Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
A. Skenario
Ny. Tuti, 29 tahun tinggal di rumah sederhana dan sejak remaja memelihara
beberapa kucing serta gemar memeluk dan menggendong kucing bahkan terkadang
tidur di tempat tidurnya. Kucing tersebut selain BAB di halaman luar juga sesekali
BAB di dalam rumah, yang kurang terjaga kebersihannya. Selain itu, Ny. Tuti
mempunyai kebiasaan mengkomsumsi sate daging yang tidak sempurna matangnya
dan dibeli di penjual sate. Dua minggu yang lalu, Ny. Tuti melahirkan anak
pertamanya, bayi lahir premature (35 minggu), lahir normal, spontan, dengan ukuran
kepala sedikit lebih besar, berat badan lahir: 2300gram, panjang badan lahir: 43cm,
dan ditolong oleh bidan desa.
Hari ini Ny. Tuti datang ke Puskesma membawa bayinya karena kepala bayi
tersebut dirasakan bertambah besar dan ada bercak keputihan pada matanya.
Pemeriksaan fisik didapatkan: Lingkar kepala berukuran 1,5 kali ukuran bayi
normal, bagian hitam berwarna putih, bola mata terlihat lebih kecil.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter puskesma menduga Ny.
Tuti mengalami infeksi Toksoplasma dan dokter Puskesmas memutuskan untuk
merujuk Ny. Tuti dan bayinya ke rumah sakit.
B. Klarifikasi Istilah
1. Prematur
2. Spontan
6.. Remaja
C. Identifikasi Masalah
1. Kepala lebih besar dari normal (VVV)
D. Analisis Masalah
1. Kepala bayi lebih besar dari normal (Hydrocephalus). Bercak putih pada bagian hitam
mata (Katarak). Bola Mata terlihat kecil.
a. Mengapa dapat terjadi perbesaran kepala pada bayi?
Jawaban:
Hidrosefalus terjadi karena kelebihan cairan serebrospinal di dalam kepala,
biasanya di dalam sistem ventrikel; ada juga kasus hidrosefalus eksternal pada
anak-anak cairan akan berakumulasi di dalam rongga arakhnoid.
absorbsi yang tidak cukup, atau obstruksi aliran keluar pada salah satu atau
beberapa ventrikel.
:
Dengan melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan yang digunakan saat ini
kemudian menurun dan dapat bertahan dalam waktu cukup lama, berbulan-bulan
bahkan lebih dari setahun. Oleh karena itu, temuan antibodi IgG dianggap sebagai
infeksi yang su-dah lama, sedangkan adanya antibodi IgM berarti infeksi yang
baru atau pengakifan kembali infeksi lama (reaktivasi), dan berisiko bayi terkena
toksoplasmosis bawaan. Berapa tingginya kadar antibodi tersebut untuk
menyatakan seseorang sudah terinfeksi toksoplasma sangatlah beragam,
bergantung pada cara peneraan yang dipakai dan kendali mutu dan batasan baku
masing-masing laboratorium. Salah satu contoh yang dapat dikemukakan adalah
hasil penelitian yang dilakukan oleh Teguh Wahyu S dkk. (1998), yang
menyatakan seorang ibu yang tergolong positif bilamana titer IgGnya 2.949
IU/mL atau IgM 0.5 IU/mL, sedangkan tergolong negatif bilamana titer IgG < 2.0
IU/mL atau IgM < 0.5 IU/mL.
Tidak semua ibu hamil yang terinfeksi toksoplasma akan menularkan
toksoplasma bawaan pada bayinya. Bilamana dalam pemeriksaan ibu sebelum
hamil menunjukkan IgG positif terhadap toksoplasma, berarti ibu tersebut
terinfeksi sudah lama, tetapi bukan berarti bahwa 100% bayinya akan bebas dari
toksoplasmosis bawaan. Jadi, dapat disimpulkan, jika memang bayi Ny. Tuti
terinfeki toksoplasma, kemungkina besar Ny. Tuti baru mengidap toksoplasmosis.
Kemungkinan besar iya, penularannya dari Ny. Tuti, yang diduga baru saja
terinfeksi toksoplasma, melalui metode tranmisi via plasenta.
c.
Invasi
Blastosit masuk kedalam endometrium atau implantasi pada tahap ini,
proses gartrulasi dimulai. Trofoblas terus meluas ke dalam endometrium.
Trofoblas yang menginvasi, sel-sel mesodermal epiblas, dan jaringan yang
berdekatan dengan endometrium berkontribusi terhadap pembentukan
plasenta. Trofoblas akan menginisiasi pembentukan vili sebagai alat
transport nutrisi dari ibu ke janin. Pada akhirnya, akan terbentuk layer
amnion ( inner ) dan layer khorion ( outer ).
Abortus
Prematur
dalam
Retradasi
Cacat
Penyakit
Penyakit
Fisik
Bawaan
Akut
Menetap
Kehamilan
Toxo
Rubella
CMV
Herpes
3. Ny. Tuti mengonsumsi daging tidak matang, tidak menjaga kebersihan rumah, dan
Ny. Tuti terbiasa kontak dengan kucing.
a. Bagaimana ciri kucing yang terinfeksi toksoplasma?
Jawaban
hewan yang terserang bisa menunjukkan gejala klinis atau pun tidak. pada anak
kucing gejala klinik yang ditemukan antara lain nafsu makan menurun, muntah,
haus, sesak nafas. beberapa diantara anak kucing yang tertular mati disertai
peradangan kelenjar limfe, jantung dan otak. pada kucing dewasa gejala klinik
tidak begitu jelas. pada toxoplasmosis okular dapat ditemukan gejala retinitis
(radang pada retina mata).
E. Learning Issue
I.
A. Gametogenesis
a. Spermatogenesis - Spermiogenesis (pada pria)
1.) Tempat spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tubulus seminiferus.
Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada
jaringan epithelium terdapat sel sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi
memberi nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula
sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses
spermatogenesis.
lebih
banyak
spermatogonia.
Pada
manusia,
spermatogonia
Pada pria, sel benih primordial tetap berada pada stadium embrionalnya, di
dalam jaringan testis, dikelilingi dengan sel-sel penunjang, sampai saat sesudah lahir
dan menjelang pubertas. Diferensiasi lanjutan dari sel benih primordial dan
penunjangnya baru mulai pada masa pubertas.
Pada masa pubertas, sel penunjang berkembang menjadi sel-sel sustentakuler
Sertoli
untuk
nutrisi
gamet.
Sel
benih
primordial
berkembang
menjadi
2.
3.
4.
10
11
Pada wanita, setelah tiba di gonad, sel benih primordial segera berdiferensiasi
menjadi oogonium.
Oogonium kemudian mengalami beberapa kali mitosis, dan pada akhir
perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh selapis sel
epitel yang berasal dari permukaan jaringan gonad, yang nantinya menjadi sel
folikuler.
Sebagian
besar
oogonium
terus
mengalami
mitosis,
sebagian
lain
13
kemungkinan
terjadinya
pembuahan
dengan
sel
sperma.
14
Hasil akhir oogenesis normal kemungkinan adalah satu buah oosit matang dan
1-3 buah polar bodies. Kromosom yang dikandung oleh oosit adalah separuh dari
induknya, yaitu 23+X.
B. Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses peleburan/ penyatuan antara satu sel sperma dengan
satu sel telur (ovum) yang sudah matang dan membentuk zigot yang umumnya terjadi
pada sepertiga dari panjang saluran telur yaitu di ampulla tuba fallopi. Bagian ini
adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium.
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke
dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus
dan tuba. Saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu
menbuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita,
yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu, suatu selubung
glikoprotein dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang
membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang mengalami
kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi
oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa
tripsin.
2.
3.
16
Selanjurnya, peleburan dua jenis gamet ini akan membentuk zigot. Zigot yang
dihasilkan mulai membelah pada suatu proses yang disebut penyibakan ( cleavage
).kemudian zigot berdiferensiasi menjadi morula yang jumlah selnya telah berlipat
ganda, lalu berubah menjadi blastula yang jumlah selnya lebih besar dari morula.
Blastula ini akan berdiferensiasi menjadi blastosit dimana telah dijumpai rongga dan
bagian inner mass cell dan outer mass cell yang masing masing akan berkembang
menjadi penyusun bakal fetus / organisme. Perjalanan untuk sebelum implant atau
mendekati implant adalah 7 hari.
C. Implantasi
Implantasi
adalah
masuknya
atau
17
1.
2.
mengalami
perdarahan perdarahan ringan akibat implantasi (bercak darah atau perdarahan ringan
pada saat seharusnya terjadi menstruasi berikutnya). Vili korion yang berbentuk seperti
jari, terbentuk diluar trofoblas dan menyusup masuk kedalam daerah yang mengandung
banyak pembuluh darah dan mendapat oksigen dan gizi dari aliran darah ibu serta
membuang karbondioksida dan produk sisa kedalam darah ibu.
Setelah implantasi, endometrium disebut desidua. Desidua yang terdapat antar sel
telur dan dinding rahim disebut desidua basalis. Bagian yang menutup blastosis atau
desidua yang terdapat antara telur dan cavum uteri ialah desidua kapsularis dan bagian
yang melapisi sisa uterus adalah desidua vera.
Faktor-faktor yang diperlukan agar proses implantasi berlangsung dengan baik
1.
2.
3.
Transforming
growth
factor
beta,
stimulasi
pembentukan
sinsitium
dan
1.2 Embriogenesis
A. Perkembangan embrio awal
Pertumbuhan embrio bermula dari lempeng embrional (embryonal plate) yaitu
dimulai dari hari ke-15 sampai sekitar 8 minggu setelah konsepsi atau sampai ukuran
embrio sekitar 3 cm, dari puncak kepala sampai bokong. Tahap ini merupakan masa
yang paling kritis dalam perkembangan sistem organ dan penampilan luar utama janin,
daerah yang sedang berkembang dan mengalami pembelahan sel yang cepat sangat
rentan terhadap malformasi akibat teratogen. Dari embryonal plate selanjutnya
berdeferensiasi menjadi tiga unsur :
18
a. Sel-sel ektodermal
Pertumbuhan rambut, kulit, kuku, gigi, jaringan saraf, yang meliputi pula alat
indera (organ sensoris), glandula salivaria, cavitas nasi, bagian bawah kanalis analis,
tractus genitalis dan glandula mammae.
b. Sel-sel endodermal
Melapisi saccus vittelinus dan berkembang menjadi tractus digestivus,
hepar,pankreas, trachea, pulmo, vesica urinaria dan uretra.
c. Sel-sel mesodermal
Mesodermal merupakan lapisan jaringan disamping ektodermal dan endodermal
yang berasal dari massa sel dalam. Sebagian mesodermal terletakdi sekeliling cakram
embrio. Perkembangan lebih lanjut dari mesodermal ini akan menghasilkan sistem
sirkulasi dan limpatika, tulang, otot, ren, ureter, organ genitalia dan jaringan subkutan
pada kulit. Dengan kerja yang serupa, dengan amoeba sel tunggal yang sedang
mengambil makanan, maka cavitas amniotica dapat merubah bentuknya agar dapat
mengelilingi sacus vittelinus dan mesoderma dan menarik kedua jaringan tersebut
memasuki
cavitas
19
amniotica.
Panjang
Berat
Kehamilan Badan
Badan
8 minggu
5 gr
2,5 cm
Pembentukan Organ
darah,
anggota
badan
hidung,
9 cm
15 gr
16 minggu
16 cm
120 gr
janin
dapat
didengarkan
dengan
25 cm
280 gr
21
30 cm
600 gr
28 minggu
35 cm
1000 gr
32 minggu
40 cm
1800 gr
36 minggu
45 cm
2900 gr
40 minggu
50 cm
3000 gr
22
II.
Plasenta
A. Anatomi Plasenta
Proses awal mula terbentuknya plasenta adalah sejak telah terjadi implantasi di
dinding rahim. Terdapat 3 pengelompokan proses dalam pembentukan plasenta yaitu :
d. Aposisi
23
Pada hari 4-5 paska fertilisasi / gestasi, blastosit sudah berada di dekat
dinding rahim tempat implannya nanti. Pada hari 5-6 Trofoblas bersiap
untuk berdiferensiasi menjadi sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. Sebelum
implantasi, bagian blastosit yang berperan untuk menghancurkan dan
mencairkan permukaan jaringan endometrium dengan menginisiasi enzim
adalah trofoblas dengan sekresi sel-sel decidua.
e. Adesi
Pada tahap ini, bagian blastosit telah menempel pada dinding rahim
tetapi belum implant, bagian trofoblas yaitu sinsitiotrofoblas telah bersiap
siap sebagai agen invasi atau wilayah trofoblas yang meluas untuk
menjalankan aktifitas sesuai dengan tugasnya.
f.
Invasi
Blastosit masuk kedalam endometrium atau implantasi pada tahap ini,
proses gartrulasi dimulai. Trofoblas terus meluas ke dalam endometrium.
Trofoblas yang menginvasi, sel-sel mesodermal epiblas, dan jaringan yang
berdekatan dengan endometrium berkontribusi terhadap pembentukan
plasenta. Trofoblas akan menginisiasi pembentukan vili sebagai alat
transport nutrisi dari ibu ke janin. Pada akhirnya, akan terbentuk layer
amnion ( inner ) dan layer khorion ( outer ).
C. Fungsi Plasenta
Fungsi plasenta itu sendiri memegang peranan yang sangat penting, yaitu
mengusahakan janin tumbuh dengan baik, dimana plasenta menyediakan nutrisi dan
oksigen untuk embrio serta melindunginya. Untuk pertumbuhannya ini dibutuhkan
adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan
pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu. Disamping
itu plasenta mempunyai fungsi essential lainnya seperti pernafasan (respirasi),
menyalurkan berbagai antibody ke janin (sistim imun), antiinflamasi, alat yang
membentuk hormon (sekresi hormon), dan juga mengeluarkan bahan-bahan yang
tidak berguna (ekskresi), perbaikan jaringan, laktasi, sirkulasi serta peredaran darah.
Plasenta dapat pula dilewati kuman-kuman dan obat-obat tertentu. Penyaluran zat
makanan dan zat lain dari ibu ke janin dan ebaliknya harus melewati lapisan trofoblas
plasenta (Speroff et al., 2005).
24
Plasenta adalah suatu barrier (penghalang) terhadap bakteri dan virus, akan
tetapi tidak efektif dan saat ini masih diragukan. Disamping itu plasenta juga sebagai
tempat pembuatan hormon-hormon, khususnya HCG (Chorionic Gonadotropine),
Chorionic Somato-Mammotropin (placental lactogen), estrogen dan progesteron. Di
dalam plasenta hormon tersebut ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi. Bukti
bahwa hormon itu dibuat di plasenta adalah karena jaringan plasenta yang dibiakan
ternyata menghasilkan hormon tersebut (Sherwood, 2001;Speroff et al., 2005).
III. Toksoplasmosis
Taksoplasmolisis Toksoplasmosis disebabkan oleh subkelas sporozoa, yaitu
Toksoplasma gondi. Ditemukan tahun 1908 di tikus gurun. Parasit ini berpotensi
menginfeksi setengah dari populasi Amerika Serika. Toksoplasmosis kadang-kadang
menunjukkan gejala. Penularan
terjadi dari memakan daging
yang kurang matang (sapi, babi,
dan
kambing)
dengan
kucing.
atau
kontak
Toksoplasma
tidak
melakukan
Toksoplasma
dapat
toksoplasma
IgM kualitatif-potensial telah lama hilang atau titer IgM kuantitatif non potensial
setinggi titer orang normal (<0,5 IU,ml darah). Titer IgG mendadak tinggi apabila
dalam kehamilan terjadi reaktivasi-infeksi (IgG-maternal dalam reaksi anamnestik)
dan diteruskan lewat plasenta kepada janin.
Akibat infeksi TORCH pada ibu hamil terhadap janin/bayinya dapat bervariasi
tergantung kapan terjadi pertama kalinya infeksi. Bila terjadi dalam trimester pertama,
sering menyebabkan keguguran dan berbagai macam kelainan congenital yang berat.
Sedangkan bila infeksinya pada trimester kedua atau ketiga, dapat menimbulkan
kelahiran premature atau lahir selamat (kelihatan tanpa kelainan fisik). Tetapi dalam
waktu 1-2 tahun akan muncul gejala kelainan/retardasi fisik, hidrosefali/mikrosefalu,
tumbuh kembang anak terlambat, sampai cacat organ dan retardasi mental.
Infeksi
Abortus
Prematur
dalam
Retradasi
Cacat
Penyakit
Penyakit
Fisik
Bawaan
Akut
Menetap
Kehamilan
Toxo
Rubella
CMV
Herpes
26
Pada trimester I barier plasenta sulit dilewati oleh Toksoplasma gondii, tetapi
bila ada Toksoplasma gondii, yang lolos melalui barier plasenta maka organogenesis
janin terganggu. Makin tua usia kehamilan, maka barier plasenta semakin mudah
dilewati Toksoplasma gondii. Di dalam plasenta Toksoplasma gondii menyebar secara
hematogen dan masuk ke tubuh janin melalui talipusat dan mengganggu
organogenesis pada janin. Hal ini menyebabkan abortus, anak lahir mati atau kelainan
congenital pada janin yang dilahirkan.
Infeksi yang terjadi pada trimester III dapat menyebabkan infeksi congenital
pada janin yang dikandungnya dengan persentase kejadian sebesar 65% tetapi pada
umumnya bayi yang dikandungnya tidak memperlihatkan tanda-tanda klinis. Infeksi
yang terjadi pada trimester II dapat menyebabkan infeksi congenital sebesar 54% dan
28% dari bayi yang terinfeksi secara congenital tersebut memperlihatkan tanda-tanda
klinis Toxoplasmosis kongenital. Infeksi yang terjadi pada trimester I dapat
menyebabkan infeksi congenital sebesar 25%, tetapi manifestasi klinisnya pada
umunya berat, termausk kematian intra uterin.
IV. Hidrosefalus
Hidrosefalus secara umum berarti kelebihan cairan serebrospinal di dalam
kepala, biasanya di dalam sistem ventrikel; ada juga kasus hidrosefalus eksternal pada
anak-anak cairan akan berakumulasi di dalam rongga arakhnoid.
Ada beberapa istilah hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi
ventrikel; sedangkan hidrosefalus eksternal cenderung menunjukkan adanya
pelebaran rongga subarachnoid di atas permukaan korteks.
Hidrosefalus komunikan adalah keadaan hidrosefalus di mana ada hubungan
antara sistem ventrikel dengan rongga subarakhoid otak dan spinal; hidrosedalus
nonkomunikans bila ada blok di dalam sistem ventrikel atau salurannya ke rongga
subarakhoid.
Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme
yaitu (1) produksi likuor yang berlebihan, (2) peningkatan resistensi aliran likuor, (3)
peningkatan tekanan sinur senosa.
27
(2)
V. Katarak Kongenital
Definisi Katarak Kongenital
Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan pada bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak jenis ini dapat terjadi
di kedua mata bayi (bilateral) maupun sebelah mata bayi (unilateral). Keruh atau
buram di lensa terlihat sebagai bintik putih jika dibandingkan dengan pupil hitam
yang normal dan dapat dilihat dengan mata telanjang.
28
Gejala
Bayi
yang
menderita
katarak
congenital
(nystagmus)
Etiologi
Secara umum, sekitar sepertiga dari katarak kongenital adalah komponen dari
sindrom yang lebih luas (misalnya, katarak akibat sindrom rubella bawaan), sepertiga
terjadi sebagai suatu sifat yang diturunkan, dan sepertiga sisanya belum ditentukan
penyebabnya. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh
ibu-ibu
yang menderita
homosisteinuri,
diabetes
melitus
hipoparatiroidism,
kongenital
biasanya
merupakan
penyakit-penyakit
herediter
seperti
Infeksi
Kelainan
Toksik
Metabolik
Down syndrome
Toxoplasmosis
Aniridia
Hallermann-Streiff
syndrome
dysgenesis
B19)
Lowe syndrome
Persistent fetal
Rubella
vasculature (PFV)
Cytomegalovirus
Posterior
Galactosemia
Cockayne syndrome
lenticonus
Herpes Simplex (HSV-1, HSV-2)
29
Corticosteroids
Marfan syndrome
Trisomy 13- 15
Hypoglycemia
Alport syndrome
Myotonic dystrophy
Fabry disease
Hypoparathyroidism
Conradi syndrome
Incontinentia pigmenti
30
G. Kesimpulan
Bayi Ny. Tuti terkena toksoplasmosis kongenital pada trisemester I akibat ibu
mengkomsumsi daging yang tidak matang sempurna, dengan faktor resiko lain berupa
kontak dengan kucing yang bisa berperan sebagai vector, dan tinggal di lingkungan
yang kurang bersih, menularkan toksoplasma melalui membran plasenta dan
menimbulkan infeksi toksoplasma congenital pada bayi Ny. Tuti yang mengakibatkan
gejala yang teramati pada pemeriksaan fisik berupa bayi lahir prematur, katarak
kongenital, dan hidrosefalus kongenital.
31
DAFTAR PUSTAKA
Amiseno, RA. 2011. Proses Embriogenesis.
(www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21471/4/Chapter%20II.pdf, diakses 7
Oktober 2014)
Cambridde, 1998. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan Sistem Reproduksi.Jakarta: EGC
Campbell, N.A., et. al. 2008. Biologi. 3rd ed. Jakarta : Erlangga
Corwin, Elizabeth J.. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Joan W. Witkin, PhD. Formation and Role Of Placenta.
(http://www.columbia.edu/itc/hs/medical/humandev/2004/Chapt17-Placenta.pdf.pdf.
diakses 10 Juli2014)
Jones, Jefreey L. et.al. 2001. Congenital Toxoplasmosis: Review. CME Review Article,
volume 56, halaman 296.
Juanda. 2006. TORCH (TOXO, RUBELLA, CMV, DAN HERPES) Akibat dan Solusinya.
Solo: Penerbit PT Wangsa Jastra Lestari.
Manuaba ,ida,bagus,GDE.1999. Memahami kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: arcan
Price, Sylvia A. dan Lorraine Wilson. 2014. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, volume 2, Edisi 6. (diterjemahkan oleh: dr. Brahm U. Pendit et. al.). Jakarta:
Penerbit EGC
The Endowment For Human Development. The Biology of Prenatal Development
(www.ehd.org, diakses 7 Oktober 2014).
Udwillah, S. Dammar. 2014. Pengertian Penyakit Hidrosefalus. (http://www.academia.
edu/3642139/1_Pengertian_penyakit_hidrosefalus, diakses 10 Juli 2014)
Waluyo, Neno. 2012. Siklus Hidup Toksoplasma Gondii. (www.kucingkita.com, diakses 7
Oktober 2014).
Wheeler, Linda. 1998. Perawatan Pranatal dan Pascapartum. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
WHO. 2000. Asuhan Antepartum. Bab II, Hal. 2 8 . Jakarta
Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SB
32