Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
Retno Ningsih
I0212066
A. PENDAHULUAN
Konsep arsitektur ekologis merupakan paduan antara ilmu lingkungan dan ilmu
arsitektur yang berorientasi pada model pembangunan dengan memperhatikan
keseimbangan antara lingkungan alam dan buatan. Ekologi ini semakin marak kian
berkembang tidak hanya pada bidang akademis, melainkan juga kalangan praktisi.
Arsitektur ekologis ini bermula dari desain, sayembara, properti rumah yang
berkonsep alam serta kegiatan-kegiatan lain yang mengapresiasi hubungan antara
manusia dan lingkungan alam.
Penerapan konsep arsitektur ekologis ini telah banyak digunakan pada
pembangunan di Indonesia dengan memperhatikan kebutuhan pembangunan secara
holistic dan ramah lingkungan. Salah satu pembangunan yang menggunakan konsep
arsitektur ekologis adalah pada rumah tradisional Jawa. Rumah Jawa merupakan
arsitektur tradisional Jawa yang sudha berkembang sejak abad ke-13 dan memiliki
lima jenis atap, diantaranya adalah joglo, limasan, pelana, panggang pe, dan tajuk.
2. Intensitas energi yang terkandung dalam bahan bangunan yang digunakan saat
pembangunan diusahakan harus seminimal mungkin.
3. Bangunan sebisa mungkin diarahkan menurut orientasi Timur-Barat dengan
bagian Utara-Selatan menerima cahaya alami tanpa silau.
4. Dinding suatu bangunan harus dapat memberi perlindungan terhadap panas.
Daya serap panas dan tebalnya dinding sesuai dengan kebutuhan iklim atau suhu
ruang di dalamnya. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara
alami bisa menghemat banyak energi.
Yang paling berpengaruh dari dasar perencanaan arsitektur masa depan adalah
kehidupan bukan menciptakan lingkungan menurut kebutuhannya, dan kehidupan
bukan faktor penentu, melainkan sistem keseluruhan termasuk lingkungan dan
kehidupan.
Salah satu aspek penting dalam disain arsitektur yang semakin hari semakin
dirasakan penting adalah penataan energi dalam bangunan. Krisis sumber energi tak
terbaharui mendorong arsitek untuk semakin peduli akan energi dengan cara beralih
ke sumber energi terbaharui dalam merancang bangunan yang hemat energi. Konsep
penekanan desain ekologi arsitektur didasari dengan maraknya issue global warming.
Diharapkan dengan konsep perancangan yang berdasar pada keseimbangan alam ini,
dapat mengurangi pemanasan global sehingga suhu bumi tetap terjaga. Kebanyakan
arsitek hanya mementingkan desain pada bangunan itu sendiri dan tidak melihat
disekeliling dampak pada lingkungan tersebut.
Apabila ekologi tidak diterapkan dalam arsitektur, maka apabila bangunan
terbuat dari kaca akan terjadi pemanasan global. Sehingga perlu diperbanyak
vegetasi pada bangunan dan lingkungan tersebut. Selain itu, apabila bangunan
tersebut termasuk penghambat arah lajur perairan maka akan menghambat air-air
bekas hujan sehingga akan mengakibatkan banjir.
C. ANALISIS
1. Lokasi
Rumah tradisional jawa ini terletak di Dusun Cermo, Desa Kalikijing,
Boyolali, Jawa Tengah. Jarak tempuh menuju lokasi ini adalah sekitar 45-60
menit dari kampus Universitas Sebelas Maret dengan melalui jalur SoloSemarang. Desa ini lumayan jauh dari jalan raya dan keramaian, karena untuk
Pemilik rumah ini adalah keluarga bapak Wartin dan bapak Parno, di
mana rumah bapak Parno terletak di depan rumah bapak Wartin. Kedua
rumah ini sudah dibangun sejak lama, untuk lebih tepatnya pemilik
rumah tidak mengetahui tahun dibangun. Tetapi kedua rumah ini baru
saja mengalami renovasi beberapa tahun silam, sekitar 10 -15 tahun
yang lalu.
Gambar 6,7 . Penghawaan alami dari sela-sela pintu dan anyaman bambu
Sumber : Dokumen pribadi
Gambar 17, 18, 19. Material bambu yang digunakan untuk atap
Sumber : Dokumen pribadi
Selain kayu dan bambu, material alami yang digunakan pada rumah
tradisional Jawa ini adalah batu. Penggunaan batu pada rumah ini adalah
pada pondasi atau umpak yang jenisnya menggunakan batu kali. Pondasi ini
adalah pondasi menerus yang dipasang mengelilingi bangunan
REFERENSI