Professional Documents
Culture Documents
Setidaknya usaha ini menuai hasil saat buruh perkotaan berhasil dikendalikan
oleh PKI.
Dalam konteks gerakan anti Belanda sendiri, buruh menjadi bagian
yang penting didalamnya. Buruh yang notabenya merupakan bagian dari PKI
sangat aktif dalam menyikapi gerakan anti Belanda. Kebijakan politikekonomi pemerintah Indonesia diawal periode 1950 yang masih banyak
mengalami banyak perdebatan memunculkan banyak wacana. Perdebetan
mengenai perekonomian Indonesia untuk lebih mandiri tanpa ketergantungan
dari pihak asing menjadi alasan yang kuat dari pihak kelompok radikal.
Sedangkan alasan sebaliknya menjadi pegangan dari kelompok moderat.
Dalam perbedaan dua pendapat yang ada, buruh masuk dalam kelompok
yang pro terhadap kelompok radikal. Hal ini terlihat dengan semakin kuatnya
buruh dalam mendukung adanya nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing
di Surabaya. Perusahaan listrik misalnya, menjadi tujuan utama dalam sikap
anti Belanda oleh buruh perusahaan.. tambah arsip.
Apa yang dilakukan oleh buruh ini memberikan pengaruh terhadap
masyarakat yang lain. Dimana dalam hal ini buruh memiliki kemampuan lebih
untuk memobilisasi massanya untuk melakukan gerakan politik. 2 Artinya
masyarakat dapat ikut merasakan hal yang sama sebagai bentuk ketidak
puasan, yang ditimbulkan oleh pengaruh buruh melakukan gerakan anti
Belanda dalam ranah perusahaan milik Belanda.
2. Partai Nahdhatul Ulama (NU)
Dalam sumber ditemukan, NU juga merespon adanya gerakan anti
Belanda di Surabaya. Sebagai partai yang telah berdiri sejak 1928, NU dikenal
sebagai partai yang berhaluan agama. Para pembesarnya berasal dari
kalangan ulama dan kyai. Semangat perjuangannya juga bersifat nasionalis
seperti partai-partai lain yang berhaluan nasionalis. Maka tidak heran jika
dalam gerakan anti Belanda di Surabaya pada periode 1950-1960, NU
memberikan respon dan tanggapan dalam situasi yang mengatasnamakan
nasionalisme itu. NU cabang Surabaya secara tegas mendukung pemerintah
untuk menindak tegas masalah yang berkaitan dengan hotel simpang yang
menyangkut penghinaan harga diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
telah merdeka. NU mengangap tindakan yang dilakukan oleh seorang
Belanda yang tidak menghargai Residen Surabaya dan tidak sesuai dengan
ajaran agama apapun. Dalam situasi yang sama NU juga menyerukan kepada
seluruh lapisan masyarakat untuk menyokong dan berdiri dibelakang
pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut.3
Pada periode itu, faktor pemilu pertama yang diadakan pada tahun
1955 menjadi alasan kuat dalam bergeraknya partai-partai politik untuk peka
terhadap permasalahan yang ada. Situasi ini menjadi sangat penting ketika
partai-partai politik mengambil simpati dari masyarakat untuk ikut dalam
menyelesaikan permasalahan politik yang ada. Karena dalam lingkup
Surabaya sendiri NU merupakan partai yang menjadi pesaing kuat dari PKI
dalam meraup suara. NU menjadi partai yang kuat dengan kekuatan ulama
didalamnya.
3.
5. Pemuda Rakyat
Bukan hanya kelompok partai politik yang menaruh sikap pada
gerakan anti Belanda di Surabaya. Kelompok lain dari lapisan masyarakat pun
menaruh respon dari permasalahan yang terjadi antara masyarakat Surabaya
dan orang-orang Belanda yang ada di Surabaya pada periode 1950.
Kelompok pemuda rakyat menjadi salah satu organisasi masyarakat yang
menaruh sikap sentimen terhadap sikap yang kurang berkenan dari orangorang Belanda yang berada di Surabaya. Sentimen itu muncul dari adanya
permasalahan hotel simpang, pemuda rakyat menganggap permasalahan
yang terjadi bukan hanya permasalahan kecil dan dianggap sepele.
Melainkan permasalahan yang sudah keterlaluluan bagi kehormatan bangsa
Indonesia.7
Dalam ruang lingkup kota Surabaya sikap dan respon yang dilakukan
oleh kelompok pemuda rakyat memang bukan sebuah respon yang
kebetulan. Surabaya yang dikenal dengan perjuangan yang heroik dalam
revolusi fisik 10 November 1946 juga tidak bisa lepas dari peranan para
pemuda rakyat atau yang biasa dikenal dengan arek-arek Suroboyo.
Perjuangan dalam merebut kembali Surabaya dari sekutu menjadi jawaban
akan peranan dan kontribusi dari para pemuda. Maka tidak menjadi hal yang
tabu bagi para kelompok pemuda, jika dalam adanya gerakan anti Belanda
kelompok ini memiliki peranan di dalamnya.
B. Bentuk, Sasaran, dan Dampak Gerakan
Sebagai gerakan yang melibatkan banyak lapisan masyarakat,
tentunya gerakan anti Belanda juga memiliki dampak dan sasaran yang lebih
luas. Dalam artian, gerakan ini berdampak pada berbagai bidang dalam
masyarakat sebagai bentuk dari pendekatan multidimensional dalam
penelitian ini.
1. Bidang Politik-Ekonomi
Dampak dari adanya kelompok radikal dalam hal pandangan kebijakan
ekonomi Indonesia sangat mendasari dalam usaha untuk mengambil alih
perusahaan-perusahaan Belanda. Kebijakan ini juga yang membuat para
buruh perusahaan-perusahaan di Surabaya sangat aktif dalam
mengumandangkan pengambilalihan perusahaan-perusahaan milik Belanda.
Selain itu masalah Irian Barat yang menjadi polemik dalam pembahasan KMB
menjadi salah satu alasan untuk menguatkan dasar dalam melakukan
gerakan anti terhadap Belanda. Di tahun 1952 Serikat Buruh Gula Malang
mendesak kepada presiden untuk mengisyaratkan kepada seluruh kaum
buruh dan tani untuk mensita kembali pabrik-pabrik, tambang-tambang, dan
kebun modal penjajah di seluruh Indonesia. Desakan ini didasari dari pidato
Presiden Soekarno saat datang di Surabaya pada tanggal 10 November
dimana dengan jelas mengatakan bahwa sudah saatnya bagi kita untuk
berbicara dengan bahasa sendiri mengenai Irian Barat. Bagi sarekat buruh
7 Harian Umum, pernyataan pemuda rakyat. 25 Jan 1954
isi pidato tersebut dimaknakan sebagai pintu yang terbuka untuk melakukan
perlawanan terhadap Belanda dengan jalan mensita pabrik-pabrik gula. 8
Tuntutan yang sama juga muncul dari kalangan Serikat Buruh Listrik
dan Gas Indonesia (SBLGI). SBLGI merupakan salah satu organisasi buruh
yang cukup radikal dan sangat mendukung gagasan nasionalisasi
perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia. Serikat buruh ini merupakan
salah satu serikat buruh yang terkuat dengan anggota terbanyak ada di Kota
Surabaya dan Malang.9 SBLGI ini sangat mendukung mosi yang diajukan oleh
kelompok buruh Kobarsih dalam sidang parlemen mengenai perusahaan
listrik. Kobarsih memandang sudah tiba waktunya untuk melaksanakan
nasionalisasi perusahaan-perusahaan listrik milik Belanda. Kobarsih sendiri
telah melakukan laporan untuk disampaikan kepada pemerintah mengenai
nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda. Dalam usahanya itu Kobarsih
bekerja sama dengan Panitia Negara urusan nasionalisasi perusahaanperusahaan listrik yang telah dibentuk oleh pemerintah. Panitia itu diketuai
oleh Ir. Putuhena dari kementerian pekerjaan umum dengan anggotaanggotanya Mr. Sugiarto dari Kementerian Keuangan, Ir. Ibrahim dari
Kementerian Perekonomian, Mr. Gatot dari Kementerian Kehakiman, Ir.
Kusumaningrat dari Kementerian Pekerjaan Umum. 10
Setelah panitia itu terbentuk, mereka berwenang untuk mengatasi
jalannya agenda nasionalisasi. Kobarsih dan Panitia Negara ini juga
bekerjasama dalam menyelesaikan laporannya yang ditujukan untuk
pemerintah dalam masalah ini. Adapun pokok isi laporan itu menurut
Kobarsih adalah peninjauan dari segi politik dan ekonomi. Artinya
kepentingan nasionalisasi bagi pembangungan perekonomian Indonesia
dengan hukum-hukum internasional serta internasional. 11 Pada tahun yang
sama, 28 Desember 1952 SBGLI Cabang Surabaya mengadakan pertemuan
besar serikat buruh yang dihadiri oleh wakil-wakil partai politik dan berbagai
organisasi buruh yang bertempat di Gedung Nasional Indonesia (GNI)
Bubutan. Dalam pertemuan tersebut mereka mendapat berbagai masukan
dari SBGLI pusat tentang tuntutan nasionalisasi perusahaan-perusahaan
listrik sebagai lanjutan dari mosi Kobarsih.12 Usaha ini dilakukan oleh SBGLI
Cabang Surabaya kerena mereka ingin perusahaan listrik N.V Aniem yang
8 Java Post, Sita Pabrik-Tambang Modal Penjajah! 20 Nopember 1952.
9 Purnawan Basundoro, 2 Kota, hlm. 108.
10 Java Post, Nasionalisir Perusahaan Listrik, 13 Des 1952
11 Ibid, JP 13 Des 1952
12 Purnawan, 2 Kota, hlm. 109