan, baik dari sarana prasarana dan
8

metode-metode yang akan diberikan kepada peserta didik, karena masyarakat


pada umumnya telah berfikir jangka panjang , pemikiran jangka panjang
selalu mengarah pada pemberdayaan sumber daya manusia terutama melalui
proses pendidikan yang benar-benar mampu mengadakan perubahan positifkonstruktif progesif, artinya suatu proses pendidikan yang mampu mengubah
kemampuan sederhana menjadi kemampuan tinggi dengan berbagai cara,
metode, pendekatan, dan strategi pembelajaran.
Perhatikan pula berbagai proses didalam menyelenggarakan pendidikan
di lembaga pendidikan islam itu sendiri dengan beberapa teori yang telah di
kemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses penyelenggaraan
pendidikan harus memperhatikan beberapa aspek yang itu akan sangat
bermanfaat bagi para pemimpin pendidikan di lembaga pendidikan islam
dengan menggunakan beberapa konsep, prinsip-prinsip yang sumbernya dari
khazanan ke islaman dan tetap memperhatikan perkembangan pendidikan
pada saat ini.
Lalu di dalam menyelenggarakan pendidikan khususnya di lembaga
pendidikan islam demi memperoleh pendidikan yang berkualitas, harus
memberikan kesempatan kepada peserta didik unutuk membebaskan akal
peserta didik dari semua kekangan dan belenggu, bebaskan peserta didik di
dalam berfikir dan berkreatifitas, dan lebih pada menigkatkan pengetahuan
mereka, membersihkan akal pikiran dengan khazanah keilmuan,.
Oleh karena itu, peserta didik hendaknya di berikan peran yang lebih
aktif lagi dalam berbagai kegiatan sekolah, mereka bukan saja sebagai peserta
didik, tetapi juga pengegas pelaksanaan suatu kegiatan belajar mengajar.
Mereka juga perlu di libatkan di dalam pengambilan keputusan dalam batasbatas tertentu.misal seperti mengenai peraturan-peraturan sekolah yang akan
di terima oleh peserta didik, sehingga guru dan siswa sama-sama menjadi
subyek, artinya siswa pun di harapkan berperan aktif, berinisiatif, dan
berkreasi dalam proses pembelajaran di sekolah.
Berbagai strategi yang telah di kemukakan diatas dan menjadi sebuah
keharusan di dalam menyelenggarakan pendidikan di lembaga pendidikan
islam demi tercapainya sebuah tujuan bersama demi menambahkan kualitas
pendidikan di lembaga pendidikan islam, pendidikan di lembaga pendidikan
islam harus mengandalkan proses menuju metode, pendekatan serta
pemberdayaan dan perubahan kepada peserta didik secara maksimal.
Dengan demikian, pendidikan di lembaga pendidikan islam harus di
arahkan dan mencapai sebuah perubahan yang maksimal, demi terjaminnya
pendidikan di lembaga pendidikan islam itu sendiri, dengan mengutamakan
proses pembelajaran untuk peserta didik, mementingkan seberapa banyak
mereka memperoleh keilmuan, tidak hanya mementingkan sebuah kelulusan
100% tanpa proses pembelajaran yang baik dan benar.
C.PENUTUP
1.Kesimpulan
Penyelenggaraan pendidikan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan
usaha merumuskan program pendidikan yang didalamnya memuat sesuatu
9

yang akan dilaksanakan, penentu tujuan pendidikan, kebijaksanaan dalam


pendidikan, dalam perencanaan arah yang akan ditempuh dalam kegiatan
pendidikan, prosedur, dan metode yang akan diikuti dalam usaha pencapaian
tujuan pendidikan.
Dengan berbagai teori yang telah di paparkan diatas memberikan sebuah
keharusan kepada para pemimpin atau manajer sekolah didalam
mengaplikasikannya di lembaganya masing-masing ,demi tercapainya tujuan
bersama di dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya di lembaga
pendidikan islam.

DAFTAR PUSTAKA
Qomar, Mujamil,. 2007. Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta:erlangga
Fadzar, Malik A. 1998. Visi pembaharuan pendidikan islam. Jakarta:PT Raja
Grafindo
Rahma, Musthafa.2005. holistika pemikiran pendidikan. Jakarta:PT Raja Grafindo
Rahim, Husni.2001.arah baru pendidikan islam di indonesia. Jakarta:PT Raja
Grafindo
Suprayogo, Imam.1999.Revormasi Visi pendidikan islam.Malang: STAIN Prees

10

You might also like