You are on page 1of 54

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

DENGAN DIABETES MELLITUS GESTASIONAL


DI POLI HAMIL RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Oleh :
NOVI NURAINI
NIM 011413243051

PROGRAM PROFESI
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2015

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan diabetes mellitus gestasional.
Telah disahkan oleh Tim Pembimbing pada :
Hari

Tanggal

:
Mahasiswa

Novi Nuraini
011211223018

Mengetahui,
Pembimbing Klinik

Pembimbing Akademik

Sumarti, Amd.Keb
NIP. 197009171993022002

Netti Herlina, S.Pd.,M.Kes


NIP. 19511012 197603 2 001

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan
toleransi glukosa berbagai tingkat yang diketahui pertama kali saat hamil. Pada
kehamilan trimester pertama kadar glukosa akan turun antara 55-65% dan hal ini
merupakan respon terhadap transportasi glukosa dari ibu ke janin. Sebagian besar
DMG asimtomatis sehingga diagnosis ditentukan secara kebetulan pada saat
pemeriksaan rutin. Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 4060% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca
persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa
(Saifuddin, 2006).
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan sekitar 40-60% wanita
yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan
mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa. Pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu dan 2 jam
post prandial. Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis DM, dapat diikuti
dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila kadar glukosa darah
sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah 100 mg% berarti
bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM (Sofian,
2011).
Sofian (2011) menyebutkan bahwa etiologi DMG meliputi kelainan sel
beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas
insulin. Faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dengan pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan. Gangguan sistem imunitas
yaitu dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan antibody
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus. Kelainan insulin, pada pasien obesitas,
terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor
insulin yang terdapat pada membrane sel yang responsif terhadap insulin.

Beberapa akibat DMG pada bayi yaitu meningkatnya angka kematian,


makrosomia, IUGR, cacat bawaan, hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesemia,
hiperbilirubin, polisitemia dan hiperviskositas, asfiksia perinatal, RDS, morbiditas
bayi meningkat karena cedera jalan lahir sebagai konsekuensi makrosomia janin
dengan disproporsi antara ukuran bayi dan panggul ibu, serta bayi dapat mewarisi
faktor predisposisi untuk terjadinya diabetes (Cunningham, 2006). Serta pada ibu
dapat meningkatkan morbiditas akibat persalinan lama, distosia bahu dan
persalinan operatif.

1.2 Tujuan
1.2.1

Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil

dengan diabetes melitus gestasional dengan menerapkan pola pikir manajemen


kebidanan menurut varney dan pendokumentasian menggunakan SOAP.
1.2.2

Tujuan khusus

1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data obyektif


pada ibu hamil dengan diabetes melitus gestasional.
2. Mahasiswa mampu mengintepretasi data pada ibu hamil dengan diabetes
melitus gestasional.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial serta
tindakan antisipasi.
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera, kolaborasi
dan rujukan.
5. Mahasiswa mampu mengembangkan rencana tindakan asuhan kebidanan
secara menyeluruh pada ibu hamil dengan diabetes melitus gestasional..
6. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan yang
menyeluruh sesuai kebutuhan ibu hamil dengan diabetes melitus gestasional.
7. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi terhadap asuhan yang diberikan pada ibu
hamil dengan diabetes melitus gestasional.
8. Mahasiswa dapat mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
dokumentasi SOAP.

1.3 Pelaksanaan
Praktik klinik kebidanan profesi dilaksanakan di Poli Hamil I RSUD Dr.
Soetomo Surabaya Maret 2015.
1.4 Sistematika Penulisan
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
Latar Belakang
Tujuan
Pelaksanaan
Sistematika Penulisan
BAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 3 Tinjauan Kasus
BAB 4 Pembahasan
BAB 5 Penutup
Daftar Pustaka

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah bertemunya sperma dengan sel ovum yang akan
berkembang menjadi janin. Syarat terjadinya kehamilan adalah bertemunya

hasil fertilisasi di lapisan endometrium, adanya plasentasi atau pembentukan


plasenta. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)
dihitung dari hari pertama haid terakhir dengan perhitungan sebagai berikut :
1. Abortus : kehamilan berakhir sampai dengan usia kehamilan 16 atau 20
minggu, keadaan ini biasanya disebut dengan keguguran.
2. Immatur : kehamilan berakhir pada usia kehamilan 21 sampai dengan 28
minggu.
3. Prematuritas : kehamilan berakhir pada usia kehamilan antara 29 sampai
36 minggu.
4. Aterm : kehamilan berakhir pada usia kehamilan 37 sampai dengan 40
minggu, keadaan ini biasanya disebut kehamilan cukup bulan.
5. Postmatur/serotinus : kehamilan berakhir pada usia kehamilan lebih dari
40 minggu, keadaan ini biasanya disebut dengan kehamilan lewat waktu.
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan :
1. Triwulan pertama : 0 hingga usia kehamilan 12 minggu
2. Triwulan kedua : 13 hingga usia kehamilan 28 minggu
3. Triwulan ketiga : 29 hingga usia kehamilan 40 minggu (Wiknjosastro
2005)
2.1.1

Fisiologi Kehamilan
Proses kehamilan secara garis besar meliputi beberapa tahapan sebagai

berikut :
Untuk terjadi kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. (Sarwono Prawirohardjo, 2008:
139).
Fertilisasi adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang
biasanya berlangsung di ampula tuba. Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa
ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetic.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan
zigot. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya
berjalan dengan lancer dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama
besarnya. Hasil konsepsi pada hari ketiga ini disebut morula. Hasil konsepsi

disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba
yang sempit) dan terus disalurkan hingga kearah cavum uteri oleh arus serta
getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Pada hari keempat
hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut blastokista. Blastokista
dengan bagian yang mengandung massa inner cell aktif mudah masuk ke dalam
lapisan desidua dan mebuat luka kemudian menutup kembali.
Nidasi : nidasi atau implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah dibuahi ke
dalam dinding uterus pada awal kehamilan. Saat nidasi terkadang terjadi sedikit
perdarahan akibat luka desidua (tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi pada
dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri. (Hani dkk 2010)
Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium
terjadi perdarahan pada luka desidua (tanda Hartman). Setelah nidasi berhasil,
selanjutnya hasil konsepsi akan bertumbuh dan berkembang di dalam
endometrium.
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah
nidasi embrio ke dalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia plasentasi
berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. (Sarwono Prawirohardjo,
2008: 139-145).
2.1.2

Perubahan Fisiologis Kehamilan


Akibat meningkatnya hormon estrogen dan progesteron selama kehamilan,

menyebabkan terjadinya perubahan pada beberapa sistem tubuh yaitu :


a. Sistem Reproduksi
- Uterus
Pada minggu-minggu pertama kehamilan, meningkatnya ukuran
uterus terutama terbatas pada ukuran diameter anteroposterior, tetapi
pada usia gestasi selanjutnya korpus uteri hampir membulat. Uterus
yang semula beratnya 30 gram pada akhir kehamilan berat uterus
menjadi 1000 gram. Pembesaran uterus pada bulan-bulan pertama
dipengaruhi oleh peningkatan hormon estrogen dan progresteron.
Pada sekitar minggu ke-6 sampai minggu ke-8 tanda Hegar mulai
nampak.
- Vagina dan Perineum

Selama masa kehamilan, peningkatan vaskularisasi dan hiperemia


timbul di kulit dan otot-otot perineum dan vulva. Peningkatan
vaskularisasi terutama terjadi di vagina. Secret yang banyak sekali
dan vagina yang berwarna ungu yang khas (tanda Chadwik)
terutama disebabkan oleh hiperemia. Dinding vagina mengalami
perubahan yang mencolok yang tampaknya mempersiapkan diri
terhadap distensi yang terjadi saat persalinan.
Peningkatan sekresi vagina dan serviks yang sangat banyak selam
kehamilan berbentuk sekret putih yang agak kental. pH-nya asam,
bervariasi dari 3,5 sampai 6 yang merupakan akibat dari produksi
asam laktat dari glikogen di epitel vagina oleh kerja Lactobacillus
acidophilus.
- Serviks
Pada minggu ke-6 sampai ke-8 serviks biasanya sudah cukup lunak.
Pada primigravida, konsistensi jaringan os ekternus lebih mirip
mulut bibir daripada tulang rawan hidung, yang khas untuk wanita
tidak hamil. Seiring dengan perkembangan kehamilan, kanalis
servikalis dapat menjadi sedemikian lebarnya sehingga dapat
dimasukkan jari.
- Ovarium
Ovulasi berhenti selama kehamilan, dan pematangan folikel baru
ditangguhkan. Biasanya, hanya satu luteus gravidarum yang dapat
ditemukan pada wanita hamil. Korpus luteum gravidarum ini
cenderung berfungsi secara maksimal pada 6 sampai 7 minggu
pertama kehamilan (4 sampai 5 minggu pasca ovulasi), dan setelah
itu hanya berpengaruh relatif kecil pada produksi progesteron.
- Payudara
Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita hamil sering
mengalami rasa nyeri dan gatal pada payudara. Setelah bulan kedua,
payudara bertambah besar dan vena-vena halus menjadi kelihatan
tepat di bawah kulit. Puting susu menjadi bertambah lebih besar,
berpigmen lebih gelap, dan lebih erektil. Setelah beberapa bulan

kemudia kolostrum sering dapat ditekan keluar dari puting susu.


Pada saat itu, areola menjadi lebih lebar dan berpigmen lebih gelap.
Sejumlah tonjolan-tonjolan kecil tersebar di seluruh areola
merupakan

kelenjar

sebasea

yang

mengalami

hipertrofi.

Perkembangan payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen,


progresteron dan somatommotropin.
b. Sistem Kardiovaskuler
Volume darah meningkat secara nyata selama kehamilan. Dalam
penelitian pada wanita normal, volume darah saat aterm dan mendekati
aterm rata-rata mendekati 40% sampai 45% di atas volume tidak hamil.
Volume darah ibu meningkat pada trimester pertama, bertambah paling
epat pada trimester kedua, dan kemudian naik secara pelan pada
trimester ketiga untuk mencapai kondisi plateau pada beberapa minggu
terakhir kehamilan.
Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma
dan eritrosit. Walaupun biasanya lebih banyak plasma daripada eritrosit
yang ditambahkan ke sirkulasai darah ibu, peningkatan volume eritrosit
tidak begitu banyak sekitar 450 ml atau bertambah sekitar 33%.
Terjadi hiperplasia eritrosit sedang dalam sumsum tulang, dan
hitung retikulosit sedikit meningkat pada kehamilan normal. Hal ini
hampir pasti disebabkan oleh meningkatnya kadar eritropoetin plasma
ibu. Kadar ini meningkat setelah usia gestasi 20 minggu, sesuai dengan
saat produksi eritrosit paling tinggi.
c. Sistem Respirasi
Diafragma naik 4cm selam kehamilan. Lingkar toraks bertambah
sekitar 6 cm, tetapi tidak mencukupi untuk mencegah turunnya volume
residualudara di paru ynag diciptakan oleh naiknya diafragma. Frekuensi
pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan.
Tetapi, volume tidal meningkat cukup besar seiring dengan kemajuan
masa kehamilan.kapasitas pernafasan maksimum dan kapasitas vital
paksa tidak berubah terlalu besar. Kapasitas residu fungsional dan
volume residual berkurang sebagai konsekuensi naiknya diafragma.

Untuk memenuhi kebutuhan O2 yang meningkat, kira-kira 2% wanita


hamil bernafas lebih dalam dan cepat.
d. Sistem Digestivus
- Hipersalivasi
Pengaruh

estrogen

selama

kehamilan

yang

meningkatkan

pengeluaran asam lambung menyebabkan hipersalivasi.


- Morning sickness, mual dengan atau tanpa muntah
Kehamilan sering ditandai oleh gangguan pencernaan, yang terutama
bermanifestasi sebagai mual atau muntah yang biasanya disebut
dengan morning sickness. Gejala yang mengganggu ini biasnya
muncul pada kehamilan 6 minggu sampai 12 minggu. Penyebab
kelainan ini tidak diketahui tetapi tampaknya berkaitan dengan
kenaikan hormone hCG.
- Obstipasi
Pengaruh progesteron meneyebabkan motilitas usus melemah
sehigga dapat menyebabkan obstipasi.
- Pirosis (nyeri ulu hati)
Sering terjadi pada kehamilan dan kemungkinan besar disebabkan
oleh refluks sekret-sekret esophagus ke bagian bawah.
- Epulis gravidarum
Gusi menjadi hiperemis dan melunak pada kehamilan serta dapat
berdarah bahkan pada cidera ringan. Pembengkakan vocal gusi yang
sangat vaskuler kadang kala timbul tetapi biasanya mengalami
regresi spontan setelah melahirkan.
- Hemoroid
Cukup sering terjadi pada kehamilan. Kelainan ini sebagian besar
disebabkan oleh konstipasai dan tekanan pada vena-vena di bawah
uterus yang membesar.
e. Sistem Urinaria
Selama trimester pertama uterus yang membesar menekan kandung
kemih, dapat meningkatkan frekuensi berkemih. Seiring dengan
kemajuan kehamilan, frekuensi berkemih berkurang dengan naiknya

uterus dalam abdomen. Namun, gejala sering berkemih muncul kembali


menjelang akhir kehamilan saat kepal janin turun ke dalam panggul ibu,
member dampak pada kapasitas kandung kemih.
f. Metabolik
Kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk perkembangan janin dan
persiapan laktasi. Pertambahan berat badan selama kehamilan sebagian
besar disebakan oleh uterus dan isinya, payudara, dan peningkatan
volume darah serta cairan ekstraseluler ekstravaskuler.
-

Metabolisme basal naik 15-20 %

Keseimbangan asam basa menurun akibat hemodilusi darah dan


kebutuhan mineral untuk janin.

Peningkatan kebutuhan nutrisi ibu hamil yaitu :

Protein :

perkembangan

gr/kgBB/hari

untuk

pertumbuhan

dan

janin, perkembangan organ kehamilan dan

persiapan laktasi.

Kalori : didapat karbohidra, lemak dan protein.

Mineral yaitu :
Kalsium : 1,2 gram setiap hari (30-40 gram untuk
pembentukan tulang)
Fosfor

: 2 gr sehari

Zat besi : 800 mg atau 30-50 mg sehari.


Air lebih banyak
Penambahan berat badan ibu hamil antara 6,5-16,5 kg selam
hamil atau + kg / minggu.
g. Sistem Integumen
-

Dinding abdomen
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan, umumnya muncul garis-garis
kemerahan yang sedikit mencekung pada kulit abdomen dan kadang
kala pada kulit payudara dan paha pada separuh dari wanita hamil.

Pigmentasi
Pada banyak wanita, garis tengah abdomen menjadi sangat
terpigmentasi, berwarna hitam kecoklatan membentuk linea nigra.

Kadang kala, bercak-bercak kecoklatan irregular dengan berbagai


ukuran terlihat di sekitar wajah dan leher, sehingga membentuk
kloasma atau melasma gravidarum. Akibat peregangan kulit akan
terjadi striae gravidarum, linea alba menjadi linea albican, kelenjar
sebasea dan keringat menjadi lebih aktif.
h. Sistem Muskulaskeletal
Lordosis progresif merupakan gambaran yang karakteristik pada
kehamilan normal. Untuk mengkompensasi posisi anterior uterus yang
membesar, lordosis menggeser pusat gravitasi ke belakang pada tungkai
bawah.

Terdapat

peningkatan

mobilitas

sendi

sakroiliaka,

sakrokoksigeal, dan sendi pubis selam kehamilan, kemungkinan akibat


perubahan hormonal. Mobilitas tersebut menyebabkan perubahan postur
ibu, dan selanjutnya menyebabkan rasa tidak nyaman di puggung bagian
bawah, kram otot, tungkai dan kaki.
i. Sistem Endokrin
Peningkatan hormon estrogen progresteron, sebagai berikut :
1. Ovarium dan Plasenta. Ovarium sumber estrogen dan progresteron
pada wanita tidak hamil. Saat konsepsi korpus luteum tempat ovum
berasal mulai menghasilkan estrogen dan progresteron. Setelah
plasenta terbentuk, fungsi itu diambil alih plasenta. Selain penghasil
E dan P juga membentuk steroid dan 3 hormon lain yaitu:
- HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
- HPL (Human Plasental Lactogen)
- HCT (Human charionic Tyrotropin)
2. Kelenjar Tyroid. BMR (Basal Metabolisme Rate) meningkat 20%
dan kelenjar tyroid membesar tapi jumlah hormon tiroksin tetap.
3. Kelenjar Paratiroid. Ukurannya meningkat selama hamil pada
minggu ke 15-30. ketika kebutuhan kalsium janin lebih besar.
Hormon ini penting untuk kalsium dalam darah. Bila tidak ada akan
mengganggu metabolisme tulang dan otot.
4. Kelenjar Pituitari. Lobus anterior kelenjar pituitasi mengalami
sedikit pembesaran dan terus menghasilkan hormon tropik FHS.

Hormon

pertumbuhan

berkurang

dan

hormon

melanotropik

meningkat yang berakibat meningkatnya pigmentasi puting susu,


wajah, abdomen. Prolaktin hormon meningkat dan berlanjut setelah
persalinan dan menyusui.
5. Pankreas.

Meningkatnya

hormon

insulin

yang

dihasilkan

sekelompok sel-sel kecil (pulau Langerhans) di pankreas.


6. Kelenjar Adrenal. Ukurannya meningkat selama kehamilan, terutama
bagian kortikol yang menghasilkan kostin yang mengatur jumlah ion
natium dan kalium dalam darah.
2.2 Konsep Dasar Diabetes Melitus Gestasional
2.2.1

Pengertian
Diabetes Melitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai intoleransi

karbohidrat dengan keparahan bervariasi dan awitan atau pertama kali diketahui
pada saat hamil. Definisi tersebut tanpa memandang apakah digunakan terapi
insulin atau tidak (Cunningham, 2006).
Diabetes Mellitus Gestasional adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau
baru ditemukan pada waktu hamil (Wawang Setiawan Sukarya, 2008).
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh ibu,
yaitu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
2.2.2

Klasifikasi
1. Klas I

: Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada

waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.


2. Klas II

: Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak

sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.


3. Klas III

Pregestasional

diabetes

yang

disertai

dengan

komplikasi penyakit pembuluh darah seperti retinopati, nefropati,


penyakit pembuluh darah panggul dan pembuluh darah perifer
(Bobak, 2005).
2.2.3

Etiologi

1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan
sel beta melepas insulin
2. Faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat
menimbulkan infeksi, diet dengan pemasukan karbohidrat dan gula yang
diproses secara berlebihan, obesitas dan kehamilan.
3. Gangguan
imunitas.
Sistem
ini dapat dilakukan
autoimunitas
Dalam
kehamilansistem
terjadi
perubahan
metabolisme
endokrin oleh
dan karbohidrat

yang

disertai pembentukan antibody antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan


selsecara
penyekresi
kemudian
kepekaan
sel tidak
beta oleh
virus.
Glukosa berdifusi
tetapinsulin,
melalui
plasentapeningkatan
ke janin, tapi
insulin ibu
dapat
mencapai janin
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada

rpsi makanan jadi lambat hiperglikemi kebutuhan insulin meningkat. Menjelang aterm hingga mencapai 3 kali dari nor

membrane sel yang responsif terhadap insulin (Sofian, 2011).

2.2.4

Faktor risiko

1. Riwayat obstetrik
Ibu tak mampu meningkatkan
produksi insulin hipoinsulin berkepanjangan hiperglikemia (diabetes kehamilan)
Dugaan penyakit meningkat pada ibu dengan :
a. Beberapa kali keguguran
Bayi makrosomik sebelumnya
b. Riwayat pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas
Kematian perinatal sebelumnya
Riwayat diabetes keluarga
c. Riwayat pernah melahirkan bayi dengan cacat bawaan
Umur lebih dari 30 tahun
Multiparitas
d. Pernah melahirkan bayi > 4000 gram
Obesitas
e. Pernah preeclampsia
Sering mengalami lahir mati
Sering mengalami keguguran
f. Polihidramnion
2. Riwayat ibu

Trias diabetes : poli dipsi (banyak minum), poli uri (sering BAK), poli fagi (banyak makan)

a. Umur ibu hamil > 30 tahun


b. Obesitas

ula darah sewaktu atau puasa. > 11,0 mmol/l untuk kadar gula darah sewaktu dan > 8 mmol/l untuk kadar gula darah

c. Riwayat DM dalam keluarga

Pernah
gu dengan menggunakand.OGTT
50DMG
g danpada
100 kehamilan
g

sebelumnya

e. Infeksi saluran kemih berulang-ulang selama hamil (Sofian, 2011).


Diabetes
tergantung insulin
2.2.5 tak
Patofisiologi

Diabetes Mellitus

Diabetes tergantung insulin

persalinan : inersia
uteri, atonia
uteri,persalinan
distosia bahu,
lahir
mati,
partus
denganmakin
tindakan,
rentan
terhadap infeksi
hhadap
jelas menimbulkan
kehamilan,
dan
nifas.
Penyakit
diabetes
berat,
saat persalinan
dapat
terhadap
kehamilan gejala
: IUGR,pada
abortus,
prematuritas,
Pengaruh
IUFD,
Pengaruh
diabetes
makrosomik,
penyakit
terhadap
hidramnion,
terhadap
nifas
: infeksi
bayi
pre: eklamsi
cacat
nifas,
bawaan,
kesembuhan
eklamsi.
kelainan
lukasaraf
terlam
da

Gambar 2.1. Penyakit Diabetes Mellitus Dalam Kehamilan


Sumber : Manuaba, IBG, 2010
Selama hamil terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat.
Diabetes terjadi karena produksi insulin tidak ada atau tidak cukup. Insulin adalah
hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans di dalam pankreas.
Fungsi insulin adalah mengangkut glukosa yang masuk, yang kemudian diubah
menjadi energi. Pada diabetes, tidak terjadi kekurangan glukosa di dalam darah,
melainkan glukosa tak dapat diangkut ke dalam sel tanpa persediaan insulin yang

cukup. Keadaan ini pada akhirnya mengakibatkan hiperglikemia. Diabetes


gestasional sama dengan diabetes tipe II, dalam hal persediaan insulin. Akan
tetapi, perubahan hormon selama kehamilan akan mengubah kemampuan toleransi
tubuh terhadap insulin.
Seiring perkembangan plasenta, produksi hormon kehamilan akan
meningkat, terutama HPL (Hormon Placenta Lactogen) yang akan meningkatkan
resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul kondisi diabetes. Pada
kebanyakkan wanita, pankreas mampu memenuhi peningkatan kebutuhan insulin
ini. Tetapi, ketika pankreas tidak lagi sanggup memproduksi insulin, terjadilah
hiperglikemia. Efek HPL terjadi pada usia kehamilan sekitar 24-28 minggu.
Adanya hipoinsulin pada ibu menyebabkan hiperglikemia. Dugaan
penyakit meningkat pada ibu dengan riwayat bayi makrosomia sebelumnya,
kematian perinatal sebelumnya, riwayat diabetes keluarga, umur lebih dari 30
tahun, multiparitas, obes, sering mengalami lahir mati atau sering keguguran.
Trias diabetes antara lain poliuri, polidipsi, dan polifagi.
Hiperglikemia menimbulkan banyak efek merugikan pada kehamilan.
Untuk diabetes tipe I dan II, dengan kontrol glikemia yang jarang, peningkatan
kadar keton dan glukosa terbukti bersifat teratogenik sehingga mengakibatkan
anomaly kongenital, seperti defek jantung, defek sistem syaraf pusat, sindrom
penurunan kaudal. Kemungkinan abortus spontan dan lahir mati juga meningkat.
Kematian pembuluh darah pada diabetes tipe I menyebabkan penurunan aliran
darah ke uterus dan plasenta sehingga meningkatkan insufisiensi uteroplasenta,
yang mengakibatkan IUGR dan efek lain.
Glukosa darah ibu yang meningkat akan disalurkan ke janin melalui
plasenta, janin memang tidak menderita diabetes, tetapi harus meningkatkan
produksi insulin dan glukosa, terjadilah pertumbuhan fisik yang dramatis, yang
menghasilkan

bayi

besar

(makrosomia).

Makrosomia

disebabkan

oleh

hyperplasia, peningkatan jumlah sel, hipertrofi, dan pembesaran sel pada bayi.
Kondisi ini menyebabkan perubahan yang berlangsung seumur hidup bagi janin
dan terbukti meningkatkan kemungkinan obesitas pada masa kanak-kanak dan
dewasa sekaligus meningkatkan risiko diabetes di kemudian hari. Makrosomia

dianggap sebagai komplikasi pada periode intrapartum, menempatan janin dan ibu
pada risiko persalinan lama, distosia bahu, dan pelahiran operatif (Bobak, 2005).
2.2.6

Manifestasi klinis
Manifestasi klinis diabetes dikaitkan dengan konsekuensi metabolik

defisiensi insulin. Pasien dengan defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan


kadar glukosa plasma puasa normal, atau toleransi glukosa

setelah makan

karbohidrat. Ketoasidosis diabetic/hiperglikemia dapat terjadi sebagai manifestasi


pertama diabetes atau bisa juga terjadi pada pasien yang sudah diketahui
menderita diabetes.
Jika hiperglikemianya berat dan melebihi ambang ginjal maka timbul
glikosuria. Glikosuria

akan meningkatkan dieresis

osmotic yang

akan

meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia).


Karena glukosa hilang bersama urine, maka pasien mengalami keseimbangan
kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang besar (polifagia)
mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan
mengantuk (Price & Wilson, 2006). Gejala lain diantaranya sesak nafas, nyeri
abdomen, bingung bahkan koma.
Sedangkan hipoglikemia umumnya terjadi pada pengidap diabetes akibat
pemberian insulin atau obat hipoglikemik atau dalam keadaan kekurangan asupan
kalori. Gejala hipoglikemi adalah rasa lapar, gelisah, ingin pingsan, takikardi,
berkeringat dan berbagai gejala neurologis mulai dari nyeri kepala, deficit
neurologis sampai koma. Pengenalan hipoglikemia dengan segera sangat penting
agar pengobatan bisa segera diberikan dan menghindarkan kerusakan neurologis
yang ireversibel (Gleadle, 2005).
Gejala klasik pada diabetes yang tidak terkontrol seperti poliuria,
polidipsia, nokturia dan hilangan berat badan biasanya timbul pada trimester
pertama. Sedangkan pada DM tipe-2 seringnya tidak menimbulkan gejala
(asimtomatik).
2.2.7

Deteksi dini
Deteksi dini/skrining awal DMG adalah dengan melakukan pemeriksaan

50 gram beban glukosa pada kehamilan 24-28 minggu. Untuk tes ini pasien tidak
perlu puasa. Kadar glukosa normal harus kurang dari 130 mg/dl atau kurang dari

140 mg/dl (RSUD Dr Soetomo menggunakan patokan kurang dari 135 mg/dl).
Hasil tes satu jam yang abnormal dilanjutkan dengan pemeriksaan beban glukosa
100 gram. Selama 3 hari pasien dianjurkan diet yang tidak ketat, kemudian
dilakukan pemeriksaan glukosa darah puasa (OGTT= three hours Oral Glucose
Tolerance Test) yang diambil dari pembuluh darah vena (Sarwono, 2008).
Menurut Fourth International Workshop-Conference on Gestasional
Diabetes dalam Cunningham, 2006, strategi penapisan diabetes tidak perlu secara
rutin pada wanita hamil risiko rendah, yaitu wanita yang memenuhi semua
karakteristik berikut :
1. Berasal dari kelompok etnik yang prevalensi DMGnya rendah
2. Tidak ada anggota keluarga yang mengidap diabetes
3. Usia kurang dari 25 tahun
4. Berat badan sebelum hamil normal
5. Tidak ada riwayat kelainan metabolisme glukosa
6. Tidak memiliki riwayat obstetric yang buruk
Sedangkan pada wanita hamil yang memiliki risiko sedang, perlu
dilakukan pemeriksaan glukosa darah pada minggu 24-28 kehamilan, terutama
pada wanita dengan ras Hispanik, Afrika, Amerika, Asia Timur, dan Asia Selatan.
Sedangkan untuk ibu hamil risiko tinggi, perlu dilakukan pemeriksaan
glukosa darah sesegera mungkin, yaitu wanita dengan obesitas, riwayat keluarga
dengan diabetes, mengalami glukosuria (air seni mengandung glukosa).
Dilakukan tes gula darah secepatnya. Bila diabetes gestasional tidak terdiagnosis
maka pemeriksaan gula darah diulang pada minggu 2428 kehamilan atau
kapanpun ketika pasien mendapat gejala yang menandakan keadaan hiperglikemia
(Price &Wilson, 2006).
2.2.8

Penegakan diagnosa

Diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesa dan pemeriksaan.


1. Anamnesa
a. Keluhan sekarang
Poliuri, polidipsi, polifagi, dan pernah berobat sakit gula pada dokter.
b. Riwayat ibu

Umur ibu > 30 tahun, pernah DMG pada kehamilan sebelumnya, infeksi
saluran kemih berulang, riwayat keluarga diabetes, ada obesitas.
c. Riwayat kebidanan
Multiparitas, beberapa kali abortus, pernah partus prematurus, riwayat
pernah melahirkan anak mati tanpa sebab yang jelas, riwayat pernah
melahirkan bayi dengan cacat bawaan, pernah melahirkan bayi >4000 gram,
pernah preeclampsia dan polihidramnion, anomalies congenital, pruritus
menetap, abortus berulang.
d. Riwayat keluarga
Ada riwayat DM pada keluarga (Sofian, 2011).
2. Pemeriksaan penunjang
Glukosa difilrasi oleh glomerolus ginjal dan hampir semuanya
direabsorpsi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa plasma tidak melebihi 160180 mg/dl. Jika konsentrasi serum naik melebihi kadar tersebut, glukosa tersebut
akan keluar bersama urine (glikosuria). Metode yang lebih sensitif untuk dapat
mengetahui adanya kelainan dalam metabolisme glukosa adalah dengan
pengukuran kadar glukosa plasma setelah pemberian beban glukosa.
Belum ada kesepakatan internasional tentang uji toleransi glukosa yang
optimal untuk menegakan diagnosis pasti DMG. Diagnosis DMG umumnya
dibuat berdasarkan salah satu set kriteria American College of Obstetricians and
Gynecologist, apabila dua nilai terpenuhi atau terlapaui (Price & Wilson, 2006).
Kriteria American College of Obstetricians and Gynecologist tahun 1994
untuk diagnosis DMG dengan menggunakan 100 gram glukosa per oral.
Waktu
Pengukura
n
Puasa
1 jam
2 jam
2 jam

Glukosa Plasma (mg/dl)*


National Diabetes data Group (1979)
105
190
165
145

Carpenter & Counstan (1982)


95
180
155
140

*DMG didiagnosis apabila nilai dari 2 pemeriksaan terpenuhi/terlampaui


(Wawang Setiawan Sukarya, 2008)
2.2.9

Pengaruh kehamilan terhadap diabetes


Efek diabetogenik dari kehamilan terungkap oleh kenyataan bahwa

sebagian wanita tanpa bukti adanya penyakit diabetes pada saat tidak hamil,

kemudian pada waktu hamil dapat menunjukkan toleransi glukosa yang jelas
abnormal dan kadang-kadang pula penyakit diabetes yang secara klinis terlihat
nyata. Sebagaian besar perubahan ini bersifat reversible. Setelah melahirkan,
gejala yang membuktikan apakah induksi ataukah pertambahan intensitas
penyakit diabetes biasanya menghilang dengan cepat, dan kemampuan ibu untuk
memetabolisir karbohidrat akan kembali kepada status sebelum hamil. Perubahan
fisiologis kehamilan mengganggu kerja insulin. Antagonisme insulin selama
kehamilan mungkin merupakan akibat dari kerja laktogen plasenta yang
disekresikan dalam jumlah besar, dan untuk sebagian kecil akibat dari kerja
hormon estrogen serta progesterone. Demikian pula, insulinase plasenta dapat
turut menimbulkan diabetogenisitas yang ditimbulkan oleh kehamilan dengan
dipercepatnya penguraian insulin.
Selama

kehamilan,

pengendalian

diabetes

biasanya

lebih

sukar

dilaksanakan karena sejumlah komplikasi yang timbul. Nausea dan vomitus, yang
mengurangi masukan makanan untuk mengimbangi kerja insulin yang diberikan
dari luar, dapat menimbulkan disatu pihak syok insulin sementara di lain pihak,
resistensi terhadap insulin jika keadaan starvasi yang terjadi cukup berat sehingga
timbul ketosis. Wanita yang hamil, kendati tanpa adanya diabetes, lebih cenderung
untuk mengalami asidosis metabolic daripada wanita yang tidak hamil.
Diperkirakan laktogen plasenta menjadi penyebab kecenderungan ini dengan
kerjanya yang menghemat karbohidrat dan bersifat liposis. Pada diabetes,
kecenderungan terjadi asidosis metabolic yang berat mengalami peningkatan yang
nyata. Infeksi selama kehamilan sering menimbullkan resistensi terhadap insulin
serta ketoasidosis, kecuali bila infeksi tersebut segera dikenali, dan baik infeksi
maupun penyakit diabetesnya sendiri segera diobati. Kerja otot yang keras dengan
sedikit atau tanpa konsumsi karbohidrat dapat mengakibatkan hipoglikemia yang
merepotkan kecuali bila jumlah insulin yang diberikan dikurangi atau pasien
mendapatkan infus glukosa.
Setelah melahirkan, kebutuhan insulin dari luar sering menurun dengan
sangat cepat dan hingga taraf yang cukup tinggi. Namun demikian, infeksi nifas
dapat menimbulkan respon ini atau bahkan menaikkan kebutuhan akan insulin.
Barangkali penurunan yang sangat cepat pada kebutuhan akan insulin yang

biasanya tanpa komplikasi lain terjadi akibat hilangnya faktor kehamilan yang
cepat seperti disebutkan diatas setelah melahirkan plasenta selama beberapa hari.
Janin akan memulihkan diabetes maternal dengan menghasilkan insulin
yang diperkirakan dibawa dalam jumlah yang berarti melewati plasenta kedalam
tubuh ibu. Namun demikian, tidak terbukti bahwa pankreas janin mampu
menghasilkan insulin bagi ibu (Jane Coad, 2007).
2.2.10 Pengaruh diabetes terhadap kehamilan
Penyakit diabetes dapat menimbulkan efek yang merugikan kehamilan
melalui sejumlah cara. Efek maternal yang merugikan mencakup hal berikut ini:
1. Kecenderungan terjadi preeklampsi-eklampsi meningkat sekitar empat kali
lipat, dan peningkatan insiden ditemukan sekalipun tanpa terlihat penyakit
vaskuler atau renal sebelumnya.
2. Beberapa infeksi sering terjadi dan mungkin keadaannya lebih parah pada
wanita yang menderita diabetes.
3. Janin dapat berukuran lebih besar dan ukurannya ini bisa mempersulit
persalinan dengan terjadinya cedera pada jalan lahir.
4. Karena ancaman bahaya perinatal yang meningkat cukup besar, disamping
kemungkinan terdapatnya distosia, angka persalinan dengan seksio sesarea
mengalami peningkatan dan risiko maternal yang ditimbulkan oleh
pembedahan juga meningkat.
5. Hidramnion sering terjadi, dan kadang cairan amnion dengan jumlah yang
banyak dan ditambah lagi dengan makrosomia janin, dapat menyebabkan
gejala kardiorespiratorius pada ibu.
6. Perdarahan postpartum lebih sering dijumpai dibandingkan dalam populasi
obstetric yang umum (Jane Coad, 2007).
Penyakit diabetes maternal memberikan pengaruh yang merugikan janin
dan bayi baru lahir melalui beberapa cara:
1. Tanpa adanya penanganan diabetes dan maternal yang baik, angka kematian
perinatal akan meningkat secara bermakna bila dibandingkan pada populasi
umum.
2. Anomali meningkat tiga kali lipat pada janin dari wanita yang menderita
diabetes nyata.

3. Morbiditas sering terjadi pada bayi baru lahir. Pada sebagian kasus, morbiditas
bersifat langsung dan terjadi akibat cedera lahir sebagai konsekuensi dari
makrosomia janin dengan disproporsi antara ukuran bayi dan panggul ibu.
Pada kasus-kasus lainnya, keadaan ini bersifat tidak langsung dan berbentuk
gangguan respirasi yang berat serta penyimpangan metabolisme yang
mencakup keadaan hipoglikemia dan hipokalsemia.
4. Bayi dapat mewarisi paling tidak predisposisi untuk terjadinya penyakit
diabetes.
(Cunningham, Gant, Leveno, Gilstrap, Hauth, Catharine, 2006)
2.2.11 Komplikasi
a. Komplikasi pada ibu
Komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu DMG yaitu akan meningkatkan
risiko abortus spontan, preeclampsia, polihidramnion, nefropati diabetic,
retinopati diabetic, neuropati diabetic, ketoasidosis, infeksi, seksio sesarea,
persalinan dengan tindakan dan terjadinya DM tipe-2 dikemudian hari.
b. Komplikasi pada janin
1. Makrosomia
Makrosomia pada bayi dari ibu diabetes berbeda dengan bayi besar
untuk usia kehamilan lainnya. Secara spesifik, mereka yang ibunya
menderita diabetes mengalami pengendapan lemak yang berlebihan di
bagian bahu dan badan. Makrosomia disebabkan oleh hiperinsulinemia
pada janin yang mengakibatkan penimbunan lemak subkutan janin akibat
hiperplasi dan hipertrofi jaringan

adiposa. Disamping itu juga terjadi

kelebihan jaringan non lemak seperti pada hati, jantung dan otot.
Makrosomia mempertinggi terjadi trauma lahir, sindrom aspirasi
mekonium dan hipertensi pulmonal persisten. Trauma lahir biasanya
terjadi akibat distosia bahu, sehingga dapat menyebabkan fraktur humerus,
klavikula, palsi Erb, syaraf frenikus bahkan kematian.
2. Pertumbuhan janin terhambat
Hal ini terjadi karena adanya kelainan vascular ibu DMG atau dapat
juga karena perubahan metabolic ibu selama masa awal kehamilan.
3. Cacat bawaan

Cacat bawaan terjadi paling banyak pada kehamilan dengan diabetes


yang tidak terpantau sebelum hamil dan pada trimester pertama. Lima
puluh persen kematian perinatal disebabkan kelainan jantung (TAB, VSD,
ASD), kelainan ginjal (agenesis ginjal), kelainan saluran cerna (situs
inversus, sindrom kolon kiri kecil), kelainan neurologi clan skelet.
Kekerapan cacat bawaan berat berkisar 3-4%, sedang cacat bawaan ringan
lebih besar, mencapai sekitar 20%. Dengan penatalaksanaan DMG yang
baik sekali pun, ternyata malformasi congenital dan makrosomia
merupakan penyulit kesakitan yang paling banyak.
4. Hipoglikemia
Hiperinsulinemia janin yang disebabkan oleh hiperglikemia ibu
dapat memicu hipoglikemia janin dalam beberapa detik setelah persalinan.
Menurut American Diabetes Assciation (1995), kadar kurang dari 35mg/dl
pada bayi aterm dapat dikatakan sebagai hipoglikemia. Magee dkk (1993)
melaporkan bahwa 4% bayi dari ibu DMG mendapat terapi intravena
untuk hipoglikemia.
5. Hipokalsemia dan hipomagnesemia
Bayi dikatakan hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya < 7 mg/dl
(kalsium ion <3 mg/dl). Kadar kalsium terendah terjadi pada 24-72 jam
setelah lahir. Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat
terkendalinya kadar glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia
bila kadar magnesium < 1,5 mg/dl. Biasanya hipomagnesemia terjadi
bersamaan dengan hipokalsemia.
6. Hiperbilirubinemia
Meningkatnya kadar bilirubin indirek terjadi akibat pengrusakan
eritrosit yang berlebihan. Kerusakan eritrosit ini mungkin karena
perubahan yang terjadi pada membran eritrosit.
7. Polistemia dan hiperviskositas
Penyebabnya masih kurang jelas, mungkin karena meningkatnya
kadar eritropoetin darah atau meningkatnya produksi sel darah merah
akibat hipoksia intrauterin kronik pada ibu dengan kelainan vaskuler.
8. Asfiksia perinatal

Asfiksia perinatal kemungkinan disebabkan oleh makrosomia,


prematuritas, penyakit vaskuler ibu yang menyebabkan hipoksia
intrauterin atau pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea.
9. Sindrom Gawat Nafas Neonatal (SGN/RDS)
Kejadian sindrom gawat napas neonatal berkorelasi dengan tingkat
pengendalian kadar glukosa ibu DMG. Angka kejadian sindrom gawat
napas jelas sekali menurun pada ibu DMG dengan kadar glukosa darah
yang terkendali baik. Sebagian lagi gawat napas ini disebabkan karena
prematuritas, dengan produksi surfaktan paru belum cukup atau bayi
dilahirkan

dengan

seksio

secarea.

Hiperinsulinemia

janin

dapat

menghambat pematangan paru karena kerja insulin yang belawanan


dengan kortisol.
(Cunningham, Gant, Leveno, Gilstrap, Hauth, Catharine, 2006)
2.2.12 Penanganan
Tujuan penangan adalah mencapai dan mempertahankan normaglikemia
sejak hamil hingga persalinan yaitu kadar glukosa darah puasa kurang dari 95
mg/dl dan 2 jam sesudah makan < 155 mg/dl, menghindari keadaan ketosis (asam
dalam darah terlalu tinggi), menghindari keadaan hipoglikemik (gula dalam darah
terlalu rendah), menjaga agar kehamilan berlangsung cukup lama sehingga bayi
cukup umur saat dilahirkan, ibu dan janin sehat.
Penanganan yang paling umum dan sering digunakan secara klinis adalah
pemeriksaan konsentrasi gula darah ibu agar konsentrasi gula darah dapat
dipertahankan
Conference

seperti
on

keadaan

Gestasional

normal.
Diabetes

Fourth
Mellitus

Internasional

Workshop

menganjurkan

untuk

mempertahankan konsentrasi gula darah kurang dari 95 mg/dL (5,3 mmol/L)


sebelum makan dan kurang dari 140 dan 120 mg/dL (7,8 dan 6,7 mmol/L), satu
atau dua jam setelah makan.
Pendekatan dengan pengaturan pola makan bertujuan menurunkan
konsentrasi glukosa serum maternal, dengan cara membatasi asupan karbohidrat
hingga 40% - 50% dari keseluruhan kalori, protein 20%, lemak 30% 40%
(saturated kurang dari 10%), makan tinggi serat. Kenaikan berat badan selama
kehamilan (weight gain) diusahakan hanya sekitar 11 12,5 kg saja. Kalori yang

dibutuhkan bagi wanita dengan berat badan normal pada paruh kedua kehamilan
adalah 30 kkal/kgBB normal.
Bila indeks masa tubuh (body mass index) lebih dari 30 kg/m2, maka
dianjurkan asupan rendah kalori sampai 30 33% (sekitar 25 kilo kalori/kg).
Olahraga teratur akan memperbaiki kontrol kadar gula darah pada wanita hamil
dengan diabetes mellitus gestasional walaupun pengaruhnya terhadap hasil
perinatal belum jelas (Wawang Setiawan Sukarya, 2008)
Penanganan umum DMG yakni:
1. Penatalaksanaan DMG dilakukan secara terpadu oleh spesialis penyakit dalam,
spesialis obstetric ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak.
2. Tentukan usia kehamilan dengan akurat dari HPHT atau pemeriksaan USG.
3. Pemeriksaan USG rutin antara 18-20 minggu untuk skrining adanya kelainan
janin, pertumbuhan janin, placenta, polihidramnion, makrosomia.
4. Jadwal kunjungan setiap 2 minggu dari penemuan diagnosis sampai 36
minggu, setiap minggu dari 36 minggu-lahir, atau lebih sering jika ada indikasi.
5. Evaluasi rutin TFU dengan McDonald, tekanan darah, TBBJ, glukosa urine,
keton, protein, dan leukosit. Pada DMG didapatkan TFU yang melebihi umur
kehamilan, glukosa dan protein urine positif (jika terjadi preeklampsia).
6. Kaji faktor psikososial ibu, riwayat DM, dukungan keluarga, status emosi
(tujuannya membantu ibu untuk memahami dan mengatasi stress fisik, emosi
dan psikososial karena ia menderita DMG).
7. Evaluasi kadar glukosa klien jika kadar gula puasa atau postprandial naik
secara konsisten maka berikan insulin.
8. Ajarkan klien untuk memonitor gerakan janin mulai 28 minggu kehamilan.
9. Lakukan pemantauan janin (NST, BioPhisicalProfile, indeks cairan amnion).
Waktu pemantauan tidak ada kesepakatan. Tapi jangan lebih dari 40 minggu.
Beberapa faksilitas menganjurkan pemeriksaan setiap minggu rutin mulai 34
minggu untuk ibu dengan DM tanpa komplikasi. Dianjurkan lebih awal pada
ibu yang kadar glukosa rendah, butuh insulin, suspect IUGR, riwayat bayi
mati.
10. USG pada akhir kehamilan untuk memperkirakan berat janin sebagai dasar
pengambilan keputusan saat persalinan (janin > 4500 lahirkan dengan SC).

11. Amniosentesis untuk mengkaji kematangan baru.


12. Jika ibu dalam kondisi metabolic yang baik, tidak ada komplikasi, dan janin
baik pertimbangan persalinan pervaginam.
13. Bila diabetes agak berat dan insulin, induksi persalinan lebih dini: kehamilan
minggu ke 36-38.
14. Diabetes agak berat: riwayat kematian janin dalam kandungan, beberapa
institut melakukan seksio sesarea dalam minggu ke 37 kehamilan.
15. Diabetes berat dengan komplikasi (pre-eklamsi, hidramnion, dan sebagainya),
riwayat persalinan yang lalu buruk: induksi persalinan atau seksio sesarea
lebih dini.
16. Jika persalinan tidak terjadi setelah 40 minggu, kaji kesejahteraan janin 2
kali/minggu.
17. Induksi persalinan pada minggu ke 41 pada wanita dengan DM terkontrol
(Bobak, 2005).
2.2.13 Pemberian Insulin
Wanita yang memiliki gejala morbiditas janin (berdasarkan pemeriksaan
glukosa atau adanya janin yang besar) atau wanita yang mempunyai konsentrasi
gula darah yang tinggi harus dirawat lebih seksama dan biasanya diberi insulin.
Terapi insulin dapat menurunkan kejadian makrosomia janin dan morbiditas
perinatal.
Dosis insulin yang diberikan sangat individual. Pemberian insulin
ditujukan untuk mencapai konsentrasi gula darah praprandial kurang lebih 80
mg/dL (4,4 mmol/L). Oleh karena itu, dalam merancang penatalaksanaan
pemberian insulin harus dipertimbangkan ketepatan waktu pengukuran gula
darah, konsentrasi target glukosa, dan karakteristik pertumbuhan janin. Sebagai
alternatif, pemberian obat antidiabetik seperti metformin dan sulfonylurea dapat
dipakai untuk mengendalikan gula darah.
(Wawang Setiawan Sukarya, 2008)
2.2.14 Penatalaksanaan Antepartum
Penatalaksanaan antepartum pada perempuan dengan Diabetus Mellitus
Gestasional bertujuan untuk :

1. Melakukan penatalaksanaan kehamilan trimester ketiga dalam upaya


mencegah bayi lahir mati atau asfiksia, serta menekan sekecil mungkin
kejadian morbiditas ibu dan janin akibat persalinan.
2. Memantau pertumbuhan janin secara berkala dan terus-menerus (USG) untuk
mengetahui perkembangan dan pertumbuhan ukuran janin sehingga dapat
ditentukan saat dan cara persalinan yang tepat.
3. Memperkirakan maturitas (kematangan paru janin) misalnya dengan
amniosintesis apabila ada rencana terminasi (seksio cesarea) pada kehamilan
39 minggu.
4. Pemeriksaan antenatal dianjurkan dilakukan sejak umur kehamilan 32-40
minggu. Pemeriksaan antenatal dilakukan terhadap ibu hamil yang kadar gula
darahnya tidak terkontrol, yang mendapat pengobatan insulin, atau yang
menderita hipertensi, dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan non stress
test, profil biofisik, atau modifikasi pemeriksaan profil biofisik seperti non
stress test dan indeks cairan amnion (Wawang Setiawan Sukarya, 2008)
Menurut Agus Abadi, 2008 olah raga dalam batas tertentu (senam hamil)
tetap dianjurkan sebagai ajuvan yang mempermudah pengendalian kadar gulanya.
Obat anti diabetes oral tidak dianjurkan karena dapat melewati plasenta dan dapat
merangsang pancreas janin sehingga menambah kemungkinan makrosomia.
2.2.15 Cara dan waktu persalinan
Wanita hamil dengan diabetes mellitus gestasional bukan merupakan
indikasi seksio cesarea. Penanganan persalinan tetap harus berdasar kepada
indikasi ibu dan janin sama dengan pengelolaan wanita hamil tanpa diabetes.
Pada wanita hamil diabetes mellitus gestasional dengan bayi makrosomia,
komplikasi utama yang mungkin terjadi pada persalinan adalah trauma kelahiran
seperti distosia bahu, fraktur tulang, dan injuri pleksus brakialis. Bayi yang
dilahirkan juga berisiko mengalami hipoglikemi dan kelainan metabolik lain.
Penatalaksanaan wanita hamil dengan diabetes mellitus gestasional pada
kehamilan 38 minggu yang mendapat pengobatan insulin, dihubungkan dengan
upaya menurunkan berat badan janin di atas 4000 gram, dengan cara induksi
persalinan, karena tidak ada manfaatnya menunda persalinan sampai melampaui

umur kehamilan 38-39 minggu, karena persalinan yang dilakukan pada kehamilan
38-39 minggu bisa menurunkan kemungkinan makrosomia.
Bila berat badan janin diduga lebih dari 4500 gram, persalinan dianjurkan
dengan cara seksio cesarea (Wawang Setiawan Sukarya, 2008)
2.2.16 Prognosis
-

Wanita yang menderita DMG memiliki risiko menderita DM dalam


kurun waktu 10 tahun pasca persalinan

Perlu dilakukan pemeriksaan TTGO pada minggu 6 dan 12 pasca


salin dan selanjutnya tiap 3 tahun seumur hidup, kalau didapatkan
terganggu, maka diulang setiap tahun.

Anak yang dilahirkan ibu DMG berisiko menderita DM di masa


yang akan datang olehkarena itu berat badnnya harus dijaga agar tetap
ideal
(Division of Endocrinology and Metabolic Department of Internal
Medicine Dr. Soetomo Teaching Hospital- Faculty of Medicine Airlangga
University Surabaya, 2012)

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes
Melitus Gestasional
2.2.1

Pengumpulan data

1. Data subjektif
a. Identitas
Nama Ibu

Nama penderita dan suaminya ditanyakan untuk mengenal dan memanggil


penderita supaya tidak keliru dengan penderita yang lain.
Umur
:
Salah satu faktor risiko DMG adalah umur ibu >30 tahun (Wawang
Setiawan Sukarya, 2008). Umumnya manusia mengalami perubahan
fisiologis seiring bertambahnya usia sehingga kepekaan terhadap insulin
menurun. Namun tidak menutup kemungkinan DMG terjadi pada usia < 30
tahun dikarenakan faktor lain seperti gaya hidup, pola makan, dan adanya
faktor keturunan American Association of clinical endocrinologist, 2007).
Suku/bangsa :
Untuk mengetahui latar belakang sosial budaya yang mempengaruhi
kesehatan klien.
Agama
:
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
klien. Dengan diketahui agama pasien akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
Pendidikan

Teori pendidikan mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau


usaha untuk meningkatkan kepribadian, sehingga proses perubahan perilaku
menuju kepada kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia,
semakin banyak pendidikan yang didapat seseorang, maka kedewasaannya
semakin matang, mereka dengan mudah untuk menerima dan memahami
suatu informasi yang positif (Rozikhan, 2007).
Pekerjaan

Status sosial mempunyai risiko yang sama, kelompok masyarakat yang


miskin biasanya tidak mampu untuk membiayai perawatan kesehatan

sebagai mana mestinya, bahkan orang miskin tidak percaya dan tidak mau
menggunakan fasilitas pelayanan medis walupun tersedia. Mereka itulah
yang mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi persalinan. Pasien
yang miskin dengan pemeriksaan antenatal yang kurang atau tidak sama
sekali merupakan faktor predisposisi terjadinya komplikasi persalinan
(Rohzikhan, 2007).
Penghasilan

Cunningham, 2006 mengatakan faktor sosial ekonomi seorang ibu


mempengaruhi pola makan dan gizi yang dapat dipenuhi.
Alamat

Untuk mengetahui ibu tinggal dimana dan diperlukan bila mengadakan


kunjungan rumah (home care/home visit ke ibu)
b. Keluhan
Ibu mengeluh gejala khas diabetes seperti kencing, sering haus, sering lapar,
jika luka sulit sembuh, kesemutan, pruritus vagina. Pada ketoasidosis
diabetikum mengeluh mual, muntah, haus, nafas sulit, nafas bau aseton
(Price & Wilson, 2006).
c. Riwayat menstruasi
-

HPHT

: mengetahui usia kehamilan saat ini dan taksiran

persalinannya.
-

Siklus

Pada wanita dengan diabetes tidak ada perbedaan dengan siklus haidnya.
Menurut Manuaba, 2010, panjang siklus haid yang biasa pada wanita
ialah 25-32 hari.
-

Flour albus

Penderita DM rentan terhadap infeksi bakteri karena kadar gula darah yang
tinggi membuat bakteri lactobacillus berkembang dengan sangat baik
sehingga jumlahnya berlebihan dan merubah ekosistem vagina sehingga
meningkatkan kejadian fluor albus pada wanita dengan DMG.
d. Riwayat obstetri
Pada kasus diabetes mellitus kemungkinan ada riwayat bayi besar (> 4000
gram), kesulitan persalinan, distosia bahu, inersia uteri, perdarahan, riwayat

abortus berulang, riwayat cacat congenital, riwayat IUFD/SIDS, riwayat


bayi mengalami RDS, riwayat preeclampsia, riwayat DMG kehamilan
sebelumnya, riwayat infeksi postpartum dan infeksi saluran kemih berulang
(Sofian, 2011).
e. Riwayat kehamilan sekarang
Wanita hamil dengan diabetes cenderung mengalami preeklampsi-eklampsi
yang meningkat sekitar empat kali lipat, beberapa infeksi sering terjadi dan
mungkin keadaannya lebih parah pada wanita yang menderita diabetes.
Janin dapat berukuran lebih besar dan ukurannya ini bisa mempersulit
persalinan dengan terjadinya cedera pada jalan lahir. Karena ancaman
bahaya perinatal yang meningkat cukup besar, disamping kemungkinan
terdapatnya distosia, angka persalinan dengan seksio sesarea mengalami
peningkatan dan risiko maternal yang ditimbulkan oleh pembedahan juga
meningkat. Hidramnion sering terjadi, dan kadang-kadang cairan amnion
dengan jumlah yang banyak dan ditambah lagi dengan makrosomia janin,
dapat menyebabkan gejala kardiorespiratorius pada ibu. Perdarahan
postpartum lebih sering dijumpai dibandingkan dalam populasi obstetric
yang umum (Cunningham, Gant, Leveno, Gilstrap, Hauth, Catharine, 2006).
Jika kontrol diabetes dalam minggu-minggu pertama kehamilan buruk,
maka risiko terjadi abortus spontan dan malformasi kongenital.
Dianjurkan pemantauan gula darah teratur minimal 2 kali seminggu (ideal
setiap hari, jika mungkin dengan alat pemeriksaan sendiri di rumah). Jadwal
kunjungan setiap 2 minggu dari penemuan diagnosis sampai 36 minggu,
setiap minggu dari 36 minggu-lahir, atau lebih sering jika ada indikasi.
Perbedaan sensitifitas insulin seluruh tubuh cenderung lebih kecil pada
trimester III. Pada trimester III terdapat resistensi berlebihan terhadap
kemampuan insulin dalam menstimulasi penggunaan glukosa dan untuk
menekan baik produksi glukosa serta kadar asam lemak. Sebagian besar
DMG bersifat reversible. Setelah melahirkan, gejala yang membuktikan
pertambahan intensitas penyakit DM biasanya menghilang dengan cepat dan
kemampuan ibu untuk memetabolisir karbohidrat akan kembali kepada
status sebelum hamil (Gonta, 2007).
Obat-obatan penderita DM tidak danjurkan, meskipun belum ada penelitian
yang menyatakan bahwa obat antihipergligemik memiliki efek samping

embrionik, namun dapat mengganggu absorbsi vitamin B12 dan asam folat
pada ibu hamil, sehingga terapi yang paling aman bagi ibu dengan DMG
adalah kontrol diet dan pembeian insulin.
f. Riwayat kesehatan ibu
-

DM
DMG dapat terjadi pada ibu yang sebelumnya menderita DM yang disebut
dengan DM pragestasional. Bila ada tiga tanda utama yang biasanya
terdapat pada penderita DM yaitu poliuria (sering kencing), polidipsi
(sering haus), dan poliphagi (sering lapar) (Bobak, 2005).

Hipertensi
Pada DM kecenderungan terjadi preeklampsi-eklampsi meningkat sekitar
empat kali lipat, dan peningkatan insiden ditemukan sekalipun tanpa
terlihat penyakit vaskuler atau renal sebelumnya (Jane Coad, 2007).

Jantung
Bila ditandai dengan mudah lelah, jantung berdebar, sesak nafas, angina
pectoris, pembesaran vena jugularis, oedema, tangan berkeringat,
hepatomegali, takhikardi, kardiomegali. Ibu dengan DMG yang memiliki
penyakit vaskular lebih berisiko terjadi IUGR.

Ginjal
Bila ditandai dengan fatigue, malaise, gagal tumbuh, pucat, lidah kering,
poliuria, oliguri, hipertensi, proteinuria.

g. Riwayat penyakit keluarga


Bila ditelusuri mengenai riwayat keluarga dan ditemukan anggota keluarga
yang menderita DM, maka ibu hamil memiliki risiko lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu dari keluarga yang tidak memiliki riwayat
penyakit DM untuk mewarisi gen pencetus penyakit Diabetes Melitus
(Sofian, 2011).
h. Riwayat kontrasepsi
Kontrasepsi yang pernah digunakan : jenis, lama dan keluhan. Alasan
berhenti untuk kontrasepsi yang terakhir. Penelitian yang dilakukan di
University of Southern Cakifornia menyebutkan bahwa alat kontrasepsi
hormonal meningkatkan risiko diabetes berkaitan dengan sistem metabolik

dan endokrin dari hormon progesteron maupun estrogen. Kontrasepsi oral


dosis tinggi (50 mcg estrogen dan progesteron) meningkatkan resistensi
insulin perifer yang mengakibatkan gangguan tes toleransi glukosa.
Kontrasepsi oral Estrogen-Progesteron dosis rendah atau alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) dapat dianjurkan pada penderita ini bila tidak ada
kontra indikasi lainnya (The new england journal of medicine. Vol. 341 no.
23, 2003).
i. Riwayat Sosial
Berkaitan dengan tingkat kesuburan, kematangan fisik, psikologis, dan
sosial klien, serta mengetahui apakah bayi yang dilahirkan termasuk HSVB
(High Social Value Baby) atau tidak.
j. Pola fungsi dan kebutuhan kesehatan
-

Pola nutrisi
Pola makan : ada perubahan frekuensi makan karena lapar yang dirasakan
ibu akibat dehidrasi dan starvasi. Sejumlah kalori hilang ke dalam air
kemih,

penderita

mengalami

penurunan

berat

badan.

Untuk

mengkompensasi hal ini penderita sering kali merasakan lapar sehingga


banyak makan (poliphagi) (Bobak, 2005). Penderita diabetes dengan berat
badan rata-rata cukup diberi diet yang mengandung 1200-1800 kalori sehat
selama berlangsungnya kehamilan. Pemeriksaan darah dan urin berkala
dilakukan untuk mengubah dietnya apabila perlu. Diet dianjurkan ialah
karbohidrat 40%, protein 2 gr/kg berat badan, lemak 45-60gr. Garam perlu
dibatasi untuk mengurangi kecenderungan retensi air dan garam.
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan
manis).
Perencanaan dietnya sebagai berikut :
a) Asupan kalori: 25-35 kkal/kg berat badan ideal.

b) Bagi kalori total menjadi tiga makanan utama dan tiga


makanan

ringan; kudapan ringan malam hari menyertakan

karbohidrat kompleks dan setidaknya satu macam daging.


c) Gunakan penukar-penukar

makanan untuk

menilai

jumlah

karbohidrat, protein, dan lemak :


Karbohidrat : 40-55% dari kalori atau > 150 gr/hari b) Protein :
20% dari kalori atau > 74 gr/hari.
Lemak : 25-40% dari kalori.
d) Anjurkan

lebih banyak makanan berserat tinggi,

atau

makanan dengan karbohidrat kompleks.


Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian
antara lain :

Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %,


lemak 30 %, protein 20 %.

Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.


Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan
faal ginjal.

NO Tipe Diet

1.
2.

3.

Indikasi Diet

Diet A
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Diet B Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
1. Kurang tahan lapan dengan dietnya.
2. Mempunyai hyperkolestonemia.
3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung koroner.
4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati
diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun
Diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu
penderita diabetes terutama yang :
1. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia.
2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %.
3. Masih muda perlu pertumbuhan.
4. Mengalami patah tulang.
5. Hamil dan menyusui.
6. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
7. Menderita tuberkulosis paru.
8. Menderita penyakit graves (morbus basedou).
9. Menderita selulitis.

4.

10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas selama tidak ada
kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.
Diet B1 Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang
dan B2 klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt).
Sifat-sifat diet B2
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein
kurang.
2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan
20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 2300 kalori /
hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah.
Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal
kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt)
Sifat diet B3
1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan
2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus
dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap
hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk
melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud
untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara
dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui
media-media cetak dan elektronik.
Minum : > 8-9 gelas per hari karena pada penderita DM merasakan haus
yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Pada menderita DM
jika terjadi hiperglikemi yang berat dan melebihi ambang ginjal maka
timbul glikosuria. Glikosuria akan meningkatkan dieresis osmotic yang
akan meningkatkan pengeluaran urine (poliuria) dan timbul rasa haus
(polidipsia) (Bobak, 2005).
-

Pola Eliminasi
BAK : sering kencing (poliuri), glukosa akan sampai ke urine. Jika
kadarnya lebih tinggi lagi, maka ginjal akan membuang air tambahan
untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita

sering berkemih dalam jumlah banyak (poliuri) (Bobak, 2005). Pada


penderita DM sering ditemui adanya ISK karena respon terhadap infeksi
menurun, penting untuk mengkaji adakah nyeri saat BAK, dan perasaan
panas.
BAB : tidak ada perbedaan BAB antara ibu hamil penderita DMG dan
bukan
-

Pola istirahat tidur


Tidak ada perbedaan pola istirahat antara kehamilan normal dan DMG

Pola kebiasaan
Merokok,

alkohol,

narkoba,

obat-obatan,

jamu-jamuan,

binatang

peliharaan, pantangan makanan, dan adat/ budaya masyarakat.


2. Data objektif
a. Pemeriksaan umum
-

Keadaan umum : tidak ada perbedaan pada ibu dengan DMG bila kadar
gula terkontrol, namun dapat mengeluh lelah dan mudah mengantuk (Price
& Wilson, 2006).

Kesadaran : tidak ada perbedaan pada ibu dengan DMG bila kadar gula
terkontrol, namun dapat terjadi koma bila terjadi hipeglikemi yang tidak
bisa ditoleransi tubuh.

BB sebelum hamil dan setelah hamil


Obesitas diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi
terhadap insulin, berkaitan dengan pengeluaran dari adipokinase (suatu
kelompok hormon) yang merusak toleransi glukosa.
Pertambahan berat yang dianjurkan untuk ibu dengan DMG : 0,45 kg
per bulan selama trimester pertama; 0,2-0,35 kg per minggu selama
trimester kedua dan ketiga.

Resiko Diabetes Gestasional akan meningkat jika berat badan 20% lebih
besar dari berat badan ideal. Kenaikan BB ibu hamil normal berdasarkan
IMT yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
IMT sebelum hamil
Underweight (<18,5)
Normal (18,5-24,9)
Overweihgt (25-29,9)
Obesitas ( 30)
Gemeli

Tinggi badan

Lingkar lengan atas (LILA)

Tanda vital

Kenaikan berat badan yang dianjurkan


12,5-18 kg
11-16 kg
7-11 kg
5-9 kg
16-20,5 kg

TD : Normal antara 100/60 - 140/90 mmHg (Manuaba, 2010).


Peningkatan atau penurunan tekanan darah masing-masing
merupakan indikasi gangguan hipertensi pada kehamilan atau
syok. Peningkatan tekanan sistolik, dengan tekanan diastolik
dalam batas normal, dapat mengindikasikan ansietas atau
nyeri. Pada Diabetes Mellitus Gestasional, waspadai terjadinya
hipertensi/preeclampsia, systole > 140 mmHg dan atau diastole
> 90 mmHg (Manuaba, 2010)

Nadi

: tidak ada perbedaan nadi pada ibu DMG, nadi normal antara

80-100 x/menit

Respirasi : dapat terjadi sesak nafas bila terjadi komplikasi pada ibu DMG
(RR< 16 atau RR> 24x/menit), pernafasan normal antara 16-20 x/menit.

Suhu

: risiko infeksi akibat hiperglikemi pada ibu DMG yang

memungkinkan suhu meningkat, normal antara 36.50C 37.50C


b. Pemeriksaan fisik
-

Wajah
Dapat terjadi oedema sebagai tanda preeklampsia. DM kecenderungan
terjadi preeklampsi-eklampsi (Bobak, 2005)

Abdomen
Dilakukan pemeriksaan leopold, dan didapatkan TFU dapat lebih besar
dari umur kehamilan, karena makrosomia atau polihidramnion. Dapat pula

didapatkan TFU lebih kecil dari usia kehamilan akibat pertumbuhan janin
terhambat pada ibu DMG dengan gangguan vaskular. Tidak ada perbedaan
DJJ, DJJ normal 120-160 x/menit namun perlu diwaspadai kejadian SIDS.
-

Ekstremitas
Dapat ditemukan oedema bila terjadi preeklampsia pada ibu dengan DMG
atau ditemukan luka yang tidak kinjung sembuh/gangren.
Reflek patella : hiperrefleksia (3+ dan 4+) merupakan salah satu tanda pre
eklamsia yang berat.

Genetalia
Dapat ditemukan tanda-tanda ISK, kemerahan pada uretra dan vaginal
discharge/fluor dapat lebih banyak akibat tingginya kadar glikogen pada
vagina dehingga bakteri mudah tumbuh.

c. Pemeriksaan laboratorium
-

Urine : Reduksi : positif 2- DM

Albumin: jika terjadi preeklampsia, didapatkan hasil positif

Darah :
Glukosa darah : beban 50 gr > 135 mg/dl
TTGO 100 gr puasa :> 95 ml/dl
1

jam PP > 180 ml/dl

jam PP > 155 ml/dl

jam PP > 140 ml/dl

Pemeriksaan rutin GDP > 95 ml/dl: 2 jam PP > 155 ml/dl (Varney, 2007)
Semua pasien DMG perlu menjalani TTGO 75gr pada 6-10 minggu pasca
persalinan untuk panduan pelaksanaan medis selanjutnya. selanjutnya
setiap 6 bulan sekali. Saran dilakukannya follow-up postpartum karena
50% penderita DMG akan berkembang menjadi DM tipe 2 dalam 5 -20
tahun DMG meningkat (The new england journal of medicine. Vol. 341
no. 23, 2003).
d. Pemeriksaan penunjang
-

USG: serial untuk mengkonfirmasi usia kehamilan, pemantauan


kesejahteraanjanin

dan

pertumbuhan

janin,

menilai

IUGR

atau

makrosomia, mengevaluasi keadaan plasenta dan TBJ. Pada DM bisa


didapatkan adanya hidramnion, makrosomia, IUGR, cacat bawaan (Jane
Coad, 2007).
-

NST/CTG : untuk memantau kesejahteraan janin. Lakukan pemantauan


janin (NST/CTG, BioPhisicalProfile, indeks cairan amnion). Waktu
pemantauan tidak ada kesepakatan. Tapi jangan lebih dari 40 minggu.
Beberapa faksilitas menganjurkan pemeriksaan setiap minggu rutin mulai
34 minggu untuk ibu dengan DM tanpa komplikasi. Dianjurkan lebih awal
pada ibu yang kadar glukosa rendah, butuh insulin, suspect IUGR, riwayat
bayi mati.
Pemeriksaan CTG dilakukan sesuai indikasi. Sedangkan pada kondisikondisi yang dicurigai adanya hipoksia, pemeriksaan CTG akan dilakukan
secara kontinyu. CTG disarankan bagi ibu dengan DMG karena berisiko
melahirkan bayi icterus bila diabetes tidak terkontrol.
Gambaran CTG pada gawat janin akut yang perlu diwaspadai pada ibu
DMG :

Stress janin timbul akibat kontraksi uterus pada persalinan


Penting penilaian frekuensi dj basal antara 2 kontraksi / selama tdk ada
kontraksi, variabilitas dan deselerasi
Kontraksi uterus menimbulkan : transport nutrient berkurang, menekan
kepala dan tali pusat
Adanya diagnosa banding hipoksia, maka dasar penilaian ctg perlu
dikombinasi dgn data klinis
Hasil pemeriksaan ini dikatakan reaktif (normal)jika : Jika denyut jantung
dalam batas normal, ada akselerasi (reaksi peningkatan denyut), tidak ada
deselerasi (penurunan denyut jantung yang tajam) dan ada gerak bayi. Tes
biasanya diulangi seminggu kemudian.
Berlawanan dengan hasil diatas, hasil tesnya tidak normal (non-reaktif),
denyut jantung melewati batas normal (tinggi atau rendah), tidak ada
akselerasi, ada deselerasi dan atau gerak bayi tidak ada.
Hasil yang non-reaktif bisa merupakan petunjuk bahwa bayi tidak
mendapatkan cukup oksigen (asfiksia)atau ada gangguan pada plasenta. Jika
ditemukan kondisi ini maka bayi harus segera dilahirkan.

2.2.2

Interpretasi data
Diagnosis kebidanan adalah hasil analisis dan perumusan masalah yang
diputuskan sesuai dengan teori dan masalah yang terjadi. Pada kehamilan
dengan Diabetes Mellitus Gestasional maka diagnosis yang ditegakkan adalah
G PAPAH, usia kehamilan dengan Diabetes Melitus Gestasional presentasi
kepala, tunggal, hidup, intrauterine.

2.2.3

Identifikasi diagnosa dan masalah potensial


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah

ditemukan berdasarkan data yang ada kemungkinan menimbulkan keadaan yang


gawat. Pada DMG potensial terjadi
1. Abortus, karena adanya gangguan kronik pada transpor oksigen karena
insufisiensi palsenta akibat hiperglikemi ibu. Hiperglikemi menyebabkan pH
janin menurun, pCO2 meningkat, laktat meningkat, eritropoetin meningkat
yang menyebabkan gangguan kronik transformasi oksigen dan metabolit ke
janin sehingga terjadi abortus.
2. Makrosomia, karena kondisi hiperinsulinemia pada janin yang menyebabkan
penimbunan lemak subkutan janin akibat hiperplasi dan hipertrofi jaringan
adiposa. Disamping itu terjadi kelebihan jaringan non lemak seperti pada hati,
jantung, dan otot.
3. IUGR (Intra Uterine Growth Retardation), hal ini terjadi apabila terjadi
kelainan vaskular pada ibu DMG atau dapat pula akibat perubahan metabolik
ibu selama masa awal kehamilan.
4. Hidramnion, cairan amnion yang berlebihan tidak berhubungan dengan kadar
glukosa ataupun solut lainnya dalam cairan amnion ataupun keluaran kemih
janin yang berlebihan seperti yang diukur dari perubahan ukuran kandung
kemih pada USG. Faktor yang mungkin terjadi adalah penelanan janin dan
pennetu transfer air multikompartemental intra uterin yang rumit dan sampai
sekrang belum diketahui. Namun demikian, diuretik hanya sedikit membantu
dalam mobilisasi cairan amnion yang berlebihan.
5. Preeklamsia, hiperglikemi menyebabkan disfungsi plasenta yang memicu
terjadinya pre eklampsia akibat gangguan sirkulasi utero-plasenta dapat pula
diakibatkan adanya kelainan ginjal atau vaskuler primer akibat diabetes.

6. IUFD/SIDS, penyebabnya masih belum jelas namun beberapa kasus dikaitkan


dengan preeklampsia yang merupakan komplikasi umum kehamilan diabetik.
Kematian janin juga dihubungkan dengan pielonefritis.
2.2.4

Identifikasi kebutuhan tindakan segera


Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah

potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan.


2.2.5

Perencanaan

1. Informasikan hasil pemeriksaan dan kondisi kehamilan pada ibu dan keluarga.
R/ ibu dan keluarga mengetahui keadaan kehamilannya sehingga dapat
menentukan tindakan yang tepat untuk menjaga kesehatan diri ibu dan
janinnya.
2. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
R/ Penatalaksanaan DMG dilakukan secara terpadu oleh spesialis penyakit
dalam, spesialis obstetric ginekologi, ahli gizi dan spesialis anak. Penting untuk
pemeriksaan USG rutin antara 18-20 minggu untuk skrining adanya kelainan
janin, pertumbuhan janin, placenta, polihidramnion, makrosomia (Agus Abadi,
M. Nadir Abdullah, Erry Gumilar D., Hermanto Tri J., Aditiawarman, Bangun
T. Purwaka, Agus Sulistyono, 2008).
3. Rujuk klien ke ahli gizi untuk konseling kontrol diet.
R/ ibu dapat mengontrol diet sesuai dengan yang dianjurkan untuk mengontrol
kadar gula darahnya
4. Ajari ibu untuk menghitung gerakan janin.
R/: gerakan janin penting dikaji untuk memantau kesejahteraan janin dan
mendeteksi adanya tanda bahaya sehingga ibu segera dapat menghubungi
tenaga kesehatan. Gerakan janin <4kali/jam menunjukkan adanya ancaman
pada janin (Yuni Kusmiyati, Heni Puji Wahyuningsih, Sujiyatini, 2008).
5. Ajari ibu untuk mengontrol diet sesuai dengan yang dianjurkan dan
melakukan olah raga/latihan fisik ringan, seperti berjalan, berenang, latihan
lengan 20-30 menit sehari.
R/ latihan fisik diketahui dapat meningkatkan metabolism glukosa. Latihan
ringan hingga sedang dapat meredakan diabetespra-kehamilan ataupun diabetes
kehamilan dan tidak menimbulkan efek merugikan pada janin (Helen Varney,

Jan M. Kriebs, Carolyn L. Gegor, 2007). Latihan fisik yang dilakukan secara
teratur, kontinyu , dan disesuaikan kondisi dan penyakit dapat meningkatkan
kepekaan

insulin,

mencegah

kegemukan,

memperbaiki

aliran

darah,

merangsang pembentukan glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut


(Arif, 2006).
6. Menyepakati kunjungan antenatal secara teratur. Jadwal kunjungan yang
dianjurkan : setiap 2 minggu dari penemuan diagnosis sampai 36 minggu,
setiap minggu dari 36 minggu sampai lahir, atau lebih sering jika ada indikasi
pemantauan antenatal teratur untuk;
-

Evaluasi rutin TFU dengan McDonald, tekanan darah, TBBJ, glukosa urine,
keton, protein, dan leukosit.

Evaluasi kadar glukosa klien. Jika kadar gula puasa atau postprandial naik
secara konsisten maka berikan insulin.

Pemantauan janin (NST, BioPhisicalProfile, indeks cairan amnion). Waktu


pemantauan tidak ada kesepakatan. Tapi jangan lebih dari 40 minggu.
Beberapa faksilitas menganjurkan pemeriksaan setiap minggu rutin mulai 34
minggu untuk ibu dengan DM tanpa komplikasi. Dianjurkan lebih awal pada
ibu yang kadar glukosa rendah, butuh insulin, suspect IUGR, riwayat bayi
mati.
R/ apabila terjadi perburukan kondisi ibu atau terjadi gangguan pertumbuhan
janin dapat diketahui dengan cepat dan dapat diantisipasi sebaik mungkin.

7. Menginformasikan bahaya diabetes gestasional bagi ibu dan janin, antara lain :
Pengaruh diabetes gestasional terhadap kehamilan di antaranya adalah :
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi
d. Kesalahan letak jantung
e. Insufisiensi plasenta
Pengaruh penyakit terhadap persalinan
a. Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama / terlantar).
b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.

c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia


sampai dengan lahir mati
d. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim
e. Post partum mudah terjadi infeksi.
f. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat
menimbulkan kematian
Pengaruh DM terhadap kala nifas
a. Mudah terjadi infeksi post partum
b. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah
menyebar
Pengaruh DM terhadap bayi
a. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
b. Janin besar ( makrosomia )
c. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa
R/ dengan mengetahui bahayanya ibu akan lebih waspada terhadap
kesehatannya sendiri
8. Menginformasikan tanda bahaya kehamilan sesuai trimester kehamilan dan
tanda-tanda persalinan seperti yaitu perdarahan pervaginam, sakit kepala yang
sangat hebat, penglihatan kabur, bengkak di wajah dan tangan, keluar cairan
pervaginam, gerakan janin yang berkurang, nyeri perut yang sangat hebat
R/ menambah pengetahuan ibu sehingga dapat mendeteksi secra dini bahaya
kehamilan
9. Diskusikan tentang rencana persalinan dan kemungkinan kegawatdaruratan.
R/ ibu dan keluarga harus mempersiapkan persalinan dan kemungkinan
kegawatdarutan agar tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan jika
terjadi kegawatdaruratan
2.2.6

Implementasi
Langkah ini berisi tentang asuhan yang telah diberikan kepada klien

berdasarkan rencana yang telah disusun sebelumnya untuk menangani


diagnosa/masalah yang telah terindentifikasi.
2.2.7

Evaluasi

Langkah ini merupakan cara untuk mengevaluasi asuhan yang telah


diberikan apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang dibutuhkan klien.
Menilai tentang efektifitas tindakan yang telah diberikan serta mengadakan
penyesuaian kembali pada langkah sebelumnya pada setiap aspek dari proses
manajemen yang tidak efektif. Catatan perkembangan didokumentasikan dalam
bentuk SOAP :
S : DMG terkontrol, ibu tidak mengeluh banyak makan, banyak minum dan
banyak berkemih, serta tidak mudah lelah dan mengantuk
O: TFU sesuai dengan umur kehamilan, tidak terdapat tanda preeklampsia, kadar
glukosa normal, berat janin sesuai umur kehamilan, tidak didapatkan
polihidramnion.
A: G PAPAH, usia kehamilan, dengan Diabetes Melitus Gestasional terkontrol,
presentasi, keadaan ibu dan janin, tunggal, hidup, intrauterine
P:
1. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya
kehamilan, tanda-tanda hipoglikemia, hiperglikemia dan tanda-tanda
persalinan.
R/: ibu dan keluarga mengetahui tanda-tanda bahaya, tanda-tanda
hipoglikemia dan tanda-tanda persalinan sehingga dapat menghubungi
tenaga kesehatan/RS tepat waktu.
2. Mendiskusikan

tentang

rencana

persalinan

dan

kemungkinan

kegawatdaruratan.
R/: ibu dan keluarga harus mempersiapkan persalinan dan kemungkinan
kegawatdarutan agar tidak terjadi keterlambatan dalam penanganan jika
terjadi kegawatdaruratan

BAB 3
TINJAUAN KASUS
No. Register

: 121747xx

Tanggal/Jam

: 17-3-2015 jam 10.15 WIB

Tempat

: URJ Poli Hamil I RSDS

Pengkaji

: Novi Nuraini

SUBYEKTIF
1.

Biodata/Identitas
Nama Ibu

: Ny. C

Nama Suami : Tn. D

Umur

: 24 tahun

Umur

Suku/bangsa

: Jawa/Ind

Suku/bangsa : Jawa/Ind

Agama

: Islam

Agama

Pendidikan

: SMP
:-

Alamat

: bangun sari lor

Alasan Kunjungan

3.

Riwayat Menstruasi

Suam
i
ke
1

5.

Pekerjaan

: SMA

: Swasta

: kontrol hamil

HPHT

: 28-8-2014

Siklus

: 30 hari

Banyaknya

: 2-3 kali ganti pembalut/hari

Lamanya

: 5-6 hari

4.

: Islam
Pendidikan

Pekerjaan
2.

: 31 tahun

Riwayat Obstetri
Kehamilan
penyu
lit

Persalinan
Penolon
g

tempat

Cara

Bidan

RB

Nor
mal

Anak
peny
ulit

k
e

UK

9
bln

8
bln

IUFD lahir spontan ditolong dokter tahun 2012

KEHAMILAN INI

Nifas

BBL
(gr)

P/L

Usi
a
(th)

ASI

Peny
ulit

3700

7 th

2 th

Riwayat Kehamilan Sekarang : ibu hamil pertama dengan usia kehamilan 6


bulan. Selama hamil ini keluhan yang dirasakan ibu adalah keluhan fisiologis
yaitu mual muntah pada awal kehamilan. Gerak janin mulai dirasakan ibu
sejak usia kehamilan 5 bulan, saat ini gerak janin aktif. Sebelumnya ibu
periksa hamil setiap bulan di poli hamil I RSUD Dr. Soetomo Surabaya karena
ingin melahirkan di RSDS. Tanggal 13-2-2015 ibu datang ke poli hamil I

KB
Cara/
metode
-

RSDS, dilakukan USG DV-FM dan TTGO 50gr. Dari hasil USG FM
didapatkan hasil skrinning PE (+) hasil RI 0,61. Hasil TTGO 50gr ibu tinggi
yaitu 149 mg/dl. Sehingga ibu diminta cek TTGO 100 gram tanggal 27-22015, hasil dari TTGO 100 gr didapatkan : GDP : 88 mg/dl (N); GD 1 jam PP
170 mg/dl (N), 2 jam PP : 174 mg/dl (tinggi), dan 3 jam PP : 103 mg/dl (N).
Terapi yang didapatkan selama hamil antara lain : SF 1x1, vit. B9 1x1000mcg,
kalk 2x100 g, aspilet 1x80 g. Selama hamil ini HE yang didapat ibu antara lain
tentang nutrisi ibu hamil denga diabetes dan pentingnya vitamin dan tablet
tambah darah untuk ibu hamil.
6.

Riwayat Kesehatan

: ibu tidak pernah menderita sakit DM, Hipertensi,

Hepatitis, Jantung, Ginjal, Asma, TBC


7.

Riwayat Kesehatan Keluarga : tidak ada anggota keluarga yang menderita


diabetes, hipertensi, jantung, gemeli.

8.

Riwayat Sosial

: ini adalah pernikahan pertama ibu dan sudah

berjalan selama 7 tahun. Kehamilan ini direncanakan, ibu dan suami berharap
agar kehamilan saat ini dapat berjalan normal dan kondisi ibu dan bayi sehat.
9.

Pola Fungsional Kesehatan


1)

Nutrisi

: ibu makan 3-4x sehari dengan menu nasi,

sayur, lauk, kadang buah, porsi lebih banyak daripada sebelum hamil.
Minum 8-10 gelas sehari (air putih)
2)

Eliminasi

: BAB teratur 1x sehari, saat hamil ini BAK

lebih sering ( 8-9 kali sehari), tidak ada nyeri dan perasaan panas saat
BAK.
3)

Istirahat : 8 jam pada malam hari, 1 jam di siang hari.

4)

Aktivitas: ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti


biasa.

5)

Kebiasaan

: ibu tidak mempunyai kebiasaan merokok,

konsumsi alkohol, obat-obatan dan jamu-jamuan bebas, dan kebiasaan lain


yang membahayakan kehamilannya. Ibu juga tidak mempunyai hewan
peliharaan.
OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
-

Kesadaran : composmentis

Tanda tanda vital


-

Tekanan darah

: 100/70 mmHg

Denyut nadi

: 84 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36,8 C

Berat badan sebelum hamil

: 58 kg.

Berat badan sekarang

: 74 kg

Tinggi badan

: 159 cm.

UK

: 27 minggu 4 hari

HPL

: 4-6-2015

2. Pemeriksaan Khusus
-

Wajah

: tidak pucat, tidak oedema.

Mata

: konjungtiva merah muda, sklera putih

Mulut

: bibir tidak pucat

Leher

: tidak ada pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid, tidak ada

pembesaran kelenjar lymfe


-

Payudara

: puting menonjol, tidak ada benjolan abnormal kanan / kiri.

kolostrum belum keluar.


-

Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada epigastrium.

Leopold I

: TFU pertengahan pusat-processus xyphoideus, bagian

fundus teraba bulat, lunak dan tidak melenting

Leopold II

: tahanan terbesar teraba pada sisi kiri ibu, di sebelah kanan

teraba bagian kecil janin

Leopold III

: teraba bulat, keras, melenting, dan bagian terendah janin

masih dapat digoyangkan.

Leopold IV

: tidak dilakukan.

TFU Mc. Donald

: 23 cm.
TBJ

: 1550 gram

DJJ
: 152 x/m

Genitalia : tidak ada varises, kondilomalata.

Extremitas
Atas

: tidak ada varises, tidak oedema

Bawah

: tidak ada oedem, tidak ada varises

Pemeriksaan penunjang dari rekam medis tanggal 17-3-2015


-

USG tanggal 17-3- 2015


Posisi K/T/H,
BPD

: 7,66 ~ 30/31 mg.

HC

: 26,12 ~ 28 mg.

AC

: 25,82 ~ 30 mg.

FL

: 5,64 ~ 29/30 mg.

Placenta

: corpus anterior grade II

Ketuban

: cukup

EFW : 1463 gram


DV

uterina

RI

: 0,44

PI

: 0,60

s/d

: 1,78

Pemeriksaan penunjang tanggal 17-3-2015


GDP

: 101 mg/dl

2 jam PP : 148 mg/dl

(normal 95 mg/dl)
(normal 155 mg/dl)

Data rekam medik (17-3-2015) :


Hasil konsul IPD

: perubahan life style dan gizi, kontrol 1 bulan lagi untuk


cek TTGO ulang

Hasil konsul poli gizi : Diet B1 gestasional T3 2100 kkal.

ANALISIS DATA

Diagnosis : GIIIP1101 UK 27 minggu 5 hari, dengan diabetes mellitus gestasional


keadaan umum baik, intra uteri, janin tunggal, hidup
PENATALAKSANAAN
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa secara umum keadaan
ibu dan janin baik, namun kehamilan ibu ini disertai dengan penyulit yaitu
diabetes mellitus; ibu mengerti dengan informasi yang diberikan.
3. Mendiskusikan dengan ibu tentang diabetes mellitus dalam kehamilan yaitu
penyakit ini merupakan penyulit dalam kehamilan dan hanya muncul pada
saat hamil, nanti disaat akhir kehamilan (setelah persalinan) kondisi ini bisa
menetap, menjadi diabetes mellitus, atau bisa kembali pada kondisi normal
sebelum hamil (tanpa diabetes mellitus). Penyakit ini menyebabkan beberapa
komplikasi pada ibu dan janin seperti :
Pengaruh diabetes gestasional terhadap kehamilan di antaranya adalah :
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi
d. Kesalahan letak jantung
e. Insufisiensi plasenta
Pengaruh penyakit terhadap persalinan
g. Gangguan kontraksi otot rahim (partus lama / terlantar).
h. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi.
i. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia
sampai dengan lahir mati
j. Perdarahan post partum karena gangguan kontraksi otot rahim
k. Post partum mudah terjadi infeksi.
l. Bayi mengalami hypoglicemi post partum sehingga dapat
menimbulkan kematian
Pengaruh DM terhadap kala nifas
c. Mudah terjadi infeksi post partum
d. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah
menyebar

Pengaruh DM terhadap bayi


d. Abortus, prematur, > usia kandungan 36 minggu
e. Janin besar ( makrosomia )
f. Dapat terjadi cacat bawaan, potensial penyakit saraf dan jiwa
Ibu mengerti dengan hal yang didiskusikan dan menanyakan beberapa hal yang
ingin diketahui.
4. Menyepakati untuk melakukan olahraga ringan misal jalan-jalan pagi atau
senam hamil karena latihan fisik diketahui dapat meningkatkan metabolism
glukosa. Latihan ringan hingga sedang dapat meredakan diabetes prakehamilan ataupun diabetes kehamilan dan tidak menimbulkan efek
merugikan pada janin; ibu akan melaksanakan anjuran petugas
5. Memberikan KIE tentang tanda-tanda bahaya pada kehamilan trimester III
yaitu perdarahan pervaginam, sakit kepala yang sangat hebat, penglihatan
kabur, bengkak di wajah dan tangan, keluar cairan pervaginam, gerakan janin
yang berkurang, nyeri perut yang sangat hebat; ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan dan akan segera ke RSDS apabila mengalami salah
satu dari tanda bahaya yang sudah dijelaskan
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter PPDS obgyn untuk penatalaksanaan ibu
hamil dengan diabetes mellitus gestasional; ibu diminta TTGO 100 gr tanggal
16-4-2015, terapi yang diberikan : SF 1x1, asam folat 1x1000 mcg, kalk
2x500 mg, aspilet 1x80 mg; Ibu bersedia melakukan saran dokter dan bersedia
meminum obatnya.
7. Menyepakati

kunjungan ulang 2 minggu lagi (31-3-2015); ibu bersedia

datang untuk kunjungan ulang.

BAB 4
PEMBAHASAN

Pada kasus Ny. C GIIP1101 UK 27 minggu 5 hari dengan diabetes mellitus


gestational, presentasi kepala, janin tunggal, hidup, intra uterin didapatkan
pembahasan sebagai berikut :
Pada data subyektif didapatkan adanya riwayat bayi lahir mati (IUFD).
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sofyan, 2011 bahwa pada kasus
DMG kemungkinan ada riwayat IUFD atau SIDS. IUFD/SIDS pada kehamilan
dengan DMG diakibatkan oleh disfungsi plasenta dan gangguan sirkulasi uteroplasenta yang menyebabkan hipoksia janin, namun beberapa kasus dikaitkan
dengan preeklampsia yang merupakan komplikasi dari kehamilan diabetik.
Dari data obyektif didapatkan GDP 101mg/dl dan GD 2 jam PP 148 mg/dl.
Wawang Setiawan Sukarya, 2008 menyebutkan bahwa diagnosis diabetes mellitus
gestasional ditegakkan apabila ada dua tanda atau lebih nilai abnormal. Sehingga
dari pemeriksaan yang didapat pada kasus ini, diangkat diagnosa diabetes mellitus
gestasional dengan penatalaksanaan sesuai kasus DMG.
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk kasus ini yaitu menginformasikan
keadaan ibu dan janin kepada ibu dan keluarganya; memberikan KIE tentang
komplikasi yang dapat terjadi seperti pre eklampsia, persalinan dengan tindakan,
persalinan dengan sectio caesarea, terjadinya DM yang menetap sesudah ibu
melahirkan, bayi besar, pertumbuhan janin dalam rahim terhambat, cacat bawaan,
asfiksia perinatal; tujuan dan hasil pemeriksaan yang dilakukan. Sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Wawang Setiawan Sukarya, 2008 penatalaksanaan
pada kasus diabetes mellitus gestasional adalah mempertahankan konsentrasi gula
darah kurang dari 95 mg/dl sebelum makan dan kurang dari 140 mg/dl dan 120
mg/dl satu atau dua jam setelah makan. Pengaturan pola makan dengan cara
membatasi asupan karbohidrat hingga 40-50% dari keseluruhan kalori, protein
20%, lemak 30-40%, makan tinggi serat bertujuan untuk menurunkan konsentrasi
glukosa serum maternal.
Oleh karena itu, Ny C dikonsulkan ke poli gizi untuk mendapatkan
penjelasan tentang diitnya. Selain itu Ny C dikonsulkan ke IPD untuk mengetahui
apakah diabetes yang diderita oleh Ny C ini perlu mendapatkan terapi pengobatan,
ataukah cukup dengan diit saja. Agus Abadi, 2008 mengemukakan bahwa
pemantauan gula darah dilakukan setidak-tidaknya 2 minggu sekali, dengan

pemeriksaan kadar gula darah puasa dan 2 jam setelah makan, oleh karena itu ibu
diharuskan kontrol 2 minggu sekali ke poli hamil I.
Peran bidan dalam memberikan asuhan pada Ny C adalah dengan
pemberian KIE yang jelas serta memberikan motivasi bahwa segala upaya yang
dilakukan adalah upaya yang terbaik bagi ibu dan janinnya. Yang tidak kalah
pentingnya bagi bidan yang bekerja di lini kesehatan dasar adalah dengan
melakukan deteksi dini yang benar, memberikan KIE yang benar kepada ibu
hamil tentang pengaruh diabetes terhadap kehamilan, dan pengaruh kehamilan
terhadap diabetes yang diderita ibu, serta sistem rujukan yang baik, yaitu rujukan
berencana.
Dengan demikian diharapkan sistem networking yang baik antara tenaga
kesehatan baik di lini dasar sampai atas, dari tempat BPS atau puskesmas hingga
rumah sakit menjadikan angka mortalitas dan morbiditas ibu akibat Diabetes
Mellitus Gestasional dan komplikasinya dapat berkurang, sehingga derajat
kesehatan masyarakat Indonesia meningkat.

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penatalaksanaan diabetes mellitus gestasional harus dilakukan seoptimal
mungkin dengan kolaborasi antara dokter spesialis obstetric ginekologi, dokter
penyakit dalam dan ahli gizi. Kadar glukosa darah harus terkontrol sehingga tidak
membahayakan kehamilan ibu. Pemantauan kesejahteraan janin juga harus
dilakukan setiap kali kunjungan ibu. Kunjungan ulang dijadwalkan 2 minggu
sekali untuk evaluasi glukosa darah dan kesejahteraan janin.
5.2 Saran
Diharapkan

setiap

bidang

kesehatan

yang

berhubungan

dengan

penatalaksanaan diabetes mellitus terutama dalam kehamilan tetap bersinergi


dalam penatalaksanaan yang optimal sehingga hasil akhir dapat tercapai yaitu
janin dapat hidup di luar kandungan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Coad, Jane (2007); Anatomy and Physiologi For Midwives; London: Harcourt
Publisher Limited
Cunningham, F Gary; Gant, F Norman; Leveno, J Kenneth; Gilstrap III, C Larry;
Hauth, C John; Wenstrom, D Katharine (2006); Obstetri William; Diabetes;
Cetakan I; Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gleadle, Jonathan (2005); At a Galance; Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik;
Jakarta: Penerbit Erlangga
Jensen, L Bobak (2004); Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Kinzie Barbara & Gomez Patricia (2004); Basic Maternal and Newborn Care: A
Guide for Skiiled
Provider. Baltimore, Maryland: JHPIEGO
Corporation
Price, A Silvia & Wilson, M Lorraine (2006); Patofisiologi: Pankreas:
Metabolisme Glukosa dan Diabetes Militus, Schteingart, E David; Cetakan
Pertama; Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Sarwono, Pdjorawirohardjo (2008); Ilmu Kebidanan: Kehamilan dan Gangguan
Endokrin; Sukarya, Wawang; Edisi Keempat; Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

You might also like