Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
1.3.2
lendir berlebih di jalan napas bayi, jalan napas bayi dapat dihisap melalui mulut
dan hidung dengan sebuah bulb syringe. Bayi yang tersumbat oleh sekresi lendir,
harus ditopang kepalanya agar menunduk ( Bobak dkk, 2005).
mata,
gunakan
kapas
paling
et al, 2006).
lembut.
Jangan
Untuk
memaksa
mengeluarkan kotoran di mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan pastikan mata
bayi bersih dari sisa kapas (Bonny & Mila, 2003).
Bayi cukup usia mempunyai dua per tiga ujung pinna yang tidak
melengkung. Rotasi telinga harus ada di garis tengah, dan tidak mengenai bagian
depan atau bagian belakang (Ladewigs et al, 2006). Untuk membersihkan telinga,
bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas.
Bagian dalam hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika
ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luarnya saja. Gunakan
cotton bad atau tisu yang digulung kecil, jika menggunakan jari pastikan jari
benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena
pilek, sedotlah keluar dengan menggunakan penyedot hidung bayi, atau letakkan
bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut (Bonny & Mila,
2003).
Kebersihan mulut bayi harus diperhatikan, karena bercak putih pada lidah
(oral thurust) dapat menjadi masalah jika diikuti dengan tumbuhnya jamur
(Musbikin, 2005). Untuk membersihkan mulut bayi digunakan kapas yang sudah
direndam dengan air masak, diperas dan mulut bayi dibersihkan dengan hati-hati
serta mengeluarkan lendir yang ada di mulut bayi (Dainur, 1995). Dapat juga
dilakukan dengan menggunakan kain kasa atau waslap yang sudah dibasahi
dengan air matang hangat lalu dibalut pada jari telunjuk, kemudian membersihkan
mulut dari bagian luar, yaitu bibir dan sekitarnya. Setelah itu bagian gusi belakang
hingga depan, lalu membersihkan lidah bayi dengan perlahan-lahan. Posisi bayi
sebaiknya terbaring agar lebih mudah dibersihkan (www.ayahbunda.co.id, 2010).
Kuku jari yang panjang dapat menimbulkan luka garukan pada wajah bayi
dan luka ini bisa terinfeksi. Kuku yang panjang dapat pula terkoyak karena
sekalipun panjang, tetapi kuku tersebut sangat lunak. Jika kuku tersebut terkoyak,
jaringan di bawahnya yang sensitif terhadap infeksi dapat terpajan. Bayi dapat
1.3.8 Sirkumsisi
Menurut Ladewigs, et al. (2006) beberapa orang tua memilih untuk
melakukan sirkumsisi pada bayi laki-lakinya. Keputusan orang tua untuk
mensirkumsisi bayi yang baru lahir biasanya didasarkan pada faktor-faktor
berikut: higiene, agama, tradisi, budaya atau norma sosial (Bobak dkk, 2005).
1.3.9 Nutrisi
Nutrisi yang baik pada bayi memungkinkan kesehatan yang baik,
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan pertama
kehidupan dan juga membiasakan bayi agar memiliki kebiasaan makan yang baik
pada masa selanjutnya. Pemenuhan nutrisi pada bayi baru lahir sebaiknya dengan
memberikan Air Susu Ibu (ASI), namun jika adanya kendala-kendala khusus
dapat diberikan susu formula (Bobak dkk, 2005). Kebutuhan nutrien yang
diperlukan yaitu meliputi energi, karbohidrat, lemak, protein, cairan, mineral dan
vitamin.
Menurut Hubertin Sri (2004 dalam Saragih, 2010), perawat mempunyai
kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan penerapan ASI eksklusif agar
bayi mendapatkan nutrisi yang adekuat untuk tumbuh kembangnya. Keputusan
untuk memberikan bayi susu botol adalah logis jika ibu tidak ingin menyusui
karena berbagai alasan yang tepat (Helen, 2007).
1.3.10 Imunisasi
Bayi dan anak akan diberi vaksinasi pada saat pemeriksaan dengan kondisi
bayi dan anak sehat, untuk melindunginya dari penyakit-penyakit dapatan yang
mungkin serius. Kemampuan vaksinasi untuk untuk memvaksinasi bayi terhadap
penyakit-penyakit seperti polio dan batuk rejan bahkan cacar. Beberapa orang tua
dalam upaya melindungi dari efek samping resiko vaksinasi memutuskan untuk
tidak mengimunisasi anaknya. Mereka lebih suka mengambil resiko yaitu anak
mereka terkena penyakit dari pada melihat anaknya mengalami efek samping dari
vaksinasi. Sebaiknya orang tua mengumpulkan informasi dari masing-masing
vaksin saat membuat pilihan tentang imunisasi (Ladewigs, et al 2006).
2. Budaya
2.1 Konsep Budaya
Kebudayaan berasal dari bahasa Latin colere yang berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari konsep ini berkembanglah
pengertian kebudayaan yaitu segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah
dan mengubah alam. Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal
dari bahasa Sansekerta buddhayah yaitu bentuk jamak dari buddhi, yang berarti
budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan adalah hal-hal yang bersangkutan
dengan akal.
Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang didalamnya
terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat-istiadat
dan kemampuan yang lain yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat
(Tylor dalam Wiranata, 2002). Menurut Koentjaningrat kebudayaan adalah
seluruh sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan bermasyarakat yang didapat dengan belajar dan dijadikan milik
manusia sendiri (Syafrudin, 2009).
kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan dan karya manusia
dalam masyarakat (Syafrudin, 2009)
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan
yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Berdasarkan
wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama
yaitu kebudayaan material dan kebudayaan non material. Kebudayaan material
mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata dan konkrit. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi yaitu mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya.
Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat
terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
Kebudayaan non material adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, lagu dan tarian
tradisional (Syafrudin. 2009).
untuk menolong orang lain (terminology universality) tidak digunakan pada suatu
cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang signifikan.
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilainilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan
pilihan.
Menurut
manusia
memiliki
kecenderungan
untuk
mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu
keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk
menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam
aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Geiger
and Davidhizar, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan
didefinisikan
sebagai
keseluruhan
fenomena
yang
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang
budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan
budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Geiger and Davidhizar, 1995).
a. Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga
klien
dapat
meningkatkan
atau
mempertahankan
status
kesehatannya,
b. Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu
klien
beradaptasi
terhadap
budaya
tertentu
yang
lebih
budaya
lain
yang
lebih
mendukung
peningkatan
c. Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan
status
kesehatan.
Perawat
berupaya
merestrukturisasi
gaya
hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
Menurut Brunner & Suddarth (2002) istilah dan defenisi lain yang
memberikan tilikan lebih lanjut ke dalam asuhan kultur dan kesehatan meliputi:
falsafah hidup. Apabila ada dalam masyarakat perselisihan keluarga, maka dalihan
natolu dapat langsung terjun mengatasi masalah tersebut yang dapat diselesaikan
dengan cara musyawarah dan mufakat. Dalihan natolu yaitu hula-hula, dongan
tubu, dan boru (Lubis, 1999).
Dalam Budaya Batak Toba terdapat 9 nilai budaya yang utama (Manik,
2010) yaitu terdiri dari:
a. Kekerabatan
Kekerabatan yaitu hal yang mencakup hubungan premordial suku, kasih
sayang atas dasar hubungan darah, kerukunan unsur-unsur Dalihan Natolu (Hulahula, Dongan Tubu, Boru), Pisang Raut (Anak Boru dari Anak Boru),
Hatobangon (cendikiawan) dan segala yang berkaitan hubungan kekerabatan
karena pernikahan atau solidaritas marga.
b. Religi
Mencakup kehidupan keagamaan, baik agama tradisional maupun agama
yang datang kemudian yang mengatur hubungannya dengan Maha Pencipta serta
hubungannya dengan manusia dan lingkungan hidupnya.
c. Hagabeon
Banyak keturunan dan panjang umur adalah satu ungkapan tradisional
Batak yang terkenal yang disampaikan pada saat upacara pernikahan adalah
ungkapan yang mengharapkan agar kelak pengantin baru dikaruniakan putra tujuh
belas dan putri enam belas. Sumber daya manusia bagi orang Batak sangat
penting.
Kekuatan yang tangguh hanya dapat dibangun dalam jumlah manusia yang
banyak. Ini erat hubungannya dengan sejarah suku bangsa Batak yang ditakdirkan
memiliki budaya bersaing yang sangat tinggi. Konsep hagabeon berakar dari
budaya bersaing pada zaman purba, bahkan tercatat dalam sejarah perkembangan,
terwujud dalam perang huta.
Mengenai umur panjang dalam konsep hagabeon disebut saur matua
bulung ( seperti daun, yang gugur setelah tua). Dapat dibayangkan betapa besar
pertambahan jumlah tenaga manusia yang diharapkan oleh orang Batak, karena
selain setiap keluarga diharapkan melahirkan putra-putri sebanyak 33 orang, juga
semuanya diharapkan berusia lanjut.
d. Hasangapon
Kemuliaan, kewibawaan, kharisma, suatu nilai utama yang memberi
dorongan kuat untuk meraih kejayaan. Nilai ini memberi dorongan kuat, lebihlebih pada orang Toba, pada zaman modern ini untuk meraih jabatan dan pangkat
yang memberikan kemuliaan, kewibawaan, kharisma dan kekuasaan.
e. Hamoraon
Kaya raya adalah salah satu nilai budaya yang mendasari dan mendorong
orang Batak, khususnya orang Toba, untuk mencari harta benda yang banyak.
f. Hamajuon
Kemajuan yang diraih melalui merantau dan menuntut ilmu. Nilai budaya
hamajuon ini sangat kuat mendorong orang Batak bermigrasi keseluruh pelosok
tanah air.
g. Hukum
Patik dohot uhum dapat diartikan sebagai aturan dan hukum. Nilai patik
dohot dan uhum merupakan nilai yang kuat disosialisasikan oleh orang Batak.
Budaya menegakkan kebenaran, berkecimpung dalam dunia hukum merupakan
dunia orang Batak. Nilai ini mungkin lahir dari tingginya frekuensi pelanggaran
hak asasi dalam perjalanan hidup orang Batak sejak jaman purba. Sehingga
mereka mahir dalam berbicara dan berjuang memperjuangkan hak-hak asasi.
h. Pengayoman
Dalam kehidupan sosio-kultural orang Batak pengayoman kurang kuat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang disebutkan terdahulu. Ini mungkin
disebabkan kemandirian yang berkadar tinggi. Kehadiran pengayoman, pelindung,
pemberi kesejahteraan, hanya diperlukan dalam keadaan yang sangat mendesak.
i. Konflik
Dalam kehidupan orang Batak Toba konflik kadarnya lebih tinggi. Sumber
konflik yaitu menyangkut perjuangan meraih hasil nilai budaya lainnya, antara
lain hamoraon yang mau tidak mau merupakan sumber konflik yang abadi bagi
orang Toba.
Arti sakit bagi suku Batak adalah keadaan dimana seseotang hanya
berbaring dan penyembuhannya melalui cara-cara tradisional atau ada juga yang
membawa orang yang sakit kepada dukun atau orang pintar. Dlaam kehidupan
sehari-hari suku Batak, segala sesuatunya termasuk mengenai pengobatan jaman
dahulu, untuk mengetahui bagaimana cara mendekatkan diri pada sang Pencipta
agar manusia tetap sehat dan jauh dari marabahaya (Merliana, 2010)
Kebiasaan-kebiasaan suku Batak Toba yaitu berupa upacara adat dimulai
dari masa dalam kandungan, kelahiran, penyapihan, penyakit, malapetaka, hingga
kematian. Peralihan dari setiap tingkat hidup ditandai dengan pelaksanaan suatu
upacara adat khusus. Upacara adat dilakukan agar terhindar dari bahaya/celaka
yang akan menimpa memperoleh berkat, kesehatan dan keselamatan. Inilah salah
satu prinsip yang terdapat di balik pelaksanaan setiap ipacara adat suku Batak
Toba (Merliana, 2010)
Beberapa upacara data yang dijumpai pada masyarakat Batak Toba
diantaranya: mangganje (kehamilan), mangharoan (kelahiran) martutu aek dan
mampe goar (permandian dan pemberian nama), manulangi (menyulangi)
hamatean (kematian), dan mangongkal holi (menggali tulang belulang) (Merliana,
2010)
2.6 Aspek Budaya Batak Toba dalam Perawatan Bayi Baru Lahir
Menurut budaya Batak Toba mamoholi disebut manomu-nomu yang
maksudnya adalah menyambut kedatangan (kelahiran) bayi yang dinanti-nantikan,
di samping itu juga dikenal istilah lain utuk tradisi ini yaitu mamboan aek ni unte
(upacara adat membawa seorang bayi ke sumber air sebagai pendahuluan untuk
pemberian nama) yang secara khusus digunakan bagi kunjungan dari keluarga
hula-hula/tulang.
Kunjungan pihak hulahula/tulang untuk menyatakan sukacita dan rasa
syukur mereka atas kelahiran adalah sesuatu yang khusus. Untuk menyambut dan
menghormati kunjungan hulahula itu maka tuan rumah pun mengundang seluruh
keluarga sekampungnya untuk bersama-sama menikmati makanan yang dibawa
oleh rombongan hulahula itu. Setelah makan bersama, anggota rombongan
hulahula akan menyampaikan kata-kata doa restu semoga si bayi yang baru lahir
itu sehat-sehat, cepat besar dan dikemudian hari juga diikuti oleh adik-adik lakilaki maupun perempuan (Panjaitan, 2010)
Dukun beranak mengambil buah ubi rambat dan sisik bambu, lalu
mematok tali pusat bayi dengan sisik bambu yang tajam dengan beralaskan buah
ubi rambat dengan ukuran 3 jari dari bayi. Setelah bayi lahir si dukun
memecahkan kemiri dan mengunyahnya kemudian memberikan kepada bayi
dengan tujuan untuk membersihkan kotoran yang dibawa bayi dari kandungan
sekaligus membersihkan dalam perjalanan pencernaan makanan yang pertama
yang disebut tilan (kotoran pertama).
Dukun juga memberikan kalung yang berwarna merah, putih, hitam
bersama dengan soit (sebuah anyaman kalung). Kalung ini mempunyai
kegunaanagar jauh dari marabahaya. Apabila bayi tersebut terus menerus
menangis, maka dia dimandikan dengan bahan yang memotong pusar tadi, yaitu
kulit bambu, jeruk purut dan ubi rambat.
Pada hari ke tujuh setelah bayi lahir bayi tersebut dibawa ke pancur
(sungai) dimandikan dan dalam acara inilah sekaligus pembuatan nama yang
disebut dengan pesta martutu-aek yang dipimpin oleh pimpinan agama yaitu ulu
punguan. Setelah bayi dimandikan biasanya dipupus. Pupus adalah mengunyah
selembar daun sirih, sebuah kemiri, sebiji lada putih, dan seiris jarango. Setelah
dikunyah, ditempelkan ke ubun-ubun bayi dan sebagian diolesi keseluruh tubuh
bayi dengan tujuan untuk memelihara tubuh bayi agar kuat dan tetap sehat,
menjauhkan bayi dari penyakit-penyakit demam dan angin-angin.