You are on page 1of 23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10)
sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah
mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi perubahan
tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
Sunyoto (2006: 35), prestasi belajar adalah prestasi
belajar siswa yang ditunjukan dengan nilai tes kognitif pada
akhir pembelajaran, setelah siswa memperoleh perlakuan. Tardi
(2010: 196), prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai
siswa dalam proses belajar mengajar yang ditunjukan dengan
nilai tes yang diberikan oleh guru, sehingga terdapat proses
perubahan dalam pemikiran tingkah laku.
Fahmi (2010: 229), prestasi belajar secara umum
dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai yang diperoleh siswa
melalui proses belajar mengajar. Prestasi belajar adalah
penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Pengukuran hasil yang dicapai setelah proses
pembelajaran adalah melalui evaluasi dengan menggunakan
alat ukur (tes prestasi yang mengacu kepada ranah kognitif
dalam bentuk tertulis) yang kualitasnya baik. Prestasi belajar
juga merupakan cermin keberhasilan siswa dalam proses belajar
disekolah.
Menurut Purnama (2009: 95), prestasi belajar adalah bukti
keberhasilan usaha yang dicapai oleh siswa dalam belajar yang
yang berupa penambahan pengetahuan, perubahan sikap dan
tingkah laku, serta penguasaan keterampilan yang ada di
sekolah diwujudkan dalam bentuk prestasi (misalnya nilai
ulangan harian, nilai ulangan semester, rapor dan lain-lain).
Pengertian prestasi belajar juga dikemukakan oleh
Hamdani (2010: 138) yaitu merupakan tingkat kemanusiaan
yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai
informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi

setelah mengalami proses belajar mengajar dan dapat diketahui


setelah diadakannya evaluasi.
Winkel (2004: 34) menyatakan prestasi belajar adalah
perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam diri
siswa sebagai akibat interakasi aktif dengan lingkungannya.
Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu
bersikat relatif konstan dan berbekas. Hal ini menunjukkan
bahwa perubahan yang terjadi karena belajar tidak timbul
begitu saja, belajar lebih banyak membutuhkan kegiatan yang
disadari, suatu aktivitas psikis dan latihan-latihan. Proses belajar
terjadi karena adanya perangsang-perangsang dari luar individu
yang mengakibatkan perubahan dalam hubungan aspek
kepribadian. Tidak setiap proses belajar harus disadari oleh
seseorang, bahwa ia sedang belajar. Ciri lain yang dapat
diidentifikasi dari proses belajar adalah dihasilkannya efek
sampingan yang bukan merupakan tujuan utama dari proses
belajar yang sesungguhnya, sehingga disimpulkan bahwa
belajar adalah proses yang menghasilkan perubahan. Perubahan
tersebut dapat berupa suatu hasil yang baru atau
penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Hasil belajar
dapat berupa hasil yang utama dan dapat juga berupa hasil
sebagai efek sampingan.
Rumusan tentang prestasi belajar juga dikemukaakan
oleh Tuu (2004: 75) yaitu prestasi belajar adalah hasil belajar
yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan
kegiatan pembelajaran di sekolah; prestasi belajar siswa
tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya kerena bersangkutan
dengan kemampuan siswa, serta prestasi belajar siswa
dibuktikan dan ditunjukan melalui nilai dari evaluasi yang
dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan
atau ujian yang ditempuh.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, penelitian ini
sejalan dengan rumusan Tuu (2004: 75), maka dirumuskan
pengertian prestasi belajar matematika adalah hasil belajar
yang dicapai siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran
matematika di sekolah, terutama dinilai pada ranah kognitif
2

siswa yang dibuktikan melalui nilai dari evaluasi yang dilakukan


oleh guru terhadap ujian atau tes siswa.
B.Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa, diantaranya yaitu berasal dari diri siswa sendiri
(intern) dan dari luar dirinya (ekstern).
1. Faktor Dari Diri Siswa (Intern)
Menurut Winkel (2004: 57), faktor pada pihak siswa,
terdiri dari faktor psikis intelektual, yang meliputi taraf
intelegensi, motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi
akibat keadaan sosio kultural atau ekonomis dan faktor fisik
yang meliputi keadaan fisik.
Purnama (2009: 93) menyatakan bahwa rendahnya
prestasi belajar disebabkan oleh faktor dari dalam diri siswa
diantaranya karena kurangnya motivasi belajar, kurangnya
konsentrasi dalam menerima materi pelajaran di kelas, kurang
serius dan menganggap materi matematika itu sulit.
Slameto (2003: 54), faktor internal dari dalam siswa
meliputi faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh) faktor
psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,
kematangan, dan kesiapan), dan faktor kelelahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar juga
dikemukakan oleh Hamdani (2010: 139), faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari siswa antara
lain kecerdasan intelegensi, faktor jasmaniah atau faktor
fisiologis, sikap, minat, bakat dan motivasi. Kecerdasan adalah
kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan yang dihadapinya. Tingkat intelegensi sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi
intelegensi seorang siswa, semakin tinggi pula peluang untuk
meraih prestasi yang tinggi. Kondisi jasmaniah atau fisiologis
pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan
belajar seseorang. Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk
mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka,
tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat
dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan.
Minat adalah suatu kecenderungan untuk selalu memerhatikan
3

dan mengingat sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat


kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Minat
terjadi karena perasaan senang pada sesuatu. Bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang
memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi
sampai tingkat sesuai dengan kapasitas masing masing.
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik
tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
kesuksesan belajarnya.
Tuu (2004: 83), faktor dari siswa meliputi faktor
kesehatan, faktor kecerdasan, faktor perhatian, faktor minat dan
faktor bakat. Faktor kesehatan, siswa yang kesehatannya sering
terganggu menyebabkan banyak waktunya untuk beristirahat.
Hal ini membuatnya tertinggal pelajaran dan mengakibatkan
prestasi siswa belum optimal. Faktor kecerdasan, siswa yang
memiliki kecerdasan rendah akan menyebabkan kemampuan
mengikuti pelajaran agak lambat. Kecerdasan mempengaruhi
cepat atau lambatnya kemajuan belajar siswa. Faktor perhatian,
perhatian disini terdiri dari perhatian dirumah dan disekolah.
Faktor minat, minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap
sesuatu. Faktor bakat, bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki
seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang
diikuti siswa tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi
belajarnya tidak akan mencapai hasil yang tinggi.
2. Faktor Dari Luar Siswa (Ekstern)
Selain faktor dari diri siswa, ada juga faktor dari luar siswa
yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar yang disebut
faktor eksternal.
Winkel (2004: 60), faktor dari luar siswa
terdiri dari faktor pengatur proses belajar di sekolah, yang
meliputi kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, teacher
efektivines, fasilitas belajar dan pengelompokan siswa; faktor
sosial di sekolah yang melputi sistem sosial, status sosial, dan
interaksi guru serta siswa; dan faktor situasional, yang melputi
keadaan politis ekonomis, keadaan waktu dan tempat serta
musim iklim.
4

Purnama (2009: 93) menyatakan beberapa faktor dari


luar siswa yang mempengaruhi prestasi belajar diantaranya
adalah pembelajaran di dalam kelas masih menggunakan pola
konvensional, banyak didominasi oleh model ceramah yang
disampaikan guru yang kurang memberi kesempatan siswa
untuk
ikut
dalam
pengalaman
belajarnya,
sehingga
pembelajaran
terkesan
monoton
dan
membosankan.
Pemanfaatan media pembelajaran yang terkesan seadanya
bahkan kadang tidak ada sama sekali.
Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi prestasi
belajar juga dikemukakan oleh Slameto (2003: 60), faktor
eksternal ini tidak kalah penting dengan faktor internal dan guru
merupakan komponen yang mampu mengkondisikan situasi
eksternal siswa sehingga dapat maksimal dalam belajarnya.
Beberapa faktor dari luar dapat menimbulkan dorongan atau
rangsangan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Faktor
eksternal dalam proses pendidikan dan pengajaran dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu faktor keluarga (cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran,waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah) dan faktor
masyarakat (kegiatan siswa dengan masyarakat, media masa,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat). Diantara
ketiga faktor eksternal tersebut, lingkungan yang paling besar
pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa adalah faktor
sekolah.
Hamdani (2010: 143), mengemukakan bahwa faktor
eksternal terdiri atas dua macam, yaitu lingkungan sosial dan
lingkungan non sosial. Lingkungan sosial terdiri dari guru, kepala
sekolah, staf adminitrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat
tinggal siswa, alat-alat belajar, dan lain-lain. Adapun yang
termasuk dalam lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah,
tempat tinggal, dan waktu belajar.
Pengaruh lingkungan pada umumnya bersifat positif dan
tidak memberikan paksaan kepada individu. Keluarga
merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
5

seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam


keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam
belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk
belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu
kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk
belajar.
Perhatian orang tua dapat memberikan motivasi
sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Hal ini karena anak
memerlukan waktu, tempat, dan keadaan yang baik untuk
belajar. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar
siswa. Lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong siswa
untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara
penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat
pelajaran, dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang
kurang baik akan mempengaruhi hasil belajarnya. Lingkungan
juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan.
Lingkungan alam sekitar sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari
anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat ia
berada.
Tuu (2004: 85) faktor dari luar meliputi faktor keluarga,
faktor sekolah, faktor disiplin sekolah, faktor masyarakat, faktor
lingkungan tetangga, faktor aktivitas organisasi. Faktor keluarga
terdiri dari faktor orang tua, faktor suasana rumah dan faktor
ekonomi keluarga. Faktor sekolah terdiri dari faktor metode
pembelajaran, faktor hubungan guru dengan siswa, faktor guru
dan faktor sarana sekolah. Faktor disiplin sekolah, bila disiplin
sekolah kurang mendapat perhatian mempunyai pengaruh tidak
baik dalam proses belajar anak. Faktor masyarakat terdiri dari
faktor media massa dan faktor teman bergaul. Faktor lingkungan
tetangga, lingkungan tetangga yang baik akan berdampak
positif terhadap prestasi belajar begitu pula sebaliknya. Faktor
aktivitas organisasi, bila siswa sangat potensial, banyak aktivitas
organisasi, selain menunjang prestasi belajar, dapat juga
mengganggu prestasi belajar apabila siswa tidak mengatur
dengan baik. Seorang siswa gagal dalam studinya atau kurang
baik prestasinya, belum tentu karena tidak pandai. Kegagalan

atau kurang baiknya prestasi siswa dapat terjadi karena faktorfaktor tersebut.
C. Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti
antara. Makna tersebut bisa diartikan sebagai alat komunikasi
yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu
sumber kepada penerima. Menurut AECT (Association of
Education and Communication Technology) Amerika, media
adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyalurkan informasi. Media pembelajaran adalah segala
bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi dari sumber ke siswa. Penggunaan
media pembelajaran memiliki tujuan merangsang siswa untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran, mengantarkan pembelajaran
secara utuh, dan memberikan penguatan maupun motivasi.
Setiap jenis media pembelajaran memiliki karakteristik dan
kemampuan yang berbeda dalam menayangkan pesan dan
informasi. Karakteristik dan kemampuan masing-masing media
perlu mendapatkan perhatian dari para pengajar sehingga
mereka dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang
dihadapi (Uno dan Lamatenggo, 2010: 116).
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar mengajar terjadi. Media berbentuk komunikasi baik
tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media
hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan
dibaca. Media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar
guru dalam pembelajaran yang berupa bahan dan alat yang
terdiri dari software dan hardware seperti buku radio majalah
film bingkai video, proyektor, pesawat radio dan lainlain
(Sadiman dkk, 2008: 6).
Sanaky
(2009:
40),
menyatakan
bahwa
media
pembelajaran adalah bentuk saluran, yang digunakan untuk
menyalurkan pesan, informasi atau bahan pelajaran kepada
penerima pesan atau pembelajar; berbagai jenis komponen
7

dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang


pembelajar untuk belajar;
bentuk alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar;
dan bentuk-bentuk komunkasi yang dapat merangsang
pembelajar untuk belajar, baik cetak maupun audio, visual, dan
audio-visual. Media pembelajaran dapat dikategorikan sebagai
faktor eksternal yang ikut mempengaruhi proses pembelajaran
dikelas, baik dari diri pembelajar maupun pengajar.
Suherman (2009: 65) media pembelajaran memiliki
pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun
di luar kelas yang digunakan dalam rangka komunikasi dan
interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Secara
fisik media pembelajaran dikenal sebagai hardware (perangkat
keras), yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau
diraba dengan pancaindera. Sedangkan pengertian secara
nonfisik yang dikenal sebagai software (perangkat lunak), yaitu
kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang
merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. Media
pembelajaran dapat digunakan secara massal (misalnya: radio,
televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film,
slide, video, OHP), atau perorangan (misalnya: modul, komputer,
radio tape/kaset, video recorder). Pembelajaran bisa lebih
menarik dengan adanya media. Media dapat diasosiasikan
sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan
memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik
gambar yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang
dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa
dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media
memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.
Sukmadinata (2009: 263) membagi pengertiaan media
pembelajaran menjadi dua yaitu secara sempit dan luas. Secara
sempit, media pembelajaran terbatas pada alat bantu
pengajaran (Audio Visual Aid atau AVA) atau alat peraga. Secara
lebih luas, media pembelajaran adalah sumber-sumber belajar
selain buku, jurnal adalah perpustakaan, laboratorium, kebun
sekolah, dan lain-lain. Komunikasi tidak akan berjalan lancar
tanpa bantuan sarana penyampaian pesan atau media. Pesan
yang akan disampaikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam
kurikulum yang dikembangkan oleh pengajar atau fasilitator
8

atau sumber lain kedalam simbol-simbol komunikasi baik verbal,


nonverbal atau visual.
Media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan.
Media tersebut dapat berupa alat elektronika gambar, buku,
modul, dan sebagainya. Media pembelajaran dikelompokan
sebagai berikut: media cetak dan noncetak; media elektronik
dan nonelektronika; media projected dan nonprojected; dan
media tradisional dan modern. Media digunakan dalam kegiatan
pembelajaran karena berbagai kemampuan sebagai berikut:
memperbesar benda yang sangat kecil atau tidak tampak oleh
mata; menyajikan benda atau peristiwa yang terlalu jauh dari
siswa; menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, berlangsung
dengan cepat atau sangat lambat menjadi lebih sistematis dan
sederhana; menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya
kehadapan siswa; meningkatkan daya tarik pelajaran dan
perhatian siswa; meningkatkan sistematika pembelajaran.
Keefektifan suatu media pembelajaran sangat ditentukan oleh
sedikitnya tiga faktor, yaitu ketepatan dalam memilih media
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai;
kesesuaian media dengan karakteristik siswa; dan ketepatan
cara
menggunakannya,
dan
tidak
ada
suatu
media
pembelajaran yang dapat berperan sebagai alat untuk
mengatasi seluruh permasalahan pembelajaran (Warsita, 2008:
278).
Rohani (1997: 3) mengemukakan media adalah segala
sesuatu yang dapat diindera dan berfungsi sebagai
perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi proses belajar
mengajar. Media instruksional edukatif adalah sarana
komunikasi dalam proses belajar mengajar yang berupa
perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai
proses dan hasil instruksional secara efektif dan efisien, serta
tujuan instruksional dapat dicapai dengan mudah dan memiliki
sifat mendidik.
Sudjana (1989: 1) menyatakan media pengajaran sebagai
alat bantu mengajar yang ada dalam komponen metode
mengajar, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur
oleh guru. Manfaat media pengajaran dalam proses belajar
siswa adalah pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
9

sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; bahan


pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai
tujuan pengajaran lebih baik; metode mengajar akan lebih
bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswanya tidak
kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam
pelajaran; siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab
tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan dan lain
lain; penggunaan media pembelajaran dapat mempertinggi
proses dan hasil pembelajaran, alat untuk memperjelas bahan
pembelajaran pada saat guru menyampaikan pembelajaran; alat
untuk menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan
dipecahkan oleh siswa dalam proses pembelajaran; sumber
belajar bagi siswa.
Berdasarkan
pendapat-pendapat
diatas,
rumusan
penelitian media pembelajaran sejalan dengan Suherman (2009:
65), media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada
proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas yang
digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan
siswa dalam proses pembelajaran.
D. Compact Disk (CD) Interaktif
Compact Disk (CD) Interaktif merupakan sebuah media
yang menegaskan sebuah format multimedia dan dikemas
dalam sebuah CD (Compact Disk) dengan tujuan aplikasi
interaktif di dalamnya. CD ROM (Read Only Memory) merupakan
satu-satunya dari beberapa kemungkinan yang dapat
menyatukan suara, video, teks, dan program dalam CD. CD
Interaktif sama persis dengan sistem navigasi pada internet,
perbedaannya adalah media yang dipakai keduanya. CD
Interaktif memakai media offline berupa CD sementara Internet
memakai media online (Tim Medikomp 1994 dalam Maroebeni,
2008).
Purnama (2009: 96) mengemukakan bahwa CD Interaktif
adalah merupakan program multimedia yang berbasis komputer.
Media ini menggabungkan dan mensinergikan semua media
10

yang terdiri dari teks, grafis, foto, video, animasi, numerik,


narasi dan interaktifitas yang diprogram berdasarkan teori
pembelajaran dan dikemas dalam piringan Compact Disk (CD).
CD Interaktif adalah alat bantu dengan memperlihatkan
gambar yang bergerak dan suara secara bersama-sama saat
menyampaikan informasi atau pesan. CD interaktif merupakan
media yang efektif dalam penyampaian informasi yang
mencakup unsur gerak karena dapat memperlihatkan suatu
peristiwa secara berkesinambungan dan yang menjadi model
dalam penyampaian informasi tersebut adalah orang yang
memiliki
keterampilan
sesuai
dengan
gerak
yang
diinformasikan.
CD
Interaktif
dapat
membantu
dalam
mempelajari
pelajaran
sehingga
pelaksanaan
proses
pembelajaran dapat berjalan secara baik dan berkualitas
(Parwata, 2008: 39).
Pramesti (2010: 2.5) mengemukakan bahwa CD Interaktif
adalah CD pembelajaran yang mempunyai fungsi memberi
informasi, didalamnya terdapat tombol-tombol yang bisa menuju
ke fasilitas lainnya. CD interaktif ini sangat bermanfaat bagi
siswa, karena sangat memudahkan dan membantu dalam
proses pembelajaran. CD interaktif merupakan salah satu media
pengenalan ataupun promosi yang banyak berkembang saat ini,
dimana media interaktif memiliki kelebihan dalam visualisasi,
animasi, content serta interaktifitas, sehingga orang yang
melihat akan bisa merasakan dan berinteraksi langsung dengan
informasi yang ingin disampaikan.
CD Interaktif digunakan untuk meningkatkan kemampuan
mendengarkan sambil belajar dengan memanfaatkan fungsi
visual support pada CD Interaktif. CD Interaktif yang
mendukung visual, plot, musik, dan gambar tidak membuat
siswa bosan, mengantuk, gugup atau mudah frustasi karena
siswa menjadi tertarik dan berkonsentrasi pada proses belajar
mengajar (Hung, dkk. 2002: 70).
Warsita (2008: 153) menyatakan bahwa CD interaktif
adalah program multimedia interaktif yang dirancang sebagai
media pembelajaran. CD interaktif pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kombinasi dari berbagai media yang
dikemas (diprogram) secara terpadu dan interaktif untuk
menyajikan pesan pembelajaran tertentu yang disimpan dalam
11

bentuk kepingan CD yang dapat dijalankan oleh komputer.


Peningkatan kemampuan komputer tersebut juga diimbangi
dengan dikembangkannya software yang memungkinkan
kemudahan penggabungan antara teks, video, grafik, dan
animasi, menjadi suatu program multimedia. Berbeda dengan
media lain CD interaktif mempunyai sejumlah kelebihan
fleksibel, self packing, conten-rich, interaktif, dan individual.
Fleksibel, baik dalam pemberian kesempatan untuk
memilih isi setiap mata pelajaran yang disajikan, juga variasi
dan penempatan untuk dapat diakses. Selain itu fleksibel dalam
pemanfaatannya dapat dikelas, secara individual atau kelompok
kecil. Fleksibilitas penggunaan waktu juga merupakan ciri yang
menonjol sehingga bisa cocok untuk semua orang. Self packing,
yaitu bersifat
melayani kecepatan belajar individu, artinya
kecepatan waktu pemanfaatan sangatlah tergantung kepada
kemampuan dan kesiapan masing-masing siswa yang
menggunakannya. Siswa yang cepat diberi kesempatan untuk
memacu kecepatan belajarnya seoptimal mungkin, sebaliknya
bagi yang lambat juga diberi kesempatan untuk mengulang dan
mempelajari dalam waktu yang lebih banyak. Content-rich, yaitu
bersifat kaya isi. Artinya program ini menyediakan isi informasi
yang cukup banyak, bahkan berisi materi pelajaran yang
sifatnya pengayaan dan pendalaman, dan juga memberikan
rincian lebih lanjut dari isi materi atau elaborasi isi materi yang
disiapkan khusus bagi siswa yang memiliki minat khusus, atau
ingin belajar lebih banyak. Kekayaan isi program multimedia
juga didukung oleh penggunaan berbagai bentuk format sajian
informasi, yang disalurkan lewat berbagai jenis media. Interaktif,
yaitu bersifat komunikasi dua arah artinya program ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan
respon, dan melakukan berbagai aktivitas yang akhirnya juga
bisa diproses balik oleh program multimedia dengan suatu
balikan atau feedback. Adanya interaktivitas tersebut
merupakan ciri paling menonjol dari media ini. Individual, yaitu
bersifat melayani kecepatan belajar individu, artinya program
sudah dirancang dan disediakan untuk memenuhi minat dan
kebutuhan belajar individual (Warsita, 2008: 153).
Langkah-langkah pembelajaran CD interaktif yaitu
pendahuluan (introduction), penyajian (presentation) dan
12

penutup (test and follow up). Pendahuluan (introduction), pada


tahap
awal
atau
persiapan
ini
dimaksudkan
untuk
mempersiapkan mental siswa dalam mempelajari pengetahuan,
keterampilan dan sikap baru. Guru menjelaskan secara singkat
tentang materi yang akan dipelajari siswa, kegunaan materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, hubungan atau relevansi
materi tersebut dengan materi yang telah dikuasai siswa, dan
tujuan/kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa pada akhir
kegiatan datang (Warsita, 2008: 276).
Penyajian (presentation), tahap penyajian ini merupakan
proses pembelajaran yang utama atau inti kegiatan
pembelajaran. Tahap ini meliputi bagian bagian sebagai berikut:
uraian (explanation); contoh (example) dan noncontoh
(nonexample); dan latihan (exercise). Uraian (explanation)
adalah penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep,
prinsip, dan prosedur yang akan dipelajari siswa. Uraian ini baik
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Pada saat memberikan
uraian ini guru dapat menggunakan berbagai metode seperti
ceramah, diskusi, demontrasi dan sebagainya. Contoh (example)
dan noncontoh (nonexample), kegiatan ini sebagai wujud materi
pelajaran yang sedang diuraikan baik bersifat positif maupun
negatif. Maka guru perlu memberikan contoh dan noncontoh
yang praktis dan konkret dari uraian konsep yang masih abstrak
agar siswa jelas. Latihan (exercise) adalah kegiatan praktik bagi
siswa untuk menerapkan konsep, prinsip, atau prosedur yang
masih abstrak sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Latihan
siswa akan membuat pembelajaran aktif sehingga mudah
menguasai materi yang sedang dipelajari. Latihan yang
dilakukan siswa harus diikuti dengan petunjuk, bimbingan, dan
koreksi sehingga siswa benar-benar menguasainya. Latihan ini
merupakan bagian proses pembelajarn dan bukan merupakan
tes datang (Warsita, 2008: 276).
Penutup (test and follow up), kegiatan akhir pembelajaran
ini meliputi kegiatan sebagai berikut: pelaksanaan tes hasil
belajar, umpan balik (feedback), dan tindak lanjut (follow up).
Pelaksanaan tes hasil belajar untuk mengukur kemajuan belajar
siswa. Tes ini sering disebut dengan tes formatif yang dapat
diberikan secara lisan ataupun tertulis. Umpan balik (feedback)
adalah informasi hasil tes siswa dan diikuti dengan penjelasan
13

kemajuan siswa. Hal ini penting bagi siswa agar proses


pembelajaran menjadi efektif, efisien, dan menyenangkan.
Selain itu, kegiatan umpan balik ini sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar. Tindak lanjut (follow up) adalah
berupa petunjuk tentang hal yang harus dilakukan siswa setelah
mengikuti tes formatif dan mendapatkan umpan balik. Siswa
yang memperoleh hasil tes formatif kurang harus mengulang
mempelajari materi tersebut. Siswa yang sudah memperoleh
nilai baik, bisa meneruskan ke materi selanjutnya baik untuk
memperdalam materi atau untuk mempersiapkan materi yang
akan datang (Warsita, 2008: 276).
Berdasarkan
uraian
langkah-langkah
pembelajaran
dengan CD Interaktif diatas, maka secara garis besar langkahlangkah pembelajaran dengan menggunakan CD Interaktif
dalam penelitian ini adalah Guru menjelaskan secara singkat
tentang materi yang akan dipelajari siswa, kegunaan materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, hubungan atau relevansi
materi tersebut dengan materi yang telah dikuasai siswa, dan
tujuan/kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa pada akhir
kegiatan; Siswa menanggapi permasalahan-permasalahan
sederhana yang diberikan guru untuk mengarahkan ke konsep
materi dari pemutaran video pada CD Interaktif; Guru
menyampaikan inti materi dengan media CD Interaktif; Guru
memberikan soal latihan kepada siswa untuk dikerjakan baik
secara
individual
maupun
kelompok
kecil;
Siswa
mempresentasikan hasil kerja latihannya dengan menuliskan
hasil pekerjaan didepan kelas; Guru melengkapi kekurangankekurangan materi jika ada materi yang belum tersampaikan
pada penjelasan sebelumnya; Guru memberikan tes sebagai
evaluasi kepada siswa dengan media CD Interktif; serta Guru
dan siswa membuat kesimpulan.
Proses pengembangan CD interaktif dapat dilakukan
dengan cara sistematis dengan langkah langkah berikut:
penyusunan garis besar isi program media; pembuatan
flowchart (diagram alur); penulisan naskah (storyboard);
pelaksanaan produksi; dan evaluasi. Program CD interaktif
dirancang untuk keperluan belajar individu, maka dilengkapi
dengan tes sehingga siswa akan bisa mengukur sendiri prestasi
belajarnya. Dengan sajian interaktif dan nonlinier, melalui
14

program ini siswa akan bisa belajar dengan bantuan seminimal


mungkin dari guru atau orang lain. Siswa dapat belajar sesuai
dengan kecepatan belajar masing-masing (self packing) baik
bagi slowleraner maupun fastlearner (Warsita, 2008: 159).
Berdasarkan
pendapat-pendapat
diatas,
rumusan
penelitian tentang CD Interaktif sejalan dengan Warsita (2008:
153), CD Interaktif adalah program multimedia interaktif yang
dirancang sebagai media pembelajaran. CD Interaktif
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari
berbagai media yang dikemas (diprogram) secara terpadu dan
interaktif untuk menyajikan pesan pembelajaran tertentu yang
disimpan dalam bentuk kepingan CD yang dapat dijalankan oleh
komputer. Peningkatan kemampuan komputer tersebut juga
diimbangi
dengan
dikembangkannya
software
yang
memungkinkan kemudahan penggabungan antara teks, video,
grafik, dan animasi, menjadi suatu program multimedia.
E. Kelebihan dan Kekurangan CD Interaktif
Beberapa kelebihan dari CD Interaktif yaitu penggunanya
bisa berinteraksi dengan program komputer, menambah
pengetahuan siswa dan tampilan audio visual yang menarik.
Kelebihan pertama yang menyebutkan bahwa penggunan CD
Interaktif bisa berinteraksi dengan komputer karena terdapat
menu-menu khusus pada CD Interaktif yang dapat diklik oleh
pengguna untuk memunculkan informasi berupa audio, visual
maupun fitur lain yang diinginkan. Kemudian yang kedua adalah
menambah pengetahuan. Pengetahuan di sini adalah materi
pembelajaran yang dirancang kemudahannya dalam CD
Interaktif bagi pengguna yaitu bagi siswa maupun guru.
Kelebihan ketiga adalah tampilan audio visual yang menarik.
Menarik di sini tentu saja jika dibandingkan dengan media
konvensional seperti buku atau media dua dimensi lainnya.
Kemenarikan disini utamanya karena sistem interaksi yang tidak
dimiliki oleh media cetak (buku) maupun media elektronik lain
(film, TV, audio). Dari beberapa keunggulan CD Interaktif, dapat
diketahui bahwa CD Interaktif dapat membantu mempertajam
pesan yang disampaikan dengan kelebihannya menarik indera

15

dan menarik minat, karena merupakan gabungan antara


pandangan, suara, dan gerakan.
CD Interaktif juga memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya medium yang dapat digunakan hanya komputer,
membatasi target siswa karena hanya pemakai komputer saja
yang dapat mengaksesnya, pemeliharaannya harus lebih hatihati, dan belajar melalui CD Interaktif seperti belajar dengan
komputer bukan belajar dengan guru-guru di sekolah. Jika siswa
melakukan kesalahan atau memiliki pertanyaan, komputer tidak
bisa membantunya untuk memecahkan masalah yang ditemui
siswa. Jika siswa mencoba untuk meningkatkan kemampuan
hanya melalui komputer, mereka mungkin tidak bisa menyadari
atau mengidentifikasi kesalahan mereka (Hung, dkk. 2002: 70).
F. Modul
Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi
pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi
pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing
yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi
pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk
menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep,
prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi
pembelajaran. Untuk merancang materi pembelajaran, terdapat
lima kategori yang dapat dipelajari oleh siswa, yaitu informasi
verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan
keterampilan motorik. Strategi pengorganisasian materi
pembelajaran terdiri dari tiga tahapan proses berpikir, yaitu
pembentukan konsep, intepretasi konsep, dan aplikasi prinsip.
Strategi-strategi tersebut memegang peranan sangat penting
dalam mendesain pembelajaran. Kegunaannya dapat membuat
siswa lebih tertarik dalam belajar, siswa otomatis belajar
bertolak dari prerequisites, dan dapat meningkatkan prestasi
belajar (Indriyanti dan Susilowati, 2010: 2).
Secara prinsip tujuan pembelajaran adalah agar siswa
berhasil menguasai bahan pelajaran sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan, karena dalam setiap kelas berkumpul
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (kecerdasan,
bakat
dan
kecepatan
belajar)
maka
perlu
diadakan
16

pengorganisasian materi, sehingga semua siswa dapat


mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang
telah ditetapkan dalam waktu yang disediakan, misalnya satu
semester. Di samping pengorganisasian materi pembelajaran
yang dimaksud di atas, juga perlu memperhatikan cara-cara
mengajar yang disesuaikan dengan pribadi individu. Bentuk
pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagibagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang
masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa pokok
bahasan. Bagian-bagian materi pembelajaran tersebut disebut
modul.
Sistem
belajar
dengan
fasilitas
modul
telah
dikembangkan baik di luar maupun di dalam negeri, yang
dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB). SBB telah
dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama
pula, seperti Individualized Study System, Self-pased study
course, dan Keller plan (Indriyanti dan Susilowati, 2010: 2)
Pengertian modul menurut Sanaky (2009: 165) adalah
materi pembelajaran per pertemuan yang dilengkapi dengan
petunjuk umum, evaluasi pembelajaran, sesuai dengan Satuan
Acara Perkuliahan (SAP) per pertemuan. Modul pembelajaran ini
terdiri dari petunjuk umum, materi kuliah, dan lembar kerja atau
evaluasi pembelajaran. Petunjuk umum untuk sebuah modul
pembelajaran memuat hal-hal sebagai berikut: kompetensi
dasar, pokok-pokok materi pembelajaran, indikator pencapaian,
referensi, strategi atau skenario pembelajaran, lembar kegiatan
belajar, dan evaluasi. Materi pembelajaran terdiri dari satu
pokok bahasan atau lebih sesuai dengan silabus. Lembar kerja
memuat pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi
pembelajaran yang telah diberikan. Setelah pembelajaran
berakhir pembelajar harus menyelesaikan pertanyaan tersebut,
untuk mengetahui tingkat pemahaman pembelajar terhadap
materi pembelajaran yang diberikan.
Nasution (2008: 204), modul dapat dirumuskan sebagai:
satu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu
rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa
mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan
jelas. Salah satu tujuan pengajaran modul ialah membuka
kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan
masing-masing. Anggapan bahwa siswa tidak akan mencapai
17

hasil yang sama dalam waktu yang sama. Modul yang disusun
dengan baik dapat memberikan banyak keuntungan bagi siswa
antara lain: balikan atau feedback; penguasaan tuntas atau
mastery; tujuan modul yang jelas sehingga siswa dapat
mencapainya; dapat membangkitkan motivasi yang kuat pada
siswa; dapat mengurangi persaingan dikalangan siswa karena
semua dapat mencapai hasil tertinggi; dan pengajaran remidial
memberi kesempatan bagi siswa yang masih kurang untuk
memperbaiki
kesalahannya.
Modul
juga
memberikan
keuntungan bagi guru antara lain: penguasaan modul oleh siswa
memberikan rasa kepuasan kepada guru; guru dapat
memberikan bantuan kepada setiap siswa yang memerlukan
bantuan tanpa melibatkan seluruh kelas; pengajaran modul
memberikan kebebasan kepada guru; penggunaan modul dapat
dipakai oleh semua guru; dan dapat meningkatkan profesi
keguruan.
Menurut Winkel (2004: 472), modul merupakan suatu
satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari
oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh
siswa kepada dirinya sendiri, setelah siswa menyelesaikan
satuan yang satu, dia melangkah maju dan mempelajari satuan
berikutnya. Pengajaran yang menggunakan modul merupakan
strategi tertentu untuk menyelenggarakan pengajaran individual
secara agak menyeluruh. Modul di Indonesia, merupakan suatu
paket bahan pelajaran yang memuat deskripsi tentang tujuan
pembelajaran yang khas, lembaran petunjuk guru yang
menjelaskan cara mengajar yang efisien, bahan bacaan bagi
siswa, lembar kunci jawaban pada kertas siswa, alat alat
evaluasi belajar. Setiap modul merupakan unit program belajar
mengajar terkecil yang secara terinci menggariskan tujuan
instruksional umum yang ditunjang, tujuan intruksional yang
harus dicapai, satuan bahasan yang harus dipelajari, peranan
guru, alat-alat sumber yang dipakai, kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa secara berurutan serta tugas tugas yang
harus dikerjakan, cara diadakan evaluasi serta alatnya, cara
siswa mendapat umpan balik. Target pembelajaran modul yaitu:
agar semua tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien
siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan laju
kecepatan sendiri sendiri dan dapat menghayati kegiatan
18

belajarnya, baik dengan mendapatkan bimbingan belajar dari


guru maupun tanpa mendapatkan bimbingan.
Mudlofir (2011: 149) mengemukakan bahwa modul
merupakan alat atau sarana pembelajarn yang berisi materi,
metode batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai
kompetensi
yang
diharapkan
sesuai
dengan
tingkat
kompleksitasnya serta dapat digunakan secara mandiri. Modul
adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik
yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat
digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan
masing-masing individu secara efektif dan efisien.
Modul
memiliki karakteristik stand alone yaitu modul dikembangkan
tidak tergantung pada media lain. Modul harus bersahabat
dengan user atau pemakai dan membantu kemudahan pemakai
untuk direspon atau diakses.
Batasan pengertian tentang modul yang dikembangkan
oleh Badan Penelitian Pengembangan Pendidikan dan
Kebudayaan (BP3KK) Departemen P dan K adalah sebagai
berikut: modul adalah satu unit program belajar mengajar
terkecil
yang
secara
terperinci
menggariskan:
tujuan
instruksional yang akan dicapai, topik yang akan dijadikan
pangkal proses belajar mengajar, pokok-pokok materi yang akan
dipelajari, kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program
yang lebih luas, peranan guru dalam proses belajar mengajar,
alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan, kegiatan
kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati siswa secara
berturutan, lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa, program
evaluasi yang akan dilaksanakan (Suryosubroto, 1983: 17).
Maksud dan tujuan digunakan modul didalam proses
belajar mengajar ialah agar: tujuan pendidikan dapat dicapai
secara efisien dan efektif, siswa dapat mengikuti program
pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya
sendiri, siswa dapat sebanyak mungkin menghayati dan
melakukan kegiatan belajar sendiri, baik dibawah bimbingan
atau tanpa bimbingan guru, siswa dapat menilai dan
mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan, siswa
benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar,
kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi
19

melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir,


modul disusun berdasarkan konsep mastery learning suatu
konsep yang menekankan bahwa siswa harus secara optimal
menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu,
prinsip ini mengandung konsekuensi bahwa seorang siswa tidak
diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum siswa
menguasai
paling
sedikit
75%
dari
bahan
tersebut
(Suryosubroto, 1983: 18).
Modul dapat dibedakan dalam dua jenis yakni modul
pokok dan modul pengayaan. Modul pokok merupakan urutan
studi yang harus diikuti oleh semua siswa. Siswa yang pandai
biasanya mampu menyelesaikan modul pokok lebih dahulu
dibanding dengan teman-teman yang lainnya. Kepada mereka
ini perlu diberikan kegiatan atau program tambahan yang
bersifat ekstra. Program tambahan ini kita sebut dengan
program pengayaan (entriement program). Program ini dapat
bersifat memperluas (dimensi horisontal) dan bersifat
memperdalam (dimensi vertikal). Mengkombinasikan modul
pokok dengan modul pengayaan untuk berbagai bidang studi
berarti sekolah memberikan kemungkinan bagi siswa untuk
belajar secara maju berkelanjutan sesuai dengan kemampuan
taraf motivasi dan minatnya masing-masing sehingga
pelaksanan asas continous progress itu tercipta dalam
kegiatan pembelajaran. Peranan guru dalam sistem modul ini
bukannya sebagai penyampaian informasi tetapi sebagai
pengelola kelas (Suryosubroto, 1983: 20).
Langkah-langkah pembelajaran modul yaitu seorang siswa
harus memiliki bahan apersepsi atau entry behavior yang
diperlukan. Pengetahuan siswa tidak memadai, maka siswa
akan menghadapi kesulitan, oleh karena itu siswa sebaiknya
diberikan pengajaran remidial, akan tetapi bila siswa telah
menguasai tes awal sepenuhnya, ini berarti bahwa siswa juga
telah menguasai modul ini dan segera meningkatkan ke modul
berikutnya
atau
ke
modul
lainnya.
Langkah-langkah
pembelajaran modul terdiri dari lima komponen strategi
penyampaian
pembelajaran
modul,
yaitu
kegiatan
prapembelajaran, penyajian informasi, peran siswa, pengetesan,
dan tindak lanjut (Indriyanti dan Susilowati, 2010: 6).

20

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam penyampaian


prapembelajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa
tentang pentingnya mata pelajaran yang dimaksud. Kegiatan
kedua adalah menjelaskan sasaran khusus pembelajaran
dengan maksud agar siswa menyadari kemampuan apa yang
mereka capai setelah melakukan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan ketiga adalah menjelaskan kemampuan apa yang
diperlukan sebagai prasyarat belajar (Indriyanti dan Susilowati,
2010: 6).
Pada komponen penyajian informasi, kegiatan yang
dilakukan oleh guru adalah menjelaskan tentang urutan materi
pembelajaran, besarnya satuan pembelajaran, penyajian isi, dan
memberikan contoh-contoh yang relevan. Penyajian isi dilakukan
melalui individu maupun kelompok. Siswa bekerja memecahkan
masalah yang telah dituangkan dalam modul, hasilnya
dilaporkan secara tertulis, dan apabila terdapat masalah tidak
terpecahkan
akan
diadakan
diskusi
kelas
untuk
memformulasikan cara bersama yang paling tepat untuk
memecahkan masalah tersebut. Pada komponen peran siswa,
guru mengupayakan suatu iklim agar kegiatan pembelajaran
berpusat pada siswa. Interaksi siswa dengan modul yang
digunakan merupakan aktivitas yang sengaja diciptakan untuk
mewujudkan iklim kontruktivistik dalam pembelajaran. Kegiatan
ini siswa sepenuhnya berlatih memecahkan masalah yang ada
pada modul menggunakan kemampuan masing-masing dalam
kelompok-kelompok kecil maupun individu. Hasil diskusi yang
telah ditulis, selanjutnya diberikan balikan baik dalam diskusi
kelas maupun diskusi dalam kelompok, artinya siswa diberitahu
cara pemecahan yang benar, dan siswa melanjutkan
menggunakan cara tersebut sehingga berhasil memecahkan
masalah-masalah pada modul. Tinggi rendahnya kadar keaktifan
siswa dalam memecahkan masalah melalui interaksinya dalam
kelompok akan menentukan tujuan pembelajaran, artinya makin
tinggi tingkat keaktifan siswa makin tinggi pencapaian sasaran
belajar dan makin rendah tingkat keaktifan siswa makin rendah
pula pencapaian sasaran pembelajaran (Indriyanti dan
Susilowati, 2010: 7).
Pada komponen pengetesan, pada dasarnya guru dapat
melakukan empat macam tes, yaitu tes tingkah laku masukan,
21

pra tes, tes sambil jalan, dan pasca tes. Pasca tes adalah tes
penggalan, yaitu tes yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengukur apakah materi pembelajaran sesuai dengan sasaran
pembelajaran. Pengetesan dilakukan dengan memberikan tugas
kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan, baik yang
ada pada modul, maupun yang khusus disiapkan untuk itu. Pada
komponen tindak lanjut, guru menentukan apakah suatu
pembelajaran
perlu
ditindaklanjuti
dengan
memberikan
pengajaran remidial atau memberi pengayaan kepada siswa.
Langkah ini dapat dilakukan setelah guru mengetahui tingkat
pencapaian pembelajaran (Indriyanti dan Susilowati, 2010: 7).
Berdasarkan uraian langkah-langkah pembelajaran dengan
modul diatas, maka secara garis besar langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan modul dalam penelitian ini
adalah Guru menjelaskan secara singkat tentang materi yang
akan dipelajari siswa, kegunaan materi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, hubungan atau relevansi materi tersebut
dengan materi yang telah dikuasai siswa, dan tujuan/kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa pada akhir kegiatan; Guru
memberikan sedikit materi dan gambaran kepada siswa dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
materi yang akan dipelajari; Siswa mempelajari materi dan
mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada modul baik
secara individual maupun kelompok kecil; Siswa melaporkan
hasil pekerjaannya kepada guru secara individu; Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila
ada masalah dalam mempelajari atau mengerjakan soal latihan
pada modul untuk dibahas secara bersama-sama; Guru
memberikan tes sebagai evaluasi kepada siswa dengan media
modul; serta Guru dan siswa membuat kesimpulan.
Mengembangkan modul memerlukan persiapan yang
matang. Persiapan yang matang dimulai dengan mengetahui
dan memahami aspek yang perlu diperhatikan untuk
mendapatkan modul yang efektif dalam mengkomunikasikan
pesan (materi) yang ingin disampaikan. Medium modul dapat
dimanfaatkan untuk banyak hal, mulai dari menyediakan
informasi dasar, sebagai bahan instruksi atau petunjuk bagi
pembaca, bahan pelengkap dengan ilustrasi foto yang
komunikatif, sampai kertas kerja. Pilihan terhadap pemanfaatan
22

modul ini akan mempengaruhi materi dan cara penyampaian.


Hal utama yang harus diperhatikan dalam modul adalah
penyusunan harus berkesinambungan. Modul juga dipengaruhi
oleh aspek format kemudahan yang didapatkan oleh pembaca.
Banyak format yang dapat digunakan dalam penulisan modul
dan tidak ada satu format baku yang harus digunakan. Format
modul yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: judul, daftar isi, diagram topik, tujuan, pretest (tes
kemampuan awal), pendahuluan, kaitan pelajaran lain, heading
(isi materi), pemberian tugas, sign posting (simbol), ringkasan,
glosary (definisi operasional), posttest (tes akhir pembelajaran),
indeks (kata kunci) (Setiawan, 2007: 2.3).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, rumusan
penelitian tentang modul sejalan dengan Nasution (2008: 204),
modul dapat dirumuskan sebagai satu unit yang lengkap yang
berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar
yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan
yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Salah satu tujuan
pengajaran modul ialah membuka kesempatan bagi siswa untuk
belajar menurut kecepatan masing-masing. Modul merupakan
program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh
siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa
kepada dirinya sendiri, setelah siswa menyelesaikan satuan
yang satu, dia melangkah maju dan mempelajari satuan
berikutnya. Pengajaran yang menggunakan modul merupakan
strategi tertentu untuk menyelenggarakan pengajaran individual
secara agak menyeluruh.

23

You might also like