You are on page 1of 8

LAPORAN PRAKTIKUM GEOHIDROLOGI

ACARA V
MEMBUAT KONSTRUKSI FLOWNETS

Dosen Pembimbing:
Ferryati Masitoh, S.Si, M.Si

Oleh:
Fatma Roisatin Nadhiroh
130722616093
Off: H

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2015

ACARA V

MEMBUAT KONSTRUKSI FLOWNETS


1. Tujuan
1. Dapat membuat konstruksi flownets.
2. Dapat menentukan daerah tangkapan dan penurapan atau
penggunaan airtanah.
3. Dapat menentukan sistem airtanah.
2. Alat dan Bahan
1. Peta Tinggi Muka Airtanah
2. Data ketinggian muka airtanah
3. Kertas millimeter
4. Kertas kalkir
5. Mistar
6. Alat tulis
3. Dasar Teori
Flow net merupakan peta yang berisikan kontur air tanah dan arah aliran air
tanah. Garis kontur menunjukkan daerah-daerah yang mempunyai tinggi muka air
tanah sama. Peta ini dihasilkan dari interpolasi titik-titik tinggi muka air tanah yang
telah diketahui sebelumnya. Arah aliran air tanah dapat ditentukan dengan menarik
garis tegak lurus kontur muka air tanah tinggi ke muka air tanah rendah (Todd, 1980)
dalam Harianja, Suyarto, Nuarsa, 2014.
Aliran dalam media berpori dapat terjadi akibat adanya
perbedaan tekanan, perbedaan tekanan ini kemudian ditransformasi
menjadi energi kinetik aliran air. Ekipotensial adalah suatu garis
sepanjang mana tinggi potensial di semua titik pada garis tersebut
adalah sama. Kombinasi dari beberapa garis aliran dan garis
ekipotensial yang dinamakan jaringan aliran (flow net).
Penggunaan metode flow net selain dapat menunjukkan arah
gerakan air tanah, juga digunakan dalam menganalisis rembesan air
tanah. Dengan mengetahui pola ditribusi kontaminan pengendalian,
pengelolaan

dan

meminimalkan

dampak

penyebaran

dapat

dilakukan dengan metode remediasi yang tepat untuk tanah


maupun air tanah yang telah tercemar (Ratelembang, 2015).
4. Langkah Kerja
1. Siapkan peta tinggi muka airtanah, kemudian tentukan kontur
interval yang akan dibuat;

2. Membuat peta kontur airtanah dengan metode interpolasi linier


(metode sama dengan pembuatan peta kontur ketinggian muka
bumi/topografi);
3. Buatlah interval kontur airtanah = 1,0 m;
4. Setelah peta kontur airtanah siap, tentukanlah arah aliran
airtanah dengan cara menarik garis tegak lurus (90 o) kontur
airtanah;
5. Usahakan bujursangkar yang tergambar mempunyai bentuk dan
luasan yang relatif sama;
6. Hitung gradient hydraulic pada segmen A-B tiap berpotongan
dengan garis kontur airtanah.
5. Hasil
1. Hasil perhitungan dan flownets setengah jadi. (terlampir)
2. Peta Flownets pada kertas HVS (menunjukkan recharge area dan
discharge area). (terlampir)
3. Penampang melingtang (pada kertas milimeter). (terlampir)
4. Peta Flownets (pada kertas kalkir). (terlampir)
6. Pembahasan
Air tanah yang tersedia dapat ditunjukkan dengan kondisi karakteristik
akuifernya. Akuifer adalah batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa
sehingga dapat mengalirkan air yang cukup berarti di bawah kondisi lapangan.
Karakteristik akuifer yang dimaksud adalah kedalaman muka air tanah, tebal akuifer,
kemiringan muka air tanah, nilai koefisien permeabilitas, porositas, kualitas air,
susunan akuifer. Air tanah yang digunakan secara terus-menerus dan berlebihan untuk
memenuhi kebutuhan manusia akan menyebabkan penurunan kualitas dan
kuantitasnya, sehingga perlu dilakukan langkah pengelolaan air tanah agar dapat
digunakan dalam jangka waktu yang lama. Pengelolaan air tanah yang dapat
dilakukan untuk menjaga dan mengetahui potensinya dengan mengetahui karakteristik
akuifernya.1
Pada tempat yang mempunyai kedalaman muka air tanah
yang sama, otomatis mempunyai besar energi potensial airtanah
1 Juita Harianja, R. Suyarto, I Wayan Nuarsa, Aplikasi Sistem Informasi Geografi
(SIG) untuk Pemetaan Akuifer di Kota Denpasar (Jurnal Agroteknologi Tropika Vol.
3, No. 4, 2014), hlm. 210
3

yang sama. Secara alami, aliran air tanah akan memotong tegak
lurus (90) kontur air tanah pada kondisi akuifer yang homogen dan
isotropis karena pengaruh potensial gravitasi dan mempunyai arah
aliran dari muka air tanah (hydraulic head) tinggi menuju muka air
tanah yang lebih rendah. Flownets atau jaring airtanah yang ideal
mempunyai bentuk bujursangkar dengan luas yang relatif sama.
Beberapa kegunaan flownets:
a. Untuk menentukan besarnya debit aliran pada segmen yang
diinginkan.
b. Untuk mengeyahui daerah tangkapan (recharge) dan daerah
pemanfaatan (discharge).
c. Untuk mempredisksi arah pencemaran air tanah.
d. Untuk mengetahui perubahan pola aliran atau anomaly karena
besarnya penurapan airtanah oleh manusia (over exploitation)
atau karena sebab lain.
Arah aliran air tanah dapat ditentukan dengan menarik garis tegak lurus kontur
muka air tanah tinggi ke muka air tanah rendah (Todd, 1980). Kualitas air tanah dapat
juga dipengaruhi oleh aliran air tanah. Air tanah mengalir dari hulu ke hilir yang
menyebabkan kualitas air tanahnya juga berbeda.2
Perbedaan intensitas peresapan air hujan pada bentukan
morfologi yang berbeda akan menyebabkan variasi kedalaman
muka air tanah. Muka air tanah di daerah pegunungan dan
perbukitan lebih dalam dibandingkan daerah yang rendah dan datar.
Selain morfologi, faktor geologi daerah juga berpengaruh terhadap
keberadaan air tanah di suatu daerah. Zona jenuh air yang tersusun
atas

material

batugamping

pasir,
yang

kerakal

dan

mengalami

batupasir

karstifikasi

yang

poros

merupakan

dan

batuan

penyimpan air yang baik (sebagai akifer). Keterdapatan air tanah


juga dipengaruhi oleh struktur sekunder seperti sesar dan kekar
yang akan memperbesar porositas suatu formasi.3

2 Ibid. 21
3 Agus Riyadi dan Kusno Wibowo, Karakteristik Airtanah di Kecamatan Tamansari
Kota Tasikmalaya (Jurnal Teknologi Lingkungan, 2007), hlm. 198-199.
4

Bentuk topografi pada suatu daerah dapat mem-pengaruhi airtanah pada


daerah tersebut. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutu-han
hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan
perkotaan sema-kin meningkat sejalan dengan pertumbuhan pendu-duk dan kegiatan
sosial ekonomi yang menyertainya.
Daerah dataran rendah, yang merupakan daerah yang cenderung lebih cepat
berkembang dibandingkan daerah yang memiliki topografi lebih tinggi. Peng-gunaan
lahan di daerah dataran ini dari tahun ketahun mengalami perubahan yang mengarah
menjadi daerah pusat kota, pemukiman, perkantoran, dan wilayah industri.
Perkembangan ini merupakan gejala wajar dari perkembangan kota. Topografi yang
berbentuk dataran ini dapat berfungsi sebagai daerah discharge karena frekuensi
pengambilan airtanah yang relatif besar ini karena pada daerah ini perkembangan
penduduk tumbuh pesat.
Daerah transisi, yaitu daerah antara topografi dataran tinggi dan dataran
rendah, dapat berfungsi sebagai daerah recharge meskipun dalam jumlahnya relatif
kecil, karena daerah ini masih memiliki kemampuan unuk meresapkan air (infiltrasi)
yang relatif lebih tinggi daripada daerah dataran yang sudah tidak memiliki daerah
resapan akibat pesatnya pemba-ngunan. Daerah ini juga belum mengalami perubahan
tataguna lahan yang cukup signifikan.
Daerah dataran tinggi, daerah ini terletak di lereng kaki gunung. Daerah lereng
gunung ini dapat berfungsi sebagai daerah recharge yang cukup potensial, karena
pada daerah ini tataguna lahan masih didominasi oleh hutan dan tidak ada perubahan
lahan yang cukup signifikan sehingga airtanah lebih banyak meresap daripada
mengalir sebagai run off.4
Recharge area adalah daerah yang menyediakan sarana
utama untuk pengisian air tanah, recharge area alami yang baik
adalah daerah dimana airpermukaan mampu meresap menjadi air
tanah. Jika daerah resapan berhenti berfungsi dengan baik, mungkin
tidak ada air tanah yang cukup untuk disimpan dan digunakan.
Perlindungan

daerah

resapan

memerlukan

sejumlah

tindakan

berdasarkan pada dua tujuan utama. Tujuan tersebut adalah (1)


4 Thomas Triadi Putranto dan Kristi Indra Kusuma,Permasalahan Airtanah pada
Daerah Urban (2009), Jurnal Teknik Vol. 30 No.1, hlm.49
5

memastikan bahwa lahan yang sesuai untuk recharge area harus


terus

dipertahankan

dan

tidak

diubah

menjadi

infrastruktur

perkotaan, seperti bangunan dan jalan, dan (2) mencegah polutan


memasuki air tanah.5
Pengambilan airtanah terjadi karena adanya pengaruh dari
pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin tinggi, hal ini
mengakibatkan kebutuhan akan air semakin besar. Kebutuhan air
yang besar mendorong manusia untuk mencari pengganti air sungai
yang merupakan sumber utama air bersih mulai tercemar oleh
berbagai macam limbah. Sebagai pengganti air sungai, penduduk
beralih menggunakan airtanah sebagai air baku untuk kebutuhan
hidup. Sebagai imbas dari peralihan penduduk yang menggunakan
air sungai ke airtanah sebagai air bersih, maka muncul banyak
sumur-sumur gali dan dilakukan pemboran sumur untuk kegiatan
industri yang memerlukan banyak air untuk melakukan proses
produksi.

Kegiatan

eksplorasi

airtanah

yang

berle-bihan

ini

merupakan sumber utama timbulnya masa-lah airtanah pada


daerah urban. Kebutuhan air terbesar berdasarkan sektor kegiatan
dapat dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu kebutuhan
domestik, pertanian (irigasi), dan industri. Pada tahun 1990
kebutuhan air domestic adalah sekitar 3.169 x 106 m 3, sedangkan
angka proyeksi untuk tahun 2000 dan 2015 berturut-turut sebesar
6.114 juta m3 dan 8.903 juta m3. Dengan demikian, persentase
kenai-kannya berkisar antara 10 persen/tahun pada tahun 19902000 dan 6,67 persen/tahun pada tahun 2000-2015. Kebutuhan air
terbesar terjadi di Pulau Jawa dan Sumatra karena jumlah penduduk
dan industri yang besar.
Sejalan

dengan

laju

pertumbuhan

dan

pertambahan

penduduk, kebutuhan dengan akan semakin mening-kat. Untuk


ngimbangi angka pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan air
5 Meyra Riastika, Pengelolaan Air Tanah Berbasis Konservasi Di Recharge Area Boyolali
(Studi Kasus Recharge Area Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah) (2012), Jurnal Ilmu
Lingkungan , Vol 9(2), hlm. 89

bersih yang terus meningkat, maka harus segera mencari jalan


kelur untuk memenuhi kebutuhan air bersih tersebut. Airtanah yang
merupakan sumber utama air bersih penduduk lambat laun mulai
tercemar oleh limbah-limbah berbahaya bagi kesehatan. Airtanah
yang ideal adalah airtanah mengisi air sungai (efluent) kini menjadi
airtanah diisi oleh air sungai (influent) yang cenderung rawan
terhadap pencemaran. Aliran airtanah yang influent ini terjadi
karena pengambilan airtanah yang berlebihan untuk memenuhi
kebutuhan pada daerah aliran sungai. Pengambilan airtanah yang
berlebihan dapat mengakibatkan turunnya muka airtanah yang
melebihi muka air sungai, sehingga polutan yang berasal dari
sungai dengan mudah masuk kedalam airtanah. Polutan yang
mencemari airtanah dapat mengganggu kesehatan bagi yang
mengkonsumsinya.6
Airtanah dipompa keluar melalui sumur-sumur artesis, terjadilah apa yang
disebut cone of depression, yaitu melengkungnya permukaan pisometrik di sekitar
sumur ke arah sumur yang digunakan untuk mengambil airtanah. Semakin besar laju
pengambilan airtanah, semakin besar kerucut depresi yang terjadi dan bila kerucutkerucut depresi ini meluas akibat bertambahnya jumlah sumur bor, maka
menyebabkan terjadinya penurunan airtanah secara permanen.7
7. Kesimpulan
Flownet
ketinggian

menunjukkan

yang

sama

dan

permukaan
arah

aliran

airtanah
airtanah.

memiliki
Perbedaan

intensitas peresapan air hujan pada bentukan morfologi yang


berbeda akan menyebabkan variasi kedalaman muka air tanah.
Pengambilan

airtanah

yang

berlebihan

dapat

mengakibatkan

turunnya muka airtanah yang melebihi muka air sungai, sehingga


polutan yang berasal dari sungai dengan mudah masuk kedalam
airtanah.
6 Triadi & Kristi Indra Kusuma. Op. Cit., 51
7 Munawar Cholil, Analisis Penurunan Muka Airtanah di Kotamadya Surakarta,
(1998), Forum Geografi No. 23/XII, hlm. 5
7

Daftar Rujukan
Cholil, Munawar.1998. Analisis Penurunan Muka Airtanah Di Kotamadya
Surakarta. Forum Geografi No. 23/XII.
Harianja, Juita, R. Suyarto, I Wayan Nuarsa.2014. Aplikasi Sistem Informasi
Geografi (SIG) untuk Pemetaan Akuifer di Kota Denpasar. Jurnal
Agroteknologi Tropika Vol. 3, No. 4, Fakultas Pertanian, Universitas
Udayana.
Putranto, Thomas Triadi dan Kristi Indra Kusuma.2009.Permasalahan
Airtanah pada Daerah Urban. Jurnal Teknik-Vol. 30 No. 1 (Jurusan
Teknik Geologi Fakultas Teknik Undip).
Ratelembang, Elpina.2015. Studi Pemodelan Aliran Kontaminan Pencemar
Merkuri (Hg) pada Tanah Pasir dengan Metode Uji Laboratorium
Menggunakan

Tangki

Permeabilitas.

Jurnal

Teknik

Lingkungan,

Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hassanudin, Makasar.


Riatika,

Meyra.2012.

Pengelolaan

Airtanah

Berbasis

Konservasi

di

Recharge Area Boyolali (Studi Kasus Recharge Area Cepogo,


Boyolali, Jawa Tengah). Jurnal Ilmu Lingkungan, Vol. 9 (2): 86-97.
Riyadi,

Agung

Kecamatan

dan

Kusno

Tamansari

Wibowo.2007.Karaktertistik
Kota

Tasikmalaya.

Airtanah

Jurnal

di

Teknologi

Lingkungan Vol. 8 No.3

You might also like